“FILSAFAT YUNANI”
Disusun Oleh
Kelompok I
Jannatun Parda 21.15.0260
Puji Aulia Rahmi 21.15.0271
MARTAPURA
2021/2022
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Masalah....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
ii
Kata Pengantar
Semoga amal baik bapak mendapat pahala disisi Allah SWT. penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, karena itu saran dan
kritik yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan. Semoga
karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua. Amin ya Rabbal Alamin.
Martapura,12,oktober,2021
Kelompok 1
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
senantiasa memberikan titik terang bagi pengertian-pengertian atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kelahiran filsafat di yunani?
2. Apa hubungan antara mythos dan logos?
3. Bagaimana hubungan filsafatdengan agama,ilmu, dan seni?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui kelahiran filsafat di yunani
2. Untuk Mengetahui antara mythos dan logos
3. Untuk Mengetahui hubungan filsafatdengan agama,ilmu, dan seni
BAB II
PEMBAHASAN
2
Lahirnya filsafat yunani diperkirakan pada abad ke 6 SM. Orang yunani
yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala
sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau
dongeng-dongeng. Artinya suatu kebenaran lewat akal pikir (logis) tidak berlaku,
yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber dari mitos (dongeng-
dongeng).
Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya
mitos. Mereka menginginkan adanya pertanyaan tentang isi alam semesta ini,
jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini
sebagai suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikiran dan
meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi.Upaya para ahli pikir untuk
mengarahkan kepada suatu kebebasan berfikir , ini kemudian banyak orang
mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni,
maka timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle yang artinya dapat dijadikan
sebagai landasan peradaban dunia.1
Pelaku filsafat adalah akal dan musuhnya adalah hati. Pertentangan antara
akal dan hati itulah pada dasarnya isi sejarah filsafat. Memang pusat kendali
kehidupan manusia terletak di tiga tempat yaitu indera, akal dan hati. Namun ,
akal dan hatilah yang paling menentukan. Di dalam sejarah filsafat kelihatan akal
pernah menang, pernah kalah, hati pernah berjaya, juga pernah kalah, pernah juga
kedua-duanya sama sama-sama menang. Diantara keduanya dalam sejarah telah
terjadi perebutan dominasi siapa yang kuasa dalam mengendalikan kehidupan
manusia.
Yang dimaksud dengan akal disini ialah akal logis yang bertempat di
kepala, sedangkan hati adalah rasa yang kira-kira bertempat di dalam dada. Akal
itulah yang menghasilkan pengetahuan logis yang disebut filsafat. Sedangkan hati
pada dasarnya menghasilkan pengetahuan supralogis yang disebut pengetahuan
mistik, iman termasuk disini.2
1
Muzairi,Filsafat Umum.(Yogyakarta: Teras),2009 Hlm 41-42
3
Ciri umum filsafat yunani adalah rasionalisme yang dimana mencapai
puncaknya Pada orang-orang sofis. Dalam sejarah filsafat
yunani biasanya dimajukan sebagai pangkal sejarah filsafat barat, karena dunia
barat (Erofa Barat) dalam alam pikirannya berpangkal kepada pemikiran yunani.
Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta
dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-
ahli pikir tidka puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui
budinya. Mereka menanyakan dan mencari jawabannya apakah sebetulnya alam
itu. Apakah intisarinya? Mungkin yang beraneka warna ynag ada dalam alam ini
dapat dipulangkan kepada yang satu. Mereka mencari inti alam, dengan istilah
mereka : mereka mencari arche alam (arche dalam bahasa yunani yang berarti
mula, asal).3
2
.Ahmad Tafsir,Filsafat Umum Akal dam Hati Sejak Thakes Sampai Capra.Bandung :
PT.Remaja Rosdakarya.2002. Hlm.47
3
Poedjawijatna.Pembimbing ke Arah Alam Filsafat,(Jakarta : PT Pembangunan), Cetakan
Kelima,1980.Hlm.19
4
Surajiyo.Ilmu Filsafat Suatu Pengajar, Jakarta : PT. Bumi Aksara.2005.Hlm 153-154
4
2. Karya sastra yunani yang dapt dianggap sebagai pendorong kelahiran
filsafat yunani yaitu dua karya puisi Homeros yang berjudul Ilias dan odyssea .
Syair – syair dalam karya tersebut sudah lama digunakan sebagai macam buku
pendidikan untuk orang Yunani. Dalam dialog yang bernama Politea,Plato
mengatakan Homeros telah mendidik seluruh Hellas. Karena puisnya pun sangat
digemari oleh rakyat untuk mengisi waktu luang dan serentak juga mempunyai
nilai edukatif.
5
bila bertentangan dengan mythos,kita harus menerjemahkan logos dengan
‘’rasio’’.
Sekalipun filsafat lahir pada saat rasio mengalahkan mitos, namun itu tidak
berarti bahwa seluruh mitologi ditinggalkan secara mendadak. Sebetulnya proses
itu berangsur-angsur saja. Seluruh filsafat Yunani dapat dianggap sebagai suatu
pergumulan yang panjang antara mythos dan logos . Dalam hal ini tidak sulit
untuk menunjukkan pengaruh mitologi atas filsuf-filsuf yang pertama. Namun
demikian,pada abad ke-6 SM, di negeri Yunani terjadilah sesuatu yang sama
sekali baru. Filsuf-filsuf pertama memandang dunia denagn cara yang belum
pernah dipraktekkan orang lain. Mereka tidak lagi mencari keterangan tentang
alam semesta dalam peristiwa-peristiwa mistis pada awal mula yang dipercaya
saja, karena tidak mungkin memeriksanya. Mereka tidak membatasi diri atas
mitos-mitos yang diturunkan dalam tradisi, dengan menambah lagi imajinasi
puitis, seperti dilakukan Hesoidos. Mereka mulai berfikir sendiri. Di belakang
kejadian-kejadian yang dapat diamati oleh umum, mereka mencari keterangan
yang memungkinkan untuk menegerti kejadian-kejadian itu. Tidak dapat
disangkal, keterangan-keternagan macam itu bagi telinga kita sekarang ini sering
kali agak naif kedengarannya. Tetapi yang penting ialah cara rasional dan logis
yang mereka gunakan untuk mendekati problem-problem yang ditemui dalam
alam semesta. Suatu contoh sederhana adalah pelangi. Dalam masyarakat Yunani
yang tradisional , pelangi adalah seorang dewi yang bertugas sebagai pesuruh
bagi dewa-dewa lain. Tanggapan ini dapat dibaca pada Homeros misalnya. Tetapi
Xenophanes, salah seorang di antara filsuf-filsuf pertama, akan mengatakan
bahwa pelangi merupakan suatu awan. Kira-kira satu abad sesudahnya,
Anaxagoras sudah mengerti bahwa pelagi disebabkan oleh pantulan sinar matahari
dalam awan-awan. Justru karena pendekatan seperti itu bersifat rasional dan dapat
dikontrol oleh siapa saja, terbukalah kemungkinan untuk memperdebatkan hasil-
hasilnya secara leluasa dan untuk umum. Satu jawaban akan menampilkan
pertanyaan-pertanyaan dan kritik atas satu keterangan akan menuntut timbulnya
6
keteranga lain,sehingga dalam suasana rasional ini perkembangan ilmiah menjadi
mungkin.
Kita awali dengan pertanyaan “apakah seni itu” para filsuf dan ahli
estetika awal abad 20 untuk menjawab hal ini menggunakan pendekatan
ilmiah, bekerja dengan ilmu-ilmu lain seperti den- gan psikologi,
antropologi, sosiologi, semiotik dan lain-lain. Kemudian menghasilkan
definisi yang berbeda-beda. Namun bila kita teliti dari sekian banyak
definisi maka akan ditemukan definisi terpenting meliputi:
5
“Contoh Cv” (https://www.gamajatimmesir.org/ buku sejarah-filsafat-yunani-
mythos-dan-logos /Diakses Pada 20 Maret 2019/ hal-21-23-bag-iii/)
7
b. Human Activity /kegiatan manusia.
Work of Art /karya seni
Fine Art; seni indah; seni “murni” mengalami perkembangan sejak
istilah konsep “techne” zaman Yunani kuno hingga konsep “Fine Art”
Inggeris abad 18, baru awal abad 20 “seni” dinyatakan sebagai padanan
dari “Fine Art”dalam bahasa melayu : seni halus.
Menelaah seni dalam filsafat seni berarti menggali kebenaran seni itu
sendiri.
Antara seniman, benda seni, konteks seni dan publik seni ke empatnya
8
memiliki kai- tan satu-sama lain begitu kuat tidak dapat terpi- sahkan
(sinergi).
9
menolak hipotesis yang selama ini kita anggap benar. Ilmu merupakan
pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah.
Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita
sendiri. Dengan demikian kita akan bertanya kepada diri kita sendiri:
apakah yang sebenarnya yang kita ketahui tentang ilmu? apakah ciri-ciri
yang membedakan ilmu dari pengetahuan lainnya yang bukan ilmu?
kriteria apa yang akan kita pakai dalam menentukan kebenaran secara ilmiah?
apa kegunaan kita mempelajari ilmu dan yang paling ekstrim untuk apa
kita mempelajari ilmu?.
Ilmu dipelajari untuk memahami objek dan dikuasai untuk
kepentingan subjektif misalnya untuk teknologi, agama , seni dll.
10
Bertolak dari definisi filsafat sebagai acuan berfikir maka sistem
kebenaran agama dapat diartikan sebagai hasil berfikir secara radikal,
sistematis dan universal. Dasar-dasar agama bisa dipersoalkan dipikirkan
menurut logika (teratur dan disiplin). Misalnya dalam agama Islam kita
mengenal rukun iman. Logika dapat berjalan manakala kita
mempertanyakan yakin pada Allah akibat logisnya yakin pula pada
malaikat-malaikat Allah dan seterusnya.
Filsafat suatu agama. Hasil pemikiran dasar- dasar suatu agama secara
analitik dan kritik, dengan tujuan memberikan alasan-alasan rasional untuk
membenarkan agama itu.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya
mitos. Mereka menginginkan adanya pertanyaan tentang isi alam semesta ini,
jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini
sebagai suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikiran dan
meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi.Upaya para ahli pikir untuk
mengarahkan kepada suatu kebebasan berfikir , ini kemudian banyak orang
mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni,
maka timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle yang artinya dapat dijadikan
sebagai landasan peradaban dunia.
12
Filsafat
Agama Seni
Ilmu
13
atau ada perbedaan antara lain sbb:
Filsafat, ilmu, seni dan agama memiliki tujuan yang sama, yaitu memahami
dunia, tetapi dalam kedalaman pemahaman berbeda-beda.
Dalam ilmu tujuan itu hanya teori atau pengetahuan untuk
pengetahuan itu sendiri, umumnya pengetahuan itu diabadikan
untuk tujuan-tujuan ekonomi praktis
Dalam filsafat tujuan itu ialah cinta kepada pengetahuan yang
bijaksana, dengan hasil kedamaian dan kepuasan jiwa.
Dalam agama tujuan itu damai, keseimbangan, keselarasan,
penyesuaian, keselamatan (dirangkum dalam satu istilah Islam yang
berarti selamat)
Dalam seni tujuannya ekspresi diri, yang memanfaatkan logika imaji.
Perbedaan lainnya seni, ilmu, filsafat dan Agama: 1) Ilmu dan filsafat
sifatnya nisbi sedangkan agama bersifat absolut (mutlak); 2) Ilmu membatasi
lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan metode
yang dipergunakan dalam penyusunan yang telah teruji kebenarannya secara
empiris; 3) Ilmu mencoba mencarikan penjelasan menge- nai alam, memahami
objek, menjadi kesimpulan yang bersifat umum dan impersonal. Sebaliknya seni tetap
bersifat individual dan personal, dengan memusatkan perhatiannya pada
pengalaman hidup manusia perseorangan. Pengalaman itu diungkapkan agar dapat
dialami orang lain dengan jalan “menjiwai“ pengalaman tersebut. Karya seni
bersifat “remarkable” memiliki nilai subjektif yang luas, menghasilkan berbagai
makna dan nilai yang dititipkan melalui media bahasa rupa, gerak, nyanyian,
tulisan, musik dan lain-lain.
Seni merupakan ekspresi diri, yang menggunakan logika imagi citra (dalam
seni rupa) sehingga produknya lebih menyentuh wilayah makna (konotatif), lain
halnya dengan ilmu pengetahuan menggunakan logika konseptual, lebih bersifat
verbal (denotatif), berpretensi mengungkap hal-hal eksternal mengungkap realitas
di luar dirinya.
14
Ilmu pengetahuan cenderung meng- gunakan bahasa yang univokal
sedangkan seni bersifat metaforis dengan menggunakan bahasa yang plurivokal.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir, 2002. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thakes Sampai
Capra.Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.
https://www.gamajatimmesir.org/2019/03/20/bukusejarah-filsafat-yunani-
mythos-dan-logos-hal-21-23-bag-iii.
16