Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015

APLIKASI PEMETAAN MULTI RISIKO BENCANA


DI KABUPATEN BANYUMAS
MENGGUNAKAN OPEN SOURCE SOFTWARE GIS
Briandana Januar Aji Gunadi, Arief Laila Nugraha, Andri Suprayogi*)
Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang,Indonesia 50275
email : geodesi@undip.ac.id

ABSTRAK

Kabupaten Banyumas merupakan salah satu daerah di wilayah provinsi Jawa Tengah yang masuk dalam
kategori rawan bencana, terutama bencana banjir dan tanah longsor.Dengan adanya kondisi tersebut maka
dibutuhkan penelitian yang difokuskan pada skala lokal untuk melakukan pemetaan multi risiko bencana banjir dan
tanah longsor sebagai upaya mitigasi bencana di Kabupaten Banyumas. Pembuatan peta multi risiko bencana banjir
dan tanah longsor di Kabupaten Banyumas berbasis sistem informasi geografis (SIG) menggunakan perangkat lunak
terbuka Quantum GIS. Metode yang digunakan adalah skoring dan pembobotan, serta tumpang susun (overlay) antar
parameter penyusunnya.Dari hasil penelitian dengan menggunakan metode perkalian matriks VCA diperoleh nilai
kesesuaian sebesar 66,667 % untuk risiko bencana banjir, 77,778 % untuk bencana tanah longsor dan 61,111 %
untuk multi risiko bencana banjir dan tanah longsor. Hasil pemodelan multi risiko bencana didapatkan nilai sebesar
51,785 % wilayah Kabupaten Banyumas termasuk kedalam risiko tinggi, 18,960% termasuk kedalam risiko sedang
dan 29,255% termasuk kedalam risko rendah terhadap bencana banjir dan tanah longsor. Quantum GIS dapat
dijadikan sebagai perangkat alternatif untuk pengolahan SIGwalaupun masih terdapat kekurangan dalam analisis
data dengan format vektor yaitu tidak dapat melakukan penggabungan (union) lebih dari dua shape file.

Kata kunci: banjir, peta multi risiko bencana,tanah longsor, Quantum GIS,SIG,

ABSTRACT

Banyumas regency is one of regions in Central Java province that is categorized as prone disaster,
especially floods and landslides. With these sort of conditions, research is needed that focuses on local scale to
conduct multi risk mapping of flood and landslide disasters as an effort to mitigate the disaster in Banyumas
regency. Multi risk map of flood and landslide disasters in Banyumas regency made based on Geographical
Information System (GIS) using open source software called Quantum GIS. The method used are scoring and
weighting, along with overlays between the constituent parameters. From a research using the VCA matrix
multiplication, congruity value as much as 66,667% risk of flood, 77,778% risk of landslide and 61,111% against
multi risk disasters of flood and landslide. The modeling results of multi risk disasters obtained 51,785% of the area
in Banyumas regency is highly at risk disasters, 18,960% is moderately at risk and 29,255% is low at risk of flood
and landslide disasters. Quantum GIS can be used as an alternative device to process GIS although there may still
be some deficiency may occur in data analysis with vector format which could not perform the union of three shape
files or more.

Keywords: flood, GIS, landslide , multi map disaster risk,Quantum GIS

*) Penulis, Penanggungjawab

Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, (ISSN : 2337-845X) 287


Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015
I. Pendahuluan 1. Bagaimana melakukan pemetaan risiko bencana
I.1. Latar Belakang banjir dan risiko bencana tanah longsor di
Bencana alam adalah salah satu fenomena yang Kabupaten Banyumas ?
dapat terjadi setiap saat, dimanapun dan kapanpun 2. Bagaimana hasil kesesuaian peta risiko bencana
sehingga menimbulkan risiko atau bahaya terhadap banjir dan tanah longsor serta peta multi risiko
kehidupan manusia, baik kerugian harta benda maupun bencana banjir dan tanah longsor terhadap
korban jiwa manusia (Nugroho dkk, 2009).Bencana penggunaan metode perkalian matriks VCA?
banjir dan tanah longsor merupakan salah satu bencana 3. Bagaimana hasil sebaran wilayah dari pemetaan
alam geologi yang dapat menimbulkan korban jiwa dan multi risiko bencana banjir dan tanah longsor di
kerugian material yang sangat besar, seperti terjadinya Kabupaten Banyumas ?
pendangkalan, terganggunya jalur lalu lintas, rusaknya 4. Bagaimana kemampuan open source
lahan pertanian, permukiman, jembatan, saluran irigasi softwareQuantum GIS dalam penyusunan peta
dan prasarana fisik lainnya. risiko bencana banjir dan tanah longsor di
Tanah longsor merupakan salah satu jenis Kabupaten Banyumas ?
gerakan massa tanah atau batuan, maupun percampuran
keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat I.3. Ruang Lingkup Penelitian
terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun Dalam menjelaskan permasalahan yang akan
lereng (BNPB, 2013). Sedangkan banjir merupakan dibahas di dalam penelitian ini dan agar tidak terlalu
limpasan air yang melebihi tinggi muka air normal, jauh dari kajian masalah yang dipaparkan, maka ruang
sehingga melimpas dari palung sungai menyebabkan lingkup dalam penelitian ini antara lain :
adanya genangan pada lahan rendah di sisi sungai
1. Wilayah penelitian ini dilakukan di Kabupaten
(BNPB, 2013).
Banyumas dengan unit terkecil daerah multi risiko
Kabupaten Banyumas merupakan salah satu
bencana banjir dan tanah longsor adalah kelurahan
daerah di wilayah provinsi Jawa Tengah yang masuk
yang terdampak bencana.
dalam kategori sangat rawan bencana, terutama
2. Bencana yang dijadikan bahan kajian pemetaan
bencana tanah longsor dan banjir.Dengan adanya
multi risiko bencana adalah banjir dan tanah
kondisi tersebut maka dibutuhkan penelitian yang
longsor.
difokuskan pada skala lokal untuk melakukan
3. Data spasial yang digunakan adalah peta dasar dan
pemetaan multi risiko bencana banjir dan tanah longsor
peta tematik Kabupaten Banyumas yang diperoleh
sebagai upaya mitigasi bencana di Kabupaten
dari instansi pemerintah. Data non spasial yang
Banyumas.
digunakan adalah data statistik yang diperoleh dari
Untuk dapat melakukan pemetaan multi risiko
Badan Pusat Statistik.
bencana banjir dan tanah longsor dengan baik, maka
4. Pengolahan data penelitian dengan menggunakan
keberadaan perangkat lunak (software) berbasis sistem
perangkat lunak terbuka berbasis sistem informasi
informasi geografis yang dijadikan sebuah sistem
geografis yaitu Quantum GIS.
untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali,
5. Metode yang digunakan pada penyusunan peta
mengolah (memanipulasi), menganalisis, dan
multi risiko bencana banjir dan tanah longsor
menghasilkan data bereferensi geografis atau data
adalah metode bobot dan skoring serta tumpang
geospasial dapat digunakan untuk memetakan wilayah
susun (overlay). Penilaian dan kriteria mengacu
dengan multi risiko tinggi, sedang dan rendah dengan
pada Peraturan Kepala BNPB No. 02 Tahun 2012.
menggabungkan informasi dari komponen risiko banjir
dan risiko tanah longsor, yang diperoleh dari
I.4. Maksud dan Tujuan Penelitian
penggabungan ancaman, kerentanan serta kapasitas
Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah:
pada masing – masing komponen risiko, yang
kemudian dapat dijadikan acuan untuk pengambilan 1. Menentukan daerah – daerah yang mempunyai
keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan bencana potensi ancaman banjir dan tanah longsor di
banjir dan tanah longsor di Kabupaten Banyumas. Kabupaten Banyumas.
Quantum GIS merupakan sebuah aplikasi 2. Mengetahui kerentanan berdasarkan parameter
Geographical Information Sistem (GIS) sumber sosial, ekonomi, fisik dan lingkungan yang
terbuka dan lintas platform yang dapat dijalankan di terdapat di wilayah kabupaten Banyumas.
sejumlah sistem operasi. Minimnya penggunaan open 3. Mengetahui kapasitas / ketahanan yang ada di
source software yang bersifat legal, sekaligus dapat wilayah Kabupaten Banyumas terhadap ancaman
digunakan sebagai bahan kajian kemampuan dari open banjir dan tanah longsor.
source software tersebut dalam menyelesaikan 4. Menentukan daerah dengan risiko tinggi, sedang,
pengolahan dan analisis data spasial dan rendah untuk bencana banjir dan tanah longsor
di Kabupaten Banyumas.
I.2. Perumusan Masalah 5. Menentukan daerah dengan multi risko tinggi,
Permasalahan yang muncul dari latar belakang sedang, dan rendah terkait bencana banjir dan
penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya adalah tanah longsor di Kabupaten Banyumas.
sebagai berikut :

Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, (ISSN : 2337-845X) 288


Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015
6. Mengetahui efektivitas kinerja dari open source infrastruktur, produktivitas ekonomi, dan
software Quantum GIS dalam pembuatan peta kesejahteraan. Hubungan antara bencana dan
multi risiko bencana banjir dan tanah longsor di kerentanan menghasilkan suatu kondisi risiko, apabila
Kabupaten Banyumas. kondisi tersebut tidak dikelola dengan baik
(Hardiyatmo, 2006).
I.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan II.5. Kapasitas Bencana
alternatif informasi risiko kebencanaan kepada Kapasitas (capacity) adalah penguasaan sumber
masyarakat Kabupaten Banyumas terkait bencana daya, cara dan ketahanan yang dimiliki pemerintah dan
banjir dan tanah longsor untuk lebih waspada sehingga masyarakat yang memungkinkan mereka untuk
meminimalisir kerugian akibat bencana tersebut. mempersiapkan diri, mencegah, menjinakkan,
Penelitian ini dapat memberikan acuan bagi pemangku menanggulangi, mempertahankan diri serta dengan
kebijakan dalam pengambilan keputusan untuk cepat memulihkan diri dari akibat bencana (Aditya,
penanggulangan banjir dan tanah longsor Kabupaten 2010).
Banyumas.
II.6. Risiko Bencana
II. Tinjauan Pustaka Kajian Risiko Bencana adalah mekanisme
terpadu untuk memberikan gambaran menyeluruh
II.1. Bencana terhadap risiko bencana suatu daerah dengan
Berdasarkan UU RI Nomor 24 Tahun 2007 menganalisis tingkat ancaman, tingkat Kerentanan dan
tentang Penanggulangan Bencana bahwa bencana kapasitas daerah. Upaya pengkajian risiko bencana
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang pada dasarnya adalah menentukan besaran tiga
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, komponen risiko tersebut dan menyajikannya dalam
disebabkan oleh faktor alam dan non alam maupun bentuk spasial maupun non spasial agar mudah
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya dimengerti. Kajian tersebut dapat menghasilkan sebuah
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian peta risiko bencana, yaitu gambaran tingkat risiko
harta benda dan dampak psikologi. bencana suatu daerah secara spasial dan non spasial
berdasarkan kajian risiko bencana suatu daerah. Hasil
II.2. Banjir dari semua pengkajian risiko bencana digunakan
Banjir adalah tinggi muka air melebihi normal sebagai salah satu dasar untuk menyusun aksi praktis
pada sungai dan biasanya mengalir meluap melebihi dalam rangka kesiapsiagaan, seperti menyusun rencana
tebing sungai dan luapan airnya menggenang pada dan jalur evakuasi, pengambilan keputusan daerah
suatu daerah genangan (Ristya, 2011). Selain itu, banjir tempat tinggal dan sebagainya (Aditya, 2010).
menjadi masalah dan berkembang menjadi bencana
ketika banjir tersebut mengganggu aktifitas manusia II.7. Pemetaan Multi Risiko Bencana
dan bahkan membawa korban jiwa dan harta benda Setelah tingkat risiko per jenis bencana
(Sobirin, 2009). didapatkan dan untuk setiap wilayah teridentifikasi,
selanjutnya dilakukan agregasi atau penjumlahan
II.3. Tanah Longsor tingkat risiko beragam bencana untuk setiap wilayah.
Longsoran atau gerakan massa erat kaitannya Potensi keterkaitan antar bencana pada setiap wilayah
dengan proses – proses yang terjadi secara ilmiah pada perlu dimasukkan dalam perhitungan. Terlepas apakah
suatu bentang alam. Bentang alam merupakan suatu potensi bencananya terjadi secara sinegis maupun
bentukan alam pada permukaan bumi misalnya bukit, simultan, prakiraan risiko harus dilakukan untuk
perbukitan, gunung, pegunungan, dataran dan menghasilkan tingkat risiko multi bahaya. Metode yang
cekungan bukit, perbukitan, gunung, pegunungan, umum dipakai untuk mengantisipasi multi bencana
dataran dan cekungan (Dwikorita, 2005). Tanah baik sinergi maupun simultan adalah mengidentifikasi
Longsor merupakan salah satu bencana alam yang potensi keterkaitan antar bencana sesuai dengan
sering melanda daerah tropis basah. Kerusakan yang karakterisktik bahaya alam yang ada di suatu daerah.
ditimbulkan oleh gerakan massa tidak hanya kerusakan Penentuan faktor korelasi merupakan topik yang sangat
secara langsung seperti rusaknya fasilitas umum, lahan sulit dan meski nantinya faktor korelasi didapat, masih
pertanian, ataupun adanya korban manusia, akan tetapi terdapat probabilitas melesetnya prediksi keterkaitan
juga kerusakan secara tidak langsung yang tersebut (Aditya, 2010).
melumpuhkan kegiatan pembangunan dan aktivitas
ekonomi di daerah bencana dan sekitarnya II.8. Quantum GIS
(Hardiyatmo, 2006). Adanya perkembangan pemanfaatan komputer
dalam penanganan data secara umum mendorong
II.4. Kerentanan Bencana pemanfaatan untuk penanganan data geografis. Salah
Kerentanan adalah suatu keadaan penurunan satu aplikasi yang berkembang selaras dengan
ketahanan akibat pengaruh eksternal yang mengancam perkembangan tersebut adalah Sistem Informasi
kehidupan, mata pencaharian, sumber daya alam, Geografis (SIG). SIG sebagai sistem komputer yang

Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, (ISSN : 2337-845X) 289


Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015
digunakan untuk memanipulasi data geografi. Sistem III. Pelaksanaan Penelitian
ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan
perangkat lunak komputer yang berfungsi untuk akusisi III.1. Alat dan Bahan Penelitian
dan verifikasi data, kompilasi data, penyimpanan data, Peratalan dan data yang dibutuhkan dalam
perubahan dan pembaharuan data, manajemen dan penelitian ini adalah
pertukaran data, manipulasi data, pemanggilan dan 1. Alat penelitian
presentasi data serta analisa data. Peralatan yang dibutuhkan untuk penelitian dibagi
Quantum GIS (QGIS) adalah sebuah aplikasi menjadi dua komponen yaitu :
sistem informasi geografis sumber terbuka dan lintas a. Hardware
platform yang dapat dijalankan di sejumlah sistem 1) Laptop Acer Aspire 4743 (Intel® Core
operasi. QGIS juga memiliki kemampuan untuk i3™ 2.53 GHz, RAM 2GB, OS Windows
bekerjasama dengan paket aplikasi komersil terkait. 7 Ultimate 32 bit).
QGIS menyediakan semua fungsionalitas dan fitur – b. Software
fitur yang dibutuhkan oleh pengguna GIS pada 1) Quantum GIS versi 2.6 “Brighton” dan
umumnya. Menggunakan plugins dan fitur inti (core versi 2.8 “Wien”
features) dimungkinkan untukmenvisualisasi 2) Transformasi Koordinat 1.01
(meragakan) pemetaan (maps) untuk kemudian diedit 3) Microsoft Office Word 2007
dan dicetak sebagai sebuah peta yang lengkap. 4) Microsoft Office Excel 2007
Penguna dapat menggabungkan data yang dimiliki 5) Microsoft Office Visio 2007
untuk dianalisa, diedit dan dikelola sesuai dengan apa
yang diinginkan (Agus, 2012).
Mulai

Identifikasi Masalah

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Peta Zona Peta Curah Peta Tata Peta Telaah


Peta Topografi Peta Geologi Dokumen
Banjir Hujan Guna Lahan Kelerengan

Penentuan Komponen Penentuan Komponen


Overlay Overlay Kerentanan Kapasitas

Klasifikasi dan Klasifikasi dan


Penilaian Kerentanan Penilaian Kapasitas
Skoring Skoring

Peta Kerentanan Peta Kapasitas


Peta Ancaman Peta Ancaman
Banjir Longsor
Data Kejadian
Tidak Bencana Tidak
Validasi Kabupaten Validasi
Banyumas
Perkalian Matriks
Ya Ya

Peta Risiko Banjir dan


Risko Tanah Longsor

Tidak
Survey Lapangan Validasi

Ya

Peta Multi Risiko


Bencana

Analisis

Selesai

Gambar III.1.Diagram Alir Penelitian

Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, (ISSN : 2337-845X) 290


Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015
2. Data penelitian Tabel III.1. Parameter Ancaman Bencana Banjir
Data yang digunakan dalam penelitian ini antara (Paripurno dkk, 2006)
lain :
a. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) No Parameter Bobot
Kabupaten Banyumas tahun 2011 - 2031 dari 1. Zona Banjir Umum 0,25
Badan Perencanaan dan Pembangunan 2. Curah Hujan 0,25
Daerah, dan Dinas Pekerjaan Umum 3. Ketinggian 0,25
Kabupaten Banyumas. 4. Penggunaan Lahan 0,25
b. Data Curah Hujan Kabupaten Banyumas
tahun 2014 dari Balai Pengairan dan Sumber III.4. Pemetaan Ancaman Tanah Longsor
Daya Air Kabupaten Banyumas. Menurut buku Katalog Metodologi Penyusunan
c. Kecamatan dalam Angka Kabupaten Peta Geo Hazard Dengan GIS, yang ditulis oleh Sven
Banyumas tahun 2014 dari Badan Pusat Theml dari konsultan GTZ SLGR Aceh, faktor – faktor
Statistik (BPS) Kabupaten Banyumas. terjadinya tanah longsor adalah kelerengan, curah
d. Citra DEM SRTM. hujan, geologi dan penggunaan lahan. Berikut
e. Data laporan kejadian bencana di Kabupaten pembobotan masing – masing parameter yang
Banyumas tahun 2008 – 2014 dari DIBI digunakan untuk penyusunan peta ancaman tanah
BNPB dan BPBD Kabupaten Banyumas. longsor. Klasifikasi pembobotan ancaman tanah
longsor dapat dilihat pada tabel III.2.
III.2. Metodologi Tabel III.2.Parameter Ancaman Tanah Longsor
Dalam pembuatan peta risiko bencana banjir dan (Paripurno dkk, 2006)
tanah longsor ini terdiri dari tiga pemetaan yaitu
pemetaan ancaman, pemetaan kerentanan dan No Parameter Bobot
pemetaan kapasitas. Dari ketiga peta tersebut kemudian 1. Kelerengan 0,30
dianalisis sehingga dapat dihasilkan peta risiko 2. CurahHujan 0,20
bencana banjir dan risiko bencana tanah longsor. 3. Geologi 0,30
Selanjutnya kedua peta risiko tersebut digabungkan 4. Penggunaan Lahan 0,20
sehingga didapatkan peta multi risiko bencana banjir
dan tanah longsor Kabupaten Banyumas. Adapun
metodologinya dapat dijabarkan pada gambar III.1. III.5. Validasi Peta Ancaman
Proses validasi dilakukan untuk mengetahui
III.3. Pemetaan Ancaman Banjir seberapa besar tingkat akurasi dari hasil pemodelan
Menurut buku Katalog Metodologi Penyusunan ancaman banjir dan tanah longsor dengan kejadian
Peta Geo Hazard dengan GIS, yang ditulis oleh Endro nyata di lapangan. Proses validasi ini dilakukan dengan
Santoso dari Badan Meteorologi dan Geofisika, faktor membandingkan hasil pemodelan ancamandengan
– faktor terjadinya banjir adalah zona banjir umum, riwayat bencana banjir dan tanah longsor dengan data
rata – rata curah hujan, ketinggian, dan penggunaaan kejadian bencana diperoleh dari DIBI BNPB serta
lahan. Berikut pembobotan masing-masing parameter BPBD Kabupaten Banyumas.
yang digunakan untuk penyusunan peta ancaman banjir
dapat dilihat pada tabelIII.1. III.6. Pemetaan Kerentanan Bencana
Penilaian parameter kerentanan bencanadapat
dilihat pada tabel III.3.
Tabel III.3.Parameter Kerentanan Bencana Banjir dan Tanah Longsor Kabupaten Banyumas

Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, (ISSN : 2337-845X) 291


Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015
Pemetaan kerentanan dilakukan dengan kajian sesuai dengan kondisi demografi dan sosial
telaah dokumen sebagai berikut : penduduk suatu wilayah
1. Telaah dokumen PERKA BNPB No. 2 Tahun yang ditetapkan oleh suatu aturan kelembagaan.
2012. 2. Jumlah sarana kesehatan
2. Telaah dokumen Penyusunan dan Penyajian Peta Seperti komponen jumlah tenaga kesehatan,
Online Risiko Banjir Rob Kota Semarang oleh jumlah sarana kesehatan dipilih atas dasar
Arief Laila Nugraha (2014). komponen kapasitas yang sama yaitu pengurangan
3. Telaah dokumen Pemetaan Risiko Bencana Tanah risiko bencana memjadi sebuah prioritas nasional
Longsor Kota Semarang oleh Fina Faizana (2015). dan lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat
4. Telaah dokumen Visualisasi Risiko Bencana untuk pelaksanaannya.
Dalam Peta, Dokumentasi Penyusunan Peta Risiko 3. Sosialisasi bencana
di Provinsi DIY oleh Dr. Trias Aditya (2010). Komponen ini dipilih berdasarkan atas
penggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan
Kelompok komponen kerentanan bencana banjir untuk membangun sebuah budaya keselamatan
dan tanah longsor adalah : dan ketahanan di semua tingkat.
1. Kerentanan Fisik 4. Usaha antisipasi bencana
Kerentanan fisik merupakan komponen kerentanan Komponen ini dipilih berdasarkan atas
yang dipilih berdasarkan penataan ruang penduduk memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana demi
suatu wilayah membutuhkan pembangunan fisik respon yang efektif di semua tingkat.
berupa infrastruktur untuk mempermudah aktivitas Penilaian kapasitas dapat dilihat pada tabel III.4.
sehari-hari.
2. Kerentanan Demografi, Sosial dan Budaya Tabel III.4.Parameter Kapasitas Bencana
Perkembangan dan interaksi penduduk suatu
wilayah akan membentuk suatu komunitas sosial
dan perkembangan budaya. Hal tersebut
menjadikan komponen kerentanan ini dangan
penting dari suatu wilayah dalammenghadapi
ancaman bencana.
3. Kerentanan Ekonomi
Kerentanan Ekonomi merupakan komponen III.8. Pemetaan Risiko Bencana
kerentanan yang dipilih berdasarkan aktivitas- Pehitungan skor dan klasifikasi risiko dari
aktivitas ekonomi penduduk untuk mencukupi parameter ancaman, kerentanan dan kapasitas
kebutuhan hidup sehari-hari di suatu wilayah. menggunakan metode perkalian matriks VCA
Aktivitas tersebut dapat berupa usaha penduduk dilakukan sesuai tabel III.5.
dalam memanfaatkan lahan untuk berproduksi, dan
juga pembangunan sarana prasarana ekonomi Tabel III.5.Matriks Perkalian VCA
dengan aktivitas ekonomi didalamnya.
4. Kerentanan Lingkungan Kapasitas (C)
V/C
Tinggi Sedang Rendah
Komponen kerentanan lingkungan dipilih untuk Rendah Rendah Rendah Sedang
mengetahui seberapa luas lingkungan yang rusak Kerentanan
Sedang Rendah Sedang Tinggi
(V)
akibat ancaman bencana banjir dan tanah longsor. Tinggi Sedang Tinggi Tinggi
Variabel–variabel bisa bermacam–
Risiko V/C
macam yaitu luas lahan hutan, luas lahan sawah, H*(V/C) Rendah Sedang Tinggi
luas lahan rawa, luas lahan kebun, luas lahan Rendah Rendah Rendah Sedang
Ancaman
Sedang Rendah Sedang Tinggi
padang rumput. (H)
Tinggi Sedang Tinggi Tinggi

III.7. Pemetaan Kapasitas Bencana


Hasil dari perhitungan diatas dilakukan validasi
Penentuan dan penilaian komponen kapasitas
dengan cara perbandingan dari hasil pemetaan dengan
bencana Kabupaten Banyumas didasarkan atas PERKA
hasil klasifikasi dilapangan yang dilakukan dengan
BNPB No. 2 Tahun 2012 dengan menggunakan data–
wawancara dan pengambilan titik sampel. Asumsi yang
data yang didapat dari BPBD Kabupaten Banyumas.
digunakanadalah klasifikasi dilapangan sebagai kondisi
Penjelasan dari tiap parameter sebagai berikut:
yang sebenarnya.
1. Jumlah tenaga kesehatan
Komponen ini berdasarkan atas pengurangan
III.9. Pemetaan Multi Risiko Bencana
risiko bencana dimana menjadi prioritas nasional
Setelah dihasilkan peta risiko bencana banjir dan
dan lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat
peta risiko bencana tanah longsor kemudian dilakukan
untuk pelaksanaannya. Pemilihan komponen ini
proses penggabungan dengan perkalian matriks sesuai
dikarenakan penempatan tenaga kesehatan harus
tabel III.6.

Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, (ISSN : 2337-845X) 292


Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015
Tabel III.6.Matriks VCA Multi Risiko Bencana
Risiko Tanah Longsor
Multi Risiko Bencana
Rendah Sedang Tinggi
Rendah Rendah Rendah Sedang
Risiko
Sedang Rendah Sedang Tinggi
Banjir
Tinggi Sedang Tinggi Tinggi

IV. Hasil dan Pembahasan

IV.1. Peta Ancaman Banjir


Dari hasil menggabungkan dan pembobotan
parameter ketinggian, rata – rata curah hujan bulanan,
penggunaan lahan dan zona banjir menggunakan
metode tumpang susun dihasilkan 30,081% wilayah Gambar IV.3.Peta Kerentanan Bencana
kabupaten Banyumas masuk kedalam kategori
ancaman tinggi, 49,717% ancaman sedang dan Hasil sebaran tingkatkerentanan bencana banjir
20,203% ancaman rendah. Untuk peta ancaman dan tanah longsor Kabupaten Banyumas dapat dilihat
bencana banjir dapat dilihatdalam gambarIV.1. pada tabel IV.1.

Tabel IV.1.Hasil Rekapitulasi Kerentanan Bencana


Jumlah Desa Tiap Kelas Kerentanan
Jenis Kerentanan
Rendah Sedang Tinggi
Kerentanan Demografi,
300 23 8
Sosial dan Budaya
4 29 298
Kerentanan Ekonomi
307 21 3
Kerentanan Fisik
110 203 18
Kerentanan Lingkungan
172 146 13
Kerentanan Akhir

IV.4. Peta Kapasitas Bencana


Dari hasil menggabungkan parameter kapasitas
berupa jumlah tenaga kesehatan, jumlah sarana
kesehatan, sosialisasi bencana serta usaha antisipasi
Gambar IV.1.Peta Ancaman Bencana Banjir bencana didapat 264 kelurahan dengan tingkat kapsitas
rendah, 16 kelurahan dengan tingkat kapasitas sedang
IV.2. Peta Ancaman Tanah Longsor serta 51 kelurahan dengan tingkat kapasitas
Dari hasil menggabungkan parameter tinggi.Untuk peta kapasitas bencana dapat dilihatdalam
kelerengan, rata – rata curah hujan tahunan, gambarIV.4.
penggunaan lahan dan geologi dihasilkan 28,541%
wilayah kabupaten Banyumas masuk kedalam kategori
ancaman tinggi, 34,085% ancaman sedang dan
37,374% ancaman rendah. Peta ancaman tanah longsor
seperti gambarIV.2.

Gambar IV.4.Peta Kapasitas Bencana

IV.5. Peta Risiko Bencana Banjir


Peta risiko bencana banjirKabupaten Banyumas
dihasilkan dari analisis pemetaan ancaman, kerentanan
Gambar IV.2. Peta Ancaman Tanah Longsor
dan kapasitas menggunakan metode perkalian matriks
VCA dan diperoleh hasil sesuai dengan yang tercantum
IV.3. Peta Kerentanan Bencana
pada tabel IV.2.
Untuk peta ancaman bencana banjir dapat
dilihatdalam gambarIV.3.

Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, (ISSN : 2337-845X) 293


Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015
Tabel IV.2. Hasil Luasan Peta Risiko Banjir maka diperoleh hasil kesesuaian sebesar 77,778 %
terhadap metode perkalian matriks VCA. Hasilnya
Matriks VCA dapat dilihat pada gambar IV.6.
Risiko
Luas (Ha) Persentase (%)
Tinggi 37.242,278 26,809
Sedang 47.847,140 34,444
Rendah 53.825,089 38,747

Untuk menentukan nilai kesesuaian metode


tersebut dilakukan validasi data lapangan yang
memberikan estimasi bahwa data lapangan sebagai
data yang dianggap benar dan paling sesuai dengan
kondisi risiko yang sebenarnya, dari 27 sampel data
validasi yang diperoleh dengan metode statistik acak
pada sembilankecamatan yaitu kecamatan Patikraja,
Sokaraja, Tambak, Sumpiuh, Kalibagor, Purwokerto
Utara, Purwokerto Selatan, Rawalo dan Lumbir,
diperoleh hasil kesesuaian sebesar 66,667% terhadap
metode perkalian matriks VCA.Hasilnya dapat dilihat Gambar IV.6.Peta Risiko Bencana Tanah Longsor
pada gambarIV.5.
IV.7. Peta Multi Risiko Bencana
Hasil dari pembuatan peta risiko bencana banjir
dan peta risiko bencana tanah longsor kemudian
kembali dilakukan penggabungan (overlay)
menggunakan metode perkalian matriks yang
tercantum diatas. Tingkat ancaman banyak dipengaruhi
oleh faktor topografi, kelerengan tanah, serta curah
hujan, untuk itu diperlukan upaya pencegahan untuk
meminimalisir terjadinya banjir dan tanah longsor di
Kabupaten Banyumas dengan menggunakan lahan
sesuai fungsinya. Hasil dari pemetaan multi risiko
bencana banjir dan tanah longsor di Kabupaten
Banyumas dapat dilihat pada gambar IV.7.

Gambar IV.5.Peta Risiko Bencana Banjir

IV.6. Peta Risiko Bencana Tanah Longsor


Peta risiko bencana tanah longsorKabupaten
Banyumas dihasilkan dari analisis pemetaan ancaman,
kerentanan dan kapasitas menggunakan metode
perkalian matriks VCA dan diperoleh hasil sebagai
sesuai dengan yang tercantum pada tabel IV.3.

Tabel IV.3. Hasil Luasan Peta Risiko Tanah Longsor


Matriks VCA
Risiko
Luas (Ha) Persentase (%)
Tinggi 59.670,488 42,955
Sedang 40.833,545 29,395 Gambar IV.7.Peta Multi Risiko Bencana
Rendah 38.410,475 27,650
Dari hasil tersebut maka diperoleh wilayah
dengan tingkat risiko rendah terhadap multi risiko
Untuk menentukan nilai kesesuaian metode
bencana banjir dan tanah longsor seluas 40.639,976
tersebutdilakukan validasi data lapangan yang
Ha, atau sebesar 29,255% dari wilayah Kabupaten
memberikan estimasi bahwa data lapangan sebagai
Banyumas yang tersebar di seluruh kecamatan dengan
data yang dianggap benar dan paling sesuai dengan
sebaran ke dalam 310 desa dan kelurahan yang ada di
kondisi risiko yang sebenarnya, dari 27 sampel data
Kabupaten Banyumas. 18,960% wilayah Kabupaten
validasi yang diperoleh dengan metode statistik acak
Banyumas memiliki tingkat risiko sedang terhadap
pada sembilan kecamatan yaitu kecamatan Gumelar,
multi risiko bencana banjir dan tanah longsor dengan
Ajibarang, Cilongok, Karanglewas, Purwokerto Barat,
luas sebesar 26.338,560 Ha, yang tersebar diseluruh
Purwokerto Timur, Pekuncen, Banyumas dan Wangon
kecamatan dengan sebaran ke dalam 297 desa dan

Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, (ISSN : 2337-845X) 294


Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015
kelurahan yang ada di Kabupaten Banyumas, digunakan untuk pengolahan GIS dan terbukti
sedangkan sisanya yaitu seluas 71.935,973 Ha atau mampu untuk memetakan daerah risiko bencana
sebesar 51,785% dari wilayah Kabupaten Banyumas banjir dan tanah longsor di wilayah Kabupaten
merupakan wilayah dengan risiko rendah terhadap Banyumas walaupun masih terdapat kekurangan
multi risiko bencana banjir dan tanah longsor, tersebar dalam analisis data dengan format vektor yaitu
merata ke seluruh kecamatan dengan sebaran ke dalam tidak dapat melakukan penggabungan (union)
292 desa dan kelurahan yang ada di Kabupaten lebih dari dua shape file.
Banyumas. Dari 54 titik validasi yang tersebar di 18
Kecamatan di Kabupaten Banyumas diperoleh V.2. Saran
kesesuaian pemodelan sebesar 61,111% terhadap peta Adapun saran dalam penelitian ini sebagai
multi risiko bencana yang dibuat menggunakan metode berikut :
perkalian matriks VCA. 1. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan
pemetaan multi risiko dengan penilaian ancaman,
kerentanan dan kapasitas menggunakan data yang
lebih detail dan lebih disesuaikan dengan
perhitungan yang tercantum pada PERKA BNPB
No. 2 Tahun 2012 sehingga dapat dibuat acuan
untuk penanggulangan bencana yang lebih sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2. Untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal ada
baiknya penentuan parameter dan penilaian
komponen kerentatan serta kapasitas disesuaikan
dengan jenis bencananya, sehingga parameter dan
Gambar IV.8. Bencana Banjir dan Tanah Longsor penilaian kerentanan untuk bencana banjir dan
tanah longsor berbeda.
V. Kesimpulan dan Saran 3. Diperlukan data yang up to date sehingga dapat
mempresentasikan kondisi dilapangan yang
V.1. Kesimpulan sebenarnya.
Berdasarkan analisis penelitian yang dilakukan 4. Penelitian sejenis yang menggunakan pembobotan
dapat disimpulkan sebagai berikut : agar diperhatikan keakuratan hasil setiap
1. Pemetaan risiko bencana banjir dan risiko bencana parameter, kesalahan dalam pengolahan data setiap
tanah longsor diperoleh dari hasil overlay peta parameter akan mempengaruhi hasil setiap
ancaman, peta kerentanan dan peta kapasitas. parameter pula dan dampaknya akan merusak hasil
2. Pemetaan risiko bencana banjir dan tanah longsor akhir penelitian tersebut. Dengan demikian untuk
menggunakan metode perkalian matriks VCA mengontrol dan melakukan pengecekan ke
diperoleh hasil kesesuaian 66,667% untuk bencana lapangan untuk setiap parameternya.
banjir dan 77,778% untuk bencana tanah longsor, 5. Dalam validasi lapangan ada baiknya proses
sedangkan untuk peta multi risiko banjir dan tanah wawancara dilakukan kepada perangkat desa /
longsor diperoleh nilai kesesuaian sebesar kelurahan agar didapatkan informasi yang akurat.
61,111% terhadap kondisi sebenarnya di lapangan.
3. Peta multi risiko bencana didapatkan dari Daftar Pustaka
penggabungan peta risiko banjir dan risiko tanah Aditya, T. 2010. Visualisasi Risiko Bencana di Atas
longsor, dari hasil pemetaan multi risiko bencana Peta. Yogyakarta: Teknik Geodesi Universitas
banjir dan tanah longsor diperoleh sebaran wilayah Gadjah Mada.
sebagai berikut : Agus, R. 2012. Penggunaan Quantum GIS dalam
a. Tingkat risiko rendah sebesar 29,255% atau Sistem Informasi Geografis. Jakarta: Universitas
seluas 40.639,976 Ha, tersebar di 27 Gunadarma.
kecamatan dan 292 desa / kelurahan yang ada BNPB. 2012. Peraturan Kepala Badan Nasional
di Kabupaten Banyumas. Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012
b. Tingkat risiko sedang sebesar 18,960% atau Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko
seluas 26.338,560 Ha, tersebar di 27 Bencana. Jakarta: BNPB.
kecamatan dan 297 desa / kelurahan yang ada BNPB. 2013. Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI).
di Kabupaten Banyumas. Jakarta: BNPB.
c. Tingkat risiko tinggi sebesar 51,785% atau Hardiyatmo, H.C. 2003. Mekanika Tanah II.
seluas 71.935,973 Ha, tersebar di 27 Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
kecamatan dan 310 desa / kelurahan yang di Karnawati, D. 2005. Bencana Alam Gerakan Massa
Kabupaten Banyumas. Tanah di Indonesia dan
4. Quantum GIS sebagai perangkat lunak terbuka UpayaPenanggulanggannya. Yogyakarta:
(open source software) berbasis GIS dapat TeknikGeologi Universitas Gajah Mada.
dijadikan sebagai perangkat alternatif yang dapat Nugroho, J.A., Bangun, M.S.dan Inggit, L.S. 2009.
Pemetaan Daerah Rawan Longsor dengan

Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, (ISSN : 2337-845X) 295


Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi
Geografis (Studi Kasus: Hutan Lindung kabupaten
Mojokerto). Surabaya: ITS.
Nugraha, A.L. 2013. Penyusunan dan Penyajian Peta
Online Risiko Bencana Banjir Rob Kota
Semarang. Tesis.Yogyakarta: Teknik Geodesi
Universitas Gajah Mada.
Paripurno,dkk. 2006. Katalog Metodologi Untuk
Pembuatan Peta Geo-Hazard, Workshop
Kompilasi Metodologi dan Berbagi Pengalaman
dalam Pembuatan Peta Rawan Bencana Alam
Berbasis SIG. NAD: Bappeda NAD.
Ristya, W. 2012. Kerentanan Wilayah Terhadap Banjir
di Sebagian Cekungan Bandung. Tugas
Akhir.Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Departemen Geografi
Universitas Indonesia.
Sobirin, S. 2009. Kajian Strategis Solusi Banjir
Cekungan Bandung. Seminar Nasional Teknik
Sumber Daya Air: Peran Masyarakat, Pemerintah
dan Swasta sebagai Jejaring Dalam Mitigasi Daya
Rusak Air.
Teknik Geodesi UGM. Modul Pelatihan Sistem
Informasi Geografis dengan Piranti Lunak QGIS
untuk Pemetaan Risiko Bencana. Yogyakarta:
Teknik Geodesi UGM.

Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, (ISSN : 2337-845X) 296

Anda mungkin juga menyukai