Anda di halaman 1dari 2

P1.

PENGANTAR IMUNOLOGI

Pengenalan System Imun

Menurut sejarah perkembangan laboratorim sebenarnya laboratorium imunolobgi merupakan


laboratorium yang pertama tama menunjang klinik dalam menunjang klinik dalam menegakka diagnosis
penyakit in feksi.

Pengertian awal imunitas adalah perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi perlindungan
terhadap infeksi. Sel dan molekul yang bertanggung jawab atas imunitas disebut system imun dan
respons komponennya secara Bersama danterkoordinasi disebut respons imun. Kemudian terungkap
bahwa substansi asing non-infeksius pu dapat menyulut respons imun, dan ternyata pula bahwa
mekanisme yang biasanya melindungi seseorang terhadap infeksi dan berfungsi menyingkirkan subtansi
asing, pada keadaan tertentu dapat mengakibatkan kerusakan jaringan dan penyakit. Karena itu definisi
respons imun secara inklusif adalah reaksi terhadap komponen mikroba maupun makromolekul seperti
protein dan polisakharida, dan zat kimia yang dikenal sebagai asing, tanpa melihat konsekuensi fisiologis
atau patologis dari reaksi tersebut. Jadi imunologi menurut pengertian saat ini adalah ilmu yang
mempelajari respons imun dalam arti luas dan mempelajari peristiwa seluler dan molekuler yang terjadi
setelah tubuh terpapar mikroba atau makromolekul asing . dalam perkembangan imunologi selanjutnya,
ternyata bahwa imunologi tidak saja berkisar sekitar masalah infeksi tetapi sudah meluas hingga ruang
lingkupnya telah meliputi hamper semua disiplin ilmu kedokteran. Dalam 50 tahun terakhir telah terjadi
perubahan dalam pengertian kita tentang system imun dan fungsi nya. Imunologi dalam pengertian
modern adalah ilmu eksperimental, di mana penjelasan tentang fenomena imunologi didasarkan atas
observasi eksperimentel dan kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkannya.

Kemajuan dalam kultur sel, metode rekombinan DNA dan Biokimia protein telah merubah imunologi
dari ilmu deskriptif menjadi suatu ilmu dimana fenomena imunologik yang sangat beragam dapat
dihubungkan satu dengan lain dan dijelaskan melalui pengetahuan tentang struktur dan biokimia
komponen-komponen yang terlibat dalam system imun. Perkembangan yang pesat dalam imunologi
dan imunokimia membuka jalan bagi klinik untuk secara luas menerapkan pengertian tentang
patofisiologi dan pathogenesis penyakit dan pemeriksaan aboratorium imunologi untuk menunjang
diagnosis atau sebagai pedoman penata laksanaan penderita.

Secara umum pemeriksaan laboratorium imunologi untuk menunjang diagnosis tersebut dibagi dalam
dua golongan yaitu:

I. Pemeriksaaan untuk menetapkan kompetensi imunologik atau menilai fungsi imunologik,


baik pada orang normal maupun pada penderita penyakit imunologik.
II. Pemeriksaan yang dipakai untuk menunjang diagnosis penyakit-penyakit tanpa latar
belakang kelainan reaksi imunologik.

Untuk menilai fungsi imunologik berbagai pengujian baik in vivo maupun in vitro yang perlu
dilakukan dan memilih metode yang tepat serta menafsirkan hasilnya, diperlukan suatu
pengetahuan dasar imunologi, pengetahuan mengenai mekanisme respons dan imunopatologi.
SISTEM IMUNITAS TUBUH

Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur pathogen, misalnya bakteri,
virus , fungi, fungus, protozoa dan parasite yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi
yang terjadi pada orang normal umumnya singkat dan jarang meninggalkan kerusakan permanen.
Hal ini disebabkan tubuh manusia memiliki system yang disebut system imun yang memberikan
respons yang melindungi tubuh terhadap unsur-unsur pathogen tersebut.

Respons imun saangat bergantung pada kemampuan system imun untuk mengenali molekul
asing (antigen) yang terdapat pada pathogen potensial dan kemudian membangkitkan reaksi yang
tepat untuk menyingkirkan sumber antigen bersangkutan. Proses pengenalan antigen dilakukan oleh
unsur utama system imun – yaitu limfosit- yang kemudian diikuti oleh fase efektor yang melibatkan
berbagai jenis sel. Pengenalan antigen sangat penting dalam fungsi system imun normal, karena
limfosit harus mengenal semua antigen pada pathogen potensial dan pada saat yang sama ia harus
mengabaikan molekul-molekul jaringan tubuh sendiri (toleransi). Untuk mengatasi hal itu, limfosit
pada seorang individu melakukan diversivikasi selama perkembangannya demikianrupa sehingga
populasi limfosit secara keseluruhan mampu mengenal molekul asing dan membedakannya dari
molekul jaringan atau sel tubuh sendiri.

Kemempuan diversifikasi dimiliki oleh komponen-komponen system imun yang terdapat dalam
jaringan limforetikuler yang letak nya tersebar diseluruh tubuh. Misalnya didalam sumsum tulang,
kelenjar limfe, limpa, thymus, system saluran nafas, saluran cerna dan organ-organ lain. Sel-sel yang
terdapat dalam jaringan ini berasal dari sel induk (stem cell) dalam sumsum tulang yang
berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel, kemudian beredar dalam tubuh melalui darah, getah
bening, dan dpat menunjukkan respons terhadap suatu rangsangan sesuai dengan sifat dan
fungsinya masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai