Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

AKAD MUSYARAKAH

Disusun oleh :
VERINA AYUSTRI ALNI

NIM : 2061206110006

FAKULTAS AGAMA ISLAM

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

ANGKATAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.

Padang, 20 April 2021

Verina Ayustri Alni

NIM : 2061206110006
A. Pengertian Akad Musyarakah
Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (percampuran) atau
persekutuan dua orang atau lebih, sehingga antara masing-masing sulit
dibedakan. Istilah lain dari musyarakah adalah sharikah atau syirkah atau
kemitraan.
PSAK No. 106 mendefinisikan musyarakah sebagai akad kerja
sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian
berdasarkan kontribusi dana. Investasi musyarakah dapat dalam bentuk
kas, setara kas, atau aset nonkas.
Musyarakah merupakan akad kerja sama diantara pemilik
modal yang mencampurkan modal mereka dengan tujuan mencari
keuntungan. Modal yang ada harus digunakan dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan bersama sehingga tidak boleh digunakan
untuk kepentingan pribadi atau dipinjamkan pada pihak lain tanpa seizi
mitra lainnya.

B. Karakter Akad Musyarakah


Karakteristik ketentuan akuntansi pada musyarakah :

(1) Para mitra (syarik) bersama-sama menyediakan dana untuk mendanai


suatu usaha tertentu dalam musyarakah, baik usaha yang sudah berjalan
maupun yang baru. Selanjutnya mitra dapat mengembalikan dana tersebut
dan bagi hasil yang telah disepakati nisbahnya secara bertahap atau
sekaligus kepada entitas (mitra lain).

(2) Investasi musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau
aset nonkas, termasuk asset tidak berwujud, seperti lisensi dan hak paten.

(3) Karena setiap mitra tidak dapat menjamin dana mitra lainnya, setiap
mitra dapat meminta mitra lainnya untuk menyediakan jaminan atas
kelalaian atau kesalahan yang disengaja. Beberapa hal yang menunjukkan
adanya kesalahan yang disengaja ialah (a) pelanggaran terhadap akad antara
lain penyalahgunaan dana investasi, manipulasi biaya, dan pendapatan
operasional; atau (b) pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.

(4) Jika tidak terdapat kesepakatan antara pihak yang bersengketa, kesalahan
yang disengaja harus dibuktikan berdasarkan keputusan institusi yang
berwenang.

(5) Pendapatan usaha musyarakah dibagi di antara para mitra secara


proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas maupun
asset nonkas lainnya) atau sesuai nisbah yang disepakati oleh para mitra.
Sedangkan rugi dibebankan secara proporsional sesuai dengan dana yang
disetorkan (baik berupa kas maupun aset nonkas lainnya).

(6) Jika salah satu mitra memberikan kontribusi atau nilai lebih dari mitra
lainnya dalam akad musyarakah, mitra tersebut dapat memperoleh
keuntungan lebih besar untuk dirinya. Bentuk keuntungan lebih tersebut
dapat berupa pemberian porsi keuntungan yang lebih besar dari porsi
dananya atau bentuk tambahan keuntungan lainnnya.

(7) Porsi jumlah bagi hasil untuk para mitra ditentukan berdasarkan nisbah
yang disepakati dari pendapatan usaha yang diperoleh selama periode akad
bukan dari jumlah investasi yang disalurkan.

(8) Pengelola musyarakah mengadministrasikan transaksi usaha yang terkait


dengan investasi musyarakah yang dikelola dalam pembukuan tersendiri.

C. Jenis Akad Musyarakah


1. Syirkah Al Milk mengandung arti kepemilikan bersama ( co-ownership)
yang keberadaanya muncul apabila dua orang atau lebih memperoleh
kepemilkikan bersama atas suatu kekayaan ( aset).
contoh : kepemilikan suatu jenis barang ( seperti rumah) yang dibeli
bersama.
SKEMA MUSYARAKAH

(1) (1)
Akad Mitra 2
Mitra 1
Musyarakah

Proyek usaha
(2) (2)

(3)
Laba/Rugi Laba/Rugi
Mitra 1 Mitra 2

(4) Hasil Usaha :


(4)

Apabila untung akan dibagi sesuai nisbah


Apabila Rugi, akan ditanggung sesuai proporsi
modal

Keterangan:

(1) Mitra 1 dan Mitra 2 menyepakati Akad Musyarakah


(2) Proyek usaha sesuai Akad Musyawarah dikelola bersama
(3) Proyek usaha menghasilkan laba atau rugi
(4) Jika untung, dibagi sesuai nisbah
Jika rugi, dibagi sesuai proporsi modal

Syirkah Al Milk kadang bersifat ikhtiariyyah ( ikhtiari/sukarela/voluntary )


atau jabariyyah ( jabari/tidak sukarela/involuntary ). Misalnya harta bersama
( warisan/hibah/wasiat) dapat dibagi namun para mitra memutuskan untuk
tetap memilikinya bersama, maka syirkah tersebut bersifat ikhtiari . Namun,
apabila barang tersebut tidak dapat dibagi-bagi dan mereka terpaksa harus
memilkinya bersama , maka disebut jabari ( tidak sukarela/involuntary atau
terpaksa).

Anda mungkin juga menyukai