Makalah Studi Hadits 1
Makalah Studi Hadits 1
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadits
Hadits mempunyai beberapa sinonim atau murodif menurut para pakar ilmu hadits,
yaitu sunnah, khabar, dan atsar. Masing-masing istilah ini akan dibicarakan pada
pembahasan berikutnya. Pada poin ini terlebih dahulu akan dibahas pengertian hadits,
karena banyak disebut ditengah-tengah masyarakat, tetapi terkadang dimaksudkan
makna berganda.1
Secara etimologi atau bahasa, kata hadits berasal dari akar kata:2
َ ً ُح ُد ْوث-ث
وح َداثَتًا-ا ُ يَحْ ُد-ث
َ َح َد
Hadits dari akar kata diatas memiliki beberapa makna. Adapun uraiannya akan
dijelaskan sebagai berikut.
ِ ( ْالal-jiddah = baru), dalam arti sesuatu yang ada setelah tidak ada atau sesuatu
1.ج َّدة
yang wujud setelah tidak ada, lawan dari kata al-qadim = terdahulu, misalnya : ْال َعالَ ُم
= َح< ِديْث alam baru. Alam maksudnya segala sesuatu selain Allah, baru berarti
diciptakan setelah tidak ada. Maka etimologi ini mempunyai konteks teologis bahwa
segala kalam selain kalam Allah bersifat hadits (baru), sedangkan kalam Allah bersifat
qadim (terdahulu).3 Namun dalam rumusan lain mengatakan bahwa Al-Qur’an disebut
wahyu yang matluw karena dibacakan oleh Malaikat Jibril, sedangkan hadits adalah
wahyu yang ghairu matluw sebab tidak dibacakan oleh Malaikat Jibril. Nah, kalau
keduanya sama-sama wahyu, maka dikotomi yang satu qadim dan lainnya jaded tidak
perlu ada.4 Dengan demikian pemakaian kata hadits disini seolah-olah dimaksudkan
untuk membedakannya dengan Al-Qur’an yang bersifat qadim.5
1
DR.H.Abdul Majid Khom,M.Ag, Ulumul Hadits, (Jakarta, AMZAH, 2015), hal. 1.
2
Ibid;1.
3
Ibid; 1.
4
Khusniati Rofiah, M.Si, Studi Ilmu Hadits, ( Yogyakarta, IAIN PO Press, 2018) hal. 2.
5
Alfiah dkk, Studi Ilmu Hadits , ( Pekanbaru, Kreasi Edukasi, 2016) hal. 1.
2. ُّ( الطَّ ِريat-thariyyu = lunak, lembut, dan baru) Misalnya : َث
ُ = ال َّر ُج ُل ْال َحدpemuda
laki-laki. Ibnu Faris mengatakan bahwa hadits dari kata ini karena berita atau kalam itu
datang silih berganti dari masa ke masa.6
3. ٌ قَ ِريْبyang berarti dekat atau dalam waktu dekat belum lama yang merupakan lawan
dari kata ( بَ ِع ْي < ٌ<دjauh). Seperti dalam perkataan “ هو ”االسالم في العهد حديثartinya
orangyang baru memeluk agama Islam. Jamaknya : hidats, hudats, huduts.7
4. ( ْالخَ بَ ُر َو ْالكَاَل ُمal-khabar = berita, pembicaraan dan al-kalam = perkataan). ْالخَ بَ ُر =
(berita) yakni ‘‘ ” وبنقل به يتحدث ما: sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan
dari seseorang kepada orang lain, semakna dengan kata “haddatsa”. Dari makna inilah
diambil perkataan “hadits Rasulullah”.8 Oleh karena itu, ungkapan pemberitaan hadits
yang diungkapkan oleh para perawi yang menyampaikan periwayatan jika bersambung
sanad-nya selalu menggunakan ungkapan = َح َّدثَنَاtelah memberitakan kepada kami, atau
semisalnya mengkhabarkan kepada kami, dan menceritakan kepada kami. Hadits disini
diartikan sama dengan al-khabar dan an-naba’. Dalam Al-Qur’an banyak sekali kata
hadits disebutkan, lebih kurang mencapai 27 tempat termasuk dalam bentuk jamak. 9
Pendapat lain yang lebih detail mengatakan penggunaan kata hadits ditinjau dari sudut
kebahasaan tersebut dapat ditemukan didalam Al-Qur’an, disebut sebanyak 28 kali
dengan rincian 23 kali dalam bentuk mufrad dan 5 kali dalam bentuk jamak.10.
Adapun contoh ayat Al-Qur’an yang terdapat kata hadits secara bahasa terdapat
seperti didalam Surah An-Nisa’ (4) : 78 :
6
DR.H.Abdul Majid Khom,M.Ag, Ulumul Hadits, (Jakarta, AMZAH, 2015), hal. 1.
7
Prof.DR. Tajul Arifin, MA, Ulumul Hadits, (Bandung, GUNUNG DJATI PRESS), hal.11.
8
Ibid;11.
9
DR.H.Abdul Majid Khom,M.Ag, Ulumul Hadits, (Jakarta, AMZAH, 2015), hal. 2.
10
Alfiah dkk, Studi Ilmu Hadits , (Pekanbaru, Kreasi Edukasi, 2016) hal. 1.
Dan didalam ayat lain Allah-pun memakai kata hadits dengan arti atau makna khabar
didalam firman-Nya :
Artinya : Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu
jika mereka orang-orang yang benar. (QS. At-Thur : 34)
Menurut MM. Azami penggunaan kata hadits dari sudut kebahasaan didalam Al-
Qur’an ini antara lain :
a. Komunikasi religious, pesan atau Al-Qur’an, sebagaimana terdapat dalam QS. Az-
Zumar : 23 :11
ث ِك ٰتَبًا
ِ ٱهَّلل ُ نَ َّز َل أَحْ َسنَ ْٱل َح ِدي
Artinya: Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran
ۚ ث َغي ِْرِۦه ۟ َوإ َذا َرأَيْتَ ٱلَّ ِذينَ يَ ُخوضُونَ فِ ٓى َءا ٰيَتِنَا فَأ َ ْعرضْ َع ْنهُ ْم َحتَّ ٰى يَ ُخوض
ٍ ُوا ِفى َح ِدي ِ ِ
ٰ
َك ٱل َّش ْي ٰطَ ُن فَاَل تَ ْق ُع ْد بَ ْع َد ٱل ِّذ ْك َر ٰى َم َع ْٱلقَوْ ِم ٱلظَّلِ ِمين
َ َُّنسيَن
ِ َوإِ َّما ي
11
Ibid;2
12
DR. Nawir Yuslem, MA, Ulumul Hadits, (Jakarta,PT Mutiara Sumber Widya, 1998), hal. 32.
kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).
(QS. Al-An’am : 44)
Terjemah Arti: Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? (QS. Thaha :9)
Dari ayat-ayat diatas, dapat disimpulkan bahwa kata hadits telah dipergunakan
didalam Al-Qur’an dengan pengertian cerita, komunikasi, atau pesan, baik dalam
konteks religious atau duniawi, dan untuk masa lalu dan masa kini.13
Kata hadits dalam pengertian seperti yang disebutkan diatas juga dijumpai pada
beberapa pernyataan Rasulullah Shallallahu Álaihi wa Sallam seperti :
: يقول-صلى هللا عليه وسلم- سمعت رسول هللا: قال-رضي هللا عنه- عن ابن مسعود
فَرُبَّ ُمبَلَّ ٍغ أوْ عَى ِمن َسا ِم ٍع،ُ فَبَلَّ َغهُ كما َس ِم َعه،ض َر هللاُ ا ْم َرأً َس ِمع ِمنَّا شيئا
َّ َ»«ن.
Dari Ibnu Mas'ud -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- bersabda, "Semoga Allah membaguskan rupa orang yang mendengarkan
hadis kami kemudian ia menyampaikannya seperti apa yang ia dengar. Barangkali orang yang
disampaikan padanya (suatu hadis) justru lebih memahaminya dari pada orang yang
mendengar langsung (lalu menyampaikan padanya)." [Hadis sahih] - [Diriwayatkan oleh Ibnu
Mājah - Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Ahmad] 14.
13
DR. Nawir Yuslem, MA, Ulumul Hadits, (Jakarta,PT Mutiara Sumber Widya, 1998), hal. 33.
14
HadeethEnc.com, (https://hadeethenc.com/id/browse/hadith/6820, diakses pada 24 Oktober 2020,
13.04)
ُ
ِ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َش َّر اأْل ُم
ور ِ ث ِكتَابُ هَّللا ِ َوأَحْ َسنَ ْالهَ ْد
ُ ي هَ ْد
َ ي ُم َح َّم ٍد ِ إِ َّن أَحْ َسنَ ْال َح ِدي
ُمحْ َدثَاتُهَا
“Sungguh sebaik baik ucapan adalah Kitabullah, dan sebaik baik petunjuk adalah
petunjuk Muhammad saw, dan seburuk buruk perkara adalah perkara yang baru”
(Shahih Bukhari)15
... Dan sampaikanlah cerita tentang Bani Israil dan tidaklah mengapa ....
(HR Tirmidzi).18
15
Habib Ahmad, Pondok Habib, (https://pondokhabib.wordpress.com/2009/04/20/sebaik-baik-ucapan-
dan-petunjuk/, diakses pada 24 Oktober 2020, 13.21)
16
Hadith Portal, ( http://hadithportal.com/index.php?show=hadith&h_id=6671&sharh=1673&book=33,
diakses pada 24 Oktober 2020)
17
Blogger Muslim, Kajian Islam, (http://telaahsantri.blogspot.com/2015/04/pengertian-
hadits.html#:~:text=(HR%20Bukhari).,2.&text=Siapa%20yang%20mencoba%20untuk%20mengintip,(HR
%20Bukhari%20dan%20Tirmidzi, diakses pada 24 Oktober 2020)
18
Bimbingan Islam, Hukum Berprofesi Sebagai Penulis Fiksi, (https://bimbinganislam.com/hukum-
berprofesi-sebagai-penulis-fiksi-islam/, diakses pada 24 Oktober 2020)
Apabila seseorang menyampaikan suatu pembicaraan (yang bersifat rahasia) kemudian
dia pergi, maka perkataannya itu adalah amanah. (HR Tirmidzi).19
Menurut Shubhi al-Shalih, kata hadits juga merupakan bentuk isim dari tahdits, yang
mengandung arti: memberitahukan atau mengabarkan. Berdasarkan pengertian inilah,
selanjutnya setiap perkataan, perbuatan, atau penetapan (taqrir) yang disandarkan
kepada Nabi SAW dinamai dengan Hadits.21
Pemberitaan, yang juga merupakan makna dari kata hadits sudah dikenal orang Arab
sejak jahiliyyah, yaitu untuk menujuk “hari-hari yang popular” dengan nama al-ahadits.
Menurut AL-Farra’ al-ahadits adalah bentuk jamak dari kata uhdutsah kemudian
menjadi plural bagi kata hadits.22
Dari segi terminologi, banyak ahli hadits (muhadditsin) memberikan definisi yang
berbeda redaksi, tetapi maknanya sama, diantaranya sebagai berikut :
Beliau merupakan guru besar Hadits di Fakultas Syari’ah dan Dirasah Islamiyah di
Universitas Kuwait mendefinisikan
ما جاء عن النبي صلى هللا عليه وسلم سواء كان قوال او فعالاو تقريرا
Sesuatu yang datang dari Nabi SAW, baik berupa perkataan atau perbuatan dan atau
persetujuan.23
19
IslamWeb.Net, (https://www.islamweb.net/ar/fatwa/99382/, diakses 24 Oktober 2020)
20
DR. Nawir Yuslem, MA, Ulumul Hadits, (Jakarta,PT Mutiara Sumber Widya, 1998), hal. 36.
21
Ibid;36
22
Abdul Majid Khom,M.Ag, Ulumul Hadits, (Jakarta, AMZAH, 2015), hal. 2.
23
DR. Mahmud Thahhan, Taysir Musthalah Al-Hadits, (Beirut : Dar-Ats-Tsaqafah Al-Islamiyah), hal.15.
2. Menurut At-Thiby
Beliau berpendapat bahwa, “hadits itu tidak hanya meliputi sabda Nabi, perbuatan
dan taqrir beliau (hadits Marfu’), juga meliputi sabda, perbuatan dan taqrir para
sahabat (hadits mauquf), serta dari tabi’in (hadits maqthu’)24
كل ما أثر عن الرسول هللا صم قبل البعثة وبعده من قول او فعل او تقرير او صفة
Segala sesuatu yang berasal dari Rasul SAW sebelum diutus ataupun sesudahnya baik
berupa perkataan, perbuatan, ketetapan ataupun sifat-sifat.26
Dalam mendefinisikan hadits Imam Ibnu Hajar memberikan pengertian yang sangat
umum sekali, yaitu :
Beliau memberikan definisi hadits yang lebih sempit lagi dengan memberi batasan
bahwa hadits adalah :
ما حدث به عنه صلى هللا عليه وسلم بعد النبوة من قوله وفعله وإقراره
Seluruh yang diriwayatkan dari Rasul SAW sesudah kenabian beliau, yang terdiri dari
perkataan, perbuatan, dan ikrar beliau.28
Dengan definisi diatas, Imam Ibnu Taimiyyah menambahkan bahwa segala seusatu
yang datang sebelum Rasulullah SAW diangkat menjadi Rasul, bukanlah hadits.29
Dari banyak definsi hadits menurut para ulama’ muhadditsin diatas, kita dapat
menrik kesimpulan bahwasanya hadits memiliki beberapa unsur yaitu perkataan,
perbuatan, sifat , tingkah laku, maupun taqrir yang semuanya secara umum
disandarkan kepada Nabi SAW. Dan secara khusus ada sebagian ahli hadits yang
memasukkan penyandarannya kepada selain Nabi dan membatasi hadits hanya pada
hadits yang disampaian Nabi SAW setelah beliau diangkat menjadi Rasul.
Selain definisi hadits yang diungkapkan oleh para ulama muhadditsin, juga ada
definisi hadits menurut ulama lainnya, diantaranya :
Sunnah menurut ahli ushul fiqih merupakan salahsatu dasar dan dalil dalam
pengambilan hukum syar’i.30 Adapun definisinya yaitu :
أقوال النبي صلى هللا عليه وسلم وأفعاله وتقريره غير القرآن الكريم مما يصلح أن
يكون دليال لحكم شرعي
Segala perkataan Nabi SAW. Perbuatan dan ketetapannya selain Al-Qur’an Al-Karim
yang dapat dijadikan sebagai dalil untuk penetapan hukum syara’.31
28
Ibid;37.
29
Ibid;37.
30
Prof. Dr. Ali Jum’ah, Menjawab Dakwah Kaum Salafi, Terj. Abdul Ghafur (Jakarta, KHATULISTIWA
PRESS, 2016), hal. 219.
31
Alfiah dkk, Studi Ilmu Hadits , (Pekanbaru, Kreasi Edukasi, 2016) hal. 2.
Dari pengertian diatas, ahli ushul fiqih menganggap hadits adalah sebuah informasi
dan penjelasan Nabi SAW yang dapat dijadikan dalil dalam menetapkan hukum syara’
yang meliputi hukum taklif : wajib, haram, mandub, makruh, dan mubah sesuai dengan
sighat yang ditunjukkan.
كل ما ثبت عن النبي صلى هللا عليه وسلم وال من باب الفرض وال الواجب
Segala ketetapan dari Nabi yang tidak bersifat fardhu ataupun wajib.32
Istilah hadits sering juga disinonimkan dengan sunnah, khabar, dan atsar. Untuk
lebih jelasnya,berikut ini akan diuraikan tentang istilah-istilah tersebut.
1. Sunnah
Sunnah secara etimologi berarti (1) المتبعة السيرة yang berarti (suatu
perjalanan yang diikuti), baik dinilai perjalanan baik atau perjalanan buruk.33 (2)
Perjalanan yang pernah ditempuh. Dalam istilah Arab, sunnah berarti “preseden”
uang kemudian ditiru orang lain, apakah sezaman atau sesudahnya; tidak
dipersoalkan apakah sunnah itu baik atau buruk. Dalam bahasa Eropa sunnah
diartikan “tradition” atau “adat istiadat” dalam bahasa Indonesia.34 (3) الع<<ادة
( المستمرةtradisi yang kontinui).35 Dan kata sunnah dalam bentuk jamak disebut
sunan.36
Sunnah menurut bahasa dalam konteksnya yang tercela atau negatif adalah
sebagai berikut :
32
Prof.DR. Tajul Arifin, MA, Ulumul Hadits, (Bandung, GUNUNG DJATI PRESS), hal.13.
33
DR.H.Abdul Majid Khom,M.Ag, Ulumul Hadits, (Jakarta, AMZAH, 2015), hal. 5.
34
Khusniati Rofiah, M.Si, Studi Ilmu Hadits, ( Yogyakarta, IAIN PO Press, 2018) hal. 4.
35
DR.H.Abdul Majid Khom,M.Ag, Ulumul Hadits, (Jakarta, AMZAH, 2015), hal. 6.
36
Prof.DR. Tajul Arifin, MA, Ulumul Hadits, (Bandung, GUNUNG DJATI PRESS), hal.1.
ٍ لَتَتَّبِع َُّن َسنَنَ الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم ِش ْبرًا بِ ِشب ٍْر َو ِذ َراعًا بِ ِذ َر
اع َحتَّى لَوْ َد َخلُوا فِى جُحْ ِر
فَ َم ْن: ال
َ َصا َرى ق َ َُّول هَّللا ِ ْآليَهُو َد َوالن
َ قُ ْلنَا يَا َرس, ضبٍّ الَتَّبَ ْعتُ ُموهُ ْم َ
ِم ْن َغي ِْر أَ ْن،ُ َوأَجْ ُر َم ْن َع ِم َل بِهَا بَ ْع َده، فَلَهُ أَجْ ُرهَا،ًَم ْن َس َّن ِفي اإْل ِ ْساَل ِم ُسنَّةً َح َسنَة
َكانَ َعلَ ْي ِه ِو ْز ُرهَا،ً َو َم ْن َس َّن فِي اإْل ِ ْساَل ِم ُسنَّةً َسيِّئَة،ُور ِه ْم َش ْي ٌء ُ َ ُيَ ْنق
ِ ص ِم ْن أج
ِ ْص ِم ْن أَو
زَار ِه ْم َش ْي ٌء َ ُ ِم ْن َغي ِْر أَ ْن يَ ْنق،َو ِو ْز ُر َم ْن َع ِم َل بِهَا ِم ْن بَ ْع ِد ِه
“Barangsiapa yang membuat sunnah hasanah dalam Islam maka dia akan
memperoleh pahala dan pahala orang yang mengikutinya, dengan tanpa
mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa yang membuat sunnah
sayyi’ah dalam Islam maka ia akan mendapatkan dosa dan dosa orang yang
mengikutinya, dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun” (HR
Muslim).38
37
Muhammad Abduh Tuasikal, Rumasyo.com ,(https://rumaysho.com/3076-mengikuti-gaya-orang-kafir-
tasyabbuh.html , dikases pada 27 Oktober 2020, 10.36)
38
Abdul Wahab Ahmad, NU Online, (https://islam.nu.or.id/post/read/113178/makna-sunnah-hasanah-
dan-sunnah-sayyi-ah-dalam-sabda-rasulullah, diakses pada 27 Oktober 2020, 10.44)
Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali
tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.39
Maka dari hadits-hadits dan ayat diatas, para ulama memberikan pengertian
sunnah secara bahasa sebagai berikut :
a. السيرة و الطريقة المعتاد حسنة كانت أو سيئة: Jalan dan kebiasaan yang baik
atau yang jelek
b. سيئة السيرة حسنة أو: Jalan (yang ditempuh) baik yang terpuji atau tercela
ما أمر به الرسول هللا صلى هللا عليه وسلم و نهي عنه ونذب إليه قوال وفعال
Segala sesuatu yang diperintahkan oleh Nabi SAW,yang dilarangnya dan yang
dianjurkannya baik berupa perkataan ataupun perbuatan.41
a. Menurut Muhadditsin
كل ما أثر عن الرسول صلى هللا عليه وسلم من قول أو فعل او تقرير او صفة
خلقية او سيرة اكان ذالك قبل البعثة أم بعدها
39
Tafsir Web, (https://tafsirweb.com/9735-quran-surat-al-fath-ayat-23.html, dikases pada 27 Oktober
2020, 10.51)
40
Alfiah dkk, Studi Ilmu Hadits , (Pekanbaru, Kreasi Edukasi, 2016) hal. 5.
41
Prof.DR. Tajul Arifin, MA, Ulumul Hadits, (Bandung, GUNUNG DJATI PRESS), hal.2.
Segala sesuatu yang berasal dari Rasul Saw. baik berupa perkataan, perbuatan,
ketetapan, sifat yang bersifat bawaan, ataupun sifat yang berupa akhlaq atau
perjalanan hidupnya baik sebelum ia diutus menjadi Rasul ataupun setelahnya.42
b. Menurut Ushuliyyin
كل ما صدر عن النبي صلى هللا عليه وسلم غير القرآن الكريم من قول او فعل
او تقرير مما يصلح أن يكون دليال لحكم شرعي
Segala sesuatu yang berasal dari Nabi SAW selain Al-Qurán yang mulia berupa
ucapan, perbuatan,ataupun ketetapan yang dapat dijadikan dalil bagi hukum
syara’44
Ulama ushul fiqih memandang pribadi Rasul sebagai pengatur syari’ yang
menciptakan dasar-dasar ijtihad bagi mujtahidin yang datang sesudahnya. Oleh
karena itu mereka hanya memperhatikan segala tutur katanya (sabda-sabdanya),
pekerjaan dan taqrir-nya yang bersangkut paut dengan hukum saja.45
كل ما ثبت عن النبي صلى هللا عليه وسلم وال من باب الفرض وال الواجب
Segala ketetapan dari Nabi yang tidak bersifat fardhu ataupun wajib
42
Ibid;3
43
Ibid;3.
44
Ibid;.4.
45
Ibid;4.
Dari pengertian diatas, para ahli fiqih menganggap sunnah merupakan salah
satu hukum syar’i yang berbeda dengan wajib, mubah, dan lainnya. Sunnah
menurut mereka adalah sebuah hukum yang diambil dari dalil : “sesuatu yang
diberi pahala jika dikerjakan, dan tidak berdosa bila ditinggalkan”. Dengan
demikian, sunnah disini memiliki makna yang sama dengan kata mandub,
mustahab, tathawwu’, tha’at, nafi, qurbah, muraghghab, fiih dan fadhilah.46
Dari definisi hadits dan sunnah yang telah disampaikan sebelumnya, selain
definisi versi para fuqaha, secara umum kedua istilah tersebut adalah sama, yaitu
bahwa keduanya adalah sama-sama disandarkan kepada dan bersumber dari Rasul
SAW. Perbedaan hanya terjadi pada tinjauan maisng-masing dari segi fungsi
keduanya. Ulama hadits menekankan pada fungsi Rasul SAW sebagai teladan
dalam kehidupan, sementara ulama ushul fiqih memandang Rasul SAW sebagai
syari’, yaitu sumber dari hukum Islam. Dikalangan mayoritas ulama hadits
sendiri, terutama mereka yang tergolong mutaakhirin , istilah sunnah sering
disinonimkan dengan hadits.47
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل َعلَ ْي ُك ْم بِ ُسنَّتِي َو ُسنَّ ِةَ َع ِن النَّبِ ِّي، َاريَة
ِ اض ب ِْن َس ِ ََع ِن ْال ِعرْ ب
َّاش ِدينَ ْال َم ْه ِديِّينَ بَ ْع ِدي عَضُّ وا َعلَ ْيهَا بِالنَّ َوا ِج ِذ
ِ ْال ُخلَفَا ِء الر
Artinya : Dari al-‘Irbazh bin Saariyah dari Nabi SAW, beliau bersabda : “Wajib
atasmu berpegang dengan sunnahku dan sunnah khulafaurrasyidin yang
46
Prof. Dr. Ali Jum’ah, Menjawab Dakwah Kaum Salafi, Terj. Abdul Ghafur (Jakarta,KHATULISTIWA
PRESS, 2016), hal. 219.
47
DR. Nawir Yuslem, MA, Ulumul Hadits, (Jakarta,PT Mutiara Sumber Widya, 1998), hal. 44.
48
Ibid;44.
terpetunjuk sesudahku. Maka peganglah kuat-kuat dengan gerahammu.”
(HR.Bukhari)
2. Khabar
Menurut bahasa khabar diartikan an-naba’ yang berarti warta atau berita.
Dari segi istilah muhadditsin, khabar identik dengan hadits, yaitu segala sesuatu
yang disandarkan kepada Nabi (baik secara marfu’, mauquf, dan maqthu’), baik
berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, dan sifat. Diantara ulama ada yang
memberikan definisi tersendiri yaitu :
ما جاء عن النبي صلى هللا عليه وسلم وغيره من أصحابه او التابعين او تابع
التابعين او من دونهم
Sesuatu yang dating dari Nabi SAW dan dari yang lain seperti dari para sahabat,
tabi’in dan pengikut tabi’in atau orang-orang setelahnya.49
a. Khabar adalah sinonim dari hadis, yaitu sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
SAW dari segi perkataan, perbuatan, taqrir, dan sifat.
b. Khabar berbeda dengan hadis. Hadis adalah sesuatu yang berasal dari Nabi,
sedangkan khabar adalah berita yang datang dari selain Nabi. Atas dasar dengan
muhadditsin, sedangkan mereka yang berkecimpung dalam kegiatan sejarah dan
sejenisnya disebut akhbariy.
c. Khabar lebih umum dari hadis. Hadis adalah sesuatu yang berasal dari Nabi.
Sedangkan Khabar adalah sesuatu yang datang dari Nabi atau dari selain Nabi
(orang lain)50
49
DR.H.Abdul Majid Khon,M.Ag, Ulumul Hadits, (Jakarta, AMZAH, 2015), hal. 10.
50
DR. Mahmud Thahhan, Dasar-Dasar Ilmu Hadits, Terj. Bahak Asadullah (Jakarta, Ummul Qura, 2016),
hal. 24
Khurasan, yang sedikit membedakan khabar dan atsar. Menurut mereka khabar
hanya mauquf,sedangkan atsar berarti hanya termasuk hadis maqthu.51
Mayoritas ulama dalam hal ini menganggap hadits adalah suatu hal yang
lebih khusus dating dari Nabi, sedangkan khabar sesuatu yang dating dari Nabi da
selainnya. Maka dapat disimpulkan bahwa setiap hadits sudah pasti khabar dan
setiap khabar belum tentu hadits.
3. Atsar
Dari segi bahasa, atsar diartikan الشيء البقية و البقية (peninggalan atau bekas
sesuatu), maksudnya peninggalan atau bekas Nabi karena hadits itu peninggalan
beliau. Atau diartikan المنقول (yang dipindahkan dari Nabi), seperti kalimat
ما جاء عن غير النبي صلى هللا عليه وسلم من الصحابة او التابعين او من دونهم
Sesuatu yang dating dari selain Nabi SAW dan dari para sahabat, tabi’in dan
atau orang-orang sesudahnya.53
Sesuatu yang disandarkan pada sahabat disebut berita mauquf dan sesuatu
yang datang dari tabi’in disebut berita maqthu’. Menurut ahli hadits, atsar adalah
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW (marfu’), para sahabat (mauquf), dan
ulama salaf. Sementara fuqaha Khurasan membedakannya; atsar adalah berita
mauquf, sedangkan khabar adalah berita marfu’. Dengan demikian atsar lebih
umum daripada khabar.54
51
Alfiah dkk, Studi Ilmu Hadits , (Pekanbaru, Kreasi Edukasi, 2016) hal. 9.
52
DR.H.Abdul Majid Khom,M.Ag, Ulumul Hadits, (Jakarta, AMZAH, 2015), hal. 11.
53
Ibid;11.
54
Ibid;11.