Anda di halaman 1dari 10

PEMERIKSAAN AKUNTANSI 1

TUJUAN AUDIT DAN TANGGUNG JAWAB AUDITOR DAN MANAJEMEN


TERHADAP LAPORAN KEUANGAN

Oleh :

Abdul Syukur
Apriadi Barkah
Hadi Pradana
M. Arifiandi
Saifudin Roji

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Prosedur audit dalam pekerjaan lapangan disusun berdasarkan tujuan audit yang
hendak dicapai. Dalam hal ini, tujuan audit yang dimaksud dirancang untuk menentukan
apakah tujuan operasi tertentu (yang ditetapkan oleh manajemen) dapat dicapai atau tidak.
Tujuan audit harus bersifat khusus untuk setiap langkah yang dilakukan auditor dan
dijabarkan dalam bentuk prosedur audit untuk mencapainya.
            Penetapan tujuan audit dan prosedur audit merupakan unsur utama sebuah program
audit, oleh karena itu keberhasilan pekerjaan lapangan dalam mengumpulkan bukti audit
bergantung kepada baik buruknya sebuah program audit yang digunakan. Hal tersebut dapat
dipahami mengingat suatu program audit pada dasarnya merupakan abstraksi dari
perencanaan audit yang berisi rencana langkah kerja sistematis untuk memperoleh bukti audit
yang diperlukan dalam pencapaian tujuan audit.
            Guna mengarahkan pekerjaan audit di lapangan, program audit berperan sebagai
pedoman pelaksanaan audit sekaligus merupakan alat pengendalian agar pekerjaan audit
secara keseluruhan berjalan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
Permasalahan umum yang dihadapi oleh auditor internal adalah bagaimana menyusun dan
mengembangkan program audit yang baik ? 

B. Tujuan Makalah

Tujuan pembuatan makalah ini selain untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
akuntasi Manajemen ,juga bertujuan agar mahasiswa/i mengerti tentang apa itu tujuan Audit
secara menyeluruh baik itu tujuan secara umum tetapi juga tujuan secara khusus. Selain itu
juga mahasiswa mengetahui apa saja tanggung jawab manajemen terhadap laporan keuangan.
BAB II
PEMBAHASAN

 TUJUAN AUDIT
A.Tujuan Audit Umum
            Tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua
hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Untuk mencapai tujuan ini, auditor perlu menghimpun bukti
kompoten yang cukup, auditor perlu mengindentifikasikan bukti apa yang dapat dihimpun
dan bagaimana cara menghimpun bukti tersebut.
            Tujuan audit spesifik di tentukan berdasar asersi-asersi yang dibuat oleh manajemen
yang tercantum dalam laporan keuangan. Laporan keuangan meliputi asersi-asersi
menajemen baik yang bersifat eksplisit. Asersi-asersi dapat diklasifikasikan  sebagai berikut.
 Keberadaan atau keterjadian (existence or occurrence)
 Kelengkapan (completeness)
 Hak dan kewajiban (rights and obligation)
 Penilaian (valuation) atau alokasi
 Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)
 Ketetapan administrasi ( clerical Accuracy )

 Keberadaan atau keterjadian (existence or occurrence)


            Asersi tengtang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah aktiva atau
utang benar terjadi selama periode tertentu.
 Kelengkapan (completeness)
            Asersi kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun rekening
yang semestinya  disajikan dalam laporan keuangan telah tercantumkan. Menejemen
membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa di catat dan di cantumkan dalam
laporan keuangan dan menejemen membuat asersi bahwa utang usaha di neraca telah
mencangkup semua kewajiban perusahaan  kepada pemasok.
 Hak dan kewajiban (rights and obligation)
 Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan dua hal, yaitu:
1. Apakah aktiva yang tercantum dalam laporan keuangan benar-benar merupakan hak
perusahaan pada tanggal tertentu.
2. Apakah utang yang tercantum dalam laporan keungan benar-benar merupakan
kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.
Dalam hal ini manajemen membat asersi bahwa jumlah sewa guna usaha yang dikapitalisasi
di neraca mencerminkan nilai perolehan hak perusahaan atas kekayaan yang disewa guna-
usahakan, dan utang sewa guna usaha yang bersangkutan mencerminkan suatu kewajiban
perusahaan
            Asersi hak dan kewajiban mempunyai hunbungan yang sangat erat dengan asersi
keberadaan atau keterjadian. Keeratan hunbungan ini mengakibatkan salah satu kantor
akuntan public besar di Indonesia, yang bersipat dengan suatu kantor akuntan public asing
dari amerika serikat yang menganggap keduanya adalah satu dan menamakannya sebagai
asersi genuine

 Penilaian Atau Pengalokasian (valuation or allocation) 


            Asersi tengtang penilaian atau pengalokasian berhubungan dengan apakah komponen
–komponen aktiva, utang, pendapatan dan biaya sudah dimasukkan dalam laporan keuangan
pada jumlah yang semestinya. Contoh manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat
berdasarkan harga perolehanya dan perolehan yang semacam itu secara
sistematik  dialokasikan kedalam periode-periode akuntansi yang semestinya, dan manajemen
membuat asersi bahwa piutang usaha yang tercantum di neraca dinyatakan berdasarkan nilai
bersih yang dapat direalisasikan.
Dengan demikian, asersi penilaian berkaitan dengan akun – akun riil yang tercantum
pada neraca. Asersi penilaian berkaita dengan apakah harta, utang dan modal telah di
cantumkan pada neraca dengan jumlah yang semestinya. Asersi pengalokasian berkaiatan
dengan apakah akun-akun nominal, yaitu pendapatan biaya, telah dicantumkan pada laporan
rugi laba dengan jumlah yang semestinya. Asersi pengalokasian pada intinya adalah
ketetapan saat pengakuan pendapatan maupun biaya. Apakah suatu pendapatan dinyatakan
sebagai pendapatan (pos rugi laba) tahun 19X1, ataukah  sebaliknya diakui sebagai piutang
pendapatan atau pendapatan diterima dimuka (pos neraca) tahun 19X1 dan baru diakui
sebagai pendapatan pada tahun 19X2.
 Penyajian dan  Pengungkapan (presentation and disclosure)
            Asersi tengtang penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah komponen
–komponen tertentu dalam laporan keuangan sudah diklasifikasikan, dijelaskan dan
diungkapkan secara semestinya. Pelaopran komponen laporan keuagan pada jumlah yang
semestinya mengandung arti bahwa jumlahnya sudah ditentukan dengan menggunakan
metode perlakuan akuntansi bedasar prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan bebas dari
kesalahan matematikal.
            Misalnya menejemen membuat asersi bahwa kewajiban-kewajiban yang
diklasifikasikansebagai utang jangka panjang di neraca tidak akan jatuh tempo dalam waktu
satu tahun, dan menajemen membuat asersi bahwa jumlah yang disajikan sebagai pos luar
biasa dalam laporan rugi laba dikalsifikasikan dan diungkafkan semestinya.
            Asersi penyajian tidak hanya menyangkut penyajian dan pengungkapan dalam neraca,
atau laporan rugi laba. Asersi ini juga menyangkut pengungkapan lainnya, termasuk catatan
atas laporan keuangan. Disamping itu kelima asersi tersebut  sebagai mana yang tercantum
dalam SA 326, masih ada satu jenis asersi lagi yaitu asersi ketetapan administrasi/klerikal.
 Kecepatan administrasi (Clerical Accuracy)
            Kecepatan administrasi merupakan salah satu tujuan khusus auditing. Ketetapan
klerikal atau kecepatan andministrasi merupakan suatu keadaan berjalannya kegiatan klerikal
secara tepat sesuai system yang telah ditentukan. Semua pihak yang terkait akan didorong
untuk lebih cermat dan system yang telah ditentukan.  Semua pihak yang terkait yang
didorong  untuk lebih cermat dan system yang telah ditentukan. Semua pihak yang terkait
akan didorong untuk lebih cermat dan seksama dalam melaksanakan tugasnya yang berkaitan
dengan pelaksanaan system akuntansi bila mereka mengetahui bahwa auditing dilaksanakan
secara berkesinambungan.
            Prosedur auditing meliputi studi dan evaluasi terhadap struktur pengendalian internal
klien termasuk system akuntansi. Auditor, melalui pemahaman struktur pengendalian
internal, dapat menentukan apakah system akuntansi sudah benar-benar dilaksanakan oleh
semua pihak sebagaimana mestinya, dan apakah system akuntansi tersebut dapat
menghasilkan catatan akuntansi yang palid.

B. Tujuan Audit Spesifik


a. Audit khusus
            Audit dengan ruang lingkup pemeriksaan hanya terhadap pemenuhan kepada tertentu.
Dengan kata lain, audit hanya dilakukan terhadap beberapa trangsksi tertentu saja. Brikut ini
diberikan contoh audit spesifik untuk akun persediaan agar dapat lebih memahami asersi-
asersi yang telah dikemukakan.
1.    Asersi  keberadaan dan keterjadian
Tujuan audit spesifik :
 Persedian yang di cantumkan  dalam neraca. Secara fisik ada
 Persediaan merupakan unsur yang disimpan untuk dijual dan digunakan dalam operasi
normal perusahaan
2.    Asersi kelengkapan
            Tujuan Audit spesifik :
 Persedian meliputi semua produk jadi, bahan baku dan penolong, dan bahan habis
pakai yang dimiliki perusahaan.
 Kuantitas Persedian meliputi semua produk jadi, bahan baku dan penolong, dan bahan
habis pakai yang dimiliki perusahaan yang masih dalam perjalanan maupun yang
disimpan diluar perusahaan misalnya persediaan barang konsiyasi
 Daftar hasil perhitungan fisik persedian dikompilasi dengan teliti dan totalnya tela
dimasukkan kedalam rekening persediaan.
3.    Asersi hak dan kewajiban
 Perusahaan memiliki hak milik sah secara hokum terhadap persedian.
 Persediaan tidak mengcangkup unsur yang telah di tagihkan kepada pelanggan atau
dimiliki oleh pihak lain.
4.    Asersi penilaian dan pengalokasian
Tujuan Audit spesifik :
 Persediaan dinyatakan secara tepat pada harga pokok atau perolehanya, kecuali jika
harga pasarnya lebih rendah
 Unsur persediaan yang lambat perputarannya (turn overnya rendah) berlebihan rusak,
dan usang dimasukkan persediaan telah diidentifikasikan.
 Persediaan dikurangi, jika semestinya demikian, ke harga perolehan penggantian
( replancementcost) atau nilai bersih yang dapat direalisasikan.
5.    Asersi penyajian dan pengungkapan
 Persedian diklasifikasikan sebagaimana mestinya dalam neraca sebagai aktiva lancar.
 Golongan besar persediaan dan dasar penilaiannya di ungkapkan secara memadai
dalam neraca.
 Persediaan yang digadaikan atau dititipkan kepihak lain diungkapkan secara memadai.

b. Audit umum
            Audit dengan ruang lingkup pemeriksaan lengakap dan menyeluruh terhadap
pemenuhan kewajiban. Audit jenis ini biasanya dilakukan dengan secara regular dan
terencana dalam sebuah daftar objek audit dengan pertimbangan tertentu (seperti menejemen
resiko, propel komoditas, polume transaksi dan sebagainya) pada dasarnya seluruh penguna
dasar kepabedanan (importer, eksportir, PPJK) akan kepatuhannya terhadap UUD melalui
pelaksanaan audit jenis ini.

 TANGGUNG JAWAB AUDITOR DAN MANJEMEN


Tanggung jawab Auditor dan Etika Profesional

Menurut SA Seksi 110, bahwa auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan
melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan
bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh
kekeliruan atau kecurangan. Tanggungjawab tersebut tentunya dalam rangka untuk menilai
kewajaran laporan keuangan dari salah saji secara material yang sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berterima umum, standar auditing dan kode etik akuntan. Apabila terjadi
pelanggaran atau penyimpangan terhadap etika profesi seperti yang diisyaratkan dalam
standar auditing dan kode etik akuntan berarti auditor kurang menunjukkan atau tidak
memiliki idealisme yaitu sebagai sikap yang dependen dan tidak menghindarkan terjadi
berbagai kepentingan.

Kualitas audit yang dimaksud merupakan sesuatu yang mengharuskan atau kewajiban yang
mendorong auditor mempunyai perilaku yang sesuai dengan etika profesional (kode etik).
Adapun kode etik merupakan norma dan asas yang
diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan ukuran tingkah laku. Perilaku
profesional auditor seperti yang telah ditetapkan oleh AICPA, meliputi :

Prinsip-prinsip yang meliputi tanggungjawab, bertindak untuk kepentingan masyarakat,


bertindak jujur, integritas, objektivitas, dan independensi, bekerja cermat, serta mengevaluasi
kelayakan lingkup dan sifat jasa,Peraturan perilaku yanghrus ditaati oleh profesi akuntan
publik,Interpretasi,Kelengkapan etika.Sedangkan menurut SPAP (2001) AE 100, meliputi
independensi, integritas dan objektivitas. Perilaku profesional yang diisyaratkan dalam SPAP
tersebut menuntut auditor harus mempunyai sikap yang independen dalam melaksanakan
setiap pekerjaannya disamping mempunyai integritas yang merupakan kualitas yang dapat
menimbulkan kepercayaan masyarakat dan memberikan tatanan nilai bagi jasa auditor, dan
serta objektivitas yang merupakan suatu keyakinan atas kualitas dalam memberikan nilai bagi
jasa auditor.

Tanggung Jawab dan Peran Manajemen


Kecurangan Laporan Keuangan Menurut SA Seksi 110: Laporan keuangan merupakan
tanggungjawab manajemen. Tanggungjawab auditor adalah untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan. Manajemen bertanggungjawab untuk menerapkan kebijakan akuntansi
yang sehat dan untuk membangun dan memelihara pengendalian intern yang akan,
diantaranya, mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi (termasuk peristiwa
dan kondisi) yang konsisten dengan asersi manajemen yang tercantum dalam laporan
keuangan. Sampai saat ini eksistensi peran dari manajemen dalam seluruh aspek kehidupan
organisasi banyak mengalami perubahan dan mendapat sorotan terutama adanya tuntutan
untuk mewujudkan good corparate governance yang dalam salah satu penerapannya
menerima keberadaan komite audit sebagai suatu bagian dari organisasi perusahaan
(corparate governance). Komite audit sendiri menurut Turpin dan De Zoort (1998) adalah
sebagai suatu sub komite dari dewan komisaris dan berperan memberikan evaluasi secara
bebas terhadap pelaporan keuangan dan proses pengauditan. Berdasarkan penelitian empiris
oleh Porter dan Gendall (1998) dapat disimpulkan sebagai berikut bahwa komite audit
dianggap sebagai sarana untuk mengamankan laporan-laporan keuangan untuk kepentingan
pihak eksternal dan menjadi bermanfaat bagi pelaksanaan pengendalian perusahaan (private
sector) dan bukan berfungsi di dalam membantu lembaga-lembaga corporate dalam
menyelamatkan laporan-laporan keuangan eksternal serta pengendalian corporate yang
menjadi tanggungjawab mereka (manajemen).

Dijelaskan juga secara tegas menurut Porter dan Gendall (1998) bahwa komite audit memiliki
jangkauan fungsi yang luas yaitu berhubungan dengan pelaporan keuangan eksternal,
auditing eksternal, auditing internal, dan masalah-masalah pengendalian perusahaan. Dan
seperti yang disimpulkan oleh Pincus et.al (1989), bahwa dengan adanya komite audit dapat
dianggap sebagai indikasi kualitas yang lebih tinggi dan secara signifikan mempunyai
pengaruh pada pengurangan kemungkinan kecurangan laporan keuangan.

Lain halnya dengan penelitian empiris yang dilakukan oleh Beasly (1996) yang lebih banyak
menyoroti dari aspek komposisi dewan direktur dalam hubungannya dengan kecurangan
laporan keuangan, yang hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan yang tidak melakukan
kecurangan terhadap laporan keuangan memiliki persentase lebih besar dewan direktur yang
berasal dari luar jika dibandingkan perusahaan yang memiliki dewan direktur dari dalam.

Penelitian sejenis mengenai komposisi dari komisaris eksternal juga telah dilakukan oleh
Daily (1995) yang menguji bagaimana hubungan antara keberadaan komisaris eksternal
dengan berbagai alternatif yang dihadapi perusahaan pada kondisi bangkrut. Daily yang
menggunakan analisis diskriminan untuk analisisnya ini menemukan bahwa untuk
perusahaan yang sukses mereorganisasi kembali perusahaannya pasca kebangkrutan,
memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan proporsi komisaris eksternal yang ada
di dalam dewan komisaris.

Arifin Sabeni (2002), dalam penelitiannya juga menemukan bukti bahwa komposisi dari
komisaris mempunyai hubungan terhadap volountary disclosure, dan hal ini bertentangan
dengan keberadaan audit komite yang menjadi faktor penting terhadap volountary disclosure.
Melihat luasnya peran manajemen seperti diuraikan diatas dalam mendeteksi kesalahan
penyajian pelaporan keuangan atau mengurangi kemungkinan kecurangan pelaporan
keuangan menurut National Center for Computer Crime Data yang dikutip oleh Ali Masjono
M (1997) yaitu :

Membangun lingkungan organisasi untuk memberikan kontribusi pada integrasi proses


pembuatan laporan keuangan,Mengidentifikasi dan mengerti faktor-faktor yang mungkin
menjurus kepada pelaporan yang tidak benar,Menilai risiko jika terjadi kesalahan laporan
keuangan di perusahaan, dan Mendesain dan mengimplementasikan pengendalian internal
yang bisa mencegah terjadi kecurangan pelaporan keuangan.

  

BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
1. Tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum. Untuk mencapai suatu tujuan, dima auditor perlu menghimpun bukti
kompoten yang cukup, auditor perlu mengindentifikasikan bukti apa yang dapat dihimpun dan
bagaimana cara menghimpun bukti tersebut.
2. Tujuan audit spesifik di tentukan berdasar asersi-asersi yang dibuat oleh manajemen yang
tercantum dalam laporan keuangan. Laporan keuangan meliputi asersi-asersi menajemen baik
yang bersifat eksplisit.
3. Tanggung jawab Auditor merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh
keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang
disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Tanggungjawab tersebut tentunya dalam rangka
untuk menilai kewajaran laporan keuangan dari salah saji secara material yang sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berterima umum, standar auditing dan kode etik akuntan.
4. Laporan keuangan merupakan tanggungjawab manajemen. Tanggungjawab auditor adalah
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Manajemen bertanggungjawab untuk
menerapkan kebijakan akuntansi yang sehat dan untuk membangun dan memelihara
pengendalian intern yang akan, diantaranya, mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan
transaksi (termasuk peristiwa dan kondisi) yang konsisten dengan asersi manajemen yang
tercantum dalam laporan keuangan. Sampai saat ini eksistensi peran dari manajemen dalam
seluruh aspek kehidupan organisasi banyak mengalami perubahan dan mendapat sorotan
terutama adanya tuntutan untuk mewujudkan good corparate governance yang dalam salah satu
penerapannya menerima keberadaan komite audit sebagai suatu bagian dari organisasi
perusahaan (corparate governance).

B.  Saran
1. Semoga makalah ini dapat menjadi acuan untuk membedakan atara tujuan Audit Umum
dengan Audit Spesifik, dimana kalangan mahasiswa/i sekarang susah untuk membedakan
audit ini.
2. semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan kepada mahasiswa/i tentang tanggung
jawab Auditor dan Manajemen.

Anda mungkin juga menyukai