Anda di halaman 1dari 5

Tugas individu (MID)

STILISTIKA
“ANALISIS PEMANFAATAN BAHASA DALAM CERPEN GURU KARYA PUTU
WIJAYA“

OLEH:

NAMA : CICI FANISA HARUSU


NIM : N1D119024
KELAS : GENAP (B)

JURUSAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
LATAR BELAKANG
Pada hakikatnya sebuah karya sastra adalah replika kehidupan nyata. Walaupun
bentuk fiksi, misalnya cerpen, novel, dan drama. Persoalan yang disodorkan oleh pengarang
tak terlepas dari pengalaman kehidupan nyata sehari-hari. Hanya saja dalam
penyampaiannya, pengarang sering mengemasnya dengan gaya yang berbeda-beda dan syarat
pesan moral bagi kehidupan manusia. Menurut Iswanto dalam Jobrohim yang dikutip dari
(http:\\teguhwirwan. Blogdetik. com), karya sastra lahilr ditengah-tengah masyarakat sebagai
hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejalah-gejalah sosial di sekitarnya.
Pendapat tersebut mengandung implikasi bahwa karya sastra terutama cerpen, novel dan
drama dapat menjadi potret kehidupan melalui tokoh-tokoh ceritanya.
Bahasa mrupakan sarana yang digunakan pengarang untuk menyampaikan sebuah
pikiran dan imajinasinya dalam proses penciptaan karya sastra. Keistimewaan bahasa dalam
sastra terjadi karena adanya konsep licentia poetarum (kebebasan penyair atau pengarang
daalam menggunakan bahasa) atau karena pengarang mempunyai maksud tertentu. Tugas
kritikus sastra yaitu untuk menjelaskan suatu pernyataan bahasa atau mnejelaskan makna,
pesan, dan maksud karya sastra dengan bahasa yang umum dipakai. Sejalan dengan
pandangan Teeuw dan Riffatrre yang membdakan antara bahsa sehari-hari dan bahasa sastra,
Wellek (1978:22) lebih dahulu menyatakan ciri-ciri perbedaan utama yang membedakan
bahasa sastra dan bahasa sehari-hari dan bahasa ilmiah. Studi stilistika adalah studi maslah
gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan sarana sastra yang ikut membentuk nilai estetis suatu
karya sastra (Pradopo, 1993: 163). Gaya penulisan pengarang adalah gaya bahasa yang
dipakai pengarang merupakan cermin kekhasan pengarang itu sendiri sehingga pengarang
yang satu akan berlainan dengan pengarang lainnya. Stilistika mempunyai dua pandangan
yaitu dari bidang linguistik dan sastra. Persoalan sastra dan bahasa yang mempertentangkan
kedua bidang ini pada kubu yang bersebrangan merupakan persoalan klasik dan merupakan
dua hal yang selalu muncul.
Cerpen “Guru” merupakan sebuah cerpen yang memadupadankan dongeng dengan
relasi keluarga konflik yang melanda dan pola cerita yang berbingkai. Dalam cerpen ini
dikisahkan tentang tentang seorang anak yan bercita-cita menjadi seorang guru tetepi tidak di
restui oleh kedua orang tuanya. Namun anak mereka yang bernama taksu membantah
sehingga menyebabkan pertengkaran kersa dengan bapaknya dan melarikan diri dari kos-
kosan yang di tinggalinya. Namun cerita itu adalah hanyalah sekadar masa lalu keluarga
Taksu dan sekaran taksu adalah seorang . Ia menjadi salah seorang pengusaha besar yang
mengimpor barang-barang mewah dan mengekspor barang-barang kerajinan serta ikan segar
ke berbagai wilayah mancanegara. "Ia seorang guru bagi sekitar 10.000 orang pegawainya.
Guru juga bagi anak-anak muda lain yang menjadi adik generasinya. Bahkan guru bagi
bangsa dan negara, karena jasa-jasanya menularkan etos kerja," ucap promotor ketika Taksu
mendapat gelar doktor honoris causa dari sebuah pergurauan tinggi bergengsi.
A. Pilihan Kata
Pilihan kata merupakan sinonim dari kata diksi. Istilah diksi menurut Abrams
(1981:140) digunakan untuk pemilihan kata-kata, frasa, dan gaya bahasa dalam karya sastra.
Pilihan kata pengarang menurut Abrams, dapat dianalisis berdasarkan kategori seperti pada
tingkat kosa kata dan frasa yang berbentuk konkrit atau abstrak asli atau tidak, bentuk bahasa
sehari-hari atau formal, dan literal atau kiasan. Diksi adalah pilihan kata atau diksi jauh lebih
luas dari apa yang dipantulkan oleh hubungan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja
dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapakan suatu
ide atau gagasan, tetapi juga memiliki fraseologi, gaya bahasa dan ungkapan (Keraf,2008:22-
23).
Diksi adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam
berbicara di depan umum atau dalam mengarang (Harimurti,1984). Pembaca dapat
menikamati diksi yang dikreaksikan oleh pengarang (pradopo:1990:93). Fungsi diksi adalah
dapat menimbulkan tanggapan pikiran pembaca karena ada makna lain yang muncul di balik
kata itu. Ada beberapa macam diks, yaitu diksi yang bermakna konotatif, denotatif, nama diri,
kata sapaan, kata serapan atau kata dari bahasa asing, dan kata-kata yang nyata dalam
kehidupan.
Penyimpangan dalam pilihan kata yang dapat di temukan dalam cerpen guru karya
Putu Wijaya yaitu ditemukan sejumlah pemanfaatan kosa kata yang secara etimologis berasal
dari bahasa daerah,yaitu bahasa jawa dan bahasa inggris

1. Pemanfaatan Kata Bahasa Daerah


Dalam menganalisis cerpen “Guru” dapat di mulai dari adanya penemuan penyimpangan
sebuah bahasa dalam pemanfaatan kata secara etimologis yang berasal dari bahasa Jawa.
“Bercita-citalah yang bener. Mbok mau jadi presiden begitu! Masak guru! Gila! Kalau
kamu jadi guru, paling banter setelah menikah kamu akan kembali menempel di
rumah orang tuamu dan menyusu sehingga semua warisan habis ludes.”
Pada kutipan kalimat di atas terdapat penyimpangan bahasa yang berasal dari bahasa Jawa.
Kata Mbok berasal dari bahasa jawa yang digunakan sebagai panggilan terhadap wanita tua
atau orang tua perempuan pada kalangan masyarakat biasa.
2. Pemanfaatan Kata Bahasa Asing
Dalam cerpen Guru bukan hanya bahasa daerah yang dapat ditemukan tetapi ada bahasa
asing seperti bahasa inggrisyang dapat kita temukan. Kata bahasa inggris ang digunakan pada
cerpen ini tampak dalam kutipan sebagai berikut.
"Sudah waktunya membuat shock therapy pada Taksu, sebelum ia kejeblos terlalu
dalam. Ia memang memerlukan perhatian. Karena itu dia berusaha melakukan sesuatu
yang nmenyebabkan kita terpaksa memperhatikannya.”
Pilihan kata dari kosa kata bahasa inggris tersebut digunakan sebagai rasa cinta
seorang bapak kepada anaknya, ia ingin memberikan yang terbaik kepada anaknya sehingga
dia ingin memberikan perhatian lebih terhadap anaknya.
3. Pemanfaatan sinonim
Pemanfaatan sinonim banyak digunakan untuk menyebutkan persona pertama, kedua,
dan ketiga dalam cerpen “Guru” banyak digunakan kata saya sebagai penyebutan persona
pertama. Sebutan persona kedua tampak dalam penggunaan kata kamu, kau dan bapak.
Pemanfaatan sinonim dipilih karena ketertarikan dengan sifat bahasa yang mengenal adanya
tataran. Pemanfaatan sinonim tersebut dimaksudkan untuk menimbulkan rasa hormat,
keakraban, merendahkan atau menjauhkan. Tokoh bapak pada cerpen Guru karya Putu
Wijaya digambarkan sebagai orang yang tegas kepada anaknya.
"Saya mau jadi guru." "Aku bunuh kau, kalau kau masih saja tetap mau jadi guru."
Taksu menatap saya. "Apa?" "Kalau kamu tetap saja mau jadi guru, aku bunuh kau
sekarang juga!!" teriak saya kalap. Taksu balas memandang saya tajam.
Kata kau digunakan penulis sebagai sinonim dari kata kamu. Kata tersebut dapat
dipergunakan karena yang lebih tua berbicara kepada yang lebih muda. Sehingga mampu
lebih menghidupkan dialog antara aku dan anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, M.H. 1981. A Glossary of literary Terms. New York: Hort-rinehart and winston.

Anda mungkin juga menyukai