Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL SKRIPSI

Nama :Assidiki ilham

Nim 105190250

Semester :(V) lima

Jurusan :Ilmu

Pemerintahan Fakultas

:Syariah

Judul :FUNGSI POLISI PAMONG PRAJA DALAM

MEMELIHARA KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN DI

KABUPATEN MERANGIN BERDASARKAN PERATURAN

PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 2004

A. LATAR BELAKANG

Berhasilnya pembangunan daerah sangat tergantung pada

kondisi ketentraman dan ketertiban di wilayah dan terwujudnya

ketentraman dan ketertiban wilayah itu dipengaruhi pula oleh

perkembangan stabilitas politik di wilayah/daerah

Oleh karena itu diperlukan adanya penanganan secara

berkesinambungan dan terpadu serta terencana oleh pemerintah

dalam pembinaan ketentraman dan ketertiban tersebut.

Ketentraman dan ketertiban umum adalah suatu keadaan dinamis

yang memungkinkan pemerintah daerah dan masyarakat melakukan

kegiatannya dengan tentram, tertib dan teratur. Untuk menunjang

pelaksanaan pembangunan di daerah secera berkesinambungan,

ketentraman dan ketertiban umum merupakan kebutuhan dasar dalam

1
melaksanakan pelayanan kesejahteraan masyarakat.

Sesuai dengan isi dan jiwa Undang-undang nomor 32 tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah dan pasal 3 Peraturan Pemerintah Niomor

32 tahun 2004 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja.

Pelaksanaan Otonomi Daerah membawa perubahan dalamn pola

hubungan antara Pemrintah Pusat dan Daerah. Pergeseran tersebut

juga membawa perubahan dan dampak terhadap ketentraman dan

ketertiban umum. Di samping perubahan tersebut juga terjadi

perubahan tata pemerintahan, orientasi perencanaan mengalami

pergeseran yang sejumlah hanya sebagai bagian proses administrasi

untuk mencapai tujuan organisasi publik secara internal bergeser

menjadi bagian pokok dan penting dari proses perumusan dan

alternativ tindakan untuk mencapai tujuan kolektif.

Dalam rangka mewujudkan kondisi daerah yang aman, tentram,

dan tertib serta guna menciptakan penyelenggaraan pemerintahan,

pembangunan dan kegiatan masyarakat yang kondusif perlu

meningkatkan kinerja Satuan Polisi Pamong Praja dalam

melaksanakan tugasnya.

Belakang ini gerak langkah Satuan Polisi Pamong Praja (Sat Pol-

PP) tidak pernah luput dari perhatian publik, mengingat segala

aktivitasnya dengan mudah di ketahui melalui mass media, baik cetak

maupun elektronik. Sayangnya image yang terbentuk di benak

masyarakat atas sepak terjang Satuan Polisi Pamong Praja sangat

jauh dari sosok ideal sejatinya yang menggambarkan aparatur

Pemerintah Daerah dalam


tugasnya menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, hak asasi

manusia dan norma-norma sosial lainnya yang hidup dan berkembang

dalam masyarakat.

Munculnya gambaran miring terhadap sosok aparat Polisi Pamong

Praja tidak lain dan tidak bukan karena seringnya masyarakat di

syguhi aksi-aksi refresif dan arogan dari aparat daerah tersebut dalam

menjalankan perennya dalam memelihara dan menyelnggarakan

keamanan dan ketertiban umum khususnya di kota-kota besar.

Pembongkaran bangunan lias, penertiban Pedagang Kaki Lima

(PKL), razia Pekerja Seks Komersil (PSK), penertiban miras dan

gelandangan sering di suguhkan oleh aparat Pol-PP. sekalipun

tindakan-tindakan refresif tersebut hanyalah sebagian dari fungsi dan

peran Pol-PP sebagai pengemban dan penegak hukum non yudistial

di daerah. Karena itu tidak berlebihan apabila kemudian masyarakat

mencap aparat Pol-PP sebagai aparat kasar, arogan, penindas rakyat

kecil dan sebutan-sebutan lain yang tidak enak di dengar di tambah

dengan peran media masa yang sering membubuhinya dengan berita-

berita sensasional, maka makin miringlah penggambaran masyarakat

tentang Satuan Polisi Pamong Praja di mata masyarakat umum.

Terlepas dari benar tidaknya gambaran masyarakat tentang

Satuan Polisi Pamong Praja, dalam tulisan ini saya mencoba untuk

menyegarkan kembali ingatan kita tentang bagaimana sejatinya fungsi

dan peran Satuan Polisi Pamong Praja dalam rangka pembinaan

keamanan dan penegak hukum. Gambaran ini penting untuk


dikemukakan guna diperolehnya kesamaan pandangan baik dari

masyarakat, Sat Pol-PP maupun pemangku kepentingan lainnya

mengenai sosok Sat Pol-PP yang sesungguhnya.

Harus diakui pada awal berdirinya di Yogyakarta pada tanggal 3

Maret 1950, Satuan Polisi Pamong Praja telah memberikan kontribusi

yang sangat berharga bagi konsilidasi dan stabilitas territorial pada

daerah-daerah yang berada di luar bidang kepolisian Negara

merupakan masalah spesifikasi yang ditangani oleh Polisi Pamong

Praja, salah satunya menangani bidang pemerintahan, umum,

khususnya dalam pembinaan ketentraman dan ketertiban di daerah.

Karena itu tidaklah bijaksana apabila kita memandang bahwa peran

dan fungsi Polisi Pamong Praja dalam menyelenggarakan keamanan

dan ketertiban sekan-akan hendak mengambil peran Polri, tetapi

sebaliknya dalam upaya menjaga dan memelihara Kantibmas,

sebagaimana dengan jelas dinyatakan dalam pasal 4 ayat (1) huruf g

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia yang menyatakan Polri bertugas melakukan

koordinasi, pengawasan dan pembinaan tekhnis ter dihadap

Kepolisian Khusus, Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan bentuk-bentuk

pengamanan Swarkarsa.

Diberikannya kewenangan pada Satuan Polisi Pamong Praja untuk

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat bukanlah tanpa

alasan, namun di dukung dasar pijakan yuridis yang jelas

sebagaimana dinyatakan dalm Undang-undang nomor 32 tahun 2004

tentang
Pemerintahan Daerah Khususnya Pasal 13 dan 14. Dalam pasal

Undang-undang tersebut, pada huruf c tersebut disebutkan urusan

wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah daerah yang meliputi

Penyelenggaraan Ketertiban Umum dan Ketentraman Mastarakat.

Demikian pula dengan pasal 148 dan 149 Undang-undang Nomor 32

tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah yang mengamanatkan di

bentuknya Satuan Polisi Pamong Praja untuk membantu Kepala

Daerah dalam menegakan Peraturan Daerah dan Penyelenggaraan

Ketertiban Umum serta Ketentraman Masyarakat.

Dengan melihat kewenangan yang di berikan kepada Satuan Polisi

Pamong Praja sangat penting dan strategis dalam Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah sesuai dengan lingkup tugasnya termasuk di

dalamnya Penyelenggaraan Perlindungan Masyarakat.

Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai misi stragtegis dalam

membantu Kepala Daerah untuk menciptakan suatu kondisi daerah

yang tentram, tertib, teratur sehingga penyelenggaraan roda

pemerintahan dapat berjalan dengan lancar dan masyarakat dapat

melakukan kegiatannya dengan aman. Oleh karena itu, disamping

menegakan Peratutan Daerah, Pol-PP juga dituntut untuk

menegakkan kebijakan pemerintah daerah lainnya yaitu Keputusan

Kepala Daerah.

Untuk mengoptimalkan kinerja Satuan Polisi Pamong Praja perlu di

bangun kelembagaan yang handal, sehingga tujuan terwujudnya

kondisi daerah yang tentram dan tertib dapat direalisasikan.

Munculnya gangguan Ketentraman dan Ketertiban Umum dan


timbulnya Pelanggaran Peraturan Daerah identik dengan kepadatan

jumlah penduduk suatu daerah.

Kabupaten Merangin yang berada di jalur strategis lintas Sumatra

yang merupakan kawasan transit orang dan barang, sehingga tidak

menutup kemungkinan timbulnya gangguan ketentraman dan

ketertiban masyarakat. Disamping penduduk Kabupaten Merangin

terdiri dari beberapa Suku, Ras, Agama dan Adat istiadat yang

berbeda satu dengan yang lain. Dari perbedaan tersebut membawa

akan pengaruh terhadap perkembangan wilayah khususnya di segi

keamanan, sosial, budaya, politik dan ekonomi. Selain itu latar

belakang penulis mermilih judul skripsi ini dilator belakangi dengan

belum adanya penulisan yang mengangkat permasalahan di bidang

ketentraman dan ketertiban khususnya di Kabupaten Merangin.

Adapun faktor-faktor penulis memilih Kabupaten Merangin

sebagai objek penelitian dalam skripsi ini adalah :

1. Penulis menilai bahwa ketentraman dan ketertiban di

Kabupaten Merangin masih relatif stabil.

2. Dalam penelitian ini penulis sangat terbantu di dalam memperoleh

dan menghimpun data yang berhubungan dengan judul skripsi ini.

3. Belum adanya karya ilmiah/skripsi yang mengangkat dan

membahas fungsi Polisi Pamong Praja dalam memelihara

ketentraman dan ketertiban berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 32 Tahun 2004 khusu Kabupaten Merangin.

Berdasarkan uraian di atas dan dilandasi dengan keinginan yang


kuat untuk mengetahui lebih dalam mengenai fungsi Polisi Pamong

Praja dalam memelihara Ketentraman dan Ketertiban Umum, maka

penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan menuangkan dalam

suatu Karya Ilmiah yang berbentuk Skripsi dengan judul “ Fungsi Polisi

Pamong Praja dalam Memelihara Ketentraman dan Ketertiban di

Kabupaten Merangin berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32

Tahun 2004”.

 Pasal 148 dan Pasal 149 UU No.32 Tahun 2004, Tugas Pokok dan Fungsi Polisi
Pamong Praja
 PP Nomor 32 tahun 2004, tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan judul dan latar belakang di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah fungsi Polisi Pamong Praja dalam memelihara

ketentraman dan ketertiban di Kabupaten Merangin berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004.

2. Kendala-kendala apa saja yang di hadapi Satuan Polisi Pamong

Praja Kabupaten Merangin dalam memelihara Ketentraman dan

Ketertiban di Kabupaten Merangin.

3. Upaya apa saja yang dilakukan satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Merangin dalam mengatasi kendala-kendala

memelihara ketentraman dan ketertiban di kabupaten Merangin.

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Dari penelitian ini penulis berharap bisa mencapai tujuan yang

diharapkan yaitu :

1. Penelitian yang dituangkan dalam bentuk Karya Ilmiah dapat

memenuhi sebagian syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jambi.

2. Dari penelitian ini dapat memberi manfaat dan sumbangan pikiran

serta menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi pembaca dan

penulis sendiri tentang fungsi Polisi Pamong Praja dalam

memelihara Ketentraman dan Ketertiban.

3. Penelitian ini dapat sebagai tolak ukur dalam member solusi


terhadap kendala yang di hadapi Satuan Polisi Pamong Praja

dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.

D. METODOLOGI PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian dalam penulisan judul skripsi “ Fungsi

Polisi Pamong Praja dalam memelihara ketentraman dan

ketertiban berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun

2004 “ adalah pada Kantor satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

Merangin.

2. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian adalah yuridis empiris yaitu melihat bagaimana

ketentuan yang berlaku berdasarkan pada Peraturan Perundang-

undangan dengan membanding pada fakta yang ada dilapangan

atau berdasarkan pada kenyataan.

3. Tata cara penarikan kesimpulan

Tatacara penarikan sampel yang digunakan adalah Purposive

Sampling yaitu para masyarakat yang melakukan tindakan

pelanggaran Peraturan Daerah dan masyarakat umum.

Sebagai informan adalah para Camat dan Lurah selaku

perpanjangan tangan Pemerintah Kabupaten Merangin di tingkat

Kecamatan dan Kelurahan.


BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN POLISI PAMONG PRAJA

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah pada pasal 148 ayat (1) disebutkan untuk

membantu Kepala Daerah dalam menegakkan Peraturan Daerah atau

Penyelenggaraan Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat di

bentuk Satuan Polisi Pamong Praja.

Dengan telah diterbitkannya Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satuan Polisi

Pamong Praja telah memberi dasar hukum yang kuat bagi Polisi

Pamong Praja dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai

Penegak Peraturan Daerah. Polisi Pamong Praja mempunyai tugas

misi strategis dalam membantu Bupati untuk menciptakan suatu

kondisi daerah yang tentram, tertib dan teratur sehingga

penyelenggaraan roda pemerintahan dapat berjalan lancar dan

masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan aman.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2004 tentang

Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja pasal 1 angka 4 dinyatakan

“bahwa Satuan Polisi Pamong Praja adalah Perangkat Pemerintah

Daerah dalam memelihara dan menyelenggarakan Ketentraman dan

Ketertiban Umum serta menegakkan Paraturan Daerah”. Sedangkan


dalam pasal 1 angka 5 dibunyikan “bahwa Polisi Pamong Praja adalah

Aparatur Pemerintah Daerah yang melaksanakan tugas Kepala

Daerah dalam memelihara dan menyelenggarakan Ketentraman dan

Ketertiban Umum, menegakan Peraturan Daerah dan Keputusan

Kepala Daerah”.

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 pasal 1 angka 4 dan 5 hal 7


B. DASAR HUKUM TENTANG POLISI PAMONG PRAJA

Kepala Wilayah menempati kedudukan yang strategis dalam

Pembinaan Ketentraman dan Ketertiban di wilayahnya. Pasal 80

Undang-undang Nomor 5 tahun 1974 Pokok-pokok Pemerintahan di

Daerah menjabarkan bahwa “Kepala Wilayah sebagai Wakil

Pemerintahan Pusat Penguasa Tunggal di Bidang Pemerintahan

Dalam Wilayahnya, Mengkoordinasikan Pembangunan dan Membina

Kehidupan Masyarakat di segala bidang”.

Mengingat luasnya Wilayah Negara Republik Indonesia dan untuk

menjamin tindakan yang cepat serta tepat pada waktunya maka

menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 kepada

Kepala Wilayah dalam “keadaan biasa” di berikan Wewenang

Pembinaan Ketentraman dan Ketertiban di Wilayahnya meliputi :

1. Wewenang pengaturan untuk dapat mendorong terciptanya

Keamanan dan Ketertiban Msayarakat.

2. Wewenang pengaturan-pengaturan kegiatan penanggulangan

bencana-bencana, baik bencana alam maupun bencana akibat

perbuatan manusia.

3. Wewenang pengaturan kegiatan-kegiatan dim bidang politik,

ekonomi, dan sosial budaya.

Dalam pasal 86 Undang-undang Nomor 5 tahun 1974 diatas

dijelaskan “ Polisi Pamong Praja adalah salah satu aparat pusat yang

berada di daerah untuk membantu Kepala Wilayah dalam

menyelenggarakan urusan Pemerintahan Umum.


Dalam masa orde baru, Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

menggunakan model sentralisasi, namun pada era reformasi,

penyelenggaraan Pemerintah daerah dalam Penyelenggaraan

Pemerintah Daerah diatur dalam Undang-Undang nomor 22 tahun

1990 Jo Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004. Undang-Undang ini

menghapus Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 yang sentralisasi.

Format baru Pemerintah Daerah di Bawah Undang-Undang Nomor 32

tahun 2004 di arahkan kepada terciptanya kemandirian daerah dengan

meletakkan suatu prinsip etonomi yang luas dan utuh pada daerah

Kabupaten/Kota. Asas utama Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

dalam Peraturan Perundang-Undangan ini menganut asas

Dekonsentrasi dan tugas Pembantuan.

Keberadaan Polisi Pamong Praja di suatu wilayah sangat penting

sekali eksistensinya dalam rangka menegakkan Peraturan Perundang-

Undangan yang berlaku khususnya Peraturan Daerah dan Keputusan

Kepala Daerah yang mempunyai sanski hukum.

Dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah pasal 148 ayat (1) menegaskan bahwa untuk

membantu Kepala Daerah dan Penyelenggaraan Ketertiban Umum

dan Ketentraman Masyarakat di bentuk Satuan Polisi Pamong Praja.

Keberadaan Polisi Pamong Praja yang dituangkan dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 32 tahun 2004 tentang Pedoman Satuan Polisi

Pamong Praja.
C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI POLISI PAMONG PRAJA.

Landasan Konstitusional penyelenggaraan Pemerintah Daerah

adalah UUD 1945 pasal 18, 18 A, dan 18 B. Pengaturan ini

berdasarkan amandemen kedua, kemudian di lengkapi dengan UU

organic lainnya, yaitu Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 32 tahun 2004 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja.

Di Negara kita secara hirarki tata urut Peraturan Perundang-

Undangan adalah :

 UUD 1945

 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

 Keputusan Presiden

 Peraturan Daerah

1. Peraturan Daerah Provinsi

2. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

 Perdes.

Dari tata urut Peraturan Perundang-Undangan di atas, Polisi Pamong

Praja mempunyai tugas membantu Kepala Daerah dalam

menegakkan Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah dan

pengamanan asset daerah.

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Merangin Nomor 21 tahun

2008 tentang Oragnisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja

di jelaskan bahwa tugas pokok dan fungsi Polisi Pamong Praja di

Kabupaten Merangin sebagai berikut :


a. Tugas Pokok

Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tugas memelihara dan

meyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakan

peraturan daerah, peraturan kepala daerah dan keputusan kepala

daerah.

b. Fungsi

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana di maksud, Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Merangin menyelenggarakan fungsi.

1. Penyusunan program pelaksanaan ketentraman danm

ketertiban umum penegakan peraturan daerah, peraturan

kepala daerah dan keputusan kepala daerah.

2. Pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan

ketentraman dan ketertiban umum di daerah.

3. Pelaksanaan kebijakan penegakan peraturan daerah, peraturan

kepala daerah dan keputusan kepala daerah.

4. Pelaksanaan korrdinasi pemeliharaan dan penyelenggaraan

ketentraman dan ketertiban umum, serta penegakan peraturan

daerah, peraturan kepala daerah dan keputusan kepala daerah

dengan aparat Kepolisian Negara, Penyidik Pegawai Negeri

Sipil (PPNS), dan/atau aparatur lainnya.

Di samping tugas pokok dan fungsi, Polisi Pamong Praja

Kabupaten Merangin juga melaksanakan kegiatan antara lain :

 Pengamanan Asset Daerah


 Patroli Wilayah

 Pengamanan Unjuk Rasa

 Pengawasan dan Penyelidikan Pelanggaran

Perda. Khusus untuk asset daerah dapat dibedakan :

1. Asset bergerak diantaranya :

- Bupati dan Wakil Bupati

- Sekretaris Daerah

- PNS Kabupaten Merangin

- Kendaraan Dinas Roda 2 (dua) dan Roda 4 (empat)

2. Asset tidak bergerak diantaranya :

- Tanah

- Gedung

Dalam rangka pengamanan asset bergerak seperti Bupati/Wakil

Bupati/Sekretaris Daerah maka dalam rangka pejabat tersebut

melakukan kunjungan kerja, Polisi Pamong Praja melakukan

pengawalan, pengamanan pejabat tersebut.

Bachsan MUSTAFA, SH, Pokok-pokok Hukum Administrasi Negara, Bandung, 1985


Ramdani Wahyu, M.Ag,.M.Si Ilmu Sosial Dasar 2007
Perda Kab. Merangin Nomor 21 Tahun 2008

Anda mungkin juga menyukai