Anda di halaman 1dari 17

ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)

Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 8(2) : 42-58, September 2019

Trauma Kepala pada Anak: Klasifikasi Hingga Pemantauan Jangka


Panjang

Erny1, Okky Prasetyo2, Denny Prasetyo3


1Pediatric department of medical faculty Wijaya Kusuma University Surabaya
2Fakultas Kedokteran Universitas Ciputra
3Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Gresik

Abstrak

Trauma kepala pada anak sering terjadi akibat jatuh, permainan, kecelakaan lalin dan sebab
lainnya. Tidak seluruh trauma kepala berlanjut menyebabkan cedera otak. Sehubungan dengan
hal tersebut dokter wajib mengetahui diagnosis trauma kepala, mengkalsifikasikan agar dapat
ditentukan derajat trauma kepala yang digunakan untuk menentukan tatalaksana dan
meramalkan hasil luaran terutama yang berkaitan dengan masalah tumbuh kembang anak.
Pengamatan jangka panjang pasca trauma kepala harus dilakukan terutama pada trauma
kepala derajat sedang hingga berat untuk mendeteksi secara dini dan berkelanjutan setiap
kelainan perkembangan anak

Kata Kunci: trauma kepala anak, klasifikasi, pengamatan jangka panjang

Head Trauma in Children: Classification and Long-Term Monitoring


Abstract

Head trauma in children are frequent caused by falling, games, traffic accidents and more. Not
all of head trauma continues to be brain injury. According with this, all of doctor must be able
to established the diagnosis and classified head trauma to determine the optimal management
and prognosis especially related with problems of brain development after head trauma. Long-
term follow up should be done especially in severe and moderate head trauma to early
detection any problems about development progress in this child.

Keywords: head trauma in children, classification, long-term follow up

PENDAHULUAN for Disease Control and Prevention, 2015).


Trauma kepala yang menyebabkan Cedera otak karena trauma pada anak-
cedera otak adalah salah satu bentuk anak adalah salah satu dari penyebab
cedera otak non degenerative yang kematian terbanyak. Menurut Bruce et al
disebabkan oleh benturan, pukulan, (1996), 300.000- 400.000 anak di amerika
ataupun hentakan mendadak pada kepala serikat dibawa ke rumah sakit karena
atau suatu luka tembus di kepala yang cedera kepala setiap tahunnya, dengan
mengganggu fungsi otak normal (Centers angka kematian mencapai 6000- 7000 anak

42
Trauma Kepala pada Anak: Klasifikasi Hingga Pemantauan jangka Panjang
Erny, Okky Prasetyo, Denny Prasetyo

di usia <14 tahun. Sementara di Australia, otak sehingga trauma kepala yang
menurut Mitra et al (2007), terdapat angka berlanjut menjadi cedera otak merupakan
kejadian 765 dari 100.000 per tahun, proses kronis progresif yang berisiko
dimana 40 % memerlukan tindakan menyebabkan gangguan tumbuh kembang
operasi. Data dari riskesdas tahun 2013 dari berbagai aspek (De Pompei et al,
menunjukkan angka kejadian cedera 2010) berdasarkan hal tersebut perlu
kepala pada anak sekitar 0,5 % populasi pemantauan jangka panjang.
dari angka cidera yang lain.
Menurut Mihic et al (2011), KLASIFIKASI TRAUMA KEPALA
penyebab trauma kepala pada anak- anak Klasifikasi trauma kepala dilakukan
yang terbanyak adalah karena jatuh dan untuk menentukan tatalaksana dan
kecelakaan lalu lintas. Pada usia kurang meramalkan hasil luarannya. Klasifikasi
dari 1 tahun, tersering adalah jatuh dari terdiri dari beberapa jenis tergantung
gendongan, tempat tidur dan tempat aspek yang mendasarinya. Berdasarkan
bermain, trauma kepala ini relatif ringan derajat keberatannya, trauma kepala
dan jarang memerlukan tindakan spesifik. diklasifikasikan menjadi trauma kepala
Trauma kepala yang lebih berat dapat ringan, sedang dan berat. Klasifikasi
disebabkan oleh guncangan pada kepala trauma kepala berdasarkan etiologinya
yang berakibat fatal yang dikenal dengan dibagi menjadi cedera primer dan cedera
Shaken baby syndrome dan kekerasan sekunder. Klasifikasi lain berdasarkan dari
dalam rumah tangga yang dapat tingkat keparahan trauma kepala, adanya
menyebabkan perdarahan subdural dan luka diluar kepala, gangguan kesadaran
membutuhkan penanganan yang spesifik. atau memori pasca trauma, trauma kepala
Pada usia yang lebih besar, insiden jatuh dibagi menurut GCS yang sudah
dari ketinggian ataupun kecelakaan akan dimodifikasi (Malec, 2007).
meningkat.
Perbedaan yang nyata dengan
trauma kepala pada dewasa adalah pada
anak masih terjadi proses perkembangan

43
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 8(2) : 42-58, September 2019

Berdasarkan dari nilai GCS saat kejadian otak pada anak oleh Brasure et al (2012)
akut serta gejala penyerta, maka cedera terbagi menjadi:

Derajat Trauma kepala


Kriteria Ringan Sedang Berat
Pencitraan normal normal atau abnormal normal atau abnormal
Hilang kesadaran < 30 menit 30 menit hingga 24 jam > 24 jam
Amnesia pasca trauma 0 - 1 hari >1 dan < 7 hari > 7 hari
Skala koma Glascow 13-15 9-12 3-8
abbreviated injury scale score: kepala 1-2 3 4-6

PENDEKATAN DIAGNOSIS jatuh. Jika trauma kepala akibat


Untuk menegakkan diagnosis, kecelakaan lalin perlu ditanyakan
tatalaksana dan menentukan prognosa, apakah anak menggunakan pelindung
memerlukan serangkaian anamnesa, kepala, apakah anak terlempar jika

pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan terjadi sampai setinggi apa, jika
neurologi dan pemeriksaan penunjang jika terseret posisi kepala dimana apakah
diperlukan. jatuh pada posisi kepala dibawah atau
Anamesa yang perlu digali meliputi: tidak.
1. Mekanisme trauma, ketinggian jatuh, 2. Kesadaran anak setelah kejadian
alas saat jatuh dan posisi tubuh saat trauma kepala apakah anak masih

44
Trauma Kepala pada Anak: Klasifikasi Hingga Pemantauan jangka Panjang
Erny, Okky Prasetyo, Denny Prasetyo

sadar baik, menangis atau tidak, untuk Pemeriksaan fisik:


anak yang sudah bisa berbicara apakah 1. pemeriksaan tanda vital, tekanan
anak masih merespon pertanyaan atau darah, nadi respirasi dan derajat
tidak dan jika terjadi gangguan kesadaran sesuai dengan skala koma
kesadaran berapa lama terjadi. glasgow pediatrik untuk stabilisasi
3. Apakah ada cedera ganda dibagian segera untuk kelangsungan hidup
tubuh yang lain dan seberapa parah dasar.
dan apakah terjadi perdarahan yang 2. Status mental dievaluasi apakah anak
masif. Setelah kejadian trauma apakah masih menangis, responsif atau diam,
anak masih mengingat orang tuanya, gaduh gelisah hingga agitasi.
lokasi kecelakaan dan pada anak yang 3. Status lokalis trauma perlu diperinci
relatif sudah besar apakah masih dengan cermat misalnya jika ada
mengingat mekanisme kecelakaan. benjolan, lokasi, besar, rasa nyeri,
4. Apakah ada muntah spontan yang berdenyut atau tidak (pulsatif).
terjadi tanpa sebab lainnya 4. Kepala:
5. Nyeri kepala hebat a. Jejas trauma apakah ada
6. Perdarahan dari hidung, telinga atau hematoma, lacerasi, luka terbuka,
mulut. depresi tulang, gigi patah atau
7. Kejang spontan saat trauma atau tanggal
beberapa saat setelah trauma kepala. b. Cairan yang keluar melalui telinga,
8. Apakah terjadi perubahan perilaku hidung dan mulut, battle sign,
anak yang bermakna setelah trauma racoon eyes.
dan apakah ada gangguan pola tidur c. Wajah asimetris atau tidak.
pasca trauma. d. Refleks pupil isokor atau anisokor,
9. Riwayat tumbuh kembang anak hingga diameter pupil dan refleks cahaya.
saat trauma kepala terjadi untuk e. Evaluasi nervi cranialis apakah ada
menentukan potensi awal anak. lateralisasi atau tidak.
Keseluruhan anamnesa perlu digali dengan 5. Leher:
cermat disamping juga perlu dipikirkan a. Jejas trauma, lokasi, jika ada
kemungkinan penyebab child abuse yang secepatnya harus dilakukan
memunculkan gejala serupa. stabilisasi dan imobilisasi untuk
mencegah cedera baru akibat
perlakuan.

45
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 8(2) : 42-58, September 2019

b. Kaku kuduk jika dicurigai terjadi PCV (Packed Cell Volume) terutama pada
kebocoran cairan serebrospinal trauma kepala dengan perdarahan masif.
tetapi terdapat jejas diseputar Kondisi anemia harus diwaspadai
leher maka pemeriksaan mengingat hemoglobin sebagai molekul
meningeal sign dapat dilakukan pengangkut oksigen harus dijaga
ditempat lain misalnya memeriksa kecukupannya untuk mencegah terjadinya
tanda kerniq atau laseque. hipoksia yang akan menyebabkan cedera
6. Pemeriksaan jejas diluar kepala yang otak sekunder akibat kerusakan
berpotensi menyebabkan perdarahan mekanisme autoregulasi pembuluh darah
baik yang nyata atau perdarahan otak yang menyebabkan tekanan darah
internal. diotak akan sangat tergantung pada
7. Pemeriksaan sensorimotor untuk tekanan darah sistemik (Brain Trauma
menilai pergerakan apakah masih Foundation, 2007).
spontan, simetris dan terkoordinasi Keterkaitan antara jumlah lekosit
dengan baik atau tidak. Pemeriksaan darah tepi dengan berbagai penyakit pada
refleks fisiologis, patologis untuk sistem saraf pusat yang berkaitan dengan
menilai keterlibatan parenkim otak. proses inflamasi sudah dievaluasi sejak
tahun 1896. Menghitung rasio Netrofil
PEMERIKSAAN PENUNJANG terhadap limfosit (RNL) adalah salah satu
Pemeriksaan penunjang petanda yang mudah dilakukan. Penelitian
diindikasikan pada trauma kepala derajat secara umum mendapatkan adanya
sedang berat. Pemeriksaan penunjang peningkatan jumlah netrofil yang
meliputi pemeriksaan laboratorium yang besamaan dengan penurunan jumlah
terdiri dari pemeriksaan darah lengkap, limfosit segera setelah terjadi cedera
serum elektrolit, gula darah dan jaringan termasuk pada cedera otak.
S100B/calcium-binding protein B Penelitian sebelumnya juga menemukan
(biomarker yang menunjukkan kerusakan keterkaitan antara RNL dengan cedera
sel otak). Pemeriksaan penunjang lainnya iskemik cerebral (Merlin et al, 2018).
adalah radiologis yang terdiri dari CT Scan Peningkatan jumlah lekosit darah tepi
kepala atau MRI kepala dan pemeriksaan terutama netrofil mengindikasikan terjadi
EEG. respon inflamasi pasca trauma kepala
Pemeriksaan darah lengkap untuk minor pada anak (Rovlias et al, 2001). Hasil
mengevaluasi penurunan kadar Hb dan penelitian tersebut mengesankan bahwa

46
Trauma Kepala pada Anak: Klasifikasi Hingga Pemantauan jangka Panjang
Erny, Okky Prasetyo, Denny Prasetyo

stress karena trauma dapat menyebabkan konsumsi trombosit secara bermakna pada
demarginasi lekosit yang nyata walaupun tempat migrasi lekosit segera setelah
trauma kepala yang terjadi bukan trauma kepala. Hubungan terbalik
tergolong berat. Pada penelitian lanjutan dilaporkan antara jumlah trombosit dan
ditemukan korelasi positif antara lekosit Mean Platelet Volume (MPV) pada kondisi
dan kadar neutrofil dengan derajat fisiologis dan patologis untuk memelihara
keberatan trauma dan skor Acute hemostasis dengan menjaga kestabilan
Ischaemic Stroke (AIS). Rovlias et al jumlah trombosit (Turfan et al, 2013).
melaporkan bahwa pasien dengan trauma Peneliti menekankan bahwa hasil rasio
kepala berat secara bermakna MPV/N untuk identifikasi derajat trauma
menunjukkan peningkatan lekosit secara dapat digunakan sebagai parameter untuk
bermakna dibanding dengan trauma merencanakan tindakan pemeriksaan
kepala derajat sedang – ringan. lanjutan (Berksoy and Anil, 2019).
Peningkatan jumlah lekosit merupakan Komplikasi sistemik terutama
akibat dari peningkatan kortisol dan disebabkan oleh kondisi hipoksemia,
katekolamin yang terjadi pada trauma hipotensi, hipertensi, hiperglikemia dan
kepala dan semakin tinggi jumlah lekosit hipoglikemia [Jeremitsky et al, 2003).
pada saat pasien masuk RS merupakan Diantara komplikasi sekunder tersebut,
presenden keburukan prognosis (Rovlias et hiperglikemia merupakan salah satu hal
al, 2001). yang sering terjadi dan berhubungan
Evaluasi trombosit juga dengan derajat cedera dan hasil luaran
menunjukkan hubungan yang erat dengan pasien [Rovlias and Kotsou, 2000).
derajat trauma kepala, skor GCS, hasil Beberapa penelitian sebelumnya
luaran klinis dan lama tinggal di RS. menunjukkan bahwa hiperglikemia
Validitas trombositopenia digunakan berperan penting dalam mempercepat
sebagai faktor prediktor untuk keburukan keburukan hasil klinis pada trauma kepala.
prognosis setelah trauma kepala dengan Mekanisme yang memicu terjadinya
spesifisitas 77,4%, Odd’s rasio 3,1, risiko hiperglikemia setelah trauma kepala
relatif 2,15 (Kamal et al, 2011). penurunan adalah respon akibat strees fisik, respon
jumlah rata rata trombosit secara paralel inflamasi, diabetes mellitus, disfungsi
terjadi sesuai dengan derajat trauma kelenjar pituitary dan atau hipothalamus,
kepala (Lippi et al, 2013). Hal tersebut pembedahan dan anestesia. Pasien trauma
terjadi akibat karena terjadi peningkatan kepala dengan hiperglikemia memiliki

47
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 8(2) : 42-58, September 2019

peningkatan risiko perburukan hasil luaran Secretion (SIADH). Penelitian yang


dan kematian lebih nyata dengan kondisi menyimpulkan bahwa ANP (Atrial naturetic
hiperglikemia persisten dibanding dengan peptide) berperan penting menyebabkan
hiperglikemia sesaat setelah trauma (Seyed hiponatremia pada pasien dengan
et al, 2012). Efek langsung lainnya akibat Subarachnoid haemorrhagic (SAH) dengan
hiperglikemia adalah asidosis laktat, terjadi ekkresi masif natrium dan air.
gangguan keseimbangan elektrolit, Peningkatan ekskresi urine terjadi akibat
inflamasi, penyakit pembuluh darah, inhibisi dari proses reabsorbsi natrium di
kerusakan SDO dan hiperpermeabilitas (Shi ginjal. Pasien dengan truma kepala berat
et al, 2016). juga memiliki risiko tinggi terjadi
Gangguan keseimbangan elektrolit hipokalemia, hal ini diduga berkaitan
yang terjadi setelah trauma kepala dengan peningkatan pengeluaran urine.
merupakan salah satu hal yang harus Perubahan kalsium serum menyebabkan
dimonitor. Natrium adalah elektrolit utama beberapa manifestasi klinis yang pada
yang harus dimonitor disamping Kalium, awalnya menyebabkan tetani hingga
Caksium dan fosfat. Berdasarkan dari hasil kejang. Hal ini akibat respon abnormal
CT Scan kepala beberapa kasus trauma neuron terhadap akumulasi kalsium
kepala berhubungan dengan berbagai intraseluler pada trauma kepala.
gangguan keseimbangan elektrolit yang Keseluruhan gangguan keseimbangan
secara khusus terjadi dalam 24 jam elektrolit harus dipantau untuk mencegah
pertama setelah resusitasi (Suman et al, terjadinya gangguan otak sekunder.
2016). Elektrolit yang sering mengalami Pemeriksaan S100B dianjurkan untuk
kekacauan adalah kadar Natrium dan mengurangi penggunaan CT Scan kepala
kalium serum yang terjadi secara sekunder untuk menurunkan risiko radiasi yang
akibat resusitasi dan terapi farmakologi berbahaya untuk perkembangan otak anak
(penggunaan furosemid dan manitol). [Brenner and Hall, 2007). S100B adalah
Penggantian volume dengan cairan protein yang bersifat neurotropik, dan
isotonik tidak hanya memiliki efek terapi kadar dalam serum secara umum
yang terbatas tetapi dapat memperberat meningkat pada populasi anak yang masih
edema otak pasca trauma kepala (Berger mengalami perkembangan otak (Astrand et
et al, 1994). Hiponatremia juga dapat al, 2012; Berger and Kochanek, 2006).
disebabkan oleh Syndrome of Peningkatan kadar serum S100B ditemukan
Inappropriate Antidiuretic Hormone pada trauma kepala berat sehingga hasil

48
Trauma Kepala pada Anak: Klasifikasi Hingga Pemantauan jangka Panjang
Erny, Okky Prasetyo, Denny Prasetyo

tersebut dapat digunakan sebagai faktor salah satu pemeriksaan radiologis yang
prediktor keburukan hasil luaran (Berger et masih sering dipakai sampai sekarang.
al, 2010). Pasien cedera kepala berat Penggunaan MRI saat ini lebih banyak
dengan kadar Protein S100B 120 jam pasca digunakan karena menunjukkan hasil yang
trauma yang tinggi, memiliki hasil keluaran lebih sensitif daripada CT scan, namun
yang buruk (Thelin et al, 2017). karena faktor alat dan biaya, CT scan masih
Beberapa modalitas pemeriksaan menjadi alat bantu penegakan diagnosa
pencitraan saat ini banyak dilakukan pada yang utama. CATCH (Canadian Assessment
kasus trauma kepala pada anak misalnya of Tomography for Childhood Head injury)
CT scan Kepala dan MRI Kepala. Tentunya dan PECARN (Pediatric Emergency Care
ada banyak pertimbangan untuk Applied Research Network) adalah
melakukan pemeriksaan tersebut beberapa algoritma yang dipakai untuk
mengingat risiko radiasi yang dapat menentukan penggunaan CT scan pada
mengganggu proses perkembangan otak pasien dengan cedera otak ringan
untuk anak usia < 2 tahun. CT scan adalah

Gambar 1. Panduan pemeriksaan CT scan kepala menurut PECARN pada anak usia < 2 tahun

Gambar 2. Panduan pemeriksaan CT Scan kepala menurut PECARN pada anak usia >2 tahun

49
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 8(2) : 42-58, September 2019

Gambar 3. Indikasi CT Scan kepala merurut Catch rule berdasarkan derajat risiko pada trauma kepala
Kegunaan EEG yang terutama untuk keburukan hasil luaran pada 99.5% pasien
menegakkan diagnosis status epileptikus (Carter and Butt, 2001).
non konvulsivus yang dapat mengikuti
kejadian trauma kepala. Penelitian PENATALAKSANAAN
menunjukkan pada 22% trauma kepala Prinsip penatalaksanaan trauma
dapat terjadi manifestasi klinis kejang kepala adalah stabilisasi tanda vital,
konvulsi maupun non konvuksi (Vespa et mempertahankan tekanan intrakranial
al, 1999, Aquino et al, 2017). Penelitian yang fisiologis dan melakukan koreksi
pada 2012 kasus menunjukkan gambaran defisit elektrolit, dan parameter-parameter
EEG dengan perlambatan yang berat dan dari hasil pemeriksaan darah lengkap serta
supresi pada gelombang delta berkaitan mengevaluasi trauma ditempat lain
dengan keburukan hasil luaran pada 3-6 (Pineda et al, 2013).
bulan pada pasien dengan trauma kepala. Stabilisasi tekanan intrakranial
Meta analisis dari kemampuan EEG sebagai dilakukan disamping untuk tatalaksana
faktor prognostik pada 44 penelitian akut juga untuk mencegah cedera otak
trauma kepala berat dengan mengekslusi sekunder. Cedera otak sekunder terjadi
lesi lokal yang nyata, dilakukan dekompresi akibat hipoperfusi jaringan otak dan
kraniotomi, atau adanya penumpukan menyebabkan penumpukan hasil
cairan subdural dan ekstradural, hasil EEG metabolisme. Hal ini menyebabkan edema
berupa tidak ditemukan somatosensory otak dan meningkatkan tekanan intra
evoke potensial bilateral berkaitan dengan kranial (Kochaneck al, 2012). Adelson et al
50
Trauma Kepala pada Anak: Klasifikasi Hingga Pemantauan jangka Panjang
Erny, Okky Prasetyo, Denny Prasetyo

(2003) mengatakan bahwa cedera kepala semakin ditinggalkan dan saat ini banyak
dengan GCS < 8 perlu mempertimbangkan digunakan cairan yang bersifat hipertonis
pemasangan alat pengukuran tekanan saline. Hipertonis saline juga meningkatkan
intracranial, termasuk bayi dengan ubun- volume di pembuluh darah dengan
ubun yang masih terbuka. Pada penelitian menarik cairan di parenkim otak tetapi
lain menyatakan bahwa menjaga tekanan memiliki efek diuresis yang lebih rendah.
perfusi otak antara 40 mmHg – 65 mmHg Penggunaan terapi hipotermia
penting dilakukan untuk mencegah cedera bertujuan untuk menghindari cedera otak
otak sekunder (Adelson et al, 2003). sekunder akibat peningkatan metabolisme
Terapi konvensional pada cedera otak (Kochaneck et al, 2012).
otak adalah head up 30°, pencegahan Pengembalian suhu tubuh (rewarming)
hipotermia/ hipertermia, analgesia, sedasi, harus dilakukan dengan perlahan (0,5° C -
terapi hyperosmolar, diuretic, dan 1°C) per 3 – 4 jam, karena dapat
intervensi pembedahan lainnya. Head-up mengakibatkan efek rebound pada
30° bertujuan menurunkan tekanan peningkatan tekanan intracranial (Adelson,
intracranial menggunakan prinsip gravitasi. et al, 2005).
Keuntungan lain dari posisi ini adalah Penggunaan barbiturate
meningkatkan venous return dan (phenobarbital, thiopental) dalam dosis
memperbaiki distribusi dari cairan cerebro tinggi dapat menurunkan tekanan
spinal. Beberapa penelitian menunjukkan intracranial, pada saat terapi lain seperti
bahwa posisi horizontal lebih baik untuk pembedahan tidak efektif. (kochanek,
menaikkan tekanan perfusi otak (cerebral 2012) hal tersebut karena barbiturate
perfusion pressure), namun posisi menurunkan demand metabolisme dan
horizontal ini cenderung untuk menurunkan ROS serta lipid peroxide.
meningkatkan tekanan intra kranial, Tetapi karena barbiturat juga menimbulkan
sehingga dapat memicu cedera otak hipotensi, penurunan cardiac output,
sekunder. pemakaian barbiturate biasanya
Penggunaan terapi hyperosmolar digolongkan pada terapi tingkat ke tiga,
mannitol bertujuan menurunkan tekanan apabila terapi –terapi lain dan pembedah
intracranial, tetapi karena menyebabkan tidak bisa dilakukan.
rebound ischemic effect, hipovolemi akibat Terapi hiperventilasi merupakan
diuresis, dan gangguan keseimbangan salah satu tatalaksana awal pada pasien
elektrolit, maka penggunaan mannitol dengan tujuan mencegah hipokarbia

51
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 8(2) : 42-58, September 2019

sehingga terjadi vasokonstriksi relatif efek minimal pada kardiovaskuler, memiliki


pembuluh darah otak dengan tujuan akhir onset dan offset kerja pendek, gampang di
menurunkan tekanan intrakranial. Tetapi titrasi, termetabolisir dengan baik,
yang harus dihindari adalah hiperventilasi memiliki efek anti kejang, tidak memiliki
agresif karena justru akan menyebabkan metabolit aktif, dan interaksi dengan obat-
iskemia dan menyebabkan cedera otak obat lainnya minimal.
sekunder (kochanek, 2012). Sehingga, para Terapi pembedahan tergantung
ahli menyarankan bahwa hiperventilasi kasus masing-masing. Pembedahan yang
secara agresif harus dihindari pada 48 jam dilakukan bertujuan untuk mengatasi
pertama setelah kejadian trauma. Menurut masalah bedah murni misalnya fraktur
guideline dari AHA tahun 1992, justru yang tulang tengkorak atau mengatasi masalah
harus dilakukan adalah terapi akibat terbentuknya SOP di otak
normoventilasi pada kasus cedera otak (kochanek, 2012).
pada trauma.
Pemberian sedasi dan analgesia PROGNOSIS
berdasarkan prinsip bahwa rasa nyeri Faktor yang menentukan prognosis adalah
dapat meningkatkan demand metabolism usia, mekanisme cedera, skor GCS pediatrik
dari otak, sehingga dapat menaikkan pasca resusitasi, reaktivitas pupil, tekanan
tekanan intracranial, mual dan muntah darah, tekanan intrakranial pasca
juga dapat merangsang saraf simpatis resusitasi, durasi gangguan kesadaran,
sehingga meningkatkan tekanan darah dan gangguan keseimbangan tubuh dan ukuran
meningkatkan risiko perdarahan pada saat dan macam lesi intrakranial.
pasca operasi, stress karena nyeri dan tidak
nyaman juga dapat memberikan trauma PEMANTAUAN JANGKA PANJANG
psikologis. Reaksi fisiologis dari terapi, Pemantauan jangka panjang
seperti batuk karena pemakaian selang diperlukan untuk mengevaluasi hasil luaran
hisap dan menggigil karena terapi baik yang bersifat fisik dan disabilitas
hipotermia juga dapat meningkatkan intelektual. Perlu ditekankan protokol yang
demand metabolism dari otak. Semua bersifat komprehensif, rehabilitasi
reaksi tersebut menjadi dasar multidisiplin untuk mempercepat
diperlukannya obat- obatan sedasi dan pemulihan dan memfasilitasi kelancaran
analgesic (kochanek, 2012). Penggunaan transisi dari perawatan di rumah hingga
sedasi untuk cedera otak harus memiliki anak dapat bersekolah kembali. Perlu
52
Trauma Kepala pada Anak: Klasifikasi Hingga Pemantauan jangka Panjang
Erny, Okky Prasetyo, Denny Prasetyo

dikembangkan komunikasi yang intensif psikososial mungkin terjadi terutama pada


dan berkesinambungan antara dokter usia prasekolah (Vaca, 2018)
sepesialis rehabilitasi medik, anggota
keluarga dan tenaga pendidik. Kolaborasi NASEHAT UNTUK ORANG TUA
tersebut memerlukan kejelasan kelainan Pertolongan pertama yang dilakukan
fungsi yang terjadi akibat trauma kepala dengan tidak benar dapat memperburuk
sebelumnya dan diharapkan meningkatkan kondisi bahkan dapat mempercepat
potensi positif anak pada waktu yang akan perburukan hingga fatal. Hal-hal yang perlu
datang (Kurihara et al, 2012). Pada diketahui orang tua sehubungan dengan
penelitian kohort trauma kepala anak pertolongan pertama yang benar pada saat
dengan skor GCS 3 atau 4, angka mortalitas terjadi trauma kepala adalah:
berkisar 56,6% pada tahun 1 setelah  Trauma kepala yang tidak
trauma kepala. Namun sekitar 15% pasien menunjukkan jejas misalnya
menunjukkan hasil luaran yang baik pada hematoma baik di kepala atau wajah,
>10 tahun setelah trauma. Respon pupil tidak ada muntah spontan tanpa
saat datang di ruang IGD, kejadian provokasi, tidak ada perubahan
hipotermia dan mekanisme trauma kepala perilaku anak sehari-hari, tidak ada
memiliki kaitan erat dengan daya hidup kejang spontan tanpa provokasi, tidak
dan hasil luaran (Fulkerson et al, 2015). perlu dirawat di RS tetapi
Pemeriksaan Neuroimaging merupakan pendampingan dan observasi anak
bagian yang tidak terpisahkan dalam oleh observer yang sama setiap 2-3
tatalaksana trauma kepala berat pada jam sekali perlu dilakukan selama 72
anak. Pemeriksaan MRI dan H-Magnetic jam pasca trauma kepala
resonance spectroscopy dapat digunakan  Tirah baring atau pembatasan aktivitas
untuk menentukan beberapa parameter fisik
sensitif yang dapat digunakan sebagai  Selama masa observasi anak tidak
faktor prediktor gangguan fungsi neurologi boleh mengkonsumsi obat-obatan
yang bersifat kronik (Suskauer and yang bersifat sedatif dan anti muntah
Huisman, 2009). Pada sebagian besar kasus karena akan menimbulkan efek
trauma kepala ringan pada anak tidak sublimasi jika gejala muncul
menyebabkan efek ikutan jangka panjang,  Jangan diberikan makanan dan
tetapi masalah jangka panjang pada fungsi minuman yang menimbulkan banyak

53
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 8(2) : 42-58, September 2019

gas dilambung karena akan memicu secara umum mengenai kondisi anaknya.
muntah Secara pasti observasi tumbuh kembang
Segera dibawa ke RS jika: wajib dilakukan pasca trauma kepala untuk
 Anak tampak lebih banyak tidur dari deteksi dini dan intervensi dini.
kebiasaannya dan lebih sulit
dibangunkan DAFTAR PUSTAKA
 Perubahan perilaku yang bermakna Adelson PD, Bratton SL, Carney NA, et al,
misalnya mejadi histeria, marah tanpa 2003. Guidelines for the acute
alasan, atau justru sulit diajak medical management of severe
komunikasi traumatic brain injury in infants,
 Muntah tanpa masalah di pencernaan children, and adolescents.
yang terus menerus Chapter 5. Indications for
 Kejang baik pada wajah atau anggota intracranial pressure monitoring
gerak in pediatric patients with severe
 Keluhan sakit kepala yang memberat traumatic brain injury. Pediatr
disertai dengan kaku pada leher Crit Care Med, 4(3 Suppl): S19-24.
 Tampak keluar cairan atau darah dari [PMID:12847341]
telinga, hidung Aquino L, Kang CY, Harada MY, Ko A, Do-

 Pada bayi atau anak usia <18 bulan jika Nguyen A, Ley EJ, et al, 2017. Is

tampak sulit minum dan ubun-ubun Routine Continuous EEG for

besar membonjol Traumatic Brain Injury

 Terdapat gangguan gerak misalnya Beneficial?. Am Surg, 83

tangan dan kaki tampak lemas untuk (12):1433-1437

bergerak Astrand R, Romner B, Reinstrup P, Friis-

Pertanyaan yang sering disampaikan pada Hansen L, Unden J, 2012.

dokter adalah apakah anaknya akan Comparison between capillary,

normal seperti sedia kala setelah trauma venous and arterial levels of

kepala. Sebagai dokter seharusnya protein S100B in patients with

menyampaikan fakta secara obyektif sesuai severe brain pathology. Clin Chem

dengan temuan secara klinis maupun hasil Lab Med, 50:1055–1061

pemeriksaan penunjang. Hasil-hasil Berger S, Schurer L, Hartl R, Deisbock T,

tersebut harus teranalisis dengan Dautermann C, et al, 1994. 7,2%

gamblang dan mudah dipahami orang tua NaCl/10% dextran-60 versus 20%

54
Trauma Kepala pada Anak: Klasifikasi Hingga Pemantauan jangka Panjang
Erny, Okky Prasetyo, Denny Prasetyo

mannitol for treatmen DW, Rosenthal G, Schouten J,


intracranial hipertension. Acta Shutter L, Timmons SD, Ullman
Neuroped Suppl(Wien), 60: 494- JS, Videtta W, Wilberger JE,
498 Wright DW, 2007. Guidelines for
Berger RP and Kochanek PM, 2006. Urinary the management of severe
S100B concentrations are traumatic brain injury. I. Blood
increased after brain injury in pressure and oxygenation. J
children: a preliminary study. Neurotrauma, 24(suppl 1): S7-13
Pediatr Crit Care Med, 7(6): 557– Brasure M, Lamberty GJ, Sayer NA, Nelson
561 NW, Macdonald R, Ouellette J,
Berger RP, Bazaco MC, Wagner AK, Tacklind J, et al, 2012.
Kochanek PM, Fabio A, 2010. Multidisciplinary postacute
Trajectory analysis of serum rehabilitation for moderate to
biomarker concentrations severe traumatic brain injury in
facilitates outcome prediction adults. Agency for Healthcare
after pediatric traumatic and Research and Quality (AHRQ)
hypoxemic brain injury. Dev Comparative Effectiveness
Neurosci, 32: 396–405 Reviews, 72, ES1–ES20. Available
Berksoy EA and Anil M, 2019. Effectiveness at: http://
of complete blood count effectivehealthcare.ahrq.gov/ehc
parameters for Predicting /products/283/1141/CER72_TBIP
intracranial injury in children with ostacute_FinalReport_20120725.
minor head trauma. Sanamed, pdf
14(1): 59-65 Brenner DJ and Hall EJ, 2007. Computed
Brain Trauma Foundation; American tomography–an increasing source
Association of Neurological of radiation exposure. N Engl J
Surgeons; Congress of Med, 357:2277–2284
Neurological Surgeons; Joint Bruce DA, 1996. Pediatric head injury. In
Section on Neurotrauma and Wilkin RH, Rengachary SS, eds.
Critical Care, Bratton SL, Chestnut Neurosurgery, 2nd ed. New york,
RM, Ghajar J, McConnell St Louis, San Francisco: McGraw-
Hammond FF, Harris OA, Hartl R, Hill, Health Proffesion Devision,
Manley GT, Nemecek A, Newell pp: 2079-714

55
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 8(2) : 42-58, September 2019

Carter BG and Butt W, 2001. Review of the endogenous cortisol production


use of somatosensory evoked in severe pediatric head injury.
potentials in the prediction of Intensive Care Med. 14(2):163-6.
outcome after severe brain Fulkerson DH, White IK, Rees JM, Baumanis
injury. Crit Care Med, 29(1):178- MM, Smith JL, Ackerman LL, Boaz
86 JC, Luerssen TG, 2015. Analysis of
Centers for Disease Control and long-term (median 10.5 years)
Prevention, 2003. Report to outcomes in children presenting
congress on mild traumatic brain with traumatic brain injury and
injury in the United States: Steps an initial Glasgow Coma Scale
to prevent a serious public health score of 3 or 4. J Neurosurg
problem. Atlanta (GA): National Pediatr, 16(4): 410-9
Center for Injury Prevention and Jeremitsky E, Omert L, Dunham CM,
Control Protetch J and Rodriguez A, 2003.
Centers for Disease Control and Harbingers of poor outcome the
Prevention, 2015. Report to day after severe brain injury:
conggress on traumatic brain hypothermia, hypoxia, and
injury in USA: Epidemiology and hypoperfusion. J Trauma, 54:312-
rehabilitation. Atlanta, GA: 319
Author Shi J, Dong B, Mao Y, Guan W, Zhu R ang
Centers for Disease Control and Wang S, 2016. Review: traumatic
Prevention, 2014. TBI data and brain injury and hiperglycemia, a
statistics. potentially modifiable risk factor.
Ciurea AV, Tascu A, Brehar FM, et al, 2009. oncotarget, 7(43): 71052-7061
A life threatening problem in Kamal HM, Sammou H, Mardini AA, Zaitoni
infants: supratentorial epidural A, 2011. Fall of platelet count in
hematoma. J Med Life. 2(2):191-5 children with traumatic brain
DePompei R, 2010. Pediatric Traumatic injury: is it of value? Chin J
brain injury: Where do we go Traumatol, 14(6):336-42.
from here? The Asha leader, Khanna S, Davis D, Peterson B, et al, 2000.
15:16-20 Use of hypertonic saline in the
Fanconi S, Klöti J, Meuli M, et al, 1988 treatment of severe refractory
Dexamethasone therapy and posttraumatic intracranial

56
Trauma Kepala pada Anak: Klasifikasi Hingga Pemantauan jangka Panjang
Erny, Okky Prasetyo, Denny Prasetyo

hypertension in pediatric Mihic J, Rotim K, Marcikic M, Smiljanic D,


traumatic brain injury. Crit Care 2011. Head Injury in Children.
Med, 28(4):1144-51. Acta Clin Croat, 50(4):539-548
Kochanek PM, Carney N, Adelson PD, Mitra B, Cameron P, Butt Warwick, 2007.
Ashwal S, Bell MJ, Bratton S, et al, Population-based study of
2012. Guidelines for the acute paediatric head injury. J of Paed
medical management of severe and child Health, 43(3): 154-159
traumatic brain injury in infants, Pineda JA, Leonard JR, Mazotas IG, Noetzel
children, and adolescents-- M, Limbrick DD, et al, 2013. Effect
second edition. Pediatr Crit Care of implementation of paediatric
Med, 13 Suppl 1: S1-82. neurocritical care programme on
Kurihara M, Shishido A, Yoshihashi M, outcome after severe traumatic
Fujita H, Kohagizawa T, 2012. brain injury: a retrospective
Prognosis of posttraumatic cohort study. Lancet Neurol,
epilepsy in children. J Jpn Epilepsy 12(1): 45-52
Soc, 29: 460– 469 Rovlias A and Kotsou S, 2000. The influence
Lippi G, Carbucicchio A, Benatti M, of hyperglycemia on neurological
Cervellin G, 2013. The mean outcome in patients with severe
platelet volume is decreased in head injury. Neurosurgery, 46:
patients with mild head trauma 335-342
and brain injury. Blood Coagul Rovlias A and Kotsou S, 2001. The Blood
Fibrinolysis, 24(7): 780–3 Leucocyte count and its
Malec JF, Brown AW, Leibson CL, Flaada JT, prognostic significance in severe
Mandrekar JN, Diehl NN, and head injury. Surg Neurol, 55(4):
Perkins PK, 2007. The Mayo 190–6
classification system for Seyed Saadat SM, Bidabadi E, Seyed Saadat
traumatic brain injury severity. SN, Mashouf M, Salamat F and
Journal of Neurotrauma, 24(9), Yousefzadeh S. Association of
1417–1424 persistent hyperglycemia with
Kastilong M, Subrata I, Tangkudung G, outcome of severe traumatic
Khosama H, 2018. Rasio neutrofil brain injury in pediatric
limfosit dan luaran cedera kepala. population. Childs Nerv Syst.
J sinaps, 1(2): 20-28 28(10): 1773-1777

57
ISSN 1978-2071 (Print); ISSN 2580-5967 (Online)
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 8(2) : 42-58, September 2019

Song SS and Lyden P, 2013. Overview of Thelin EP, Nelson DW, Bellander BM, 2017.
therapeutic hypotermia. Curr A review of the clinical utility of
Treat Options Neurol, 14(6): 541- serum S100B protein level in the
548 assessment of traumatic brain
Silvia DV , Linda WX , Juliet N, Christine injury. Act Neurochir, 159:209-25
M, Benjamin JL , Joel K, et al, Turfan M, Erdogan E, Ertas G, Duran M,
2018. Long-term follow-up of Murat SN, Celik E, et al, 2013.
pediatric head trauma patients Usefulness of mean platelet
treated at Mulago National volume for predicting stroke risk
Referral Hospital in Uganda. J of in atrial fibrillation patients.
Neurosurg, 23:1-133. Blood Coagul Fibrinolysis, 24(1):
Suman S, Kumar N, Singh Y, Kumar V, et al, 55–8
2016. Evaluation of serum Vespa PM, Nuwer MR, Nenov V, Ronne-
electrolytes in TBI patients: Engstrom E, Hovda DA, et al,
prospective randomized 1999. Increased incidence and
observational study. J of Anes and impact of nonconvulsive and
Crit Care. 5(3): 1-6 convulsive seizures after
Suskauer SJ, Huisman TA, 2009. traumatic brain injury as detected
Neuroimaging in pediatric by continuous
traumatic brain injury: current electroencephalographic
and future predictors of monitoring. J Neurosurg,
functional outcome. Dev Disabil 91(5):750-60
Res Rev, 15(2): 117-23

58

Anda mungkin juga menyukai