Anda di halaman 1dari 21

Step 6

Skenario

1.mengapa timbul bercak merah diwajah tidak mau hilang pd saat terpapar sinar matahari?

Etiologi dan mekanisme patogenesis yang berperan pada LE belum dapat dipahami secara pasti.
Patogenesis LE kutan tampaknya tumpang tindih dengan patogenesis SLE, dimana interaksi antara faktor-
faktor host (genetik, hormonal) dan faktorfaktor lingkungan (radiasi ultraviolet, virus, obatobatan) mengarah
pada hilangnya toleransi, dan menginduksi suatu autoimunitas. Diikuti dengan aktivasi dan ekspansi sistem
imun dan akibatnya terjadi kerusakan jaringan akibat respon imun dan ekspresi klinis penyakit.
(Rahman dan Isenberg,2008;Simon, 2007; Yuriawantini dan Suryana,2007).

indonesia.digitaljournals.org/index.php/kespha/article/download/.../1087

2.mengapa sering merasa lelah dan sendi2 terasa sakit ketika bangun tidur?

http://www.youtube.com/watch?v=nvYzafQIdCQ

Menurut Jurnal Medis


Pada studi ini, berdasarkan penelesuran dari Lupus eritematosus sistemik ditandai oleh
rekam medik yang dilakukan hanya didapatkan produksi antibodi terhadap komponen inti sel
dua diagnosis terhadap penyakit LE yaitu DLE yang berhubungan dengan manifestasi klinis
dan SLE. Ditemukan DLE sebanyak 58,3% dan yang luas yang terjadi terutama pada usia
SLE sebanyak 41,6%, dari 12 kasus yang reproduksi dan melibatkan mulipel organ dan
ditemukan hanya 2 kasus (10,5%) yang dapat menyebabkan kematian. Kulit merupakan
dilakukan pemeriksaan histopatologi. organ kedua terbanyak yang terkena setelah
Dikepustakaan disebutkan bahwa didapatkan artritis. Pada 80% kasus dapat melibatkan kulit
persamaan pada kelompok penyakit ini dengan dan membran mukosa. Gambaran klinis SLE
penyakit lainnya dan perubahan pada kulit sangat beraneka ragam, sehingga lebih
merupakan gambaran yang paling menonjol merupakan kumpulan sindrom daripada
pada semua penyakit jaringan konektif, sehingga gambaran klinik penyakit yang khas. Diagnosis
pemeriksaan histopatologi kulit sangat penting SLE ditegakkan bila memenuhi 4 dari 11 kriteria
dalam membantu membedakan dan yang dikeluarkan American College of
menegakkan diagnosis Rheumatology. Kriteria yang termasuk yaitu
(Nurjanti et al.,1990; Komalig et al, 2007). malar rash, diskoid rash, fotosensitif, ulkus di
mulut, artritis, serositis, kelainan ginjal, kelainan
neurologis, kelainan hematologi, kelainan
imunologi dan antibodi antinuklear (Simon,
2007).
indonesia.digitaljournals.org/index.php/kespha/article/download/.../1087

SLE merupakan suatu penyakit sistemik dengan manifestasi yang bermacam-macam.Serangan


pada sendi sering terjadi ,tetapi biasanya tidak disertai dengan perubahan anatomis atau
deformitas sendi yang mencolok.Jika hal tersebut terjadi,akan ditemukan adanya
pembengkakak dan infiltrasi sel mononuklear nonspesifik pada membran sinovial.Erosi pada
membran perusakan tulang rawan sendi,seperti yang terjadi pada artritis rematoid,sangat
jarang terjadi
(Buku Ajar Patologi Robins volume 1 Edisi 7)

3.mengapa pd skenario diatas diperlukan pemeriksaan fungsi ginjal?

(Lihat nomor 5)
http://www.kliksehat.co/specialis/751-apa-saja-faktor-penyebab-penyakit-autoimun.html

4.apa diagnosa dr skenario dan pemeriksaan apa saja yg digunakan?

Diagnosis SLE ditegakkan bila memenuhi 4 dari 11 kriteria yang dikeluarkan American College of
Rheumatology. Kriteria yang termasuk yaitu malar rash, diskoid rash, fotosensitif, ulkus di mulut, artritis,
serositis, kelainan ginjal, kelainan neurologis, kelainan hematologi, kelainan imunologi dan antibodi
antinuklear (Simon, 2007).
indonesia.digitaljournals.org/index.php/kespha/article/download/.../1087

Pemeriksaan untuk menentukan adanya penyakit ini bervariasi, diantaranya:

Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi antinuklear, yang terdapat pada
hampir semua penderita lupus. Tetapi antibodi ini juga juga bisa ditemukan pada penyakit
lain. Karena itu jika menemukan antibodi antinuklear, harus dilakukan juga pemeriksaan
untuk antibodi terhadap DNA rantai ganda. Kadar yang tinggi dari kedua antibodi ini hampir
spesifik untuk lupus, tapi tidak semua penderita lupus memiliki antibodi ini.
Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar komplemen (protein yang berperan dalam
sistem kekebalan) dan untuk menemukan antibodi lainnya, mungkin perlu dilakukan untuk
memperkirakan aktivitas dan lamanya penyakit.
Ruam kulit atau lesi yang khas
Rontgen dada menunjukkan pleuritis atau perikarditis
Pemeriksaan dada dengan bantuan stetoskop menunjukkan adanya gesekan pleura atau
jantung
Analisa air kemih menunjukkan adanya darah atau protein
Hitung jenis darah menunjukkan adanya penurunan beberapa jenis sel darah.
Biopsi ginjal
Pemeriksaan saraf.
http://www.kliksehat.co/specialis/751-apa-saja-faktor-penyebab-penyakit-autoimun.html
Manajemen Modern dan Kesehatan Masyarakat . 2011. Gangguan Autoimun. Medicalstore

 Imunofluoresensi indirek, yang mendeteksiberbagai macam antigen


nukleus,termasuk DNA,RNA,dan protein(ANA generik).Pola fluoresensi
nukleus menunjukan antibodi yang terdapat dalam serum pasien
ANA(Antibodi Antinuklear(ANA)
ANA diarahkan untuk melawan beberapa antigen nukleus dan dapat dikelompokkan
menjadi empat kategori :
1.Antibodi terhadap DNA
2.Antibodi terhadap histon
3.Antibodi terhadap protein nonhiston yang terikat pada RNA
4.Antibodi terhadap antigen nukleolus
(Buku Ajar Patologi Robins volume 1 Edisi 7)

5.mengapa sendi jari-jari kaku dan sakit ketika digerakkan?


GEJALA

Jumlah dan jenis antibodi pada lupus, lebih besar dibandingkan dengan pada penyakit lain,
dan antibodi ini (bersama dengan faktor lainnya yang tidak diketahui) menentukan gejala mana yang
akan berkembang. Karena itu, gejala dan beratnya penyakit, bervariasi pada setiap penderita.

Perjalanan penyakit ini bervariasi, mulai dari penyakit yang ringan sampai penyakit yang
berat.

Gejala pada setiap penderita berlainan, serta ditandai oleh masa bebas gejala (remisi) dan
masa kekambuhan (eksaserbasi).

Pada awal penyakit, lupus hanya menyerang satu organ, tetapi di kemudian hari akan
melibatkan organ lainnya.

Otot dan kerangka tubuh


Hampir semua penderita lupus mengalami nyeri persendian dan kebanyakan menderita
artritis. Persendian yang sering terkena adalah persendian pada jari tangan, tangan, pergelangan
tangan dan lutut.
Kematian jaringan pada tulang panggul dan bahu sering merupakan penyebab dari nyeri di
daerah tersebut.
Kulit
Pada 50% penderita ditemukan ruam kupu-kupu pada tulang pipi dan pangkal hidung. Ruam
ini biasanya akan semakin memburuk jika terkena sinar matahari.
Ruam yang lebih tersebar bisa timbul di bagian tubuh lain yang terpapar oleh sinar matahari.
Ginjal
Sebagian besar penderita menunjukkan adanya penimbunan protein di dalam sel-sel ginjal,
tetapi hanya 50% yang menderita nefritis lupus (peradangan ginjal yang menetap).
Pada akhirnya bisa terjadi gagal ginjal sehingga penderita perlu menjalani dialisa atau
pencangkokkan ginjal.
http://www.kliksehat.co/specialis/751-apa-saja-faktor-penyebab-penyakit-autoimun.html

autoimun

1.faktor yg mempengaruhi autoimun?

a) Faktor genetik: Temuan ilmiah juga menduga beberapa intervensi genetik yang dapat
meningkatkan kerentanan menderita penyakit autoimun.
b) Jenis kelamin: untuk alasan yang tidak diketahui, wanita lebih rentan menderita gangguan
autoimun dibandingkan laki-laki.
c) Infeksi umum: penyakit autoimun tertentu mungkin merupakan konsekuensi dari infeksi
tertentu yang disebabkan dalam tubuh.
d) Hormon: gangguan autoimun mungkin dipengaruhi fase tertentu seperti menopause,
kehamilan dan persalinan yang melibatkan perubahan tingkat hormon.
http://www.kliksehat.co/specialis/751-apa-saja-faktor-penyebab-penyakit-autoimun.html

 Faktor yang mempengaruhi :

genetik

jenis kelamin : hormonal


infeksi

obat

usia

Faktor-faktor yang berperan dalam autoimunitas :

i. Infeksi dan Kemiripan Molekuler

Beberapa bakteri memiliki epitop yang sama dengan antigen sendiri. Menyebabkan
terjadinya respon imun terhadap autoantigen, dikarenakan sel mengenal autoantigen
sebagai bakteri tersebut.epitop berikatan dengan protop pda antibodi

ii. Sequestered antigen

Antigen sendiri yang karena letak anatominya, menyebabkannya tidak terpajan dari
respon imun. Perubahan letak anatomi dalam jaringan menyebabkan Sequestered
antigen terpajan oleh respon imun.

iii. Kegagalan Autoregulasi

Regulasi imun berfungsi untuk mempertahankan homeostasis. Gangguan terjadi pada


presentasi antigen, infeksi yang meningkatkan respon MHC, kadar sitokin rendah, dan
gangguan respon terhadap IL-2. Pengawasan terhadap autoreaktif oleh sel Ts dan Tr,
jika ada kegagalan sel Ts/Tr menyebabkan Th dapat dirangsang dan menyebabkan
reaksi autoimunitas.

iv. Aktivasi sel B poliklonal

Karena aktivasi sel B poliklonal oleh virus,lipopolisakarida dan parasit malaria dapat
merangsang sel B dan menimbulkan reaksi autoimun.

v. Obat-obatan

Reaksi kimia antigen asing dengan antigen permukaan sel mengubah


imunogenisitas(suatu yang bias merangsang respon imunimunogenic).

vi. Faktor Keturunan


Diketahui adanya kecenderungan terjadinya penyakit autoimun pada suatu keluarga,
diduga terjadi karena pengaruh beberapa gen. bukti ada hubungan antara HLA dan
penyakit.

(Imunologi Dasar Ed.7 “Karnen Garna Baratawidjaja” FKUI)

2.bagaimana patofisiologi dr penyakit autoimun?

http://www.w-e-h.org/id/autoimmune-diseases.html

www.youtube.com/watch?v=nvYzafQIdCQ

3.bagaimana mekanisme dr autoimun?

 Mekanisme :

Autoimun yang terjadi melalui autoantibodi : autoantibodi  kerusakan langsung.


Cont : anemi hemolitik, trombositopenia

Autoimun yang terjadi melalui antibodi dan sel T : kerusakan diakibatkan oleh
antibodi humoral serta sel T  kompleks imun yang menimbulkan kelainan. Cont :
arthritis, LES

Autoimun yang terjadi melalui kompleks antigen dan antibodi


Autoimun yang terjadi melalui komplemen : sebab belum jelas, diduga bahwa
kompleks imun yang didalam tubuh tidak bisa dibersihkan oleh sistem imun yang
komplemen.

Autoimunitas terjadi akibat gagalnya mekanisme normal yang berperan untuk


mempertahankan self-tolerance sel B, sel T atau keduanya. Potensi untuk autoimunitas
ditemukan pada semua individu oleh karena selama perkembanganya, limfosit dapat
mengekspresikan reseptor spesifik untuk banyak self-antigen yang mudah terpajan
dengan system imun. Autoimunitas terjadi oleh karena dikenalnya self-antigen yang
menimbulkan aktivasi, proliferasi serta differensiasi sel autoreaktif menjadi sel efektor
yang menimbulkan kerusakan jaringan

(Imunologi Dasar edisi ke-7 : Karnen Garna Baratawidjaya)

Hipotesis pertama, teori klon terlarang (forbidden-clone theory), menyatakan adanya suatu
klon dari limfosit mutan yang timbul melalui mutasi somatik . Sel mutan yang membawa
antigen permukaan yang dikenal sebagai asing (mutan positif secara antigenik) biasanya akan
dihancurkan. Bagaimanapun, menurut teori ini, sel mutan yang tidak membawa antigen
permukaan (mutan negatif secara antigenik) tidak akan dihancurkan. Dengan
berproliferasinya sel mutan yang defisien antigen ini (klon terlarang), sel-sel ini akan mampu
bereaksi dengan jaringan sasaran karena ketidaksamaan genetik. Fenomena ini sama dengan
reaksi hospes melawan cangkok karena limfosit yang tidak cocok secara genetik.

Hi
potesis kedua, teori antigen terasing (sequestered antigen theory), didasarkan pada
fenomena pengaruh toleransi pada janin. Menurut teori ini, selama pertumbuhan embrio,
jaringan yang dipaparkan pada sistem limforetikuler dikenal sebagai ``self ``. Mereka yang
secara anatomi terpisah atau terasing dari sistem limforetikuler tidak dikenali sebagai ``self``.
Antigen ini terdapat pada jaringan seperti mata, sistem syaraf pusat, thiroid, dan testis. Pada
kehidupan kemudian, pemaparan melalui trauma atau infeksi, dari antigen jaringan terasing
ini terhadap sistem limforetikuler menyebabkan terjadinya penyakit autoimun. Kedua
pengertian ini didasarkan pada dasar pikiran (premise) hiperaktivitas respon imun, yang
melalui pembentukan autoantibodi atau limfosit tersensitisasi (hipersensitivitas lambat) akan
menimbulkan produksi suatu penyakit autoimun.

Karnen,Gurna Bratawijaya.2006 dan Boediana,Siti.2001

4.jelaskan self tolerance sel B dan sel T?dan mengapa sel tolerance dapat menyebabkan penyakit
autoimun?
Self tolerance : autoantibodi yang dibentuk terhadap antigen sendiri kehilangan
toleransi oleh antibodi sehingga tidak mengenali mana lawan dan mana teman.

Self tolerance adalah imunosupresi hanya terhadap satu antigen dan tidak disertai oleh
gangguan terhadap respons antigen yang lain.

Toleransi Imun adalah keadaan tidak adanya respons sel limfoid yang aktif terhadap
antigen tertentu.

Self Toleransi adalah keadaan tubuh yang menerima epitop sendiri sebagai antigen
sendiri

Self tolerance: mekanisme homeostatic pada keadaan normal tubuh yang


melindunginya terhadap rangsangan jaringan tubuh sendiri yang tidak dikehendaki

Imunologi Dasar Ed.7 “Karnen Garna Baratawidjaja” FKUI

 Mekanisme Self Tolerence

Utamanya sel B dan sel T diinaktifkan atau sel Ts nya yang diaktifkan, sel Ts dianggap
berperan mempertahankan tolerancy alamiah terhadap self-antigen, sel Ts menekan
aktivitas sel Th. Self tolerance disebabkan oleh inaktivasi/dibunuhnya limfosit self-
reaktif yang diinduksi antigen sendiri (Tolerogen).

Imunologi Dasar Ed.7 “Karnen Garna Baratawidjaja” FKUI

A. Toleransi sel B

a. Toleransi Sentral

Induksi yang terjadi saat limfosit dalam masa perkembangan. Terjadi apabila sel B
imatur terpajan antigen sendiri yang multivalent dalam sumsum Tulang dan
menimbulkan apoptosis atau spesifitas baru. Sel B yang self-reaktif dihancurkan dalam
Sumsum Tulang.

b. Toleransi Perifer

Toleransi yang ditemukan dalam organ limfoid primer atau reseptor dengan afinitas
rendah. Sel B matang yang mengenal ag sendiri diperifer tanpa adanya bantuan sel Th
tidak dapat teraktivasi.
Bila sel B terlepas dari pengawasan proses clonal abortion dapat menjadi auto-reaktif.

B. Toleransi sel T

a. Tolerancy Sentral

Ag yang ditemukan dalam kadar tinggi di dua organ limfoid adl Ag sendiri, Ag asing
akan dikenali oleh APC dan diangkut ke organ limfoid perifer. Bila ada limfosit imatur
yang mengenali antigen sendiri akan disingkirkan (seleksi negative)

Tolerancy sentral menyingkirkan limfosit yang potensial berbahaya (dengan reseptor


afinitas tinggi terhadap Ag sendiri).

b. Tolerancy Perifer

Mekanisme tolerancy sel T terhadap Ag spesifik jaringan yang tidak ditemukan dalam
timus. Tolerancy perifer disebabkan adanya anergi, sel T yang dihilangkan (deletion)
atau ditekan.

Imunologi Dasar Ed.7 “Karnen Garna Baratawidjaja” FKUI

5.mekanisme kehilangan self tolerance?

FAKTOR GENETIK
Kontribusi genetik pada penyakit autoimun hampir selalu melibatkan gen multipel.
Namun demikian defek sejumlah gen tunggal dapat juga menimbulkan autoimunitas.
Studi keluarga atau kembar menunjukkan kontribusi genetik dalam semua penyakit
autoimun dan autoimunitas subklinis yang lebih sering ditemukan pada anggota
keluarga
Ciri kuat peran faktor genetik terlihat pada hubungan antara berbagai penyakit
autoimun dan varian MHC
FAKTOR IMUN
a. Sequestered antigen
b. Gangguan Presentasi
c. Ekspresi MHC-II yang tidak benar
d. Aktivasi sel B poliklonal
e. Peran CD 4 dan reseptor MHC
f. Keseimbangan Th1 – Th 2
g. Sitokin pada autoimunitas
[ CITATION Kar13 \l 1057 ]

MEKANISME PENOLAKAN(KEHILANGAN SELF TOLLERANCE)


Sel T berpranan utama utama dalam proses penolakan.Setelah distimulasi, efektor CD4+sel T
menghasilkan sitokin (antara lain interleukin -2 yang menyediakan signal u/ Sel T sitotoksik dan sel
T helper. IL-2 Juga meningkatkan ekspansi klonal sel T,yang membantu dalam proses penolakan
Sitokin yang lain juga dihasilkan dalam proses Respons u/ mendeteksi antigen asing.Pengenalan
antigen transplantasi o/sel T Helper disebut “allorecognition”.

staff.ui.ac.id/system/files/users/rosila.../transplantasistikepjayakarta05.ppt

6.jelaskan macam2 penyakit yang disebabkan karna autoimun?

 Macam penyakit

SLE

Gejala : ruam kupu2, radang sendi, gangguan pada ginjal (proteinuria),


leukopeni, trombositopeni, keguguran

Patogenesis : hilangnya toleransi terhadap sel B dan sel antigen yang


mengakibatkan deposit kompleks imun di luar sistem fagosit mononuklear.

 SLE (Systemic Lupus Erimathosis)

1. Definisi

Suatu penyakit auto imun yang kronik dan menyerang berbagai sistem dalam tubuh

Patofiologi, Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, Vol 2, 2006

Adalah penyakit sistemik yang menyerang sistem jaringan dan vaskuler dengan
karakteristik adanya antinuklear antibodi ( AAN )

Saripati Penyakit Kulit, Prof. Dr. R.S Siregar, Sp.KK(K), 2003


2. Etiologi

Etiologi SLE masih belum jelas. Meskipun demikian, terdapat banyak bukti bahwa
patogenesis SLE bersifat multifaktor dan ini mencakup pengaruh genetik, lingkungan
dan humoral terhadap respon imun.Selain itu, juga dapat disebabkan karena obat.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, FK UI, Jilid 1, 1996

Dimasukkan ke dalam penyakit autoimun. Walaupun demikian diduga faktor genetik


mempunyai peranan penting oleh karena di dalam serum penderita dapat terjadi
fenomena sel LE, karena ada faktor LE. Di dalam sirkulasi darah di dapati AAN dan
serum komplemen glomerulus yang memperkuat konsep adanya gangguan imunologi
dalam penderita LES.

Saripati Penyakit Kulit, Prof. Dr. R.S Siregar, Sp.KK(K), 2003

3. Gejala dan tanda

Diagnosis SLE dapat ditegakkan jika pada satu periode pengamatan ditemukan 4
kriteria atau lebih dari 11 kriteria di bawah ini, baik secara berturut – turut maupun
serentak :

1. Ruam di daerah malar  berupa eritema terbatas, rata / meninggi, letaknya


di daerah malar biasanya tidak mengenai lipat nasolabialis
2. Lesi diskoid  berupa bercak eritematosa yang meninggi dengan sisik
keratin yang melekat disertai penyumbatan folikel. Pada lesi yang lama mungkin
terbentuk sikatriks
3. Fotosensitivitas  terjadi lesi kulit akibat reaksi abnormal terhadap cahaya
matahari.
4. Ulserasi mulut  di mulut atau nasofaring biasanya tidak nyeri
5. Artritis  artritis non – erosif yang mengenai 2 sendi perifer ditandai oleh
nyeri, bengkak atau efusi
6. Serositis
a. pleuritis  adanya riwayat nyeri pleural / terdengarnya bunyi gesekan
pleura / adanya efusi pleura
b. perikarditis  diperoleh dari gambaran EKG / terdenganya bunyi
gesekan perikard / adanya efusi perikard
7. Kelainan Ginjal
a. Proteinuria yang selalu > 0,5 g/hari atau > 3 +, atau
b. Ditemukan silinder sel mungkin eritrosit, hemoglobin granular, tubular
atau campuran
8. Kelainan neurologis
a. Kejang yang timbul spontan tanpa adanya obat – obat yang dapat
menyebabkan / kelainan metabolik seperti uremia, ketosidosis dan gangguan
keseimbangan elektrolit, atau
b. Psikosis yang timbul spontan tanpa adanya obat – obat yang dapat
menyebabkan / kelainan metabolik seperti uremia, ketosidosis dan gangguan
keseimbangan elektrolit
9. Kelainan hematologik
a. Anemia hemolitik dengan retikulositosis, atau
b. Leukopenia, kurang dari 4000/mm³ pada 2 kali pemeriksaan / lebih, atau
c. Limfopenia, kurang dari 4000/mm³pada 2 kali pemeriksaan / lebih, atau
d. Trombositopeni, kurang dari 100.000/mm³ tanpa adanya obat yang
mungkin menyebabkannya
10. Kelainan imunologik
a. Adanya sel LE, atau
b. Anti DNA : antibodi terhadap native DNA ( anti – dsDNA ) dengan titer
abnormal
c. Uji serologi untuk sifilis yang positif semu selama paling sedikit 6 bulan
dan diperkuat oleh uji imobilisasi Treponema pallidium / uji fluoresensi absorpsi
antibodi treponema

11. Antibodi antinuklear ( ANA )  titer abnormal antibodi antinuklear yang


diukur dengan cara imunoflouresensi / cara lain yang setara pada waktu yang sama
dan dengan tidak adanya obat – obat yang berkaitan dengan sindrom lupus karena
obat
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, FK UI, Jilid 1, 1996

a. Pada sendi – sendi dapat timbul artritis dan artralgia terutama pada sendi – sendi kecil
b. Kelainan pada sistem kelenjar limfe dapat bermanifestasi berupa hepatosplenomegali
dan kelainan pada sistem saraf dapat timbul berupa psikosis terutama pada masa –
masa eksaserbasi
c. Pada mata memberi kelainan edema di sekitar mata dan konjungtivitis
d. Pada pemeriksaan darah serologis untuk sifilis sering memberikan positif semu
Saripati Penyakit Kulit, Prof. Dr. R.S Siregar, Sp.KK(K), 2003

4. Patogenesis

Adanya satu atau beberapa faktor pemicu yang tepat pada individu yang mempunyai
predisposisi genetik akan menghasilkan tenaga pendorong abnormal terhadap sel T
CD4+ toleransi sel T terhadap self antigen hilangmuncul sel T autoreaktif yang
akan menyebabkan induksi serta ekspansi sel B, baik yang memproduksi autoantibody
maupun berupa sel memori. Autoantibody yang dihasilkan ditujukan terhadap antigen
yang terutama terletak pada nukleoplasma. Antigen sasaran ini meliputi DNA, protein
histon dan non histon. Antibody ini secara bersama-sama membentuk ANA.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, FK UI, Jilid 1, 1996

Arthritis reumathoid

Gejala : lelah, anoreksia, BB turun, radang sendi, deformitas.

 RA (Rheumatoid Arthritis)

1. Definisi

Penyakit Inflamasi sistemik kronik terutama mengenai sendi diartrodial. Termasuk


penyakit autoimun dengan etiologi tidak diketahui.

Buku Klinis Praktis “LKMI UNS Editor : Angsur Sudirja,dkk”

Penyakit Inflamasi kronik autoimun sendi sistemik dan berhubungan dengan HLA-DR
4

2. Etiologi
Etiologi belum jelas dimungkinkan karena alergi, stress atau kelainan hormonal

3. Gejala dan tanda

a. Kaku pagi sekurang-kurangnya 1 jam

b. Atritis minimal 3 sendi

c. Atritis pada sendi pergelangan tangan, metacarpophalanx, proximal interphalanx

d. Atritis simetris

e. Nodul Rhematoid

f. FR (Faktor Rheumatoid) serum (+)

g. Gambaran radiologi yang spesifik :Tangan posteroanterior atau pergelangan tangan


menunjukkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang berlokasi pada sendi atau
daerah yang berdekatan dengan sendi.

Diagnosis arthritis rheumatoid ditegakkan jika sekurang-kurangnya terpenuhi 4 dari 7


kriteria diatas. Kriteria 1-4 minimal 6 minggu.

a. Yang terkena ialah sendi kecil tangan dan kaki, pergelangan tangan, sendi
temporomandibuler dan tulang belakang

b. Penyakit timbul berulang-ulang

c. Sendi menjadi kaku dapat menyebabkan penderita menjadi cacat seumur hidup

d. Adanya tonjolan di daerah subkutan

Patologi “Bagian Patologi Anatomik” FK UI

a) Ditemukannya antibody terhadapIgG (biasanya berupa IgM atau IgA) yang diproduksi
sel plasma dalam membrane sinovia “FR” (antibody yang ditemukan dalam serum
penderita dengan RA) biasanya 90% dari penderita

b) Ditemukannya ANA

Imunologi Dasar Ed.7 “Karnen Garna Baratawidjaja” FKUI

4. Patogenesis
Lesi yang terjadi merupakan suatu synovioarthritis, membrane synovialis meradang,
bengkak, sembab, dan membentuk tonjolan-tonjolan.

,Membran synovial is yang meradang akan mengenai tulang rawan, membentuk


lapisan vaskuler yang tebal (pannus) dan melekat padanya mengakibatkan erosi pada
tulang rawan dan akhirnya akan timbul ankylosis.

Patologi “Bagian Patologi Anatomik” FK UI

Dimulai dengan inflamasi membrane sinovia sendi yang menjadi proliferative,


merusak tulang rawan dan tulang sekitar dengan akibat derformitas sendi

 AIHA (Auto Immune Hemolitic)

1. Definisi

Anemia hemolitik autoimun (autoimmune hemolytic anemia = AIHA/ AHA)


merupakan suatu kelainan di mana terdapat antibodi terhadap se-sel eritrosit
sehingga umur eritrosit memendek.

2. Etiologi

gangguan central tolerance, dan gangguan pada proses pembatasan limfosit


autoreaktif residual.

Anemia hemolitik autoimun tipe


hangat

 Gejala dan Tanda.

- Gejala anemia terjadi perlahan-lahan, ikterik, dan demam.

- Perjalanan penyakit mendadak, disertai nyeri abdomen, dan


anemia

- Urin berwarna gelap karena terjadi hemoglobinuri.

- Pada AIHA idiopatik splenomegali terjadi pada 50-60%,


hepatomegali terjadi pada 30%, dan limfadenopati terjadi pada 25% pasien.Hanya
25% pasien tidak disertai pembesaran organ dan limfonodi
 Laboratorium

Hemoglobin sering dijumpai di bawah 7 g/dl. Pemeriksaan Coomb direk


biasanya positip. Autoantibodi tipe hangat biasanya ditemukan dalam serum dan dapat
dipisahkan dari sel-sel eritrosit. Autoantibodi ini berasal dari kelas IgG dan bereaksi
dengan semua sel eritrosit normal. Autoantibodi tipe hangat ini biasanya bereaksi
dengan antigen pada sel eritrosit pasien sendiri, biasanya antigen Rh.

Skleroderma

 Sckleroderma: gangguan kulit akibat berkurangnya /rusaknya jaringan


penyangga kulit terutama serat kolagen.Kelainan ini bisa terjadi setempat atau bisa
pula menyeluruh sehingga menyerang berbagai organ tubuh.
 Patofisiologi:
 Akibat suatu proses autoimun yang belum jelas prosesnya, terjadi
kerusakan pada serat kolagen dan fibrin di bawah kulit. Akibatnya
terjadi penurunan elastisitas kulit dan bantalan kulit menghilang.Pada
bentuk sistemik, kerusakan ini timbul secara luas tidak hanya pada kulit,
tetapi juga pada organ (paru dan jangtung).Penyakit autoimun melalui
reaksi selular

 Gejala klinis:
 Ada daerah kulit yang menipis disertai nyeri dan gatal
 Terdapat makula berbentuk lonjong/linear disertai perubahan warna menjadi
hipopigmentasi di daerah muka/ekstremitas
 Lesi kulit bisa menunjukkan anhidrosis
 Bila lesi meluas ke daerah akral,maka kulit jari tangan dan kaki menjadi ketat
sehingga gerakan jari terhambat karena kaku.
 Pada bentuk sistemik, gangguan elastisitas pada organ dalam memberikan
gangguan fungsi menelan, gerakan jangtung dan paru.

 Diagnosis:
 Makula lonjong/linear
 Hipopigmentasi
 Atrofis
 Anhidrosis
 Kekakuan jari tangan/kaki
 Fenomena Raynaud
 Penyempitan esophagus dan perubahan bentuk jantung
 Hilangnya lapsan kolagen pada jaringan ikat subkutan.
Immunologi Dasar. Edisi ke-enam. Karnen Garna Baratawijaya. FKUI.

7.jelaskan manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang?

8.jelaskan macam dari MHC dan HLA?

MHC,dll

Human Leucocyte Antigens (HLA) (HLA) adalah Major Histokompatibilitas Complex


(MHC) pada manusia. Antigen HLA terdiri atas berbagai golongan. Antigen-antigen
HLA-A, B, dan C merupakan molekul-molekul MHC-I dan HLA-D (DR, DQ, DP)
merupakan MHC-II

HLA yang sudah lama dikenal adalah @$ haplotip untuk A, 50 untuk B, 8 untuk C dan
7 untuk D, 7 untuk DG dan 20 unutk DR. Haplotip adalah pasangan gen yang terletak
dalam kromosom tunggal yang menentukan ciri seseorang. Dalam gen orang normal
ditemukan 2 haplotip untuk setiap pasangan gen, satu dari ayah dan satu lagi dari ibu.

HLA alogenik spesifik yang diketahui dewasa ini HLA-A, HLA-B, HLA-C, dan HLA-
DR ditemukan secara serologik dan MLR. Yang spesifitasnya belum layak diketahui
ditandai dengan ”w”. Ada yang menggolongkan HLA-Dw sebagai HLA-D sehingga
MHC seluruhnya terdiri atas 7 lokus.

Immunologi Dasar. Edisi ke-enam. Karnen Garna Baratawijaya. FKUI

Kompleks histokompatibilitas utama (major histocompatibility complex atau MHC)


adalah sekumpulan gen yang ditemukan pada semua jenis vertebrata. Gen tersebut
terdiri dari ± 4 juta bp yang terdapat di kromosom nomor 6 manusia dan lebih
dikenal sebagai kompleks antigen leukosit manusia (HLA).Protein MHC yang
disandikan berperan dalam mengikat dan mempresentasikan antigen peptida ke sel
T. Molekul permukaan sel yang bertanggung jawab terhadap rejeksi transplan
dinamakan molekul histokompatibilitas, dan gen yang mengkodenya disebut gen
histokompatibilitas. Nama ini kemudian disebut dengan histokompatibilitas mayor
karena ternyata MHC bukan satu-satunya penentu rejeksi. Terdapat pula molekul
lain yang walaupun lebih lemah juga ikut menentukan rejeksi, yang disebut molekul
histokompatibilitas minor. Pada saat ini telah diketahui bahwa molekul MHC
merupakan titik sentral inisiasi respons imun.

Protein MHC terdiri dari dua kelas struktur, yaitu protein MHC kelas I dan kelas II.

Protein MHC kelas I

Protein MHC kelas I ditemukan pada semua permukaan sel berinti. Protein ini bertugas
mempresentasikan antigen peptida ke sel T sitotoksik (Tc) yang secara langsung akan
menghancurkan sel yang mengandung antigen asing tersebut. Protein MHC kelas I terdiri
dari dua polipeptida, yaitu rantai membrane integrated alfa (α) yang disandikan oleh gen
MHC pada kromosom nomor 6, dan non-covalently associated beta-2 mikroglobulin(β2m).
Rantai α akan melipat dan membentuk alur besar antara domain α1 dan α2 yang menjadi
tempat penempelan molekul MHC dengan antigen protein. Alur tersebut tertutup pada pada
kedua ujungnya dan peptida yang terikat sekitar 8-10 asam amino. MHC kelas satu juga
memiliki dua α heliks yang menyebar di rantai beta sehingga dapat berikatan dan berinteraksi
dengan reseptor sel T.
Protein MHC kelas II

Protein MHC kelas I terdapat pada permukaan sel B, makrofag, sel dendritik, dan beberapa
sel penampil antigen (antigen presenting cell atau APC) khusus. Melalui protein MHC kelas
II inilah, APC dapat mempresentasikan antigen ke sel-T penolong (Th) yang akan
menstimulasi reaksi inflamatori atau respon antibodi.MHC kelas II ini terdiri dari dua ikatan
non kovalen polipeptida integrated-membrane yang disebut α dan β. Biasanya, protein ini
akan berpasangan untuk memperkuat kemampuannnya untuk berikatan dengan reseptor sel T.
Domain α1 dan β1 akan membentuk tempat untuk pengikatan MHC dan antigen.

(http://allergycliniconline.com/2012/02/02/imunologi-dasar-auto-imunitas/)

Anda mungkin juga menyukai