Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Sosial
Disusun Oleh:
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat sosial secara erat berkaitan dengan filsafat umum. Interpretasi seorang
Materialis tentang alam semesta dapat berimplikasi pada interpretasinya atas kehidupan
sosial; begitu pula dengan seorang idealis, dualis atau spiritualis. Perkembangan filsafat sosial
mengikuti perubahan penting dalam pandangan filosof. Misalnya, paham individualisme
dapat saja mengikuti idenya Descartes yang menyatakan bahwa “Cogito ergo sum” (Aku
berpikir maka aku ada). Jadi, nampaknya filsafat sosial itu proyek individual, per
kepala.Namun pada faktanya dari ide-ide individual itu kemudian mengkristal dalam dialog
antar masyarakat menjadi sebuah pandangan umum. Pandangan umum inilah yang kemudian
melahirkan keteraturan yang lambat laun menjadi sistem yang secara langsung atau tidak,
dengan terpaksa atau tidak menjadi disepakati. Demikian kira-kira pendapat Durkheim.
Filsafat sosial itu mempunyai dua aktivitas: konseptual yang menjelaskan apa yang seadanya
(what the really is) dan normatif yang menjelaskan apa yang seharusnya (what the really
ought to be). Yang pertama melahirkan sosiologi, psikologi sosial, ekonomi, sejarah dengan
teori-teori sosialnya dan yang kedua menimbulkan filsafat politik, etika, dan hukum. jadi
filsafat sosial tidak melulu dipenuhi oleh penjelasan-penjelasan tentang masyarakat, tetapi
juga penjelasan tentang bagaimana mengubah masyarakat. Tidaklah mengherankan jika salah
satu sifat dari filsafat sosial adalah “pemberontakan.” Mengenai hubungan sosiologi dengan
filsafat, Durkheim menyatakan bahwa sosiologi itu sebagian besar tetap merupakan suatu
disiplin “filsafat”, yang terdiri dari sejumlah generalisasi heterogen yang mencakup segala
aspek serta yang lebih tertumpu pada latar belakang logis dari aturan-aturan a priori daripada
suatu studi empiris yang sistematis. Sosiologi, menurut Durkheim dalam bukunya Suicide,
“masih di dalam taraf membangun dan sintesis-sintesis filsafat. Daripada berusaha untuk
menyoroti suatu bagian yang terbatas dari bidang sosial, sosiologi lebih menyukai
generalisasi-generalisasi yang brilian”. Dari segi kegunaan, filsafat sosial dewasa ini sangat
dirasakan kepentingannya. Hal ini didasarkan pada perubahan dan kemajuan yang bersama-
sama dialami oleh umat manusia banyak sekali berbagai persoalan yang dimintai perhatian,
khususnya yang menyangkut kehidupan sosial manusia. Oleh karena itu, pada makalah kali
ini, akan dibahas mengenai pemikiran salah satu filsuf terkenal yaitu Immanuel Kant yang
mejelaskan tentang filsafat sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Immanuel Kant merupakan filsuf modern yang cukup terkenal. Ia lahir di Konigsberg,
Prusia Timur, Jerman. Ia dilahirkan pada tanggal 22 April 1724. Pemikiran dan karya-
karyanya membawa revolusi yang begitu kuat hingga saat ini. Kant meninggal dunia pada 12
Februari 1804 dan dimakamkan di Katedral Konigsberg. Immanuel Kant wafat dengan
meninggalkan sejumlah karya, diantaranya: General History of Nature and Theory of the
Heavens, On the Form and The principles of the Sensible and Intelligible World, Critique of
Pure Reason, Critique of Practical Reason, Critique of Judgment, Religion within the Bound
of Mere Reason, dan Metaphysics of Moral. Dari sekian banyak karyanya tersebut, ada tiga
karya yang dipandang sangat monumental, yaitu Critique of Pure Reason, Critique of
Practical Reason, dan Critique of Judgement.
Filsafat sosial Immanuel Kant merupakan ungkapan liberalisme yang amat jelas dan
sistematis, namun filsafat itu dikemukakan dalam kerangka filosofis yang mengakomodasi
pelanggaran sepenuhnya atas prinsip-prinsip liberalisme dalam politik aktual negara Bagi
Kant, orang bisa memiliki pengetahuan tentang hak dan kewajiban yang sahih secara
universal, namun pengetahuan ini tidak diturunkan dari pengalaman melainkan dari refleksi
atas hakikat pikiran manusia itu sendiri. Hukum itu adalah hukum kebebasan, dalam
pengertian bahwa mengikuti hukum itu tidak lain adalah mengikuti akal manusia itu sendiri.
Bagi Kant, hukum akal yang mendasar adalah menghindari kontradiksi-diri dalam pandangan
dan tindakan seseorang, ini berarti selalu bertindak sedemikian rupa sehingga prinsip tindakan
seseorang bisa dijadikan hukum universal, sehingga apapun yang dilakukan seseorang, ia
harus bersedia bertindak dengan cara yang sama di dalam semua kasus yang serupa, dan
menerima orang-orang lain yang bertindak dengan cara yang sama. Menurut Kant, idealnya,
manusia seharusnya hidup dalam komunitas makhluk-makhluk rasional yang sempurna, suatu
'kerajaan tujuan-tujuan'. Dalam filsafatnya tentang hukum publik, Kant membela republik
demokratis sebagai bentuk pemerintahan yang paling mendekati ideal dan ia berpendapat
bahwa perjenjangan politik yang turun-temurun adalah sesuatu yang menyimpang, seperti
halnya jabatan profesor turun-temurun.
DAFTAR PUSTAKA
Fink, Hans. 2003. Filsafat Sosial Dari Feodalisme Hingga Pasar Bebas. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.
Lanusi, Lukman. Konsep Moralitas Menurut Immanuel Kant. Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin
UIN Sunan gunung djati Bandung. 2019.
Mutmainnah, Lailiy. Tinjauan Kritis Terhadap Epistemologi Immanuel Kant. Jurnal Filsafat.
Vol. 28, No. 2(2018): hal 75-91.