BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian1. Sebagaimana
pendidikan diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN)
Nomor 20 Tahun 2003 yang menetapkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Seiring dengan kemajuan zaman, pengetahuan pun juga semakin
berkembang. Suatu negara bisa lebih maju jika negara tersebut memiliki
sumberdaya manusia yang mengetahui berbagai ilmu pengetahuan disamping
teknologi yang sedang berkembang pesat sekarang ini. Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah sekelompok disiplin akademis yang
mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan
sosialnya2. Melalui pendidikan IPS, diharapkan para siswa dapat diarahkan untuk
menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta
warga dunia yang cinta damai (Sapriya, 2009: 194).
Tujuan mata pelajaran IPS tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah, yaitu agar siswa memiliki kemampuan-kemampuan sebagai
berikut: (a) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya; (b) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan
2
https://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_sosial
2
logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan
dalam kehidupan sosial; (c) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai
sosial dan kemanusiaan; (d) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama
dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan
global. Ruang lingkup mata pelajaran IPS pada satuan pendidikan SD/MI meliputi
Manusia, Tempat, dan Lingkungan, Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan, Sistem
Sosial dan Budaya, Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.
Ada banyak metode yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha
mengoptimalkan hasil belajar siswa. Akan tetapi tidak semua metode cocok untuk
setiap topik atau mata pelajaran. Pemilihan penggunaan suatu metode dalam
pembelajaran hendaknya dapat mencapai tujuan pembelajaran, dapat mendorong
aktivitas siswa, menantang siswa untuk berpikir, menimbulkan proses belajar
yang menyenangkan, serta mampu memotivasi siswa belajar lebih lanjut.
Permasalahan yang terjadi tentang rendahnya hasil belajar IPS juga terjadi
pada siswa kelas V SDN PEJAGALAN 01. Kondisi ini dapat diketahui dari hasil
observasi selama peneliti melakukan pengamatan dan pengumpulan informasi dari
kelas V, yang menunjukkan tingkat daya serap siswa terhadap mata pelajaran .
Terdapat sepuluh mata pelajaran yang ada di kelas 5. KKM untuk mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah 67. Dari 2 kali hasil tes pokok
bahasan peninggalan sejarah sangat rendah yaitu 80% di bawah KKM.
Berdasarkan persentase tingkat daya serap tersebut, dapat dilihat bahwa nilai daya
serap siswa terhadap mata pelajaran IPS merupakan yang terendah kedua setelah
matematika.
Metode ini melatih siswa untuk mengambil inisiatif atau prakarsa dalam
menentukan sesuatu. Siswa aktif menggunakan cara belajar mereka sendiri,
dengan demikian mereka diharapkan mempunyai keberanian untuk mengajukan
pertanyaan, merespon masalah, dan berpikir untuk memecahkan masalah atau
menemukan jawabannya melalui penyelidikan. Siswa bebas melakukan eksplorasi
dan diberi kesempata untuk melakukan pemilihan alternatif pemecahannya. Oleh
karena proses penemuan itu dialami oleh siswa sendiri maka diharapkan siswa
dapat lebih mudah mengingat materi pelajaran, sehingga berdampak pada
peningkatan prestasi belajar siswa yang sesuai dengan kriteria penilaian yang
diharapkan.
B. Identifikasi Masalah
C. Fokus Penelitian
Dari identifikasi masalah di atas fokus penelitian di batasi pada hal sebagai
berikut :
1. Bagaimana proses penerapan model inkuiri terbimbing dapat
meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada pokok
bahasan Peninggalan Sejarah siswa kelas V SDN Pejagalan 01 ?
2. Bagaiamana peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial setelah
diterapkan model inkuri terbimbing pada pokok bahasan Peninggalan
Sejarah siswa Kelas V SDN Pejagalan 01 ?
Sesuai dengan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas,maka judul
penelitian ini adalah “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas V
Pokok Bahasan Peninggalan Sejarah melalui Model Inkuiri Terbimbing di SD
Negeri Pejagalan 01 Jakarta Utara”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah upaya peningkatan prestasi belajar IPS dengan menerapkan metode
inkuiri terbimbing pada siswa kelas V SDN Pejagalan 01 Jakarta Utara?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk meningkatkan hasil belajar IPS dengan menerapkan metode inkuiri
terbimbing pada siswa kelas V SDN Pejagalan 01 Jakarta Utara.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian untuk
penelitian yang berkaitan dengan metode inkuiri terbimbing pada masa
yang akan datang.
8
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru/Peneliti
1)Meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan metode
pembelajaran.
2) Meningkatkan sikap profesionalisme dalam bekerja.
3) Dapat menjadi acuan bagi guru lain dalam mengajar di kelas.
b. Bagi Siswa
1)Dapat lebih mudah memahami materi pelajaran melalui
pengalamannya sendiri sehingga lebih bermakna.
2) Pembelajaran IPS lebih menyenangkan dan tidak membosankan,
sehingga meningkatkan pemahaman konsep-konsep IPS yang
abstrak.
3) Meningkatkan hasil belajar IPS
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
a. Pengertian belajar
Belajar adalah suatu aktifitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar
terjadi perubahan kemampuan diri. Dengan belajar anak yang tadinya tidak
mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak
yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. Hal ini sesuai pendapat Slameto
(2003: 2) yang mengatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dalam
lingkungannya. Sedangkan Muhibbin Syah (2002: 68) mengartikan belajar
sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
proses kognitif. Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan tingkah
laku.Perubahan itu tidak hanya pada waktu itu saja, akan tetapi berlangsung dalam
waktu relatif lama. Jika perubahan yang terjadi hanya sesaat saja, maka orang
tersebut belum dikatakan belajar.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat diambil suatu kesimpulan
tentang pengertian belajar, yaitu suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu
yang ditandai dengan perubahan tingkah laku dari hasil
pengalamannya.Perubahan tersebut adalah relatif tetap dan berbekas, serta menuju
ke arah yang lebih baik.
10
b. Ciri-ciri belajar
Ciri-ciri siswa yang belajar dikemukakan Sri Rumini (1991:61) sebagai berikut:
1) dalam belajar ada perubahan tingkah laku baik, tingkah laku yang diamati
secara langsung.
2) dalam belajar perubahan tingkah laku dapat mengarah yang lebih jelas.
3) dalam belajar perubahan tingkah laku meliputi tingkah laku kognitif, afektif
dan psikomotor.
4) dalam belajar perubahan tingkah laku menjadi relatif tetap. Bila seseorang
dalam kurun waktu yang cukup lama. Hasilnya beberapa tingkah laku
kadang-kadang dapat diamati, tetapi proses belajar itu sendiri tidak dapat
kognitif, afektif dan psikomotor. Perubahan tingkah laku tersebut bukan bersifat
sementara namun bersifat relatif tetap.
1) faktor-faktor non sosial: kelompok faktor-faktor ini boleh dikatakan juga tak
terbilang jumlahnya, seperti misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu
(pagi atau siang, ataupun malam), tempat (letaknya, pergedungannya), alat-alat
yang dipakai untuk belajar (seperti alat tulis menulis, buku-buku, alat peraga dan
sebagainya yang biasanya kita sebut alat pelajaran),
Muhibbin Syah (2003: 139) menegaskan selain faktor internal siswa dan
faktor eksternal siswa, ada faktor lain yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu
faktor pendekatan belajar. Pendekatan belajar yakni upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
mempelajari materi-materi pelajaran. Faktor-faktor tersebut di atas dalam banyak
hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.
Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai
indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran. Penilaian hasil
belajar bertujuan melihat kemajuan hasil belajar peserta didik dalam hal
penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya dengan tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan .
Menurut Slameto (2008:7) “hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari
suatu proses usaha setelah melakukan kegiatan belajar yang dapat diukur dengan
menggunakan tes guna melihat kemajuan siswa”. Lebih lanjut Slameto (2008:8)
mengemukakan bahwa ”hasil belajar diukur dengan rata-rata hasil tes yang
diberikan dan tes hasil belajar itu sendiri adalah sekelompok pertanyaan atau
tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan
mengukur kemajuan belajar siswa”. ”Tes hasil belajar bermaksud untuk mengukur
sejauh mana para siswa telah menguasai atau mencapai tujuan-tujuan pengajaran
yang telah ditetapkan” (Mudjijo, 1995:29).
14
2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi. Ada lima
tingkatan dalam ranah afektif ini yaitu penerimaan, merespons, menghargai,
organisasi, dan pola hidup
Pada tingkat Sekolah Dasar (SD) ada sepuluh matapelajaran yang termuat
dalam raport. Salah satunya adalah mata pelajaran IPS.Hasil belajar selama satu
semester terdiri dari beberapa nilai tugas, pekerjaan rumah, ulangan harian,
ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester.Hasil belajar ini akan diolah
dan dirata-rata yang pada akhirnya menjadi nilai raport yang dilaporkan kepada
orang tua siswa. Berbeda dengan pendapat Subardi (1989: 33) bahwa prestasi
belajar dalam arti yang sangat luas yakni, untuk bermacam-macam ukuran
terhadap apa yang telah dicapai oleh siswa, misalnya ulangan harian, tugas, PR,
tes lisan yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan di akhir semester.
Ada beberapa indikator untuk mengukur hasil belajar siswa dalam proses
pembelajaran yaitu (1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan
mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok; (2) Perilaku
yang digariskan dalam tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa baik secara
individual maupun kelompok; (3) Terjadinya proses pemahaman materi yang
secara sekuensial (sequential) mengantarkan materi tahap berikutnya. Prestasi
15
belajar yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai angka oleh guru, adalah upaya
guru untuk mengungkapkan hasil belajar siswa. Ada beberapa alternatif norma
pengukuran tingkat prestasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran mata
pelajaran tertentu. Diantaranya adalah norma skala angka dari 0 sampai 10 dan
norma skala angka dari 0 sampai 100. Angka terendah yang menyatakan
kelulusan atau keberhasilan belajar (passinggrade) atau KKM skala 0-10 maupun
skala 0-100 ditentukan oleh guru dengan mempertimbangkan beberapa hal. Jadi
pada prinsipnya jika seorang siswa dapat menyelesaikan lebih dari KKM yang
ditentukan guru dalam mengerjakan instrumen evaluasi, maka telah mampu
memenuhi target minimal keberhasilan belajar. Namun perlu dipertimbangkan
oleh guru penetapan passing grade yang lebih tinggi untuk mata pelajaran bahasa
dan matematika, karena kedua bidang studi ini (tanpa mengurangi pentingnya
bidang-bidang studi lainnya) merupakan kunci pintu pengetahuan-pengetahuan
lainnya. Pengkhususan passing grade atauKKM seperti ini sudah berlaku umum
di negara-negara maju dan meningkatkan kemajuan belajar siswa dalam bidang-
bidang studi lainnya (Muhibbin Syah, 2003: 221-224).
a. Pengertian IPS
2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalamkehidupan sosial.
Tujuan pembelajaran IPS dalam ranah psikomotor yaitu agar siswa dapat
meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan dan keterampilan partisipasi
dalam kehidupan nyata. Hakikat tujuan diatas menunjukkan bahwa tujuan IPS
adalah mengembangkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik yaitu yang
memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan yang menjadi modal dalam
kehidupan bermasyarakat.
e. Peninggalan sejarah
g. Perekonomian masyarakat
h. Koperasi
i. Perkembangan teknologi
j. Masalah sosial
Ruang lingkup pembelajaran IPS dalam penelitian ini adalah materi yang
dipelajari oleh siswa kelas V SD Negeri Pejagalan 01, Jakarta Utara, yaitu
Peninggalan Sejarah. Selanjutnya materi IPS ini dibatasi pada Standar
Kompetensi ( SK ) Menghargai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala
nasional Pada masa hindu budha dan islam,Keragaman kenampakan alam dan
Suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia.
membuat siswa dapat lebih peka terhadap hidup dan kehidupan sosial. Djodjo
Suradisastra, dkk (1992: 5) menyebutkan rasionalisasi mempelajari IPS adalah:
b. supaya para siswa dapat lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah
sosial secara rasional dan bertanggung jawab.
Mempelajari IPS merupakan hal yang sangat penting akan tetapi IPS
merupakan pelajaran yang kurang populer di kalangan siswa. Preston dan
Herman, 1981; Welton dan Mallan, 1981(Djodjo Suradisastra, 1992: 63-65)
menyebutkan bahwa: penyebab kurang diminatinya IPS dari sisi anak adalah IPS
memiliki banyak konsep yang abstrak seperti konsep tentang tanggungjawab,
banyak bahan pelajaran yang sudah diketahui anak karena merupakan kejadian
sehari-hari atau pelajaran yang diberikan benar-benar baru tetapi tidak searah
dengan persepsi anak. Padahal IPS merupakan mata pelajaran yang sangat kaya
bahan belajar dan dapat menarik. Oleh sebab itu,pembelajaran IPS di sekolah
dasar hendaknya meningkatkan kepedulian siswa terhadap IPS hal itu dapat
dilakukan dengan pembelajaran yang menarik dengan membuat sesuatu yang
baru.
Tingkat kedua dari kerucut ini sudah mulai mengurangi tingkat ke-konkritannya.
Dalam tahap ini si pebelajar tidak hanya belajar dengan memegang, mencium atau
merasakan tetapi sudah mulai aktif dalam berfikir.Contohnya seperti seorang
pebelajar yang diinstruksikan membuat bangunan atau gedung. Disini pebelajar
22
tidak membuat gedung sebenarnya melainkan gedung dalam artian suatu model
atau miniature dari gedung yang sebenarnya.
Kita tidak mungkin mengalami langsung pengalaman yang sudah lalu. Contohnya
seperti pelajaran sejarah. Apakah kita mengalami lansung sejarah itu? Tentu tidak.
Maka dari itu drama berperan dalam hal ini. Sejarah yang kita pelajari bisa kita
jadikan drama untuk pembelajaran. Mengapa drama? Karena dengan drama si
pebelajar dapat menjadi semakin merasakan langsung materi
yang dipelajarkan.Jika kita bisa membagi dua bagian ini, maka bagian akan
terbagi menjadi partisipasi dan observasi. Partisipasi merupakan bentuk aktif
secara langsung dalam suatu drama, sedangkan observasi merupakan pengamatan,
seperti menonton atau mengamati drama tersebut.
Demonstrasi (Demonstrations)
Jika kita berkarya wisata, biasanya kita melihat kegiatan apa yang sedang
dilakukan orang lain. Dalam karya wisata ini pebelajar mengamati secara
langsung dan mencatat apa saja kegiatan mereka. Pebelajar lebih mengandalkan
pengalaman mereka dan pemelajar tidak perlu memberikan banyak komentar,
biarkan mereka berkembang sendiri.
23
Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat,
dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan
penyelidikan. Pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi
siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir)
terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama
dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk
membangun kemampuan itu.
merupakan kodrat manusia sejak lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki
keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indra pengecapan, pendengaran,
penglihatan dan indra-indra lainnya.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri,
yaitu : (1) strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal
untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa
sebagai subjek belajar. (2) seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk
mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan.
Dengan demikian strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai
sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. (3)
tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis.
b. Jenis Inkuiri
Pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru
terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada
siswanya. Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah:
25
Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau
bahkan tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode
ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open
ended dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena
tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain
itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang baru atau belum
pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki.
5. Membina siswa agar setiap orang merupakan sumber yang bermanfaat bagi
yang lainnya
6. Menjelaskan tujuan kegiatan pada kelompok dan mengatur penyebaran dalam
bertukar pendapat.
e) Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang
diharapkan,
1. Merumuskan masalah,
2. Membuat hipotesa
3. Merencanakan kegiatan,
4. Melaksanakan kegiatan,
5. Mengumpulkan data,
6. Mengambil kesimpulan.
Model inkuiri merupakan salah satu metode yang sangat dianjurkan untuk
diterapkan dalam proses pembelajaran, sebab model inkuiri sebagai metode
pembelajaran memiliki beberapa keunggulan. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Sanjaya (2006 : 2008) bahwa metode inkuiri memiliki beberapa keunggulan,
diantaranya :
Kelebihan
Kekurangan
Kelebihan
2. Dalam proses belajar inkuiri, pembelajar tidak hanya belajar konsep dan
prinsip, tetapi hanya belajar konsep dan prinsip, tetapi juga mengalami
3
(www.elearning –jogja,19-5-2009)
32
Kelemahan
e. Langkah-langkah inkuiri
L
K
U
G
T
O
R
A
N
P
M
I
S
E
B
H
J Pada hakekatnya inkuiri merupakan suatu proses. Proses ini bermula dari
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji
hipotesis, dan menarik kesimpulan sementara (W. Gulo, 2004: 95)
tentang
Gambar 2 .Langkah –langkah Inkuiri
masalah. Guru tidak menyatakan masalah pada permulaan, tetapi meminta siswa
sendiri merumuskan masalah itu.
33
itu,
34
4) Merumuskan penjelasan
Pada langkah ini guru mengajak siswa merumuskan aturan-aturan atau penjelasan-
penjelasan. Guru meminta siswa agar memperjelas pernyataan teori dan meminta
pengentasan teori yang akan mengesahkan penjelasan itu.
Pada langkah ini guru dengan siswa bekerja sama menganalisis pola-pola
penemuan mereka. Analisis itu berusaha mengikuti skema umum sebagai
berikut :menetapkan fakta, menentukan apakah fakta itu relevan, dan
mengembangkan konsep-konsep penemuan.
5. Merumuskan kesimpulan
Agar teknik inkuiri dapat dilaksanakan dengan baik, diperlukan dengan kondisi-
kondisi sebagai berikut:
1. Mendefinisikan masalah
Pada langkah ini ada 3 tahapan, yaitu (1) menyadari masalah; (2) sehingga
bermakna (3) sehingga dikelola.
Dalam mengembangkan jawaban, langkah yang dilakukan yaitu: (1) meneliti dan
mengklasifikasikan data yang tersedia; (2) mencari hubungan, menarik
kesimpulan logis; (3) menyatakan hipotesa.
(4 ) Mengembangkan kesimpulan
Langkah ke lima dalam inkuiri dilakukan dengan pengujian terhadap bukti baru
dan generalisasi tentang hasilnya. Oemar Hamalik (2008:221) berpendapat
bahwa metode inkuiri dapat berhasil apabila guru memperhatikan kriteria sebagai
berikut:
1) mendefinisikan secara jelas topik inkuiri yang dianggap bermanfaat bagi siswa.
sekolah, (6) anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya
untuk bermain bersama-sama.
Hal penting pada masa ini adalah sikap anak terhadap otoritas (kekuasaan),
terutama otoritas orang tua dan guru. Otoritas guru bisa dalam berbagai bentuk,
misalnya dalam pemberian nilai (angka raport) dan dalam pemberian hadiah,
pemberian hukuman dan lain-lain. Anak-anak pada usia ini menganggap nilai
teman-temannya untuk melihat keadilan guru dan kekuatan dirinya sendiri dalam
kelas, diantara teman-temannya. Dalam hal ini biasanya terjadi persaingan
diantara anak-anak itu. Persaingan ini biasanya terbatas pada sesama jenis
kelamin. Dengan pengalaman-pengalaman itu tumbuhlah dengan lebih nyata masa
keadilan.
C. Kerangka Pikir
KONDISI AWAL
1. Guru masih menggunakan metode ceramah.
2. Siswa pasif dan tidak mampu memahami konsep IPS.
3. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS dibawah
Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70.
PELAKSANAAN TINDAKAN
1. Guru bersama siswa merumuskan masalah.
2. Siswa menyusun hipotesis berdasarkan pengetahuan yang
dimiliki.
3. Secara berkelompok, siswa mengumpulkan data.
4. Guru membimbing siswa dengan mengajukan pertanyaan
pancingan.
5. Siswa menganalisis data dengan berdiskusi kelompok.
6.Siswa dengan bimbingan guru menarik kesimpulan, dan
mencocokkan dengan hipotesis awal.
KONDISI AKHIR
1. Keterampilan guru meningkat melalui penerapan
metodeinkuiri.
2.Aktivitas siswa meningkat karena guru menciptakan suasana
Belajar yang aktif, kreatif, dan berpusat pada kebutuhan
siswa melalui penerapan metodeinkuiri.
3.Prestasi belajar IPS meningkat karena adanya pembelajaran
bermakna
41
KONDISI AWAL
PELAKSANAAN TINDAKAN
KONDISI AKHIR
2. Aktivitas siswa meningkat karena guru menciptakan suasana belajar yang aktif,
kreatif, dan berpusat pada kebutuhan siswa melalui penerapan metode inkuiri.
D. Hipotesis
Hipotesis bersifat suatu dugaan sementara yang mungkin benar atau salah.
42
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang diungkapkan di atas maka
hipotesis dari penelitian ini adalah: dengan menerapkan metode inkuiri maka
prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Pejagalan 01 pada mata pelajaran IPS
akan meningkat.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Subyek Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas dalam mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) kelas V semester ganjil tahun
pelajaran 2016 /2017, pada pokok bahasan peninggalan sejarah. Subyek
penelitian adalah siswa kelas V SDN PEJAGALAN 01,Jakarta Utara yang
berjumlah 26 orang.
Tabel 1. Data Siswa
2. Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di kelas V SDN PEJAGALAN 01 yang terletak di
Jalan D Teluk Gong RT.12/10 Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara.
3. Waktu Penelitian
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan pada tahun
pelajaran 2016/ 2017 pada semester ganjil di minggu keempat bulan
Agustus dan bulan September 2016 seperti yang diuraikan pada Tabel 2 di
bawah ini :
Tabel 2.
Pembagian Waktu Penelitian
Waktu
No Kegiatan Agustus september
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Pengajuan judul
Penyusunan
2
rancangan
3 Penelitian
4 Pelaksanaan siklus I
5 Pelaksanaan siklus II
Pelaksanaan siklus
6
III
Penulisan hasil
7
penelitian
Tabel 3
Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
1. Metode
Pengamatan
Perencanaan
Perencanaan
Refleksi Siklus I Pelaksanaan
Refleksi Siklus II
Pengamatan Pelaksanaan
Perencanaan
Pengamatan
dan seterusnya
Pengamatan
Pada Siklus II
Siklus pertama dilakukan pada minggu kedua bulan Agustus tahun 2016 di
SDN Pejagalan 01 , Jakarta Utara.
a. Skenario Pembelajaran
1) Ikuti kegiatan pembelajaran menyiapkan rencana pembelajaran
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
2) Menyampaikan tujuan yang ingin dicapai.
3) Perencanaan kegiatan inti pembelajaran dengan menggunakan
format penilaian yang sudah ditentukan.
4) Merancang LKS yang akan digunakan dalam proses
pengamatan saat siswa mengikuti kegiatan pembelajaran.
5) Menyiapkan alat/ media pembelajaran yang akan digunakan.
6) Merencanakan model pembelajaran yang akan digunakan pada
saat berlangsungnya penelitian.
7) Menyiapkan format pengamatan proses pembelajaran
berlangsungnya penelitian.
50
b. Pelaksanaan Tindakan I
d. Refleksi Tindakan I
51
Siklus II
a. Perencanaan Tindakan II
Berdasarkan hasil tindakan yang direncanakan adalah memfokuskan
perhatian siswa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri
terbimbing.
b. Pelaksanaan tindakan II
Pada kegiatan ini peneliti melakukan pembelajaran tentang
peninggalan sejarah Hindu - Budha.Guru memotivasi siswa untuk
mengingat kembali konsep. Pada akhir pembelajaran siswa diberikan
52
soal tes. Hasilnya dianalisis untuk mengetahui pada materi bagian mana
yang harus mendapatkan penjelasan kembali atau tindakan perbaikan.
c. Observasi tindakan II
Selama proses pemeblajaran berlangsung, peneliti dan teman
sejawat mencatat atau merekam segala aktifitas peneliti serta siswa
untuk dijadikan bahan masukan bagi peneliti.Bahan masukan tersebut
diolah bersama untuk mendapatkan informasi-informasi yang akurat ,
apakah ada perubahan/ peningkatan hal-hal yang diharapkan dari siswa
selama kegiatan berlangsung..
d. Refleksi tindakan II
Setiap temuan didiskusikan dan dipresentasikan untuk dicarikan
solusinya, yang mana hasilnya digunakan sebagai pedoman bagi peneliti
dalam menentukan langkah-langkah dan persiapan yang lebih matang
untuk masuk ke siklus ketiga.Dengan demikian hasil refleksi digunakan
sebagai dasar untuk merencanakan perubahan atau perbaikan yang
sebaiknya dilakukan dalam pembelajaran selanjutnya pada siklus III.
Siklus III
1. Analisis Kualitatif
a. Reduksi data
b. Penyajian Data
Penyajian data kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.Selain itu
dapat juga berupa grafik, matrik, jejaring kerja, dan chart.
2. Analisis Kuantitatif
ɱ = ΣX
Keterangan :
a. Meningkatkan ketekunan
b. Triangulasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitiian Perbaikan Pembelajaran
Pada pelaksanaan pembelajaran di siklus 1 guru menggunakan model
inkuiri terbimbing dengan pelaksanaan awal berupa apersepsi dan penggalian
informasi yang diharapkan dapat memicu antusias siswa terhadap materi
pelajaran Ilmu Pengetahuan sosial.
57
Jumlah 1860
Rata-Rata 60,00
Siklus I
No Rentang Nilai Jumlah Ketuntasan Keterangan
Siswa ( Prosentase )
1 0 – 64 19 61,29 Tidak Tuntas
2 65 – 70 8 25,81 Mencapai KKM
3 71 – 100 4 12,90 Tuntas
20
Jumlah Siswa
15
19
10
5 8
4
0
Dibawah KKM Mencapai KKM Diatas KKM
Ketercapaian KKM
59
Dari data tes pada siklus I menunjukan bahwa peserta didik yang belum
mencapai KKM sebesar 61,29% atau sebanyak 19 siswa dengan rentang nilai 0 –
64. Sedangkan siswa yang telah tuntas sebesar 38,71% atau sebanyak 12 siswa
dengan rentang nilai 65 – 100.
Pada siklus II pembelajaran di fokuskan pada peningkatan kemamapuan
siswa untuk menggali informasi yang harus di gali oleh siswa sehingga
pengalaman menemukan menjadi hal yang berarti bagi siswa.
60
27 SUCI RAMADHANI 90
Tuntas
28 TAUFIK HIDAYAT 90
Tuntas
29 TRI PUTRI UTAMI 60
Tidak Tuntas
30 YUDHI TRI OKTAVIANDI 70
Tuntas
31 ZAHRATUNNISA 60
Tidak Tuntas
Jumlah 2130
Rata-Rata 68,71
Tabel 10. Hasil Perolehan Nilai Terendah dan Tertinggi Pada Siklus II
No Uraian Nilai
1 Nilai Terendah 50
2 Nilai Tertinggi 90
3 Rentang Nilai 0-100
4 Nilai Rata-rata 68,71
Siklus II
No Rentang Nilai Jumla Keterangan
Ketuntasan
h
( Prosentase )
Siswa
1 0-64 14 45,16 Tidak Tuntas
2 65-70 10 32,26 Mencapai KKM
3 71-100 7 22,58 Tuntas
62
14
Jumlah Siswa
12
10
8 14
6 10
7
4
2
0
Dibawah KKM Mencapai KKM Diatas KKM
Ketercapaian KKM
Gambar 8.
Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II Dalam Pengolahan
Dari data tes pada siklus II menunjukan bahwa siswa yang belum mencapai
KKM sebesar 45,16% atau sebanyak 14 siswa dengan rentang nilai 0 – 64.
Sedangkan siswa yang telah tuntas sebesar 54,84% atau sebanyak 17 siswa
dengan rentang nilai 65 – 100.
Di siklus III siswa lebih aktif lagi mencari informasi yang ingin di ketahui
dengan bimbingan guru.Pelaksanaannya berupa tugas kelompok dan tugas
mandiri.
63
ZAHRATUNNISA
31 80 Tuntas
Jumlah 2640
Rata-Rata 85,16
Tabel 14. Hasil Perolehan Nilai Terendah dan Tertinggi Pada Siklus III
No Uraian Nilai
1 Nilai Terendah 60
2 Nilai Tertinggi 100
3 Rentang Nilai 0-100
4 Nilai Rata-rata 85,16
Tabel 15. Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus III Dalam
Pengolahan dan Penyajian Data ( KKM = 65 )
Siklus III
No Rentang Nilai Jumla Keterangan
Ketuntasan
h
( Prosentase )
Siswa
1 0-64 2 6,45 Tidak Tuntas
2 65-70 8 25,81 Mencapai KKM
3 71-100 21 67,73 Tuntas
25
20
Jumlah siswa
15 21
10
8
5 2
0
M
KM
KM
KK
iK
K
as
h
pa
wa
at
ca
Di
ba
en
Di
Ketercapaian KKM
66
Gambar 11. Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus III
Dalam Pengolahan dan Penyajian Data ( KKM = 65 )
Dari data tes pada siklus III menunjukan bahwa siswa yang belum mencapai
KKM sebesar 6,45% atau sebanyak 2 siswa dengan rentang nilai 0 – 64.
Sedangkan siswa yang telah tuntas sebesar 93,54% atau sebanyak 29 siswa
dengan rentang nilai 65 – 100. Berdasarkan data diatas pada siklus III telah
menunjukan hasil yang memuaskan sehingga penelitian dihentikan pada siklus III.
60.00%
50.00%
40.00%
Prosentase
30.00%
50.54% 50.54% 48.39% 51.61%
20.00% 38.71%
10.00%
0.00%
Minat Perhatian Keaktifan Tanya Jawab Keberanian
Keaktifan Siswa
67
Jumla Prosentas
No Aspek yang diamati
h e
1 Minat 63 67,74%
2 Perhatian 61 65,59%
3 Keaktifan 62 66,67%
4 Tanya Jawab 49 52,69%
5 Keberanian 52 55,91%
68
70.00%
60.00%
50.00%
Prosentase
20.00%
10.00%
0.00%
Minat Perhatian Keaktifan Tanya JawabKeberanian
Keaktifan Siswa
1. Minat = 67,74%
2. Perhatian = 65,59%
69
3. Keaktifan = 66,67%
4. Tanya jawab = 52,69%
5. Keberanian = 55,91%
Jumla Prosentas
No Aspek yang diamati
h e
1 Minat 79 84,95%
2 Perhatian 79 84,95%
3 Keaktifan 82 88,17%
4 Tanya Jawab 78 83,87%
5 Keberanian 81 87,10%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
Prosentase
Keaktifan Siswa
3. Keaktifan = 88,17%
4. Tanya jawab = 83,87%
5. Keberanian = 87,10%
Tabel 20. Peningkatan Hasil belajar dan Observasi Siswa Per Siklusnya
24.08
25
20 17.24
13.77
15
Rata-Rata nilai siswa
Hasil Observasi
10 8.07
0
Siklus I ke Sikus II Siklus II ke Siklus III
Gbr. 16. Diagram Peningkatan Hasil belajar dan Observasi Siswa Per
Siklusnya
Berdasarkan data diatas telah terjadi peningkatan hasil belajar dari nilai
rata-rata kelas dan prosentase keaktifan siswa setiap siklusnya. Oleh karena itu,
peneliti menghentikan pelaksanaan tindakan kelas sampai pada siklus III, hal ini
dikarenakan indikator keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya oleh
peneliti telah tercapai pada siklus III
72
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah diuraikan
pada Bab IV maka dapat di ambil simpulan sebagai berikut:
1.Model Inkuiri Terbimbing sangat efektif digunakan dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial ( IPS ) khususnya kompetensi dasar Peninggalan Sejarah bagi
siswa kelas V Semester 1 SD Negeri Pejagalan 01 Kecamatan Penjaringan
Jakarta Utara Tahun Pelajaran 2016/ 2017. Kekhasan pembelajaran IPS yang
menuntut siswa memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa
ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalamkehidupan
sosial.
2. Pada akhir siklus I, siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 38,71%
(12 anak), dan siswa yang belum tuntas sebanyak 61,29% (19 anak), pada akhir
siklus II yang mencapai ketuntasan sebanyak 54,84% (17 siswa) dan sebanyak
45,16% (14 siswa) belum mencapai ketuntasan belajar sedangkan pada akhir
siklus III siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 93,54% (29 siswa)
dan sebanyak 6,45% (2 siswa) belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai
rata- rata kelas siklus I 60,00, rata- rata kelas siklus II 68,71 sedangkan pada
siklus III rata-rata kelas mencapai 85,16. Adapun hasil non tes pengamatan
proses belajar menunjukkan perubahan siswa lebih aktif selama proses
pembelajaran berlangsung. Secara keseluruhan rata-rata kelas pada tiap siklusnya
terjadi peningkatan, dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 8,07 dan
dari siklus II ke siklus III terjadi peningkatan sebesar 17,24 jika dibandingkan
dengan kondisi awal .
B. Saran
73