Anda di halaman 1dari 17

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadits

Hadits mempunyai beberapa sinonim atau murodif menurut para pakar ilmu hadits,
yaitu sunnah, khabar, dan atsar. Masing-masing istilah ini akan dibicarakan pada
pembahasan berikutnya. Pada poin ini terlebih dahulu akan dibahas pengertian hadits,
karena banyak disebut ditengah-tengah masyarakat, tetapi terkadang dimaksudkan
makna berganda.1

Secara etimologi atau bahasa, kata hadits berasal dari akar kata:2

َ ً‫ ُح ُد ْوث‬-‫ث‬
‫وح َداثَتًا‬-‫ا‬ ُ ‫يَحْ ُد‬-‫ث‬
َ ‫َح َد‬

Hadits dari akar kata diatas memiliki beberapa makna. Adapun uraiannya akan
dijelaskan sebagai berikut.

ِ ‫( ْال‬al-jiddah = baru), dalam arti sesuatu yang ada setelah tidak ada atau sesuatu
1.‫ج َّدة‬

yang wujud setelah tidak ada, lawan dari kata al-qadim = terdahulu, misalnya : ‫ْال َعالَ ُم‬
‫= َح< ِديْث‬ alam baru. Alam maksudnya segala sesuatu selain Allah, baru berarti
diciptakan setelah tidak ada. Maka etimologi ini mempunyai konteks teologis bahwa
segala kalam selain kalam Allah bersifat hadits (baru), sedangkan kalam Allah bersifat
qadim (terdahulu).3 Namun dalam rumusan lain mengatakan bahwa Al-Qur’an disebut
wahyu yang matluw karena dibacakan oleh Malaikat Jibril, sedangkan hadits adalah
wahyu yang ghairu matluw sebab tidak dibacakan oleh Malaikat Jibril. Nah, kalau
keduanya sama-sama wahyu, maka dikotomi yang satu qadim dan lainnya jaded tidak
perlu ada.4 Dengan demikian pemakaian kata hadits disini seolah-olah dimaksudkan
untuk membedakannya dengan Al-Qur’an yang bersifat qadim.5

1
DR.H.Abdul Majid Khom,M.Ag, Ulumul Hadits, (Jakarta, AMZAH, 2015), hal. 1.
2
Ibid;1.
3
Ibid; 1.
4
Khusniati Rofiah, M.Si, Studi Ilmu Hadits, ( Yogyakarta, IAIN PO Press, 2018) hal. 2.
5
Alfiah dkk, Studi Ilmu Hadits , ( Pekanbaru, Kreasi Edukasi, 2016) hal. 1.
2. ُّ‫( الطَّ ِري‬at-thariyyu = lunak, lembut, dan baru) Misalnya : ‫َث‬
ُ ‫ = ال َّر ُج ُل ْال َحد‬pemuda
laki-laki. Ibnu Faris mengatakan bahwa hadits dari kata ini karena berita atau kalam itu
datang silih berganti dari masa ke masa.6

3. ٌ‫ قَ ِريْب‬yang berarti dekat atau dalam waktu dekat belum lama yang merupakan lawan
dari kata ‫( بَ ِع ْي < ٌ<د‬jauh). Seperti dalam perkataan “ ‫هو‬ ‫ ”االسالم في العهد حديث‬artinya
orangyang baru memeluk agama Islam. Jamaknya : hidats, hudats, huduts.7

4. ‫( ْالخَ بَ ُر َو ْالكَاَل ُم‬al-khabar = berita, pembicaraan dan al-kalam = perkataan). ‫ْالخَ بَ ُر‬ =

(berita) yakni ‘‘ ‫ ” وبنقل به يتحدث ما‬: sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan
dari seseorang kepada orang lain, semakna dengan kata “haddatsa”. Dari makna inilah
diambil perkataan “hadits Rasulullah”.8 Oleh karena itu, ungkapan pemberitaan hadits
yang diungkapkan oleh para perawi yang menyampaikan periwayatan jika bersambung
sanad-nya selalu menggunakan ungkapan ‫ = َح َّدثَنَا‬telah memberitakan kepada kami, atau
semisalnya mengkhabarkan kepada kami, dan menceritakan kepada kami. Hadits disini
diartikan sama dengan al-khabar dan an-naba’. Dalam Al-Qur’an banyak sekali kata
hadits disebutkan, lebih kurang mencapai 27 tempat termasuk dalam bentuk jamak. 9
Pendapat lain yang lebih detail mengatakan penggunaan kata hadits ditinjau dari sudut
kebahasaan tersebut dapat ditemukan didalam Al-Qur’an, disebut sebanyak 28 kali
dengan rincian 23 kali dalam bentuk mufrad dan 5 kali dalam bentuk jamak.10.

Adapun contoh ayat Al-Qur’an yang terdapat kata hadits secara bahasa terdapat
seperti didalam Surah An-Nisa’ (4) : 78 :

‫فَ َما ِل ٰهَٓؤُٓاَل ِء ْٱلقَوْ ِم اَل يَ َكا ُدونَ يَ ْفقَهُونَ َح ِديثًا‬

Artinya : Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak


memahami pembicaraan sedikitpun?

6
DR.H.Abdul Majid Khom,M.Ag, Ulumul Hadits, (Jakarta, AMZAH, 2015), hal. 1.
7
Prof.DR. Tajul Arifin, MA, Ulumul Hadits, (Bandung, GUNUNG DJATI PRESS), hal.11.
8
Ibid;11.
9
DR.H.Abdul Majid Khom,M.Ag, Ulumul Hadits, (Jakarta, AMZAH, 2015), hal. 2.
10
Alfiah dkk, Studi Ilmu Hadits , (Pekanbaru, Kreasi Edukasi, 2016) hal. 1.
Dan didalam ayat lain Allah-pun memakai kata hadits dengan arti atau makna khabar
didalam firman-Nya :

ٍ ‫فَ ْليَأْتُوا بِ َح ِدي‬


َ ‫ث ِم ْثلِ ِه إِ ْن َكانُوا‬
َ‫صا ِدقِين‬

Artinya : Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu
jika mereka orang-orang yang benar. (QS. At-Thur : 34)

Menurut MM. Azami penggunaan kata hadits dari sudut kebahasaan didalam Al-
Qur’an ini antara lain :

a. Komunikasi religious, pesan atau Al-Qur’an, sebagaimana terdapat dalam QS. Az-
Zumar : 23 :11

‫ث ِك ٰتَبًا‬
ِ ‫ٱهَّلل ُ نَ َّز َل أَحْ َسنَ ْٱل َح ِدي‬

Artinya: Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran

Didalam ayat lain yakni Surat Al-Qalam ayat 44:12

ِ ‫فَ َذرْ نِى َو َمن يُ َك ِّذبُ بِ ٰهَ َذا ْٱل َح ِدي‬


ُ ‫ث ۖ َسنَ ْستَ ْد ِر ُجهُم ِّم ْن َحي‬
َ‫ْث اَل يَ ْعلَ ُمون‬

Terjemah Arti: Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang


yang mendustakan perkataan ini (Al Quran). Nanti Kami akan menarik mereka dengan
berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui,

b. Dalam konteks cerita duniawi atau cerita umum

ۚ ‫ث َغي ِْرِۦه‬ ۟ ‫َوإ َذا َرأَيْتَ ٱلَّ ِذينَ يَ ُخوضُونَ فِ ٓى َءا ٰيَتِنَا فَأ َ ْعرضْ َع ْنهُ ْم َحتَّ ٰى يَ ُخوض‬
ٍ ‫ُوا ِفى َح ِدي‬ ِ ِ
ٰ
َ‫ك ٱل َّش ْي ٰطَ ُن فَاَل تَ ْق ُع ْد بَ ْع َد ٱل ِّذ ْك َر ٰى َم َع ْٱلقَوْ ِم ٱلظَّلِ ِمين‬
َ َّ‫ُنسيَن‬
ِ ‫َوإِ َّما ي‬

Terjemah Arti: Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-


ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan
yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah

11
Ibid;2
12
DR. Nawir Yuslem, MA, Ulumul Hadits, (Jakarta,PT Mutiara Sumber Widya, 1998), hal. 32.
kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).
(QS. Al-An’am : 44)

c. Dalam konteks sejarah atau kisah masa lalu

‫يث ُمو َس ٰ ٓى‬ َ ‫َوهَلْ أَت َٰى‬


ُ ‫ك َح ِد‬

Terjemah Arti: Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? (QS. Thaha :9)

d. Dalam konteks cerita atau percakapan aktual

‫ْض أَ ْز ٰ َو ِج ِهۦ َح ِديثًا‬


ِ ‫َوإِ ْذ أَ َس َّر ٱلنَّبِ ُّى إِلَ ٰى بَع‬
Terjemah Arti: Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah
seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa.

Dari ayat-ayat diatas, dapat disimpulkan bahwa kata hadits telah dipergunakan
didalam Al-Qur’an dengan pengertian cerita, komunikasi, atau pesan, baik dalam
konteks religious atau duniawi, dan untuk masa lalu dan masa kini.13

Kata hadits dalam pengertian seperti yang disebutkan diatas juga dijumpai pada
beberapa pernyataan Rasulullah Shallallahu Álaihi wa Sallam seperti :

a. Dalam pengertian komunikasi religius

:‫ يقول‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ سمعت رسول هللا‬:‫ قال‬-‫رضي هللا عنه‬- ‫عن ابن مسعود‬
‫ فَرُبَّ ُمبَلَّ ٍغ أوْ عَى ِمن َسا ِم ٍع‬،ُ‫ فَبَلَّ َغهُ كما َس ِم َعه‬،‫ض َر هللاُ ا ْم َرأً َس ِمع ِمنَّا شيئا‬
َّ َ‫»«ن‬.

Dari Ibnu Mas'ud -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- bersabda, "Semoga Allah membaguskan rupa orang yang mendengarkan
hadis kami kemudian ia menyampaikannya seperti apa yang ia dengar. Barangkali orang yang
disampaikan padanya (suatu hadis) justru lebih memahaminya dari pada orang yang
mendengar langsung (lalu menyampaikan padanya)." [Hadis sahih] - [Diriwayatkan oleh Ibnu
Mājah - Diriwayatkan oleh Tirmiżi - Diriwayatkan oleh Ahmad] 14.

13
DR. Nawir Yuslem, MA, Ulumul Hadits, (Jakarta,PT Mutiara Sumber Widya, 1998), hal. 33.
14
HadeethEnc.com, (https://hadeethenc.com/id/browse/hadith/6820, diakses pada 24 Oktober 2020,
13.04)
ُ
ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َش َّر اأْل ُم‬
‫ور‬ ِ ‫ث ِكتَابُ هَّللا ِ َوأَحْ َسنَ ْالهَ ْد‬
ُ ‫ي هَ ْد‬
َ ‫ي ُم َح َّم ٍد‬ ِ ‫إِ َّن أَحْ َسنَ ْال َح ِدي‬
‫ُمحْ َدثَاتُهَا‬

“Sungguh sebaik baik ucapan adalah Kitabullah, dan sebaik baik petunjuk adalah
petunjuk Muhammad saw, dan seburuk buruk perkara adalah perkara yang baru”
(Shahih Bukhari)15

b. Pembicaraan atau cerita duniawi dan yang bersifat umum

ُ ُ‫ صُبَّ فِي أُ ُذنِ ِه اآلن‬، ُ‫ أَوْ يَفِرُّ ونَ ِم ْنه‬، َ‫ارهُون‬


‫ك‬ ِ ‫ َوهُ ْم لَهُ َك‬، ‫ث قَوْ ٍم‬
ِ ‫َو َم ِن ا ْستَ َم َع إِلَى َح ِدي‬
‫يَوْ َم القِيَا َمة‬ 16

Siapa yang mencoba untuk mengintip (mendengar secara sembunyi) pembicaraan


sekelompok orang dan mereka tidak menginginkan hal tersebut serta berusaha untuk
menghindar darinya, maka besi panas akan disumbatkan ke telinganya di hari
kiamat (HR Bukhari dan Tirmidzi).17

c.Cerita masa lalu atau sejarah.

‫حدثوا عن بني إسرائيل وال حرج‬

... Dan sampaikanlah cerita tentang Bani Israil dan tidaklah mengapa ....

(HR Tirmidzi).18

d. Cerita aktual atau percakapan rahasia.

‫إذا ح ّدث الرجل بالحديث ثم التفت فهي أمانة‬

15
Habib Ahmad, Pondok Habib, (https://pondokhabib.wordpress.com/2009/04/20/sebaik-baik-ucapan-
dan-petunjuk/, diakses pada 24 Oktober 2020, 13.21)
16
Hadith Portal, ( http://hadithportal.com/index.php?show=hadith&h_id=6671&sharh=1673&book=33,
diakses pada 24 Oktober 2020)
17
Blogger Muslim, Kajian Islam, (http://telaahsantri.blogspot.com/2015/04/pengertian-
hadits.html#:~:text=(HR%20Bukhari).,2.&text=Siapa%20yang%20mencoba%20untuk%20mengintip,(HR
%20Bukhari%20dan%20Tirmidzi, diakses pada 24 Oktober 2020)
18
Bimbingan Islam, Hukum Berprofesi Sebagai Penulis Fiksi, (https://bimbinganislam.com/hukum-
berprofesi-sebagai-penulis-fiksi-islam/, diakses pada 24 Oktober 2020)
Apabila seseorang menyampaikan suatu pembicaraan (yang bersifat rahasia) kemudian
dia pergi, maka perkataannya itu adalah amanah. (HR Tirmidzi).19

Beberapa contoh di atas telah menjelaskan bahwa kata hadits mengandung


pengertian cerita atau percakapan. Pada awal Islam, cerita dan pembicaraan Rasul SAW
(Hadits) selalu mendominasi dan mengatasi pembicaraan yang lainnya, oleh karenanya
kata hadits mulai dipergunakan secara khusus untuk menjelaskan perkataan atau sabda
Rasul SAW. baik itu hadits shahih , hadits hasan , ataupun hadits dha’if.20

Menurut Shubhi al-Shalih, kata hadits juga merupakan bentuk isim dari tahdits, yang
mengandung arti: memberitahukan atau mengabarkan. Berdasarkan pengertian inilah,
selanjutnya setiap perkataan, perbuatan, atau penetapan (taqrir) yang disandarkan
kepada Nabi SAW dinamai dengan Hadits.21

Pemberitaan, yang juga merupakan makna dari kata hadits sudah dikenal orang Arab
sejak jahiliyyah, yaitu untuk menujuk “hari-hari yang popular” dengan nama al-ahadits.
Menurut AL-Farra’ al-ahadits adalah bentuk jamak dari kata uhdutsah kemudian
menjadi plural bagi kata hadits.22

Dari segi terminologi, banyak ahli hadits (muhadditsin) memberikan definisi yang
berbeda redaksi, tetapi maknanya sama, diantaranya sebagai berikut :

1. Menurut DR. Mahmud Thahhan

Beliau merupakan guru besar Hadits di Fakultas Syari’ah dan Dirasah Islamiyah di
Universitas Kuwait mendefinisikan

‫ما جاء عن النبي صلى هللا عليه وسلم سواء كان قوال او فعالاو تقريرا‬

Sesuatu yang datang dari Nabi SAW, baik berupa perkataan atau perbuatan dan atau
persetujuan.23

19
IslamWeb.Net, (https://www.islamweb.net/ar/fatwa/99382/, diakses 24 Oktober 2020)
20
DR. Nawir Yuslem, MA, Ulumul Hadits, (Jakarta,PT Mutiara Sumber Widya, 1998), hal. 36.
21
Ibid;36
22
Abdul Majid Khom,M.Ag, Ulumul Hadits, (Jakarta, AMZAH, 2015), hal. 2.
23
DR. Mahmud Thahhan, Taysir Musthalah Al-Hadits, (Beirut : Dar-Ats-Tsaqafah Al-Islamiyah), hal.15.
2. Menurut At-Thiby

Beliau berpendapat bahwa, “hadits itu tidak hanya meliputi sabda Nabi, perbuatan
dan taqrir beliau (hadits Marfu’), juga meliputi sabda, perbuatan dan taqrir para
sahabat (hadits mauquf), serta dari tabi’in (hadits maqthu’)24

3. Menurut Imam An-Nawawi

Didalam kitabnya yang berjudul Tadrib Ar-Rawi halaman 5 mendefinisikan hadits


yaitu :

‫أقوال النبي صلى هللا علي و سلم و أفعاله وأحواله‬

Segala perkataan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, perbuatannya, dan segala


tingkah lakunya.25

4. Menurut Muhammad ‘Ajjaj Al-Khattib

Menurut beliau pengertian hadits sama dengan pengertian Sunnah yaitu :

‫كل ما أثر عن الرسول هللا صم قبل البعثة وبعده من قول او فعل او تقرير او صفة‬

Segala sesuatu yang berasal dari Rasul SAW sebelum diutus ataupun sesudahnya baik
berupa perkataan, perbuatan, ketetapan ataupun sifat-sifat.26

Dari pengertian yang disampaikan oleh Muhammad ‘Ajjaj Al-Khattib, maka


pengertian sunnah lebih umum daripada hadits

5. Menurut Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani

Dalam mendefinisikan hadits Imam Ibnu Hajar memberikan pengertian yang sangat
umum sekali, yaitu :

‫ما يضاف إلى النبي صلى هللا عليه وسلم‬

Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW.27


24
Khusniati Rofiah, M.Si, Studi Ilmu Hadits, ( Yogyakarta, IAIN PO Press, 2018) hal. 3.
25
Abdul Majid Khom,M.Ag, Ulumul Hadits, (Jakarta, AMZAH, 2015), hal. 6.
26
Prof.DR. Tajul Arifin, MA, Ulumul Hadits, (Bandung, GUNUNG DJATI PRESS), hal.12.
27
DR. Nawir Yuslem, MA, Ulumul Hadits, (Jakarta,PT Mutiara Sumber Widya, 1998), hal. 36.
6. Menurut Imam Taqiyyuddin

Beliau memberikan definisi hadits yang lebih sempit lagi dengan memberi batasan
bahwa hadits adalah :

‫ما حدث به عنه صلى هللا عليه وسلم بعد النبوة من قوله وفعله وإقراره‬

Seluruh yang diriwayatkan dari Rasul SAW sesudah kenabian beliau, yang terdiri dari
perkataan, perbuatan, dan ikrar beliau.28

Dengan definisi diatas, Imam Ibnu Taimiyyah menambahkan bahwa segala seusatu
yang datang sebelum Rasulullah SAW diangkat menjadi Rasul, bukanlah hadits.29

Dari banyak definsi hadits menurut para ulama’ muhadditsin diatas, kita dapat
menrik kesimpulan bahwasanya hadits memiliki beberapa unsur yaitu perkataan,
perbuatan, sifat , tingkah laku, maupun taqrir yang semuanya secara umum
disandarkan kepada Nabi SAW. Dan secara khusus ada sebagian ahli hadits yang
memasukkan penyandarannya kepada selain Nabi dan membatasi hadits hanya pada
hadits yang disampaian Nabi SAW setelah beliau diangkat menjadi Rasul.

Selain definisi hadits yang diungkapkan oleh para ulama muhadditsin, juga ada
definisi hadits menurut ulama lainnya, diantaranya :

1. Menurut Ulama Ushul Fiqih (Ushuliyyin)

Sunnah menurut ahli ushul fiqih merupakan salahsatu dasar dan dalil dalam
pengambilan hukum syar’i.30 Adapun definisinya yaitu :

‫أقوال النبي صلى هللا عليه وسلم وأفعاله وتقريره غير القرآن الكريم مما يصلح أن‬
‫يكون دليال لحكم شرعي‬

Segala perkataan Nabi SAW. Perbuatan dan ketetapannya selain Al-Qur’an Al-Karim
yang dapat dijadikan sebagai dalil untuk penetapan hukum syara’.31

28
Ibid;37.
29
Ibid;37.
30
Prof. Dr. Ali Jum’ah, Menjawab Dakwah Kaum Salafi, Terj. Abdul Ghafur (Jakarta, KHATULISTIWA
PRESS, 2016), hal. 219.
31
Alfiah dkk, Studi Ilmu Hadits , (Pekanbaru, Kreasi Edukasi, 2016) hal. 2.
Dari pengertian diatas, ahli ushul fiqih menganggap hadits adalah sebuah informasi
dan penjelasan Nabi SAW yang dapat dijadikan dalil dalam menetapkan hukum syara’
yang meliputi hukum taklif : wajib, haram, mandub, makruh, dan mubah sesuai dengan
sighat yang ditunjukkan.

2. Menurut Ulama Fiqih (Fuqaha)

‫كل ما ثبت عن النبي صلى هللا عليه وسلم وال من باب الفرض وال الواجب‬

Segala ketetapan dari Nabi yang tidak bersifat fardhu ataupun wajib.32

B. Sinonim Hadits ( Sunnah, Khabar, Atsar )

Istilah hadits sering juga disinonimkan dengan sunnah, khabar, dan atsar. Untuk
lebih jelasnya,berikut ini akan diuraikan tentang istilah-istilah tersebut.

1. Sunnah

Sunnah secara etimologi berarti (1) ‫المتبعة‬ ‫السيرة‬ yang berarti (suatu
perjalanan yang diikuti), baik dinilai perjalanan baik atau perjalanan buruk.33 (2)
Perjalanan yang pernah ditempuh. Dalam istilah Arab, sunnah berarti “preseden”
uang kemudian ditiru orang lain, apakah sezaman atau sesudahnya; tidak
dipersoalkan apakah sunnah itu baik atau buruk. Dalam bahasa Eropa sunnah

diartikan “tradition” atau “adat istiadat” dalam bahasa Indonesia.34 (3) ‫الع<<ادة‬
‫( المستمرة‬tradisi yang kontinui).35 Dan kata sunnah dalam bentuk jamak disebut
sunan.36

Sunnah menurut bahasa dalam konteksnya yang tercela atau negatif adalah
sebagai berikut :

32
Prof.DR. Tajul Arifin, MA, Ulumul Hadits, (Bandung, GUNUNG DJATI PRESS), hal.13.
33
DR.H.Abdul Majid Khom,M.Ag, Ulumul Hadits, (Jakarta, AMZAH, 2015), hal. 5.
34
Khusniati Rofiah, M.Si, Studi Ilmu Hadits, ( Yogyakarta, IAIN PO Press, 2018) hal. 4.
35
DR.H.Abdul Majid Khom,M.Ag, Ulumul Hadits, (Jakarta, AMZAH, 2015), hal. 6.
36
Prof.DR. Tajul Arifin, MA, Ulumul Hadits, (Bandung, GUNUNG DJATI PRESS), hal.1.
ٍ ‫لَتَتَّبِع َُّن َسنَنَ الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم ِش ْبرًا بِ ِشب ٍْر َو ِذ َراعًا بِ ِذ َر‬
‫اع َحتَّى لَوْ َد َخلُوا فِى جُحْ ِر‬
‫ فَ َم ْن‬: ‫ال‬
َ َ‫صا َرى ق‬ َ َّ‫ُول هَّللا ِ ْآليَهُو َد َوالن‬
َ ‫ قُ ْلنَا يَا َرس‬, ‫ضبٍّ الَتَّبَ ْعتُ ُموهُ ْم‬ َ

“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal


demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian
ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun
akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah
yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa
lagi?” (HR. Muslim no. 2669).37

Sedangkan hadits Nabi SAW yang berkaitan dengan pengertian sunnah


menurut bahasa dalam konteksnya yang baik atau terpuji antara lain :

‫ ِم ْن َغي ِْر أَ ْن‬،ُ‫ َوأَجْ ُر َم ْن َع ِم َل بِهَا بَ ْع َده‬،‫ فَلَهُ أَجْ ُرهَا‬،ً‫َم ْن َس َّن ِفي اإْل ِ ْساَل ِم ُسنَّةً َح َسنَة‬
‫ َكانَ َعلَ ْي ِه ِو ْز ُرهَا‬،ً‫ َو َم ْن َس َّن فِي اإْل ِ ْساَل ِم ُسنَّةً َسيِّئَة‬،‫ُور ِه ْم َش ْي ٌء‬ ُ َ ُ‫يَ ْنق‬
ِ ‫ص ِم ْن أج‬
ِ ْ‫ص ِم ْن أَو‬
‫زَار ِه ْم َش ْي ٌء‬ َ ُ‫ ِم ْن َغي ِْر أَ ْن يَ ْنق‬،‫َو ِو ْز ُر َم ْن َع ِم َل بِهَا ِم ْن بَ ْع ِد ِه‬

“Barangsiapa yang membuat sunnah hasanah dalam Islam maka dia akan
memperoleh pahala dan pahala orang yang mengikutinya, dengan tanpa
mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa yang membuat sunnah
sayyi’ah dalam Islam maka ia akan mendapatkan dosa dan dosa orang yang
mengikutinya, dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun” (HR
Muslim).38

Adapun sunnah menurut bahasa dalam konteksnya sebagai ‫العادة‬


‫المستمرة‬ atau tradisi yang kontiniu atau berlanjut, dapat dilihat didalam Surah
Al-Fath (48): 23:

‫ت ِمن قَ ْب ُل ۖ َولَن ت َِج َد لِ ُسنَّ ِة ٱهَّلل ِ تَ ْب ِدياًل‬


ْ َ‫ُسنَّةَ ٱهَّلل ِ ٱلَّتِى قَ ْد َخل‬

37
Muhammad Abduh Tuasikal, Rumasyo.com ,(https://rumaysho.com/3076-mengikuti-gaya-orang-kafir-
tasyabbuh.html , dikases pada 27 Oktober 2020, 10.36)
38
Abdul Wahab Ahmad, NU Online, (https://islam.nu.or.id/post/read/113178/makna-sunnah-hasanah-
dan-sunnah-sayyi-ah-dalam-sabda-rasulullah, diakses pada 27 Oktober 2020, 10.44)
Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali
tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.39

Maka dari hadits-hadits dan ayat diatas, para ulama memberikan pengertian
sunnah secara bahasa sebagai berikut :

a. ‫ السيرة و الطريقة المعتاد حسنة كانت أو سيئة‬: Jalan dan kebiasaan yang baik
atau yang jelek

b. ‫سيئة‬ ‫ السيرة حسنة أو‬: Jalan (yang ditempuh) baik yang terpuji atau tercela

c. ‫الطريقة المستقيمة‬: Jalan yang lurus40

Secara terminologi (istilah) sunnah memiliki pengertian sebagai berikut :

‫ما أمر به الرسول هللا صلى هللا عليه وسلم و نهي عنه ونذب إليه قوال وفعال‬

Segala sesuatu yang diperintahkan oleh Nabi SAW,yang dilarangnya dan yang
dianjurkannya baik berupa perkataan ataupun perbuatan.41

Definisi diatas menunjukkanbahwa pengertian sunnah hampir sama dengan


pengertian hadits. Karena itu sering dikatakan bahwa sumber hukum Islam adalah
Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pengertiantersebut sama halnya dengan mengatakan
bahwa sumber hukum Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits. Walaupun demikian
dikalangan para ulama selalu terdapat perbedaan pendapat mengenai definisi
sunnah, hal tersebut disebabkan perbedaan disiplin ilmu yang mereka tekuni.
Supaya lebih jelas, dibawah ini dikemukakan definisi sunnah menurut para ulama.

a. Menurut Muhadditsin

‫كل ما أثر عن الرسول صلى هللا عليه وسلم من قول أو فعل او تقرير او صفة‬
‫خلقية او سيرة اكان ذالك قبل البعثة أم بعدها‬

39
Tafsir Web, (https://tafsirweb.com/9735-quran-surat-al-fath-ayat-23.html, dikases pada 27 Oktober
2020, 10.51)
40
Alfiah dkk, Studi Ilmu Hadits , (Pekanbaru, Kreasi Edukasi, 2016) hal. 5.
41
Prof.DR. Tajul Arifin, MA, Ulumul Hadits, (Bandung, GUNUNG DJATI PRESS), hal.2.
Segala sesuatu yang berasal dari Rasul Saw. baik berupa perkataan, perbuatan,
ketetapan, sifat yang bersifat bawaan, ataupun sifat yang berupa akhlaq atau
perjalanan hidupnya baik sebelum ia diutus menjadi Rasul ataupun setelahnya.42

Ulama ahli hadits (Muhadditsin) memberikan definisi Sunnah di atas dilatar


belakangi oleh pandangan mereka terhadap pribadi Rasul, mereka memandang
bahwa Rasul adalah suri tauladan yang harus diikuti dalam segala prilakunya,
sehingga mereka berkesimpulan bahwa segala sesuatu yang berasal dari Rasul
yang berupa perjalanan hidupnya baik yang berupa akhlaq, perkataan, perbuatan
dan berbagai ketetapan sebelum dan sesudah diangkat menjadi Rasul disebut al-
Sunnah walaupun tidak menyangkut hukum syara’.43

b. Menurut Ushuliyyin

‫كل ما صدر عن النبي صلى هللا عليه وسلم غير القرآن الكريم من قول او فعل‬
‫او تقرير مما يصلح أن يكون دليال لحكم شرعي‬

Segala sesuatu yang berasal dari Nabi SAW selain Al-Qurán yang mulia berupa
ucapan, perbuatan,ataupun ketetapan yang dapat dijadikan dalil bagi hukum
syara’44

Ulama ushul fiqih memandang pribadi Rasul sebagai pengatur syari’ yang
menciptakan dasar-dasar ijtihad bagi mujtahidin yang datang sesudahnya. Oleh
karena itu mereka hanya memperhatikan segala tutur katanya (sabda-sabdanya),
pekerjaan dan taqrir-nya yang bersangkut paut dengan hukum saja.45

c. . Menurut Ulama Fiqih (Fuqaha)

‫كل ما ثبت عن النبي صلى هللا عليه وسلم وال من باب الفرض وال الواجب‬

Segala ketetapan dari Nabi yang tidak bersifat fardhu ataupun wajib

42
Ibid;3
43
Ibid;3.
44
Ibid;.4.
45
Ibid;4.
Dari pengertian diatas, para ahli fiqih menganggap sunnah merupakan salah
satu hukum syar’i yang berbeda dengan wajib, mubah, dan lainnya. Sunnah
menurut mereka adalah sebuah hukum yang diambil dari dalil : “sesuatu yang
diberi pahala jika dikerjakan, dan tidak berdosa bila ditinggalkan”. Dengan
demikian, sunnah disini memiliki makna yang sama dengan kata mandub,
mustahab, tathawwu’, tha’at, nafi, qurbah, muraghghab, fiih dan fadhilah.46

Dari definisi hadits dan sunnah yang telah disampaikan sebelumnya, selain
definisi versi para fuqaha, secara umum kedua istilah tersebut adalah sama, yaitu
bahwa keduanya adalah sama-sama disandarkan kepada dan bersumber dari Rasul
SAW. Perbedaan hanya terjadi pada tinjauan maisng-masing dari segi fungsi
keduanya. Ulama hadits menekankan pada fungsi Rasul SAW sebagai teladan
dalam kehidupan, sementara ulama ushul fiqih memandang Rasul SAW sebagai
syari’, yaitu sumber dari hukum Islam. Dikalangan mayoritas ulama hadits
sendiri, terutama mereka yang tergolong mutaakhirin , istilah sunnah sering
disinonimkan dengan hadits.47

Istilah sunnah dikalangan ulama hadits dan ushul fiqih kadang-kadang


dipergunakan juga terhadap perbuatan para sahabat Nabi SAW, baik
perbuatantersebut dalam rangka mengamalkan kandungan Al-Qur’an dan hadits
Nabi SAW ataupun bukan. Contohnya perbuatan para sahabat yang
mengumpulkan mushaf Al-Qur’anmenjadi satu. Argumen mereka dalam
penggunaan tersebut adalah sabda Rasul SAW48 :

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل َعلَ ْي ُك ْم بِ ُسنَّتِي َو ُسنَّ ِة‬َ ‫ َع ِن النَّبِ ِّي‬، َ‫اريَة‬
ِ ‫اض ب ِْن َس‬ ِ َ‫َع ِن ْال ِعرْ ب‬
‫َّاش ِدينَ ْال َم ْه ِديِّينَ بَ ْع ِدي عَضُّ وا َعلَ ْيهَا بِالنَّ َوا ِج ِذ‬
ِ ‫ْال ُخلَفَا ِء الر‬

Artinya : Dari al-‘Irbazh bin Saariyah dari Nabi SAW, beliau bersabda : “Wajib
atasmu berpegang dengan sunnahku dan sunnah khulafaurrasyidin yang

46
Prof. Dr. Ali Jum’ah, Menjawab Dakwah Kaum Salafi, Terj. Abdul Ghafur (Jakarta,KHATULISTIWA
PRESS, 2016), hal. 219.

47
DR. Nawir Yuslem, MA, Ulumul Hadits, (Jakarta,PT Mutiara Sumber Widya, 1998), hal. 44.
48
Ibid;44.
terpetunjuk sesudahku. Maka peganglah kuat-kuat dengan gerahammu.”
(HR.Bukhari)

2. Khabar

Menurut bahasa khabar diartikan an-naba’ yang berarti warta atau berita.
Dari segi istilah muhadditsin, khabar identik dengan hadits, yaitu segala sesuatu
yang disandarkan kepada Nabi (baik secara marfu’, mauquf, dan maqthu’), baik
berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, dan sifat. Diantara ulama ada yang
memberikan definisi tersendiri yaitu :

‫ما جاء عن النبي صلى هللا عليه وسلم وغيره من أصحابه او التابعين او تابع‬
‫التابعين او من دونهم‬

Sesuatu yang dating dari Nabi SAW dan dari yang lain seperti dari para sahabat,
tabi’in dan pengikut tabi’in atau orang-orang setelahnya.49

Sedangkan menurut Mahmud Thahhan istilah khabar terdapat tiga pendapat


tentang pengertiannya secara istilah, yaitu :

a. Khabar adalah sinonim dari hadis, yaitu sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
SAW dari segi perkataan, perbuatan, taqrir, dan sifat.

b. Khabar berbeda dengan hadis. Hadis adalah sesuatu yang berasal dari Nabi,
sedangkan khabar adalah berita yang datang dari selain Nabi. Atas dasar dengan
muhadditsin, sedangkan mereka yang berkecimpung dalam kegiatan sejarah dan
sejenisnya disebut akhbariy.

c. Khabar lebih umum dari hadis. Hadis adalah sesuatu yang berasal dari Nabi.
Sedangkan Khabar adalah sesuatu yang datang dari Nabi atau dari selain Nabi
(orang lain)50

Sedangkan menurut tinjauan istilah menurut Ibnu Hajar al-Asqalani, Khabar


adalah hadis-hadis yang termasuk marfu` mauquf dan maqtu. Hanya fuqaha

49
DR.H.Abdul Majid Khon,M.Ag, Ulumul Hadits, (Jakarta, AMZAH, 2015), hal. 10.
50
DR. Mahmud Thahhan, Dasar-Dasar Ilmu Hadits, Terj. Bahak Asadullah (Jakarta, Ummul Qura, 2016),
hal. 24
Khurasan, yang sedikit membedakan khabar dan atsar. Menurut mereka khabar
hanya mauquf,sedangkan atsar berarti hanya termasuk hadis maqthu.51

Mayoritas ulama dalam hal ini menganggap hadits adalah suatu hal yang
lebih khusus dating dari Nabi, sedangkan khabar sesuatu yang dating dari Nabi da
selainnya. Maka dapat disimpulkan bahwa setiap hadits sudah pasti khabar dan
setiap khabar belum tentu hadits.

3. Atsar

Dari segi bahasa, atsar diartikan ‫الشيء‬ ‫البقية و البقية‬ (peninggalan atau bekas
sesuatu), maksudnya peninggalan atau bekas Nabi karena hadits itu peninggalan

beliau. Atau diartikan ‫المنقول‬ (yang dipindahkan dari Nabi), seperti kalimat

‫ الدعاء المأثور‬dari kata atsar,artinya doa yang disumberkan dari Nabi.52

Menurut istilah ada dua pendapat; Pertama,atsar sinonim hadits; Kedua,


atsar adalah sesuatu yang disandarkan kepada para sahabat (mauquf) dan tabi’in
(maqthu’), baik perkataan maupun perbuatan. Sebagian ulama’ mendefinisikan :

‫ما جاء عن غير النبي صلى هللا عليه وسلم من الصحابة او التابعين او من دونهم‬

Sesuatu yang dating dari selain Nabi SAW dan dari para sahabat, tabi’in dan
atau orang-orang sesudahnya.53

Sesuatu yang disandarkan pada sahabat disebut berita mauquf dan sesuatu
yang datang dari tabi’in disebut berita maqthu’. Menurut ahli hadits, atsar adalah
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW (marfu’), para sahabat (mauquf), dan
ulama salaf. Sementara fuqaha Khurasan membedakannya; atsar adalah berita
mauquf, sedangkan khabar adalah berita marfu’. Dengan demikian atsar lebih
umum daripada khabar.54

51
Alfiah dkk, Studi Ilmu Hadits , (Pekanbaru, Kreasi Edukasi, 2016) hal. 9.
52
DR.H.Abdul Majid Khom,M.Ag, Ulumul Hadits, (Jakarta, AMZAH, 2015), hal. 11.
53
Ibid;11.
54
Ibid;11.

Anda mungkin juga menyukai