Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan anak usia dini merupakan wahana pendidikan yang sangat

fundamental dalam memberikan kerangka dasar terbentuk dan berkembangnya

dasar-dasar pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada anak. melatih

kemandirian anak dapat menjadi sulit namun selalu terdapat kemungkinan

untuk menjadikannya menyenangkan dan mudah, asalkan sebagai orang tua

atau pengasuh/pendidik anak mengerti cara dan kecenderungan anak sesuai

dengan tahap dan usianya.1

Dalam membimbing dan mengembangkan potensi anak usia dini perlu

memilih metode yang tepat. Untuk itulah guru atau pendidik TK/RA harus

pandai dalam memilih dan menentukan metode yang akan digunakan untuk

menanamkan nilai-nilai agama anak agar pesan moral yang ingin disampaikan

guru dapat benar-benar sampai dan dipahami oleh anak untuk bekal

kehidupannya di masa depan. Pemahaman yang dimiliki guru atau pendidikan

mempengaruhi keberhasilan menanamkan nilai-nilai agama anak secara

optimal.2

Perkembangan moral dan nilai-nilai agama adalah upaya sadar dan

terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

1
Ema Ambarsari, Jurnal Peningkatan Kemandirian Anak Melalui Metode Pembiasaan
Usia 4-5 Tahun di Taman Kanak-kanak Mujahidin 1, FKIP Universitas Tanjungpura , 2012, h. 2.
2
Amiruddin, Jurnal Internalisasi Nilai-Nilai Agama pada Anak Usia Dini di Raudhathul
Athfal Perwanida 1 Lipu Kabupaten Majene, Makassar : Pengembangan Agama Makassar, 2014,
h. 110.

1
2

menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam

mengamalkan ajaran perkembangan moral dari sumber utamannya kitab suci

Al-Qur’an dan Al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,

serta penggunaan pengalaman.3

Islam telah memberikan pokok-pokok dan metodologi untuk mencapai

tujuan terbentuk dan terbimbingnnya anak manusia, dengan menemukan sisi-

sisi teladan dari kepribadiannya yang dapat ditumbuh kembangkan dalam

tahapan-tahapan kehidupan selanjutnya.4

Pada dasarnya, “ harta dan anak-anak adalah pehiasan kehidupan dunia

’’(Q.S AL-Kahfi: 46).5 Anak adalah karunia dari allah yang dititipkan kepada

orang tua. Dengan dasar ini, orang tua wajib mendidik anak-anaknya

sebagaimana dalam Al-Qur’an Surat At-Tahrim ayat 6:

ََ َ َ ۡ َ ُ ‫ُ ۡ َ ٗ َُ ُ َ ذ‬ َۡ ُ ُ َ ْ ُ ْ َ َ
‫ارةُ عل ۡي َها‬ َ ‫يأ ُّي َها ٱ ذَّل‬
‫ِين َء َان ُنوا ق ٓوا أنف َسك ۡم َوأهل ِيكم نارا وقودها ٱنلاس وٱۡل ِج‬ َٰٓ

َ ُ َ ۡ ُ َ َ ُ َ ۡ َ َ ۡ ُ َ َ َ ٓ َ َ ‫ ذ َ ۡ ُ َ ذ‬ٞ َ ٞ َ ٌ َ َٰٓ َ َ
٦ ‫نلئِكة غَِلظ شِداد َّل يعصون ٱّلل نا أمرهم ويفعلون نا يؤمرون‬

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu


dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan6.

Dari penjelasan ayat diatas ialah mendidik dan mengajarkan anak bukan

pekerjaan mudah dan bukan kewajiban yang dapat dilakukan secara spontan.

3
Abdul Majid, Belajar Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012, h. 11.
4
Dindin Jamaludin, Paradigma Pendidikan Anak Dalam Islam, Bandung : CV Pustaka
Setia, 2013, h. 51.
5
Syamil Qur’an, Al-Qur’an Terjemah dan Tajwid, Bandung : Sygma Creative Media
Crop, 2014, h. 308.
3

Dalam islam, anak juga merupakan bagian penting dari keluarga yang harus

dijaga orang tua, oleh karena itu, mendidik, mengajar, dan menjaga anak agar

tidak terjerumus masuk ke dalam neraka adalah cara yang fundamental untuk

meraih surga. Sebaliknya, jika tidak melakukannya dengan baik, neraka adalah

balasannya. Dan diantara materi mendasar yang harus disampaikan orang tua

adalah memberi contoh budi pekerti yang baik.

Ditangan orang tua anak-anak tumbuh dan menemukan jalannya.

Perkembangan moral dan nilai-nilai agama perlu diajarkan sebaik-baiknya

dengan memakai metode dan alat yang tepat serta manajemen yang baik. bila

perkembangan moral dan nilai-nilai agama disekolah dilaksanakan dengan

sebaik-baiknya, maka inssyaallah akan banyak membantu mewujudkan

harapan setiap orang tua, yaitu memiliki anak yang beriman, bertaqwa kepada

Allah SWT, berbudi luhur, cerdas, dan terampil, berguna untuk nusa, bangsa

dan agama (anak yang saleh). Bagi umat Islam tentunya pendidikan moral dan

nilai-nilai agama yang wajib diikutinnya itu adalah Pendidikan moral untuk

anak.7

Dalam hal ini Perkembangan Moral dan Nilai-Nilai Agama mempunyai

tujuan kurikuler yang merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan nasional

sebagimana yang termaktub dalam Undang-undang sistem pendidikan

Nasional No.20 tahun 2003, yaitu: pendidikan nasional bertujuan untuk

berkembangnnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman,

dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

6
Ibid., h. 560.
4

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang yang demokratis serta

bertanggung jawab.8

Perkembangan moral dan nilai-nilai agama pada anak usia dini dapat

diartikan sebagai perubahan psikis yang dialami oleh anak usia dini terkait

dengan kemampuannya dalam memahami dan melakukan perilaku yang baik

serta memahami dan menghindari perilaku yang buruk berdasarkan ajaran

agama yang yang diyakininnya. Dalam sudut pandang Islam, upaya melakukan

perilaku yang baik dan menghindari perilaku yang buruk tersebut sering

diistilahkan dengan taqwa. Taqwa dapat diartikan dengan awas, hati-hati,

menjaga diri, memelihara dan keselamatan diri yang dapat diusahakan dengan

melakukan hal yang baik dan yang benar, menjauhi yang jahat dan yang salah.9

Masa anak terutama pada usia dini atau usia 0 hingga 6 tahun sering

disebut sebagai The golden year, karena pada masa ini berbagai kemampuan

anak tumbuh dan berkembang sangat pesat. Pemberian stimulus dan fasilitas

yang tepat pada masa ini, akan sangat berpengaruh pada proses perkembangan

anak selanjutnnya dan sebaliknnya, apabila lingkungan sekitar anak seperti

orang tua, pendidik, dan masyarakat tidak memberikan simulasi yang tepat

bagi kemampuan anak, maka anak dapat berkembang tidak seperti apa yang

diharapkan.

Perkembangan moral dan nilai-nilai agama yang pertama kali harus

dicapai oleh anak usia dini adalah kemampuannya dalam menirukan gerakan

7
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2012, h. 23.
8
Ibid., h. 23.
5

shalat. Shalat dapat diartikan dengan beribadah seorang hamba kepada Tuhan

sebagai sang pencipta alam semesta. Pada usia 5-6 tahun anak sudah bisa

dikenalkan dengan rumah ibadah dan perlengkapan ibadah bagi agamannya,

serta pengenalan terhadap berbagai gerakan dalam shalat, misalnya saja

gerakan-gerakan dalam shalat dan gerakan-gerakan wudhu. Bagi anak yang

berusia 5-6 tahun, doa menjadi pengikat antara anak dengan orang tua dan

Tuhannya.10

Di lembaga pendidikan anak usia dini khususnya di taman kanak-kanak,

moral dan nilai-nilai agama ditanamkan melalui pembiasaan. Salah satu

perilaku yang ditanamkan pada anak usia dini adalah berdoa sebelum dan

setelah melakukan kegiatan dalam kegiatan sehari-hari, guru atau pendidik TK

banyak mengajarkan doa-doa tertentu yang cukup panjang setiap hendak

melakukan kegiatan tertentu di kelas, seperti doa sebelum belajar, doa sebelum

makan, setelah makan dan doa-doa lain yang masih bersifat hafalan saja dan

tidak ditekankan makna atau nilai-nilai yang terkandung dalam bacaan doa

tersebut.11

Untuk melihat bagaimana metode pembiasaan dapat digunakan dalam

menanamkan perilaku belajar anak, maka penulis tertarik mengadakan

penelitian di Raudhatul Athfal Al-Mutaqqin. Raudhatul Athfal Al-Mutaqqin

adalah lembaga pendidikan prasekolah yang menyelenggarakan proses

pendidikan dengan menggunakan Kurikulum 2013. Raudhatul Athfal Al-

9
Novan Ardy Wiyani, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, Yogyakarta: Gava
Media, 2014, h. 175.
10
Ibid., h. 180.
6

Mutaqqin berdiri pada tahun 2009, dan memiliki visi misi dan tujuan yang

tertera disekolah. Visi Raudhatul Athfal Al-Mutaqin ialah mewujudkan RA

yang berkualitas dan menjadikan peserta didik berakhlak mulia, serta generasi

yang Qur’ani dan Rabbani. Sedangkan Misi RA Al-Mutaqqin ialah

meningkatkan kualitas guru melalui pelatihan, penataran, dan workshop dalam

menerapkan kurikulum pendidikan. Dan menghasilkan peserta didik yang

beriman, bertaqwa dan berakhlak melalui pendidikan ke Islaman dan

menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dan bekerjasama antara guru, orang

tua, dan masyarakat. Dan adapun tujuan RA Al-Mutaqqin ialah menghasilkan

guru dan anak didik yang beriman, berakhlak mulia yang berilmu agama,

bangsa dan negara. RA Al-Mutaqqin memiliki empat lokal dalam sistem

belajar, yang terdiri dari Kelompok RA B1, B2, B3. Dan disini penulis

mengambil RA B1 dan B2 untuk melakukan survey penelitian pada Tanggal 18

bulan september tahun 2016. Dipilihnya lokasi tersebut sebagai lokasi

penelitian ini, karena proses pembelajaran menggunakan metode yang dapat

menunjang dalam menanamkan perilaku belajar anak dalam perkembangan

moral dan nilai-nilai agama dengan menggunakan metode pembiasaan.

Diantarannya anak diwajibkan shalat berjamaah. Kegiatan shalat berjamaah

berlangsung dengan baik dan dilihat dari perilaku akhlak sehari-hari

menunjukan bahwa mereka dapat mempraktekkan kebiasaan baik dengan

orang lain yaitu selalu bersalaman. Oleh karena itu, bagaimana metode

pembiasaan dapat dijadikan metode untuk menanamkan perilaku akhlak yang

baik, maka perlu diadakan penelitian lebih mendalam. Dalam penelitian ini

11
Sapendi, Jurnal Internalisasi Nilai-Nilai Moral Agama Pada Anak Usia Dini, LPM
IAIN Pontianak : At-Turats, 2015, h. 32.
7

akan dipaparkan mengenai bagaimana penggunaan metode pembiasaan dalam

perkembangan moral dan nilai-nilai agama terhadap perilaku belajar anak. hasil

dari pelaksanaan metode pembiasaan maka penulis dapat mengetahui faktor-

faktor yang dapat mendukung dan menghambat penanaman metode tersebut.

Namun setelah penulis melakukan pra-survei, berdasarkan observasi

pada tanggal 18 bulan September Tahun 2016 di lokasi penelitian, penulis

menemukan gejala-gejala sebagai berikut :12

1) Masih ada anak yang masih tidak mau berdoa pada saat mulai belajar

2) Masih ada anak yang ragu-ragu mengucapkan doa masuk masjid

3) Masih ada anak yang belum dapat mengikuti bacaan bismillah bersama-

sama dengan temannya

4) Masih ada anak yang makan dalam keadaan berdiri dan berlari

5) Masih ada anak yang belum mau mengucapkan salam bila bertemu dengan

temannya

6) Masih ada anak yang belum dapat mengucapkan doa kedua orang tuanya.

7) Masih ada anak yang tidak bersabar menunggu antrian ketika berbaris

Berdasarkan gejala-gejala diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang permasalahan ini, oleh karena itu penelitian ini berjudul

“Pengaruh Metode Pembiasaan Dalam Perkembangan Moral dan Nilai-

Nilai Agama Terhadap Perilaku Belajar Anak di Raudhatul Athfal Al-

Mutaqqin Pekanbaru ”.

12
Observasi RA Al-Muttaqqin, tanggal 18 september tahun 2016.
8

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami penelitian ini, maka

disini perlu di jelaskan beberapa istilah sebagai berikut :

1. Metode pembiasaan. Metode pembiasaan dinilai sangat efektif jika

diterapkan terhadap anak usia dini. Hal itu dikarenakan anak usia dini

memiliki rekaman ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum

matang, sehingga mereka mudah diatur dengan berbagai kebiasaan yang

mereka lakukan sehari-hari. Itulah sebabnya pembiasaan menjadi cara

yang efektif dalam mengoptimalkan perkembangan moral dan agama pada

anak usia dini. Pada pembiasaan tersebut ditanamkan nilai-nilai moral

yang sesuai dengan ajaran agama anak13.

2. Perkembangan Moral dan Nilai-Nilai Agama merupakan perkembangan

tingkat pertimbangan moral dipengaruhi oleh suasana moralitas dirumah,

sekolah, dan lingkungan masyarakat luas. Dan pendidikan moral bertujuan

membina terbentuknya perilaku moral yang baik bagi setiap orang.

Artinya, pendidikan moral bukan sekedar memahami tentang aturan benar

dan salah atau mengetahui tentang ketentuan baik dan buruk, tetapi harus

benar-benar meningkatkan perilaku moral seseorang.14

3. Perilaku belajar adalah segala sesuatu yang dikerjakan dan yang dikatakan

oleh manusia, cerminan dari kepribadiannya yang bersifat kompleks.

Konsep kepribadian Islam merupakan penampilan mahluk mulia yang

13
Novan Ardy Wiyani, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, Yogyakarta : Gava
Media, 2014, h. 195.
14
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2006, h. 38.
9

memiliki struktur kompleks, meliputi jasmani, ruhani, dan nafsani.15

Berdasarkan penegasan istilah diatas maka penelitian ini maksudnya

yaitu Metode Pembiasaan dalam Perkembangan Moral dan Nilai-Nilai Agama

Terhadap Perilaku Belajar Anak berperan sangat penting, Karena melalui

Metode Pembiasaan seorang anak mampu menjalankan ajaran-ajaran agama

Islam sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

C. Permasalahan

1. Idientifikasi Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka masalah pokok dalam

penelitian ini adalah :

a) Anak belum bisa mengikuti kegiatan metode pembiasaan pada saat

mengucapkan doa mulai belajar

b) Anak belum bisa menerapkan kegiatan metode pembiasaan pada saat

mengucapkan doa masuk masjid

c) Anak belum bisa mengikuti bacaan bismillah bersama dengan

temanya

d) Anak belum bisa menerapkan kegiatan metode pembiasaan pada saat

makan dalam keadaan berdiri dan berlari

e) Anak belum mau mengucapkan salam bila bertemu dengan temannya

f) Anak belum bisa menerapkan kegiatan metode pembiasaan pada saat

mengucapkan doa kedua orang tua

15
Seniati Sutarmin, Jurnal Penanaman Nilai-Nilai Dasar Humanis Religius Anak Usia
Dini Keluarga Perkotaan di TK Islam Terpadu, Universitas Negeri Yogyakarta : Fondasi dan
Aplikasi, 2014, h. 163.
10

g) Anak belum bisa menerapkan kegiatan metode pembiasaan pada saat

bersabar menunggu antrian ketika berbaris

2. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya permasalahan-permasalahan yang terjadi

dalam penelitian, untuk memudahkan penelitian, maka penulis membatasi

permasalahan pada “Pengaruh Metode Pembiasaan dalam

Perkembangan Moral dan Nilai-Nilai Agama terhadap Perilaku

Belajar Anak di Raudhatul Athfal Al-Mutaqqin Pekanbaru”.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada pengaruh

metode pembiasaan dalam Perkembangan Moral dan Nilai-Nilai Agama

terhadap Perilaku Belajar Anak di Raudhatul Athfal Al-Mutaqqin

Pekanbaru ?”

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

Pengaruh Metode Pembiasaan dalam Perkembangan Moral dan Nilai-Nilai

Agama terhadap Perilaku Belajar Anak di RA Al-Mutaqqin Pekanbaru.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1) Sebagai pendorong untuk pelaksanaan pendidikan sehingga

menjadi pengetahuan bagi anak, orang tua dan guru.


11

2) Sebagai informasi pengetahuan untuk meningkatkan metode

pembiasaan terhadap perilaku belajar anak.

b. Manfaat Praktis

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan dapat

menjadi masukan terkait dengan ada tidaknya pengaruh yang

signifikan antara metode pembiasaan dalam perkembangan moral dan

nilai-nilai agama terhadap perilaku belajar anak di RA Al-Mutaqqin

Pekanbaru. Disamping itu penelitian ini dapat memberikan gambaran

tentang seberapa besar pengaruh antara metode pembiasaan dalam

perkembangan moral dan nilai-nilai agama terhadap perilaku belajar

anak.

a. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan dan pengetahuan tentang pengaruh

metode pembiasaan dalam perkembangan moral dan nilai-nilai

agama terhadap perilaku belajar anak.

b. Bagi Guru

Sebagai bahan pengetahuan tentang pentingnya metode

pembiasaan dalam perkembangan moral dan nilai-nilai agama

terhadap perilaku belajar anak dalam belajar.

c. Bagi Siswa

Sebagai pengetahuan tentang proses belajar metode

pembiasaan dalam perkembangan moral dan nilai-nilai agama

terhadap perilaku belajar anak yang baik.


12

d. Bagi Peneliti

Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan

keterampilan peneliti, serta sebagai bahan penyelesaian studi S1 di

Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PI-AUD) di

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri Sultan

Syarif Kasim Riau.

e. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan acuan untuk peneliti selanjutnya terkait

perkembangan moral dan nilai-nilai agama terhadap perilaku

belajar pada anak dan harapan peneliti agar memilih metode yang

lebih baik lagi dan sesuai dengan karakter anak usia dini dan waktu

penelitian yang lebih lama sehingga penelitian diharapkan lebih

efektif.

Anda mungkin juga menyukai