Anda di halaman 1dari 7

1.

      Pengalamam belajar Siswa akan terkenang selama hidupnya bila memiliki guru yang baik
dan selalu mengarahkan dalam belajarnya.Jelaskan bahwa pengalaman belajar yang terbaik
dengan hasil yang maksimal ?

2.      Prinsip belajar merupakan ketentuan hukum yang harus dijadikan pegangan didalam KBM
di sekolah. Jelaskan prinsip – prinsip belajar yang sangat menentukan proses keberhasilan hasil
belajar ?

3.      Dalam pembelajaran heuristik peran guru sebagai pendamping , pengarah dan memberikan
motivasi siswa dalam menentukan langkah langkah belajarnya. Berilah contoh kegiatan
pembelajaran  ini untuk menentukan keliling lingkaran ?

4.      Untuk mencapai proses dan hasil belajar yang optimal. Menurut gagne ada delapan tipe
belajar yang dapat dilakukan siswa. . sebutkan dan jelaskan ?

5.      Esensi pembelajaran sekolah dasar  yang dilaksanakan secara logis  dan sistematis untuk
membelajarkan konsep pada pembelajaran kelas tinggi. Jelaskan Esensi Pembelajaran Kelas
tinggi ( 4, 5 ,6 ) pada sekolah dasar ?

6.      Manusia mempunyai sistem koreksi diri untuk memodifikasi perilaku dalam merespon
informasi tentang keberhasilan tugas tugasnya. Sebutkan dan jelaskan rumpun Model sistem
perilaku ?

Jawab :

1. Pengalaman dalam belajar dapat memengaruhi hasil belajar siswa, dengan memberikan
pengalaman yang terbaik dalam belajar siswa menjadi terangsang untuk semangat belajar
tanpa membebani dirinya sendiri. Untuk menciptakan pengalaman belajar yang terbaik bagi
siswa guru harus mengerti sifat-sifat atau karakteristik dari murid muridnya sehingga guru
dapat memilih metode apa yang tepat agar murid tersebut dapat merasakan pengalaman
terbaik dalam belajar. Peran guru sangat diperlukan dalam menciptakan pengalaman belajar
yang maksimal, contohnya dengan menciptakan suasana pembelajaran menjadi nyaman
bagi murid, menemukan cara untuk menyampaikan materi yang mudah dipahami, interaktif
terhadap murid sehingga murid murid yang tertinggal bisa mengikuti pelajaran dengan
maksimal.
2. Menurut Dimyati (2009:42)prinsip-prinsip belajar itu adalah sebagai berikut:
a) Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Tanpa
adanya perhatian tidak mungkin akan terjadi sebuah proses belajar. Perhatian
terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan
kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang
dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, maka akan membangkitkan motivasi untuk
mempelajarinya. Di samping perhatian, motivasi juga mempunyai peranan
penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan
mengarahkan aktivitas seseorang, tanpa adanya motivasi seseorang tidak dapat
melakukan kegiatan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, dengan perhatian
dan motivasi maka siswa akan melakukan proses belajar atau membiasakan diri
dengan belajar dengan baik, sehingga ia dapat memperoleh hasil yang ia inginkan.
b) Keaktifan
Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan.
Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah
kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa
membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan
sebagainya. Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah
pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi,
membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan,
dan kegiatan psikis yang lain.
c) Keterlibatan langsung/berpengalaman
Belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar merupakan proses
mengamali, dan belajar tiak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Menurut Edgar
Dale dalam Dimyati (2009:45), “belajar yang baik adalah belajar melalui
pengalaman langsung”. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak
sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung
dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Namun demikian,
perilaku keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran
dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.
d) Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan barangkali yang
paling tua adalah yang dikemukakan oleh teori Psikologi Daya. Menurut teori ini
belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya
mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan
sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut
akan berkembang, dan juga apabila daya-daya tersebut dilatih dengan pengadaan
pengulangan-pengulangan maka akan menjadi sempurna. Selain itu dengan
adanya pengulangan maka akan membentuk respons yang benar dan akan dapat
membentuk kebiasaan-kebiasaan. Contonya pada saat belajar tidak hanya
membaca akan tetapi mengerjakan soal-soal latihan, mengulang materi yang
belum dipahami, dan lain-lain.
e) Tantangan
Tantangan yang dihadapi alam bahan belajar membuat siswa bergairah
untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah
yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.
Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep-
konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha
mencari dan menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi
tersebut. Contoh dari prinsip tantangan inii yaitu, melakukan eksperimen,
melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan
suatu masalah.
f) Balikan dan penguatan
Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang akan
dilakukan, dengan demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan tentang
hasil, yang sekaligus merupakan penguatan bagi dirinya sendiri. Seorang siswa
belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan. Hal ini
timbul karena kesadaran adanya kebutuhan untuk memperoleh balikan dan
sekaligus penguatan bagi setiap kegiatan yang dilakukan. Untuk memperoleh
balikan penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan di
antaranya adalah dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban,
menerima kenyataan terhadap skor/nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari
guru/orang tua karena hasil belajar yang jelek.
3. Dengan strategi belajar mengajar heuristik, guru tidak berada di depan dan menarik-narik
siswa untuk mengikutinya, akan tetapi siswa disuruh berada di depan, guru mengarahkan,
member dorongan, membantu siswa dalam mengalami kesulitan; akan tetapi siswa yang
harus harus menemukan sendiri pesan tersebut. Contoh : Materi pembelajaran keliling
lingkaran.
 Proses pembelajaran:
1) Seorang atau dua orang siswa disuruh mngukur keliling sebuah lingkaran
menggunakan pita, yang telah disiapkan guru, disaksikan oleh teman-temannya.
2) Kemudianb Siswa diminta menuliskan hasil yang diperoleh pada papan tulis
(umpamanya 154 cm). hal serupa jika diperlukan, dapat dilakukan kembali oleh
siswa atau kelompok siswa lain (untuk lebih meyakinkan hasilnya).
3) Siswa atau kelompok siswa lain diminta mengukur garis tengah lingkaran tadi
dan menuliskan hasil pengukurannya pada papan tulis (umpamanya: 49 cm).
kegiatan ini pun bila diperlukan dapat dilakukan kembali oleh siswa atau
kelompok siswa lain.
4. 8 tipe belajar menurut Rober M Gagne :
a) Belajar Isyarat (Signal Learning)
Signal learning merupakan isyarat atau signal yang menimbulkan perasaan
tertentu yang merupakan isyarat untuk mengambil sikap tertentu. Dalam tipe ini
terlibat aspek reaksi emosional di dalamnya. Kondisi yang diperlukan buat
berlangsungnya tipe belajar ini adalah diberikannya stimulus (signal) secara
serempak, stimulus-stimulus tertentu secara berulang kali. Respon yang timbul
bersifat umum dan emosional, selainnya timbulnya dengan tak sengaja dan tidak
dapat dikuasai. Belajar berlangsung dalam bentuk pemberian respons terhadap
tanda-tanda atau isyarat itu dengan respons yang tepat.
b) Belajar Stimulus-Respons (Stimulus-Respon Learning)
Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini adalah
faktor penguatan (reinforcement). Waktu antara stimulus pertama dan berikutnya
amat penting. Makin singkat jarak Stimulus-Respom dengan Stimulus-Respon
berikutnya, semakin kuat penguatannya. Kemampuan tidak diperoleh dengan tiba-
tiba, akan tetapi melalui latihan-latihan. Respon dapat diatur dan dikuasai. Respon
bersifat spesifik, tidak umum, dan kabur. Respon diperkuat dengan adanya
imbalan atau reward. Sering gerakan motoris merupakan komponen penting
dalam respon itu.
c) Rantai atau Rangkaian hal (Chaining)
Tipe belajar ini masih mengandung asosiasi yang kebanyakan berkaitan
dengan keterampilan motorik. Chaining ini terjadi bila terbentuk hubungan antara
beberapa S-R, oleh sebab yang satu terjadi segera setelah yang satu lagi, jadi
berdasarkan ”contiguity”. Kondisi yang diperlukan bagi berlangsungnya tipe
balajar ini antara lain, secara internal anak didik sudah harus terkuasai sejumlah
satuan satuan pola S-R, baik psikomotorik maupun verbal. Selain itu prinsip
kesinambungan, pengulangan, dan reinforcement tetap penting bagi
berlangsungnya proses chaining.
d) Asosiasi Verbal (Verbal Association)
Asosiasi verbal adalah rangkaian dari stimulus verbal yang merupakan
hubungan dari dua atau lebih tindakan stimulus respon verbal yang telah
dipelajari sebelumnya. Tipe paling sederhana dari belajar rangkaian verbal adalah
asosiasi antara suatu objek dengan namanya yang melibatkan belajar rangkaian
stimulus respon dari tampilan objek dengan karakteristiknya dan stimulus respon
dari pengamatan terhadap suatu objek dan memberikan tanggapan dengan
menyebutkan namanya.
e) Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning)
Discrimination learning atau belajar membedakan sejumlah rangkaian,
mengenal objek secara konseptual dan secara fisik. Dalam tipe ini anak didik
mengadakan seleksi dan pengujian di antara dua peransang atau sejumlah
stimulus yang diterimanya, kemudian memilih pola-pola respon yang dianggap
sesuai. Kondisi utama bagi berlangsungnya proses belajar ini adalah anak didik
sudah mempunyai kemahiran melakukan chaining dan association serta
pengalaman (pola S-R). Contohnya: anak dapat membedakan bentuk-bentuk pada
bidang datar.
f) Belajar konsep (Concept Learning)
Belajar konsep adalah mengetahui sifat-sifat umum benda konkrit atau
kejadian dan mengelompokan objek-objek atau kejadian-kejadian dalam satu
kelompok. Dalam hal ini belajar konsep adalah lawan dari belajar dari
diskriminasi. Belajar diskriminasi menuntut siswa untuk membedakan objek-
objek karena dalam karakteristik yang berbeda sedangkan belajar konsep
mengelompokkan objek-objek karena dalam karakteristik umum dan pembahasan
kepada sifat-sifat umum. Dalam belajar konsep, tipe-tipe sederhana belajar dari
prasyarat harus dilibatkan. Penambahan beberapa konsep yang spesifik harus
diikutkan dengan prasyarat rangkaian stimulus respon, asosiasi verbal yag cocok,
dan diskriminasi dari karakteristik yang berbeda.
g) Belajar Aturan (Rule Learning)

Belajar aturan (Rule learning) adalah kemampuan untuk merespon


sejumlah situasi (stimulus) dengan beberapa tindakan (Respon). Robert Gagne
memberikan 5 tahap dalam mengajarkan aturan:
Tahap 1 : Menginformasikan pada siswa tentang bentuk perilaku yang diharapkan
ketika belajar

Tahap 2 : Bertanya ke siswa dengan cara yang memerlukan pemanggilan kembali


konsep yang telah dipelajari sebelumnya yang menyusun konsep.

Tahap 3 : Menggunakan pernyataan verbal (petunjuk) yang akan mengarahkan


siswa menyatakan aturan sebagai rangkaian konsep dalam urutan yang tepat.

Tahap 4 : Dengan bantuan pertanyaan, meminta siswa untuk


“mendemonstrasikan” satu contoh nyata dari aturan

Tahap 5 : (bersifat pilihan, tetapi berguna untuk pengajaran selanjutnya) dengan


pertanyaan yang cocok, meminta siswa untuk membuat pernyataan verbal dari
aturan.

h) Pemecahan Masalah (Problem solving)


Tipe belajar ini menurut Gagne merupakan tipe belajar yang paling
kompleks, karena di dalamnya terkait tipe-tipe belajar yang lain, terutama
penggunaan aturan-aturan yang disertai proses analisis dan penarikan kesimpulan.
Pada tingkat ini anak didik belajar merumuskan memecahkan masalah,
memberikan respon terhadap ransangan yang menggambarkan atau
membangkitkan situasi problematik. Tipe belajar ini memerlukan proses
penalaran yang kadang-kadang memerlukan waktu yang lama, tetapi dengan tipe
belajar ini kemampuan penalaran anak diidk dapat berkembang. Dengan demikian
poses belajar yang tertinggi ini hanya mungkin dapat berlangsung apabila proses
belajar fundamental lainnya telah dimiliki dan dikuasai.
5. Pembelajaran di kelas tinggi banyak menggunakan pembelajaran yang berbasis masalah,
melakukan aktivitas menyelidiki, meneliti dan membandingkan. Karakter pembelajaran di
kelas tinggi terlihat bahwa selain adanya aktivitas siswa yang tinggi, kemampuan siswa
dalam melakukan kegiatan pembelajaran seperti melakukan tahapan penyelidikan,
melakukan pemecahan masalah dan sebagainya. Itu sebabnya guru harus kaya akan
pengalaman dan kemampuan mengajar serta mampu mengarahkan kegiatan siswa agar
sasaran belajar dapat dicapai melalui pembelajaran di sekolah. Pengembangan sikap ilmiah
pada siswa kelas tinggi di SD dapat dilakukan dengan cara menciptakan pembelajaran yang
memungkinkan siswa berani beragumentasi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
mendorong siswa supaya memiliki rasa ingin mengetahui, memiliki sikap jujur terhadap
dirinya dan orang lain.
6. Model behavioral menekankan pada perubahan perilaku yang tampak dari peserta didik
sehingga konsisten dengan konsep dirinya. Sebagai bagian dari teori stimulus-respon.
Model behaviorial menekankan bahwa tugas-tugas harus diberikan dalam suatu rangkaian
yang kecil, berurutan dan mengandung perilaku tertentu. Model ini bertitik tolak dari teori
belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk
mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi
penguatan (reinforcement). Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku
psikologis dan perlilaku yang tidak dapat diamanti karakteristik model ini adalah
penjabaran tugas¬-tugas yang harus dipelajari peserta didik lebih efisien dan berurutan. Ada
empat fase dalam model modifikasi tingkah laku ini, yaitu:
a) Fase mesin pengajaran.
b) Penggunaan media.
c) Pengajaran berprograma (linier dan branching)
d) Operant conditioning, dan operant reinforcement

Anda mungkin juga menyukai