Anda di halaman 1dari 9

EVALUASI PELAKSANAAN DEMOKRASI DI

INDONESIA DAN MASADEPAN DEMOKRASI

Dimas Bagas Tita Gara

Universitas Palangka Raya

putrabalidimas@gmail.com

Abstract
The concept of democracy is a key word in itself in the field of political science.
This becomes natural, because democracy is currently being referred to as an indicator
of a country’s political development. Democracy occupies a vital position in relation to
the distribution of power in a country (generally based on the concept and principle of
trias politica) with the state power obtained from the people must also be used for the
welfare and prosperity of the people.
The meaning and understanding of democracy along the histories of Indonesian
government give specific meaning for the develolopment of democracy in Indonesian.
There are a lot of democracy paradox of democracy irony that happened in the orde
lama era, orde baru era, and reformasi era. The process and the development of
democracy, finally face to face with the interest of power in the contexts of political traf
that is true undemocratic. General election 2004 and directly regional head election
2005 are being momentum in the implementation of democratic governance, also
challenge for political actors and community to raise cultural and structural
democracy. Bye the way, Indonesian democracy still left some questions, that is,
whether we prepare and capable to develop democracy without any irony or paradox.
Kata Kunci : Democratic System, Democracy Paradox, Election, Build Democracy.

A. PENDAHULUAN
Demokrasi merupakan tatanan bernegara yang menjadi pilihan negara –
negara di dunia pada umumnya. Demokrasi lahir dari tuntutan masyarakat Barat
akan persamaan hak dan kedudukan yang sama didepan hukum. Hal ini terjadi
karena pada masa sebelum adanya deklarasi Amerika dan Perancis, setiap warga
dibeda-bedakan kedudukannya baik didepan hukum maupun dalam tatanan sosial
masyarakat.
Perjalanan sejarah demokrasi di Indonesia telah membuktikan bahwa tidak
selamanya demokrasi dilaksanakan sesuai dengan konstitusi. Konstitusi telah
meneguhkan pengertian demokrasi secara yuridis namun dalam kehidupan politik
berlaku dalil bahwa realitas konsep dan pelaksanaan demokrasi sangat ditentukan
oleh political will pemerintah negara.
Persoalan di seputar demokrasi bukanlah suatu yang bersifat alamiah dan
dapat tumbuh dengan sendirinya dalam kehidupan bangsa. Akan tetapi seperti
dikatakan Apter (1963), persoalan demokrasi adalah semata-mata merupakan
penciptaan manusia, yang disatu sisi mencerminkan keterbatasan dan
keharmonisan objektif diluar diri manusia.
Pembahasan terhadap demokrasi telah menarik perhatian banyak pihak. Bagi
masyarakat, pembicaraan masalah–masalah demokrasi merupakan indikasi dari
kepedulian terhadap kepentingan mereka, sedangkan bagi pihak pengusaha politik
(pemerintah), keberpihakan pada nilai–nilai demokrasi merupakan cara untuk
memperoleh dukungan dari rakyat. Karena itu tidak mengherankan bila publikasi
dan pernyataan politik tentang demokrasi telah banyak sekali dibuat sehingga
nilai–nilai demokrasi telah dikenal luas oleh masyarakat. Namun harus diakui
bahwa pelaksanaan nilai –nilai demokrasi didalam masyarakat masih menghadapi
banyak kendala.
Kegagalan praktek pembumian demokrasi liberal dan parlementer lalu
direduksi sebagai kegagalan penerapan demokrasi ala Barat yang bertentangan
dengan jati diri dan budaya Indonesia. Nampaknya sengaja di abaikan kenyataan
bahwa kegagalan penerapan demokrasi ala Barat tersebut sesungguhnya lebih
disebabkan oleh rapuhnya bangunan sistem politik yang berpijak pada ideology-
kultural dan keroposnya sistem ekonomi saat itu.
Maka kemudian, Soekarno mencoba sistem demokrasi terpimpin, yang
katanya menjadi demokrasi khas Indonesia. Sekalipun Soekarno mengatakan
bahwa pemerintahannya menganut sistem demokrasi, namun praktik yang meluas
dalam kehidupan bangsa dan negara justru adalah kekuasaan yang serba terpusat
(sentralistik) pada diri Soekarno.
Demikian jua dengan praktek demokrasi di Indonesia mengalami pasang
surut sejak orde lama, orde baru, dan jaman reformasi. Dalam konteks seperti
inilah pembahasan mengenai demokrasi sebagai sebuah idea dan praktek politik
akan diposisikan. Pemikiran tentang demokrasi dan penerapannya semakin
menemukan bentuknya yang makin sempurna di negara – negara Eropa pada akhir
abad 19 sampai awal abad 20.
Para elit politik dan actor demokrasi di negeri ini tidak jarang mampu
membangun konsep demokrasi yang baik. Sayangnya ada dua kelemahan
mendasar yang seringkali melanda negeri ini. Pertama konsepsi demokrasi yang
dibangun oleh elit kemudian seringkali tidak diiringi komitmen penuh untuk
melaksanakannya. Akibatnya konsep tinggal jadi konsep dan demokrasi negeri ini
terombang-ambing tanpa rel yang jelas.
Gagasan pokok atau gagasan dasar sistem demokrasi di Indonesia adalah
penegakan HAM karena hakikat manusia, yaitu pada dasarnya tiap warga negara
mempunyai hakikat dan martabat yang sama dalam menyampaikan pendapat
dimuka umum. Demi tegaknya sistem demokrasi dan tegaknya keadilan serta
HAM, maka keberadaan negara hukum adalah mutlak adanya. Konstitusi baru
dikatakan ideal, jika didalamnya ada jaminan kebebasan HAM, perumusan dan
pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah serta kontrol yang kuat terhadap
jalannya pelaksanaan kekuasaan pemerintah itu sendiri.
Dalam konteks kehidupan politik demokrasi di Indonesia, pilkada langsung
merupakan salah satu sarana untuk mewujudkan kehidupan politik yang
demokratis. Setelah kita melewati pemilu 1999 yang oleh sebagian besar
masyarakat, tidak saja nasional tapi juga internasional, diakui sebagai pemilu yang
paling demokratis di Indonesia, dikalangan sebagian dari kita seakan berkembang
harapan baru bahwa dinegeri kita ini akan segera terbangun konsolidasi
demokrasi, yang kemudian disusul dengan sistem politik yang benar benar
demokratis.
Membangun institusi- institusi demokratik adalah prasyarat penting bagi
peletakan sistem demokratis. Upaya kita agar terbangunnya etika dan moralitas
politik baru, khususnya dikalangan para elit dan tokoh politik, yang sebangun
dengan tuntutan sistem politik demokratik. Jika demokrasi juga mencakup sikap
budaya dan tidak sekedar tatanan politik yang hanya diimplementasikan dalam
teks – teks politik, maka pemberdayaan berpolitik menjadi salah satu prasyarat
penting pula dalam membangun demokrasi.

B. LITERATURE REVIEW (OPTIONAL)

C. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, sehingga penelitian ini
menekankan pengumpulan fakta dan identifikasi data. Komponen dalam metode
penelitian ini adalah mendeskripsi, menganalisa, dan menafsirkan temuan dalam
istilah yang jelas dan tepat. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah studi analis documenter guna mengungkapkan informasi – informasi yang
ada dalam kajian tertentu.
Secara lebih khusus analisa dokumen yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah analisis sitiran berupa kajian bibliografi dengan mengemukakan karakter
literatur berupa jenis dan bahasa literatur, peringkat pengarang, dan jurnal, serta
subjek dibidang ilmu politik dikaji dengan analisis subjek.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang akan dipakai adalah metode dokumentasi.
3. Metode Analisis Data
Analisis data akan dilakukan untuk menjawab permasalahan penelitian dalam
analisis data ini, data data yang telah dikumpulkan disederhanakan dalam bentuk
table sehingga mudah dibaca untuk kemudian diinterpretasi.
Tabel 1.1 Matrik Rumusan Konstitusi, Konvensi, dan Alasan Penyimpangan Demokrasi
Rumusan Konstitusi, UUD 1945 (1945-1949) Konstitusi RIS UUD 1950 (1950-1959) Kembali ke UUD 1945 (1959-1998) UUD 1945 Setelah Amandemen
Penyimpangan dan Alasan (1949-1950)
Rumusan Konstitusional - System perwakilan - system perwakilan - sistem perwakilan - Sistem pemerintahan dan sistem - Sistem pemerintahan dan
bicameral (MPR, DPR). bicameral (MPR dan bicameral (MPR dan perwakilan bicameral (MPR, system perwakilan bicameral
- System pemerintahan Senat). DPR). DPR). (MPR, DPR) .
presidensiil (presiden - System pemerintahan - sistem pemerintahan - Demokrasi dilaksanakan MPR. - Demokrasi dilaksanakan
bertanggung jawab parlementer (presiden parlementer (presiden menurut UUD.
kepada MPR). bertanggung jawab bertanggung jawab
- Demokrasi dilaksanakan kepada senat). kepada DPR).
MPR. - Demokrasi liberal. - Demokrasi liberal.

Penyimpangan/Konvensi - Fungsi MPR dan DPR - Tidak ada - Gagalnya dewan - Pada zaman orde lama demokrasi - Tidak ada intervensi
dilaksanakan KNIP penyimpangan/konversi, konstituante dalam terpimpin, diluar rumusan pemerintah kepada fungsi
(maklumat pemerintah karena konstitusi hanya menetapkan UUD konstitusi DPR dan MPR dan
nomor X tanggal 16 berlaku pendek. baru. - Setelah orde baru demokrasi sebaliknya.
Oktober 1945). - Dekrit presiden 5 juli pancasila.
- System pemerintahan 1959 kembali ke UUD
parlementer (presiden 1945.
bertanggung jawab - Sistem pemerintahan
kepada parlemen/KNIP presidensiil.
maklumat pemerintah
nomor 14 november
1945.
- Demokrasi liberal.

Alasan Penyimpangan - Belum terbentuknya - Negara dalam keadaan - Guna memperkuat posisi
lembaga-lembaga darurat, karena ada pemerintah dengan mengurangi
Negara sesuai kehendak lembaga Negara yang peran DPR dan MPR.
UUD 1945 (pasal II AP tak berfungsi dalam - Kuatnya paham organisme.
UUD 1945). menetapkan UUD - Demokrasi terpimpin dan
- Kuatnya paham baru. demokrasi pancasila bukan bersifat
pluralisme yang ingin - Kuatnya paham pluralisme.
memberi kesempatan organisme.
luas kepada rakyat untuk
ikut menentukan
kebijakan Negara.
- System multi partai.
D. HASIL DAN DISKUSI
Indonesia belum mencapai tahapan pelaksanaan demokrasi yang substansial, yaitu
sikap- sikap dari perilaku warga Negara demokratis. Hal ini tampak bukan hanya pada
masyarakat itu sendiri, tetapi juga pada pemerintah, karena itu tidak mengherankan.
Oleh sebab itu, penulis mencoba merumuskan persoalan atau sebagai bahan diskusi
dalam rumusan masalah berikut :
1. Bagaimana system demokrasi di Indonesia dalam kaitan dengan kebebasan warga
Negara ?

Pembahasan :
Demi terjamin tegaknya sistem demokrasi dan tegaknya keadilan, serta HAM,
maka keberadaan negara hukum, adalah mutlak. Konstitusi baru ideal jika ada jaminan
kebebasan HAM, perumusan dan pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah, serta
kontrol yang kuat terhadap pelaksanaan kekuasaan pemerintah itu sendiri. Sebagai
negara demokrasi kebebasan berpendapat tidak harus menjadi sekedar bebas
mengemukakan pendapat tetapi harus bertanggung jawab dan beretika dalam
berpendapat. Etika berpendapat tersebut tidak perlu harus sesuai dengan fakta atau yang
sebenarnya tanpa harus menjustifikasi fakta yang masih belum jelas. Kebebasan
berpendapat atau mengemukakan pendapat merupakan hak untuk setiap WNI yang
dijamin oleh UUD 1945, bahkan hak kebebasan berpendapat menempati kedudukan
yang paling tinggi dalam asas – asas demokrasi liberalisasi, hanya saja hak tersebut
tetap ada koridor atau batasan hukumnya. Dalam menggunakan hak mengemukakan
pendapat yang dianut negara kita, kita harus memegang prinsip bebas dan bertanggung
jawab. Bebas artinya, bahwa segala ide, pikiran atau pendapat, dapat dikemukakan
secara bebas tanpa ada tekanan dari siapapun juga. Sedangkan bertanggung jawab
artinya,bahwa ide, pikiran atau pendapat tersebut mesti dilandasi akal sehat, niat baik
dan norma –norma yang berlaku. Sebuah masyarakat dikatakan demokratis apabila
negara tersebut terus berproses menuju ke masyarakat demokratis. Salah satu indikasi
kuat kriteria negara demokratis adalah adanya pemilihan umum yang jujur dan adil.
Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang –undang dengan maksud semata mata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan
untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dnegan pertimbangan moral, nilai nilai
agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

E. KESIMPULAN
Pembahasan terhadap demokrasi telah menarik perhatian banyak pihak. Bagi
masyarakat, pembicaraan masalah–masalah demokrasi merupakan indikasi dari
kepedulian terhadap kepentingan mereka, sedangkan bagi pihak pengusaha politik
(pemerintah), keberpihakan pada nilai–nilai demokrasi merupakan cara untuk
memperoleh dukungan dari rakyat. Karena itu tidak mengherankan bila publikasi dan
pernyataan politik tentang demokrasi telah banyak sekali dibuat sehingga nilai–nilai
demokrasi telah dikenal luas oleh masyarakat. Namun harus diakui bahwa pelaksanaan
nilai –nilai demokrasi didalam masyarakat masih menghadapi banyak kendala.
Gagasan pokok atau gagasan dasar sistem demokrasi di Indonesia adalah
penegakan HAM karena hakikat manusia, yaitu pada dasarnya tiap warga negara
mempunyai hakikat dan martabat yang sama dalam menyampaikan pendapat dimuka
umum. Demi tegaknya sistem demokrasi dan tegaknya keadilan serta HAM, maka
keberadaan negara hukum adalah mutlak adanya. Konstitusi baru dikatakan ideal, jika
didalamnya ada jaminan kebebasan HAM, perumusan dan pembatasan terhadap
kekuasaan pemerintah serta kontrol yang kuat terhadap jalannya pelaksanaan kekuasaan
pemerintah itu sendiri.
Membangun institusi- institusi demokratik adalah prasyarat penting bagi
peletakan sistem demokratis. Upaya kita agar terbangunnya etika dan moralitas politik
baru, khususnya dikalangan para elit dan tokoh politik, yang sebangun dengan tuntutan
sistem politik demokratik. Jika demokrasi juga mencakup sikap budaya dan tidak
sekedar tatanan politik yang hanya diimplementasikan dalam teks – teks politik, maka
pemberdayaan berpolitik menjadi salah satu prasyarat penting pula dalam membangun
demokrasi.
F. DAFTAR PUSTAKA
Amien Rais, Pengantar Dalam Demokrasi dan Proses Politik, LP2ES,
Jakarta, 1986
Moh. Mahfud MD, Demokrasi Dan Konstitusi di Indonesia, Rineka,
Jakarta, 2003
Rusdi Kartaprawira, Sistem Politik Indonesia, Tri Bisana,
Bandung, 1977
S. Djojowadono, Demokrasi Dalam Pembangunan di Indonesia, Prasarana Seminar
Demokrasi, FISIP UGM,
Yogyakarta, 1958
Liddle R. William dkk., Memperbaiki Mutu Demokrasi di Indonesia,
Jakarta, 2012
Theo Yusuf, Mengembangkan Demokrasi,
Jakarta, 2009
Gould Charlles, Demokrasi Ditinjau Kembali,
Jakarta, 1998

Anda mungkin juga menyukai