Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelaksanaan kebijakan publik adalah implementasi atau penerapan suatu
kebijakan publik melalui program, aktifitas, aksi, atau tindakan dalam suatu
mekanisme yang terikat pada suatu sistem tertentu. Hasil pembahasan menunjukkan
bahwa implementasi kebijakan publik dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
aspek kewenangan, sumberdaya, komunikasi, dan disposisi. Dimensi- dimensi yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan kebijakan publik diantaranya:
konsistensi, transparansi, akuntabilitas, keadilan, efektivitas, dan efisiensi.
Terbitnya kebijakan publik dilandasi kebutuhan untuk penyelesaian masalah
yang terjadi di masyarakat. Kebijakan publik ditetapkan oleh para pihak
(stakeholders), terutama pemerintah yang diorientasikan pada pemenuhan kebutuhan
dan kepentingan masyarakat. Makna dari pelaksanaan kebijakan publik merupakan
suatu hubungan yang memungkinkan pencapaian tujuan-tujuan atau sasaran sebagai
hasil akhir dari kegiatan yang dilakukan pemerintah. Kekurangan atau kesalahan
kebijakan publik akan dapat diketahui setelah kebijakan publik tersebut dilaksanakan,
keberhasilan pelaksanaan kebijakan publik dapat dilihat dari dampak yang
ditimbulkan sebagai hasil evaluasi atas pelaksanaan suatu kebijakan (Rohman, 2016).
Kota Tangerang memiliki visi sebagai berikut: “Terwujudnya Kota Tangerang
yang Sejahtera, Berakhlakul Karimah dan Berdaya Saing”. Dalam rangka
mewujudkan visi tersebut Kota Tangerang terus berupaya merealisasikannya melalui
program Tangerang LIVE. Program tersebut merupakan akronim dari Livable (kota
layak huni), Investable (kota layak investasi), Visitable (kota layak dikunjungi), dan
E-City (kota pintar) [Bastian, 2019].
Program Tangerang Live terdiri dari pertama, Kota Layak Huni (Livable) dan
kota layak investasi Berdasarkan hasil survei Alvara Research Center 2016 tentang
City Branding Kota Tangerang, program Tangerang Live yang digulirkan sejak tahun
2015 tersebut kurang dikenal oleh masyarakat Kota Tangerang. Responden yang
menyatakan tahu (awareness) terhadap program Tangerang Live hanya mencapai 10
persen. Artinya sebanyak 90 persen responden tidak mengetahui program tersebut
(Alvara, 2016). Pada survei Alvara Research Center 2017 tingkat pengenalan
masyarakat terhadap program Tangerang Live meningkat hingga 25 persen. Data
tersebut menunjukkan selain mengalami selisih kenaikan sebesar 15 persen dari tahun
sebelumnya, maka ada 75 persen responden yang menyatakan tidak tahu program
Tangerang Live. Meski demikian dukungan masyarakat Kota Tangerang atas program
tersebut dinyatakan responden sangat tinggi sebesar 97 persen. Alasan responden
mendukung program tersebut adalah untuk kemajuan Kota Tangerang sebesar 28,4
persen (Alvara, 2017).
Program Tangerang Live dipersepsikan sebagai bentuk kebijakan yang sudah
tepat sasaran sebagai upaya di dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat, akan
tetapi tingkat awareness masyarakat terhadap program tersebut masih sangat rendah.
Hal itu berdasarkan temuan dua hasil survei yang dilakukan oleh dua lembaga survei
yang berbeda di mana keduanya menyatakan bahwa program Tangerang Live belum
optimal diketahui oleh masyarakat, dan terdapat tingkat kepuasan masyarakat yang
masih rendah. Ini artinya terdapat kesenjangan pada tingkat pengenalan program dan
ingkat kepuasan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi
kebijakan program Tangerang Live (livable, investable, visitable, e-city), tingkat
pengenalan masyarakat, dan tingkat kepuasan masyarakat di Kota Tangerang.
Implementasi secara klasik merupakan accomplishing, fulfillng, carrying out,
producing, and completing a policy (menyelesaikan, memenuhi, melaksanakan,
memproduksi, serta menyelesaikan sebuah kebijakan) [Pressman & Wildavsky,
1984]. Implementasi adalah mencakup proses bergerak menuju tujuan kebijakan
dengan cara langkah administratif dan politik. Keberhasilan atau kegagalan
implementasi sebagaimana demikian itu, dapat di evaluasi dari sudut kemampuannya
secara nyata dalam meneruskan atau mengoperasionalkan program-program yang
telah dirancang sebelumya (Cleaves, 1980).
Pelaksanaan kebijakan tidak hanya menyangkut perilaku lembaga
administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program, melainkan
menyangkut pula pada partisipasi masyarakat, kekuatan politik, ekonomi dan sosial
dengan berbagai pihak. Pelaksanaan kebijakan yang dilaksanakan secara tepat sasaran
dan berdaya guna akan mampu memecahkan suatu permasalahan secara baik,
semakin kompleks permasalahan kebijakan dan semakin mendalam analisis yang
digunakan, semakin diperlukan teori dan modal yang mampu menjelaskan ketepatan
pelaksanaan kebijalan tersebut (Rohman, 2016). Analisa kebijakan perlu dilakukan,
tertutama berkenaan dengan dampak yang dihasilkannya. Kajian pelaksanaan
kebijakan bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dan merugikan
kepentingan masyarakat.
B. Rumusan masalah
1. Apa itu kebijakan publik ?
2. Apa itu program tangerang live ?
3. Bagaimana proses kebijakan program tangerang live ?
C. Tujuan
Untuk memberitahu pembaca tentang penerapan kebijakan publik melalui program
tabgerang live ?

BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Konsep teori
Implementasi secara klasik merupakan accomplishing, fulfillng, carrying out,
producing, and completing a policy (menyelesaikan, memenuhi, melaksanakan,
memproduksi, serta menyelesaikan sebuah kebijakan) [Pressman & Wildavsky,
1984]. Implementasi adalah mencakup proses bergerak menuju tujuan kebijakan
dengan cara langkah administratif dan politik. Keberhasilan atau kegagalan
implementasi sebagaimana demikian itu, dapat di evaluasi dari sudut
kemampuannya secara nyata dalam meneruskan atau mengoperasionalkan
program-program yang telah dirancang sebelumya (Cleaves, 1980)
2.2 Kebijakan Publik
Menurut Wilson, (2006) kebijakan publik adalah berupa tindakan-tindakan,
tujuan-tujuan, dan pernyataan-pernyataan pemerintah tentang problem-problem
tertentu, langkah-langkah yang sudah/sedang diambil (atau tidak diambil) guna
diaplikasikan, dengan penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh mereka terkait
sesuatu yang sudah terjadi (atau tidak terjadi). Kebijakan publik merupakan
keputusan yang dirumuskan oleh pemerintah atau suatu lembaga yang memiliki
kewenangan guna memecahkan problem atau mewujudkan tujuan yang
diharapkan masyarakat (Abidin, 2019). Paradigma kebijakan mengkondisikan
pilihan kebijakan dengan memengaruhi apa yang dianggap oleh pembuat
kebijakan dapat dipikirkan, mungkin atau dapat diterima, karena paradigma berisi
gagasan normatif yang memengaruhi pilihan kebijakan apa
yang dipertimbangkan (Alons, 2019).
2.3 Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan publik adalah proses aktivitas administratif yang


dilaksanakan pasca kebijakan ditetapkan/disetujui. Aktivitas tersebut terletak di
antara perumusan kebijakan dengan evaluasi kebijakan. Implementasi kebijakan
bercirikan logika secara top-down–yang artinya menurunkan/menafsirkan
berbagai alternatif yang nampak masih abstraksi atau makro menjadi alternatif
yang lebih konkrit atau mikro. Sementara formulasi kebijakan bercirikan logika
bottom-up–yang artinya proses tersebut diawali melalui pemetaan kebutuhan
publik atau pengakomodiran tuntutan lingkungan, yang selanjutnya di ikuti
dengan mencari dan memilih alternatif solusinya, sebagaimana berikutnya
diusulkan agar ditetapkan (Tachjan, 2006).
Enam kriteria untuk implementasi yang efektif: (1) tujuan kebijakan yang jelas
dan konsisten; (2) program didasarkan pada teori kausal yang valid; (3) proses
implementasi terstruktur secara memadai; (4) pejabat pelaksana berkomitmen
untuk tujuan program; (5) kelompok kepentingan dan (eksekutif dan legislatif)
berdaulat mendukung; (6) tidak ada perubahan yang merugikan dalam kondisi
kerangka sosial ekonomi (Fischer et al. 2007).

2.4 Program Tangerang Live

Program Menurut Muhaimin et al. (2009) program berbentuk pernyataan di mana


isinya berupa kesimpulan dari beberapa harapan dan tujuan dengan satu sama lain
saling tergantung serta terkait, dalam rangka meraih sebuah target yang sama. Pada
dasarnya sebuah program melingkupi semua aktivitas yang berada pada bagian bawah
unit administrasi yang serupa, atau target-target yang saling terkait dan saling
melengkapi, di mana kesemuanya perlu dilakukan secara bersamaan dan atau
berurutan. Karakteristik program: terencana, sistemik, sistematik, dan adanya aktivitas
jamak-berangkai. Program kerja berisi rencana kegiatan organisasi yang telah
disepakati bersama (Bastian, 2019).

Livable (Layak Huni) Menurut Wheeler, (2004) livable adalah bermakna sebagai
layak huni. Kota layak huni atau the livable city adalah gambaran dari suatu
lingkungan dan suasana kota yang nyaman sebagai tempat untuk tinggal dan sebagai
tempat buat beraktivitas di mana dilihat dari bermacam-macam variabel seperti fisik
atau pun non-fisik. Livable city merupakan faktor utama di dalam perencanaan tata
kota, karena bisa menyelesaikan beragam persoalan perkotaan–yang menjadi
pengganggu kenyamanan kota. Melalui peningkatan kualitas hidup masyarakat yang
tinggal di perkotaan–di mana memiliki akses dan kemampuan untuk memperoleh
fasilitas infrastruktur transportasi, komunikasi, air, sanitasi, makanan, udara bersih,
perumahan yang terjangkau, lapangan kerja dan ruang terbuka hijau (taman). Konsep
livable city digunakan dalam representasi sustainable city, yakni keberlanjutan dalam
mempertahankan kualitas hidup yang dibutuhkan oleh masyarakat perkotaan
(Wheeler, 2004).

Disebut sebagai kota layak huni atau livable city, yaitu apabila masyarakat bisa hidup
secara nyaman dan tenang pada sebuah kota,–di mana sekaligus kota tersebut mampu
menampung semua aktivitas masyarakat perkotaan dengan aman bagi seluruh
masyarakatnya (Hahlweg, 1997). Menurut Evans, (2002) konsep livable city
digunakan guna mewujudkan suatu ide pembangunan dalam meningkatkan kualitas
hidup, di mana sangat membutuhkan fasilitas fisik atau pun komunitas sosial untuk
merealisasikannya.

Menurut Douglass, (2015) konsep livable city bertumpu kepada 4 (empat) pilar, yaitu:
(1) Meningkatkan sistem kesempatan hidup demi kesejahteraan masyarakat; (2)
Menyediakan lapangan pekerjaan; (3) Lingkungan yang aman, nyaman, bersih demi
kesehatan, kesejahteraan dan guna mempertahankan serta meningkatkan pertumbuhan
ekonomi; (3) Good governance.

Investable (Layak Investasi)

Investable adalah bermakna sebagai layak investasi. Kota layak investasi menurut
Wismansyah, (2017) merupakan bentuk kemudahan layanan bagi pengusaha untuk
berinvestasi. Kota Tangerang sebagai salah satu kawasan satelit ibu kota terus
meningkatkan performanya, agar mampu menarik lebih banyak investasi. Salah satu
kemudahan investasi itu adalah melalui sistem pelayanan online yang terintegrasi
secara terpadu (satu pintu) kepada 10 dinas/badan. Menurut Tandelilin, (2010) untuk
meraih sebuah efektivitas dan efisiensi di dalam keputusan investasi terdapat sejumlah
tujuan sebagai berikut: (a) Akan memperoleh kesejahteraan atau kehidupan yang lebih
baik dimasa depan. Mereka berpikiran tentang bagaimana cara meningkatkan taraf
hidupnya guna meraih kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang; (b)
Membantu menekan atau mengurangi tekanan inflasi; (c) Terciptanya suatu
keuntungan di dalam investasi secara berkesinambungan (continuity); (d)
Penghematan pajak.

Visitable (Layak Dikunjungi)

Visitable adalah bermakna sebagai layak dikunjungi. Kota layak dikunjungi menurut
Wismansyah, (2017) adalah kota yang strategis dengan memiliki potensi akses yang
menarik sebagai kota tujuan/destinasi wisata. Potensi tersebut di miliki Kota
Tangerang sebagai kota industri, jasa, perdagangan dan pariwisata budaya yang layak
untuk di kunjungi. Ada 4 indikator dalam sebuah destinasi kota yang layak untuk di
kunjungi. Menurut Crescent Rating ACES (Access, Communication, Environment,
Service): (1) Ease of access to the destination (akses); visa requirement, connectivity,
transport infrastructure; (2) Internal and external communication by the destination
(komunikasi); outreach, ease of communication, digital presence; (3) Environment at
the destination (lingkungan); safety, visitor arrivals; faith restrictions; enabling
climate; (4) Services provided by the destination (pelayanan); core needs, core
services; unique experience.

E-City (Kota Pintar)

Menurut Sutriadi, (2015) e-city adalah bermakna pintar. Kota pintar/cerdas atau smart
city adalah identik dengan model pembangunan kota yang berbasis kepada
pemanfaatan sumber daya manusia, secara kolektif, dan menjadikan teknologi sebagai
modal bagi peningkatan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat dalam konteks
aglomerasi pada suatu kota. Konsep kota pintar yang dikembangkan akan terwujud
apabila melibatkan aspek: perkotaan (pemerintah), masyarakat dan teknologi. Melalui
teknologi informasi berbagai permasalahan perkotaan dapat terpantau secara real
time, misalnya melalui teknologi berbasis jaringan sensor. Kemudian pemerintahan
yang smart, yaitu apabila perangkat aparatur pemerintah mampu mengakses
penggunaan fasilitas aplikasi/software/website secara baik sehingga mendukung
kegiatan pekerjaan menjadi efisien. Selanjutnya, masyarakat yang smart, yaitu apabila
kemandirian dan kreativitas dalam mengakses teknologi, terutama dalam rangka
mendukung pembangunan berjalan baik dan mampu bersinergi, hal itu guna
mewujudkan kesejahteraan masyarakat (Wismansyah, 2017). Kemudian menurut
Albino et al. (2015) kota pintar adalah sebagai kota berteknologi tinggi yang intensif
dan maju yang menghubungkan orang, informasi, dan elemen kota menggunakan
teknologi baru untuk menciptakan kota yang berkelanjutan, lebih hijau, perdagangan
yang kompetitif dan inovatif, dan peningkatan kualitas hidup.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Program Tangerang Live


Program Tangerang Live sangat identik dengan aplikasi Tangerang Live. program
tersebut sudah diketahuinya sejak pertama kali diluncurkan pada tahun 2016, yang
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakat. pada tahap
implementasi dijelaskan bahwa tugas pemerintah Kota Tangerang adalah memberikan
pelayanan publik kepada
masyarakat. Program Tangerang Live dinilai sangat baik untuk kepentingan
masyarakat. Kehadiran aplikasi Tangerang Live adalah bentuk pelayanan kepada
publik karena dapat memberikan kemudahan di dalam mengakses informasi seperti
layanan ambulan gratis, mencari lowongan pekerjaan, dan lain-lain.
selain program berteknologi seperti aplikasi Tangerang Live terdapat program
lainnya, seperti kampung terang. Program ini berupa pemasangan lampu-lampu
penerangan jalan perkampungan pada wilayah permukiman warga di Kota Tangerang.
Program Tangerang Live di nilainya sudah baik tetapi perlu dilakukan sosialisasi
kepada masyarakat agar setiap warganya mengetahui implementasi dari program
tersebut. Layanan akses seperti bidang kesehatan, tenaga kerja, pendidikan, sudah
tersedia. Diketahui jumlah kunjungan studi banding dari luar daerah untuk
mengetahui program Tangerang Live juga cukup tinggi. dengan adanya program
Tangerang Live sudah memberikan kepuasan kepada masyarakat di Kota Tangerang.
Hal itu dapat ditunjukkan dari sikap pribadinya ketika membutuhkan informasi-
informasi tentang Tangerang yang selalu membuka atau mengunjungi Tangerang Live
Layanan aplikasi Tangerang Live sangat memberikan kemudahan dalam mengakses
informasi yang dibutuhkan. Hanya saja harus ada peran dari Dinas Infokom
(Informasi dan Komunikasi) agar terus melakukan sosialisasi tentang pentingnya
Tangerang Live. Informasi yang disampaikan juga harus secara detail, seperti info
bagaimana cara mendownload termasuk memberikan pemahaman dan manfaat dari
Tangerang Live dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi di masyarakat.
perumusan program Tangerang Live sudah memenuhi beberapa indikator
implementasi seperti perencanaan. Unsur perencanaan program menjadi penting
sebab tidak mungkin sebuah program dapat terlaksana dengan baik jika tidak melalui
suatu perencanaan yang baik. Namun demikian ketika proses perencanaan program
dan implementasi sudah berjalan diperlukan langkah selanjutnya, yaitu evaluasi. Pada
konteks ini yang harus di lakukan oleh pemerintah Kota Tangerang adalah melakukan
evaluasi berkaitan dengan sosialisasi program Tangerang Live.
salah satu program Tangerang Live adalah program aplikasi Laksa (layanan aspirasi
kotak saran
anda). Aplikasi tersebut dapat memudahkan masyarakat untuk mengetahui program-
program yang dilaksanakan oleh pemerintah Kota Tangerang. Secara spesifik bahwa
program Tangerang Live untuk memudahkan masyarakat dalam pelayanan pembuatan
e-KTP, membuat surat keterangan tanda kematian, pengurusan ijin, dan lain-lain.
Melalui layanan aplikasi tersebut diharapkan pelayanan kepada masyarakat menjadi
lebih mudah dan cepat selesai. Pada aspek implementasi program pemerintah Kota
Tangerang tersebut dinilai baik, meskipunmasyarakat sendiri dinilai belum banyak
mengetahui secara menyeluruh tentang adanya aplikasi itu. adanya aplikasi Tangerang
Live tentu saja menjadi icon sekaligus opsi bagi pelaporan masyarakat. Melalui
aplikasi itu masyarakat bisa menyampaikan keluhan terkait dengan program
pemerintah.Termasuk kaitan masalah covid ini, apabila masyarakat memang di rasa
tidak mampu, maka bisa mengusulkan bantuan secara pribadi untuk mendapat
bantuan sosial dari pemerintah. Kemudian untuk membangun sinergitas kerjasama
antara kelurahan dan masyarakat terdapat anggaran DAU, yang dapat di kelolakan
bersama kelompok masyarakat seperti BKM, forum RW, dan lain-lain.
latar belakang merumuskan program Tangerang Live, yaitu karena Kota Tangerang
memiliki potensi dan aset, seperti bandara internasional Soekarno Hatta yang
merupakan bandara terbesar dan tersibuk di Indonesia. Saat sebelum pandemik
tercatat jumlah penumpang bisa mencapai 65 juta orang. Lokasi ini menjadi strategis
sebab selain menjadi pintu gerbang Indonesia juga menjadi pintu masuk ke Kota
Tangerang. Sejalan dengan itu maka kota ini harus di angkat dan di dorong ke arah
yang berstandar internasional. Maka atas dasar pemikiran itulah dipilih sebutan
“Tangerang Live” yang merupakan singkatan dari liveable, investable, visitable, dan
e-city. Liveable, yakni bagaimana mewujudkan kota yang layak huni. Esensi dari kota
layak huni, yaitu dapat di nikmati oleh warganya, dan bisa membahagiakan serta
mensejahterakan masyarakatnya.
B. Tahap Implementasi Tangerang live
Pada tahap implementasi konsep mewujudkan kota layak huni dimulai dari program-
program kampung sejahtera mandiri, kampung hijau, kampung sehat, taman tematik,
kampung-kampung tematik, kampung terang, mengatasi masalah banjir, penyediaan
fasilitas sarana
prasarana sekolah: program 1000 ruang belajar, bedah rumah hingga 7000-an KK,
jalan lingkungan, perbaikan saluran air, dan lain-lain. Program tersebut dilakukan
secara TMS (terstruktur, masif, sistematis), di Kota Tangerang mulai dari kecamatan,
kelurahan, RW dan RT. Menuju kota layak investasi di mulai dari layanan perijinan
online, keringanan relaksasi pajak bagi investor di Kota Tangerang.
Menginformasikan beragam akses fasilitas publik, seperti kereta bandara, kereta KRL,
bis, pesawat dan lain-lain. Kemudian menuju kota layak dikunjungi konsepnya
dengan mendorong masyarakat untuk membuat oleh-oleh khas Tangerang, mendorng
pendirian kampung-kampung tematik dan menjadikannya sebagai
kampung destinasi wisata. Selanjutnya menuju kota pintar, yaitu dengan
mengembangkan aplikasi online. Layanan aplikasi tersebut sudah digunakan oleh 34
kabupaten kota di Indonesia, dan diberikan secara gratis untuk memudahkan
pelayanan pemerintahan dan pelayanan publik lainnya.
prinsipnya program Tangerang Live yang dilaksanakan oleh pemerintah Kota
Tangerang sudah terimplementasi dengan baik, tetapi tetap diperlukan langkah
evaluasi yang komprehensif untuk mengukur tingkat efektivitas program yang di
jalankan. Mulai dari ketepatan sasaran program atau berkaitan dengan tingkat
kepuasan masyarakat. Tahapan dalam perumusan penyusunan program sebagaimana
dikatakan Dunn, (1994), yaitu penyusunan agenda, formulasi kebijakan, pembuatan
kebijakan, implementasi kebijakan, evaluasi kebijakan. Evaluasi kebijakan secara
praktik lebih dapat dipahami pada tahapan implementasi kebijakan. Hal itu dapat di
maklumi sebab pada tahapan implementasi itulah pelaksanaan program kegiatan yang
bersifat teknis dapat terlihat dan dirasakan langsung oleh masyarakat. Namun
demikian pada tahapan implementasi dapat di sepakati bahwa suatu implementasi
yang baik bermula dari suatu perencanaan yang baik, dan ketika program
dilaksanakan dengan baik maka diperlukan langkah evaluasi yang optimal.
Berkaitan dengan tingkat pengenalan masyarakat terhadap program Tangerang Live
menurut pendapat sebagian besar informan dapat digambarkan bahwa kehadiran
program Tangerang Live yang terdiri dari livable, investable, visitable, e-city belum
secara komprehensif dipahami. Hal itu terlihat dari penjelasan yangdisampaikan
bahwa program Tangerang Live lebih identik dengan fasilitas aplikasi Tangerang
Live. Padahal jika merujuk kepada indikator program yang menjelaskan kota layak
huni, kota layak investasi, kota layak di kunjungi, dan kota pintar di
sebutkan dengan jelas bahwa aplikasi Tangerang Live yang di dalamnya terdapat
layanan aplikasi online merupakan bagian dari pengembangan e-city (kota pintar).
Hal itu dimungkinkan terjadi karena ada sebuah dikotomi di dalam penyebutan nama
program, yaitu program Tangerang Live yang menjadi rujukan dasar untuk menuju
kesuksesan pelaksanaan program pembangunan dalam rangka mewujudkan visi dan
misi di Kota Tangerang, dan ada program aplikasi layanan online yang juga bernama
aplikasi Tangerang Live. Pada konteks persepsi publik, dalam hal ini masyarakat Kota
Tangerang sudah dapat di pastikan akan lebih banyak mengenal aplikasi Tangerang
Live di banding program Tangerang Live itu sendiri. Namun demikian beberapa
pernyaatan dari informan menjelaskan bahwa mengetahui dan mengenal sebagian dari
program-program yang menjadi indikator program Tangerang Live.
Berkenaan dengan tingkat kepuasan masyarakat terhadap program Tangerang Live
menurut penilaian informan dinyatakan bahwa program-program yang, dijalankan
melalui program Tangerang Live sudah memberikan kepuasan kepada masyarakat.
Ada dua hal yang menyebutkan bahwa program tersebut memberikan kepuasan
kepada masyarakat. Pertama, kepuasan tersebut dinyatakan dalam menggunakan
layanan aplikasi Tangerang Live. Kedua, kepuasan terhadap jenis-jenis program yang
menjadi indikator program Tangerang Live. Jika demikian dapat dikemukakan bahwa
tingkat kepuasan masyarakat terhadap program Tangerang Live justru lebih bermakna
kepada jenis-jenis program yang menjadi indikator program Tangerang Live.

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Implementasi program Tangerang Live di Kota Tangerang sudah dilaksanakan
dengan baik dan sudah melalui tahapan perencanaan yang dilakukan oleh level
pimpinan sebagai pengambil kebijakan. Namun demikian tahapan penyusunan
agenda, formulasi kebijakan, pembuatan kebijakan, implementasi kebijakan,
evaluasi kebijakan, pada praktiknya masing-masing memiliki peran berbeda.
Dalam proses penyusunan agenda, formulasi kebijakan dan pembuatan kebijakan
yang memiliki peran dominan, yaitu pimpinan sebagai pengambil kebijakan.
Sedangkan pada tahap implementasi kebijakan dan evaluasi kebijakan, peran yang
paling dominan berada pada tingkatan birokrasi menengah dan bawah. Tingkat
pengenalan masyarakat terhadap program Tangerang Live telah terjadi faktor
dikotomi, yaitu pertama: program Tangerang Live yang terdiri dari livable,
investable, visitable, e-city jelas sebagai variabel program pembangunan. Kedua,
program aplikasi Tangerang Live yang notabene menjadi bagian dari indikator
kota pintar (e-city). Kemudian yang menjadi konsekwensi dari faktor dikotomi
tersebut, adalah publik lebih mengenal aplikasi Tangerang Live dibanding
program Tangerang Live itu sendiri. Tingkat
kepuasan masyarakat terhadap program Tangerang Live terbagi kepada dua hal,
yaitu pertama: masyarakat menyatakan puas terhadap layanan aplikasi Tangerang
Live. Kedua, masyarakat menyatakan puas atas item-item program yang berperan
sebagai indikator program Tangerang Live. Artinya, kepuasan masyarakat atas
program Tangerang Live lebih dimaknai kepada item-item program di Tangerang
Live.

DAFTAR PUSTAKA

Tachjan. (2006). Implementasi Kebijakan Publik (Dede Mariana dan Caroline


Paskarina ed.); 1st ed.). Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) dan Puslit KP2W
Lembaga Penelitian Unpad Editor.
Tahir, A. (2011). Kebijakan Publik dan Transparansi Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (1st ed.). PT. Pustaka Indonesia Press.
Alvara. (2016). Survei City Branding Survey: Kota Tangerang: Pendekatan Riset
Kuantitatif. Alvara Research Center.
Alvara. (2017). Survei Kota Tangerang: Pendekatan Riset Kuantitatif. Alvara
Research Center.
Alvara. (2018). Laporan Riset Jaring Aspirasi Masyarakat Kota Tangerang.
Alvara
Research Center.
Arikunto, S. (2011). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Ed. Rev. V).
Rineka Cipta.
Badan Pusat Statistik Kota Tangerang. (2020). Kota Tangerang Dalam Angka.
BPS Kota Tangerang.
Bappeda Kota Tangerang. (2019). Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Kota Tangerang Tahun 2019-2023. Pemerintah Kota Tangerang.

Anda mungkin juga menyukai