Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS BALANCED SCORECARD UNTUK MENGUKUR KINERJA PADA

RSUD TANJUNGPINANG

CHERISTIAN
(080420103039)
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang
2015
ABSTRAK
Secara garis besar tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur kinerja RSUD
Tanjungpinang berdasarkan empat perspektif Balanced Scorecard yaitu Perspektif
Pertumbuhan dan Pembelajaran, Perspektif Bisnis Internal, Perspektif Pelanggan, dan
Perspektif Keuangan. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif.
Pada Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran analisis kinerja nya diukur
melalui kusioner kepuasan karyawan dengan indikator yaitu motivasi, kesempatan
pengembangan diri, Inovasi, dan suasana dalam bekerja. Untuk Perspektif Proses
Bisnis internal diukur melalui proses operasi dan inovasi. Pada Perspektif Pelanggan
diukur melalui kusioner kepuasan pelanggan dengan indikator yaitu bukti langsung,
kehandalan, jaminan, daya tanggap, dan empati. Perspektif keuangan diukur melalui
analisis Value For Money dengan mengukur tingkat ekonomis, efisiensi, dan
efektifitas.
Setelah dilakukan analisis pada tiap perspektif Balanced Scorecard ini,
diperoleh hasil bahwa responden pada perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
merasa puas dan pada Perspektif Pelanggan responden merasa cukup puas. Pada
Perspektif Bisnis Internal belum ada inovasi jasa pelayanan baru pada RSUD
Tanjungpinang dan untuk proses operasi diperoleh data bahwa rata-rata rasio ALOS,
TOI, dan BTO dari tahun 2010-2013 adalah tidak ideal. Pada Perspektif Keuangan
untuk tingkat ekonomis keuangan RSUD Tanjungpinang dikategorikan kurang
ekonomis, untuk tingkat efektifitas dikategorikan sangat efektif, dan untuk tingkat
efisiensi dikategorikan sangat tidak efisien.
Kata Kunci : Kinerja, Balanced Scorecard, Rumah Sakit

PENDAHULUAN
Ketika merayakan hari lahir banyak orang mendoakan supaya kita selalu sehat,
kita pun mendoakan hal yang sama ketika orang lain merayakan hal yang sama. Di
titik ini kita bisa melihat bagaimana kesehatan menjadi nilai yang penting dalam
hidup manusia. Hal ini bisa kita lihat di berbagai peradaban, tidak hanya di Indonesia.
Kesehatan lalu disamakan dengan kebahagiaan. Orang tidak bahagia jika tidak
sehat. Untuk menjadi sehat, orang juga perlu menata pikiran dan pola hidupnya
dengan pikiran-pikiran yang baik, yaitu dengan kebahagiaan. Ada kaitan yang
bersifat timbal balik antara kesehatan dan kebahagiaan.
Tapi pada kenyataan nya tidak semua orang bisa hidup sehat, tidak semua orang
bisa berobat dikarenakan biaya yang begitu mahal. Hal ini mendorong pemerintah
untuk memberi layanan-layanan yang bisa meringankan biaya pengobatan yang
begitu mahal, dan layanan yang terbaru di tahun 2014 ini adalah BPJS. BPJS bisa
digunakan hampir di seluruh rumah sakit. Salah satu rumah sakit yang ada di
Tanjungpinang adalah RSUD Tanjungpinang.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 5 Tahun 2009
tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUD Kota Tanjungpinang, Walikota
Tanjungpinang menerbitkan Peraturan Walikota Nomor 25 Tahun 2009, tentang
Uraian Tugas Pokok dan fungsi RSUD Tanjungpinang. RSUD mempunyai tugas
pokok : Membantu Walikota dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah di bidang pelyanan kesehatan rumah sakit yang meliputi bidang
perencanaan, anggaran, pelayanan kesehatan, keperawatan dan penunjang pelayanan
kesehatan serta upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasilguna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi,
terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya
rujukan.
Dalam rangka mencapai pelayanan prima, perusahaan dihadapkan pada
penentuan strategi dalam pengelolaan usahanya. Penentuan strategi akan dijadikan
sebagai landasan dan kerangka kerja untuk mewujudkan sasaran –sasaran kerja yang
telah ditentukan oleh manajemen. Oleh karena itu dibutuhkan suatu alat untuk
mengukur kinerja sehingga dapat diketahui sejauh mana strategi dan sasaran yang
telah ditentukan dapat tercapai. Penilaian kinerja memegang peranan penting dalam
dunia usaha, dikarenakan dengan dilakukanya penilaian kinerja dapat diketahui
efektivitas dari penetapan suatu strategi dan penerapanya dalam kurun waktu tertentu.
Penilaian kinerja dapat mendeteksi kelemahan atau kekurangan yang masih terdapat
dalam perusahaan, untuk selanjutnya dilakukan perbaikan dimasa mendatang.
Penilaian kinerja yang paling mudah dan umumnya dilakukan oleh perusahaan
adalah pengukuran yang berbasis pada pendekatan tradisional yaitu pengukuran
kinerja yang bersumber dari informasi keuangan perusahaan saja. Seperti yang
disebutkan di atas bahwa keuntungan dari pengukuran kinerja tersebut adalah sangat
mudah dilakukan sehingga pada umumnya perusahaan menggunakan alternatif
tersebut. Akan tetapi pengukuran kinerja berdasarkan pendekatan tradisional tersebut
juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain tidak berorientasi pada kentungan
jangka panjang melainkan berorientasi pada kepentingan jangka pendek. Kelemahan
lain dari pendekatan ini adalah ketidakmampuan didalam mengukur kekayaan-
kekayaan perusahaan yang sifatnya tidak berwujud (intangible assets) maupun
kekayaan intelektual (sumber daya manusia). Dengan Balanced Scorecard kelemahan
– kelemahan tadi dapat diantisipasi dengan melakukan pengukuran pada masing –
masing perspektif, sehingga kelemahan yang disebutkan di atas dapat dikurangi.
Maka dari itu penggunaan konsep Balanced Scorecard yang diperkenalkan oleh
Robert S. Kaplan dan David P. Norton, diharapkan dapat mengurangi
kelemahankelemahan yang ada pada pengukuran kinerja yang hanya berorientasi
pada aspek keuangan saja. Perbedaan yang terdapat dalam konsep ini adalah
digunakanya informasi non keuangan sebagai alat ukur kinerja selain informasi
keuangan perusahaan sehingga tidak menekankan pada pencapaian tujuan jangka
pendek saja melainkan dapat mengukur penyebab-penyebab terjadinya perubahan di
dalam perusahaan. Atas dasar permasalahan tersebut, penulis mengambil judul “
Analisis Balanced Scorecard Untuk Mengukur Kinerja Pada RSUD
Tanjungpinang “.

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN


Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja yaitu suatu hasil kerja yang dihasilkan oleh seseorang karyawan
diartikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Tika (2006), Kinerja
sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu
organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi
dalam periode waktu tertentu.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kinerja adalah sesuatu yang dicapai,
prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja. Menurut Endang Lestari (2003),
kinerja adalah kompetensi yang diisyaratkan bagi jabatannya yang menyangkut aspek
pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan perilaku.
Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja
Menurut Robert & Anthony (2001:52), tujuan dari sistem pengukuran kinerja
adalah untuk membantu dalam menetapkan strategi. Dalam penerapan sistem
pengukuran kinerja terdapat empat konsep dasar :
1. Menentukan Strategi
Dalam hal ini paling penting adalah tujuan dari target organisasi dinyatakan
secara eksplisit dan jelas. Strategi harus dibuat pertama kali untuk keseluruhan
dan kemudian dikembangkan ke level fungsional dibawahnya.
2. Menentukan Pengukuran Strategi
Pengukuran strategi diperlukan untuk mengartikulasikan strategi keseluruh
anggota organisasi. Organisasi tersebut harus fokus pada beberapa pengukuran
kritikal saja, sehingga manajemen tidak banyak melakukan pengukuran indikator
kinerja yang tidak perlu.

3. Mengintegrasikan pengukuran ke dalam sistem


Pengukuran harus merupakan bagian organisasi baik secara formal maupun
informal, juga merupakan bagian dari budaya perusahaan dan sumber daya
manusia perusahaan.
4. Mengevaluasi pengukuran hasil secara berkesinambungan
Manajemen harus selalu mengevaluasi pengukuran kinerja organisasi apakah
masih valid untuk ditetapkan dari waktu ke waktu.
Pengertian Indikator Kinerja
Menurut Dadang Dally (2010:33-34) dalam Endry (2013:14), Indikator kinerja
adalah ukuran kualitatif maupun kuantitatif untuk dapat menggambarkan tingkat
pencapaian sasaran dan tujuan organisasi, baik tahap perencanaan (ex-ante), tahap
pelaksanaan (on-going), maupun tahap setelah kegiatan selesai (ex-post). Menurut
Lohman (2003), indikator kinerja (performance indicators) adalah suatu variabel
yang digunakan untuk mengekspresikan secara kuantitatif efektivitas dan efisiensi
proses atau operasi dengan berpedoman pada target-target dan tujuan organisasi. Jadi
jelas bahwa indikator kinerja merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai
keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam ukuran-ukuran
tertentu.
Konsep, Sejarah, dan Perkembangan Balanced Scorecard
Sejarah Balanced scorecard dimulai dan diperkenalkan pada awal tahun 1990 di
USA oleh David P. Norton dan Robert S. Kaplan melalui suatu riset tentang
“pengukuran kinerja dalam organisasi masa depan”. Istilah balanced scorecard terdiri
dari 2 kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor). Kata berimbang
(balanced) dapat diartikan dengan kinerja yang diukur secara berimbang dari 2 sisi
yaitu sisi keuangan dan non keuangan, mencakup jangka pendek dan jangka panjang,
sedangkan pengertian kartu skor (scorecard) adalah suatu kartu yang digunakan untuk
mencatat skor hasil kinerja baik untuk kondisi sekarang ataupun untuk perencanaan di
masa yang akan datang.
Tahun 1990, Nolan Norton Insitute yang dipimpin oleh David P. Norton
mensponsori studi tentang pengukuran kinerja dalam organisasi masa depan. Bersama
Robert Kaplan melakukan riset tersebut, kemudian hasil studi tersebut diterbitkan
dalam Jurnal Harvard Review tahun 1992, dengan judul “Balanced Scorecard –
Measures that Drive Performance”. Hasil studi tersebut menyimpulkan untuk
mengukur kinerja di dalam organisasi masa depan diperlukan ukuran kinerja yang
komprehensif, yang mencakup 4 (empat) perspektif: keuangan, customer, proses
bisnis/intern, inovasi dan pembelajaran.
Balanced Scorecard berkembang sejalan dengan perkembangan impelementasi
konsep tersebut. Pada tahun 2000 telah menjadi inti sistem manajemen strategik, tak
hanya eksekutif, namun bagi seluruh karyawan perusahaan terutama dalam
perusahaan yang telah memanfaatkan secara intensif teknologi informasi dalam
bisnisnya.
Pada tahap perkembangannya, Balanced Scorecard dimanfaatkan untuk setiap
sistem manajemen stratejik, sejak tahap perumusan strategi sampai tahap
implementasi dan pemantauan. Pada tahap perymusan strategi, Balanced Scorecard
digunakan untuk memperluas cakrawala dalam menafsirkan hasil penginderaan
terhadap trend perubahan lingkungan makro dan lingkungan industri kedalam
perspektif yang lebih luas : keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta
pembelajaran dan pertumbuhan. Melalui empat perspektif Balanced Scorecard,
manajemen mampu menafsirkan dampak trend perubahan lingkungan bisnis yang
kompetitif terhadap misi, visi, tujuan, dan sasaran strategi.
Pengertian Balanced Scorecard
Pengertian Balanced Scorecard menurut Luis (2007;16) mengemukakan :
“Balanced Scorecard merupakan suatu alat manajemen kinerja (performance
management tool) yang dapat membantu organisasi untuk menerjemahkan visi dan
strategi kedalam aksi dengan memanfaatkan sekumpulan indikator financial dan non
financial yang kesemuanya terjalin dalam suatu hubungan sebab akibat.”
Menurut Munawir (2002:437) dalam Sri Wahyuni (2011:18) Balanced
Scorecard adalah : “suatu kartu skor untuk yang digunakan untuk merencanakan skor
yang hendak diwujudkan oleh seseorang di masa depan, dan untuk mencatat skor
hasil kinerja yang sesungguhnya dicapai oleh seseorang.” Sedangkan Yuwono
(2003:8) mengemukakan bahwa Balanced Scorecard merupakan suatu sistem
manajemen, pengukuran, dan pengendalian yang secara cepat, tepat, dan
komprehensif dapat memberikan pemahaman kepada manajer tentang performance
bisnis.
KOMPONEN DALAM BALANCED SCORECARD
1. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
2. Perspektif Proses Bisnis dan Internal
3. Perspektif Pelanggan
4. Perspektif Keuangan

METODELOGI PENELITIAN
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Objek penelitian ini adalah RSUD Tanjungpinang yang berlokasi di Jalan
Sudirman Nomor 795, Tanjungpinang. Objek penelitian ini meliputi pengukuran
kinerja dari aspek keuangan dan non keuangan. Aspek keuangan terdiri dari
perspektif keuangan, sedangkan aspek non keuangan terdiri dari perspektif
pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran. Dalam pengukuran kinerja tersebut juga digunakan kusioner dengan
dua responden, yaitu pasien dan karyawan RSUD Tanjungpinang.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan kuantitatif karena
menggunakan Balanced Scorecard sebagai alat implementasi strategis dalam upaya
meningkatkan kinerja RSUD Tanjungpinang. Pendekatan kualitatif dipilih agar
diperoleh suatu hasil yang lebih mendekati kenyataan, sementara pendekatan
kuantitatif juga dipilih karena penelitian ini menggunakan laporan keuangan sebagai
acuan untuk mengukur kinerja RSUD Tanjungpinang.
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur kinerja
masing - masing perspektif adalah sebagai berikut :
1. Kinerja Perspektif Pembelajaran dan pertumbuhan
Pengkuran kinerja perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhanakan
menggunakan kusioner yang disebar kepada pegawai RSUD Tanjungpinang.
Indikator yang digunakan dalam perspektif ini adalah sebagai berikut :
a. Motivasi
Pekerja membutuhkan motivasi yang dapat membuatnya bekerja lebih giat dan
mencapai hasil – hasil yang lebih baik. Pengukuran terhadap motivasi ini dapat
dilakukan melalui perhitungan jumlah usulan yang diberikan dengan yang
diimplementasikan, jumlah perbaikan, keselarasan antara individu dengan organisasi,
dan kinerja kelompok atau keprofesionalan tim. Motivasi adalah indikator yang
menggambarakan keprofesionalan kinerja pegawai untuk dapat dipromosikan jabatan
sesuai kebutuhan hingga menimbulkan motivasi bagi pegawai itu sendiri.
b. Kesempatan pengembangan diri.
Meskipun mungkin tidak semua pegawai ingin dipromosikan ( karena alasan
sosial ) tetapi pada umumnya setiap orang menginginkan untuk maju dalam
hidupnya. Kesempatan pengembangan diri adalah indikator yang menggambarkan
kebijakan pemimpin yang memberikan kesempatan pegawai untuk belajar dan
mengembangkan potensi.
c. Inovasi
Dalam inovasi ini, perusahaan meneliti kebutuhan customer yang masih
tersembunyi. Lalu perusahaan menciptakan produk/jasa yang dibutuhkan tersebut.
Aktivitas ini menentukan suksesnya perusahaan dalam jangka panjang. Pengukuran
yang digunakan untuk proses inovasi ini antara lain: prosentase penjualan produk
baru, jumlah produk baru dibandingkan dengan pesaing atau rencana, kemampuan
proses manufaktur, waktu yang diperlukan untuk memperoleh generasi produk
berikutnya, waktu siklus, perolehan, titik impas waktu (break even time). Inovasi
dalah indikator yang menggambarkan pimpimpinan memberikan apresiasi terhadap
kemampuan pegawai untuk memberikan pemikiran-pemikiran baru.
d. Suasana Dalam Bekerja
Suasana dalam bekerja adalah indikator yang menggambarkan Kondisi kerja
yang aman berasal dari kebutuhan akan rasa aman ( safety needs ). Tempat kerja yang
nyaman dan menarik sebetulnya lebih merupakan suatu prestise ( simbol status ), dan
pengalokasian hal-hal yang yang bersifat status symbols juga cukup sukar,
sebagaimana pengalokasian dana.
Tabel 3.1
Nilai Pengukuran Kusioner
Skala Nilai Kategori
5 5 Sangat Puas
4 – 4,9 4 Puas
3 – 3,9 3 Cukup Puas
2 – 2,9 2 Tidak Puas
1 – 1,9 1 Sangat Tidak Puas
Sumber : Sugiyono dalam Wiraswasta (2010)
2. Kinerja Perspektif Proses Bisnis Internal
Adapun ukurannya sebagai berikut :
1. Inovasi, pengukuran ini dilakukan dengan melihat data perusahaan, inovasi apa
yang dikembangkan pada tahun tersebut.
2. Proses Operasi, lebih menitikberatkan pada efisiensi proses, konsistensi dan
ketepatan waktu dari barang dan jasa yang diberikan kepada customer.
Pengukuran nya melalui :
a. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan
Data diperoleh dari jumlah kunjungan rawat jalan RSUD Tanjungpinang.
b. Jumlah Kunjungan Rawat Inap
1. ALOS (Average Length of Stay)
ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lamanya seorang pasien di
rawat inap di rumah sakit. Pengukurannya dengan membandingkan antara
jumlah hari perawatan dengan jumlah pasien yang keluar baik hidup ataupun
meninggal.
ALOS = X 100%
2. BOR (Bed Occupancy Ratio)
BOR menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata persentase pemakaian tempat
tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini untuk memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit
idealnya 60 – 85%.
BOR = X 100%
3. TOI (Turn Over Internal)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur
kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
TOI = X 100%
4. BTO (Bed Turn Over Rate)
BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada
satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40 – 50 kali.
BTO = X 100%
5. GDR (Gross Death Rate)
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap
penderita keluar.
GDR = X 100%
6. NDR (Net Death Rate)
NDR menrut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat
untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu
pelayanan di rumah sakit.
NDR= = X 100%
3. Kinerja Perspektif Pelanggan
Penelitian ini nantinya menggunakan kuisioner yang akan disebarkan kepada
pasien RSUD Tanjungpinang. Indikator yang digunakan dalam pengukuran kinerja
perspektif ini yaitu :
1. Bukti Langsung (tangibles)
Definisi bukti langsung yaitu, kemampuan suatu perusahaan dalam
menunjukkan eksistensi kepada pihak eksternal.
2. Kehandalan (realibility)
Kehandalan adalah kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan
sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya.
3. Daya Tanggap (responsiveness)
Daya tanggap adalah suatu kemampuan untuk membantu dan memberikan
pelayanan yang cepat (responsive) dan tepat kepada pelanggan dengan
penyampaian informasi yang jelas.
4. Jaminan (assurance)
Definisi jaminan yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para
pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada
perusahaan.
5. Empati adalah memberikan perhatian yang tulus.dan bersifat individual atau
pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami
keinginan konsumen.
Tabel 3.2
Nilai Pengukuran Kusioner
Skala Nilai Kategori
5 5 Sangat Puas
4 – 4,9 4 Puas
3 – 3,9 3 Cukup Puas
2 – 2,9 2 Tidak Puas
1 – 1,9 1 Sangat Tidak Puas
Sumber : Sugiyono dalam Wiraswasta (2010)
4. Kinerja Perspektif Keuangan
Kinerja perspektif keuangan yaitu kinerja yang diugunakan untuk mengetahui
apakah suatu strategi perusahaan, implementasi dan pelaksanaanya akan membawa
perbaikan perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada sektor publik, berdasarkan
konsep desentralisasi dan otonomi daerah dilihat dari perspektif organisasi dan
manajemen lebiih menekankan pada aspek ekonomi, efisiensi, dan efektifitas. Maka
dalam perspektif ini diukur dengan menggunakan instrumen pengukur Value For
Money yaitu:
a. Rasio Ekonomi
Rasio ini menggambarkan kehematan dalam penggunaan anggaran dan
kecermatan dalam pengelolaan serta menghindari pemborosan. Kegiatan operasional
dikatakan ekonomis jika dapat mengurangi biaya – biaya yang tidak perlu. Jika
realisasi belanja lebih besar dari pada anggarannya maka kinerja manajemen tidak
ekonomis dan sebaliknya jika realisasi belanja lebih kecil dari pada anggarannya di
sebut ekonomis atau manajemen dapat melakukan penghematan belanja operasional.
Sumber data yang di gunakan untuk mencari nilai ekonomis keuangan yang di dapat
dari Laporan Realisasi Anggaran pada RSUD Tanjungpinang. Untuk mengukur
kinerja tersebut dapat dilakukan dengan cara mengukur tingkat ekonomisnya, yang
dapat dihitung dengan rumus di bawah ini :
EKONOMIS = X 100
Setelah memperoleh hasil dari perhitungan tersebut maka kondisi keuangan
RSUD Tanjungpinang dapat di kategorikan tingkat ekonomisnya dengan kriteria
seperti yang dapat dilihat dibawah ini :
Tabel 3.3
Nilai Konversi Perspektif Keuangan (Ekonomis)
Skala Kinerja Keuangan Nilai Konversi Kategori
<80% 5 Sangat Ekonomis
80% - 85% 4 Ekonomis
85% - 90% 3 Cukup Ekonomis
90% - 95% 2 Tidak Ekonomis
>95% 1 Sangat Tidak Ekonomis
Sumber : Sugiyono dalam Wiraswasta (2010)
B. Rasio Efisiensi
Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan input. Semakin besar output
dibanding input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi. Rasio ini
menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan. Untuk mengukur tingkat
efisiensi dapat di hitung dengan rumus dibawah ini :
x 100
Setelah memperoleh hasil dari perhitungan tersebut maka kondisi keuangan
RSUD Tanjungpinang dapat di kategorikan tingkat efisiensinya dengan kriteria
seperti yang dapat dilihat dibawah ini :
Tabel 3.4
Kriteria Standar Rasio Keuangan (Efisiensi)
Skala Kinerja Keuangan Konversi Kategori
<100% 5 Sangat Efisien
100% - 110% 4 Efisien
110% -120% 3 Cukup Efisien
120% - 130% 2 Tidak Efisien
>130% 1 Sangat Tidak Efisien
Sumber : Sugiyono dalam Wiraswasta (2010)

a. Rasio Efektifitas
Efektifitas adalah ukuran berhasil tidaknya sutau organisasi mencapai
tujuannya. Efektifitas tidak menyatakan tentang seberapa besar biaya yang telah
dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Biaya bisa jadi melebihi apa yang telah
dianggarkan. Efektifitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dalam hal ini efektifitas diukur dengan antara
realisasi pendapatan dengan target pendapatan yang telah ditetapkan manajemen.
x 100
Setelah memperoleh hasil dari perhitungan tersebut maka kondisi keuangan
RSUD Tanjungpinang dapat di kategorikan tingkat efektifitasnya dengan kriteria
seperti yang dapat dilihat dibawah ini :
Tabel 3.5
Kriteria Standar Rasio Keuangan ( Efektifitas)
Skala Kinerja Keuangan Konversi Kategori
>95% 5 Sangat Efektif
80% - 95% 4 Efektif
65% - 80% 3 Cukup Efektif
50% - 65% 2 Tidak Efektif
<50% 1 Sangat Tidak Efektif
Sumber : Sugiyono dalam Wiraswasta (2010)
Metode Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah RSUD Tanjungpinang.
Sedangkan sampel yang dipakai adalah laporan realisasi anggaran untuk menilai
Perspektif Keuangan. Sementara untuk Perspektif Proses Bisnis dan Internal , sampel
yang dipakai adalah laporan standar pelayanan RSUD Tanjungpinang. Untuk
Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran dan Perspektif Pelanggan, sampel yang
diambil adalah 57 karyawan RSUD Tanjungpinang dan 92 pasien RSUD
Tanjungpinang.
Metode Analisis
1. Perspektif Keuangan
Menggunakan Analisis Value For Money ( Ekonomis, Efisiensi, dan Efektifitas).
2. Perspektif Proses Bisnis dan Internal
Menggunakan data standar pelayanan kesehatan sesuai DEPKES RI 2005 dan melihat
inovasi yang dilakukan RSUD Tanjungpinang
3. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran dan Perspektif Pelanggan
Melakukan uji validitas dan realibilitas pada kusioner. Pengujian ini dilakukan untuk
menguji kuesioner yang nantinya dipergunakan untuk mengukur kepuasan karyawan.
Berdasarkan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh hasil yang benar-
benar obyektif, yang dikenal dengan istilah validitas. Selain itu perlu juga diuji
konsistensinya yang dikenal dengan istilah reliabilitas. Validitas dan reliabilitas
merupakan dua syarat dalam menentukan baik atau tidaknya suatu penelitian.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


1. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Penelitian ini menggunakan kusioner yang disebarkan kepada pegawai RSUD
Tanjungpinang yang digunakan untuk mengukur kinerja berdasarkan perspektif
Pembelajaran dan Pertumbuhan. Untuk mengukur baik atau handalnya penelitian ini,
penulis menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas pada SPSS 21.0.
Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Kusioner Perspektif Pertumbuhan dan
Pembelajaran RSUD Tanjungpinang
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Valid 57 100.0
a
Cases Excluded 0 .0
Total 57 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.729 14

Pertanyaan Total Significant Validitas Cronbach’s Realibilitas


skor a
Motivasi .584** .000 Valid Reliabel
Motivasi .292* .028 Valid Reliabel
Motivasi .388** .003 Valid Reliabel
Motivasi .564** .000 Valid Reliabel
Motivasi .341** .009 Valid Reliabel
Pengembangan .427** .001 Valid .729 Reliabel
Pengembangan .427** .001 Valid Reliabel
Pengembangan .688** .000 Valid Reliabel
Inovasi .644** .000 Valid Reliabel
Inovasi .480** .000 Valid Reliabel
Suasana .618** .000 Valid Reliabel
Suasana .490** .000 Valid Reliabel
Suasana .723** .000 Valid Reliabel

Berdasarkan hasil uji validitas dan realibilitas pada SPSS 21.0 diatas
menunjukan bahwa data valid dan reliable. Penelitian dinyatakan valid apabila nilai
significant <0.05 dan < 0.01 kemudian dintakan reliable jika Cronbach’s a > 0.60.
Pada hasil uji diatas dinyatakan valid dan reliabel karena nilai significant < 0.05 dan
< 0.01, nilai Cronbach’s a 0.729 > 0.60. Oleh karena itu instrument kusioner
perspektif ini dinyatakan baik atau handal.
Tabel 4.3
Hasil Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
RSUD Tanjungpinang
Indikator Score Kategori
Motivasi 4,52 Puas
Kesempatan 4,53 Puas
Pengembangan Diri
Inovasi 4,35 Puas
Suasana Dalam Bekerja 4,2 Puas

2. Proses Bisnis Internal


1. Proses Inovasi
RSUD Tanjungpinang melakukan inovasi-inovasi baru untuk meningkatkan
kualitas nya. Pada tahun 2010 RSUD Tanjungpinang mengembangkan sistem
manajemen dengan menerapkan system PPK-BLUD (Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah) dengan tujuan agar pelaksanaan kegiatan dapat lebih
efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan minimal. Selain itu, RSUD juga merenovasi ulang gedung IGD
serta menambahkan beberapa alat kesehatan lain nya yang belum ada. Tujuan nya
agar pelayanan lebih baik lagi. Sementara jasa pelayanan kesehatan baru yang
ditambahkan sampai saat ini belum ada.
Tabel 4.4
Jumlah Inovasi RSUD Tanjungpinang selama tahun 2010-2013
Jumlah Inovasi Jumlah Total Presentase
Tahun Pelayanan Pelayanan yang Inovasi
Kesehatan Diberikan
2010 0 12 0%
2011 0 12 0%
2012 0 12 0%
2013 0 12 0%
Sumber : Data Sekunder Yang Diolah
Dari tahun 2010 sampai 2013 tidak ada penambahan jasa pelayanan kesehatan yang
baru yang ditawarkan RSUD Tanjungpinang, sehingga persentase inovasi RSUD
Tanjungpinang dari tahun 2010 sampai 2013 adalah 0%.
2. Proses Operasi
Cara pengukuran kinerja dalam perspektif proses bisnis internal ini ada 2 cara,
yaitu :
a. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan
Tabel 4.5
DATA PASIEN RAWAT JALAN
RSUD TANJUNGPINANG TAHUN 2010 s/d 2013
NO TAHUN RAWAT JALAN
BARU LAMA TOTAL
1 2010 13.198 17.114 30.312
2 2011 13.140 17.023 30.163
3 2012 12.301 13.790 26.091
4 2013 8.865 19.107 27.972
Sumber : Data Sekunder Yang Diolah
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa, dari tahun 2010 hingga tahun
2011 terjadi penurunan pasien baru rawat jalan dari 13.198 pasien ke 13.140 pasien.
Pada tahun 2011 sampai tahun 2012 juga mengalami penurunan jumlah pasien baru
dari 13.140 pasien ke 12.301. Dan dari tahun 2012 hingga tahun 2013 juga
mengalami jumlah pasien rawat jalan baru dari 12.301 pasien ke 8.865 pasien.
Penurunan jumlah pasien baru rawat jalan RSUD Tanjungpinang dari tahun ke tahun
adalah karena menurun nya citra pelayanan RSUD Tanjungpinang.
b. Jumlah Kunjungan Rawat Inap
Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja bisnis internal ini adalah
rasio rasio yang menunjukkan kualitas pelayanan suatu rumah sakit. Berikut ini
adalah standar nilai rasio yang digunakan untuk mengukur perspektif bisnis internal
ini berdasarkan DEPKES RI tahun 2005 :
Tabel 4.6
Standar Ideal Rasio – Rasio Terkait Pelayanan Rumah Sakit
Berdasarkan Depkes RI 2015
RASIO STANDAR IDEAL
ALOS 6 – 9 HARI
BOR 60 % - 85 %
TOI 1 – 3 Hari
BTO 40 -50 KALI
NDR Tidak lebih dari 25 per 1000 pasien keluar
GDR Tidak lebih dari 45 per 1000 pasien keluar
Sumber : DEPKES RI 2005
Tabel 4.7
Kinerja Rawat Inap RSUD Tanjungpinang
Tahun 2010 – 2013
No Rasio 2010 2011 2012 2013 Rata-rata Standar
Tidak
1 ALOS 4,2 4,4 3,9 4,24 4,185
Ideal
2 BOR 69,5 65,4 61,78 61,03 64,43 Ideal
Tidak
3 TOI 1,8 6,4 2,44 2,64 3,32
Ideal
Tidak
4 BTO 61,8 55,5 57,44 53,85 57,15
Ideal
5 GDR 43,7 47,8 40,55 40,26 43,07 Ideal
6 NDR 22,3 21,2 21,45 16,53 20,37 Ideal
Sumber : Data Sekunder Yang Diolah
ALOS (Average Length Of Stay) pada RSUD Tanjungpinang dari tahun 2010 –
2013 adalah tidak ideal, karena rata-rata seorang pasien menginap hanya 4 hari.
Sementara standar ideal ALOS (Average Length Of Stay) adalah 6 – 9 hari.
Sementara untuk BOR ( Bed Occupancy Rate) RSUD Tanjungpinang dari tahun 2010
– 2013 sudah ideal yaitu rata-rata 64.43 %, sementara standar ideal nya adalah 60 % -
85 %. Untuk indikator TOI (Turn Over Internal) RSUD Tanjungpinang tidak ideal
karena rata-rata tempat tidur kosong dari tahun 2010 - 2013 yaitu 3,32 hari, sementara
standar ideal TOI (Turn Over Internal) adalah 1 – 3 hari. Indikator BTO (Bed Turn
Over Rate) pada RSUD Tanjungpinang dari tahun 2010 -2013 tidak ideal karena rata
–rata tempat tidur dipakai sebanyak 57,15 kali, sementara standar ideal BTO (Bed
Turn Over Rate) yaitu rata-rata dipakai sebanyak 40 -50 kali. Indikator berikutnya
adalah NDR (Net Death Rate) pada RSUD Tanjungpinang. Dari data diatas dapat
disimpulkan bahwa NDR (Net Death Rate) pada RSUD Tanjungpinang adalah ideal
karena rata-rata pasien meninggal dari 1000 pasien keluar nya adalah 20,37 pasien.
Sementara standar ideal nya adalah tidak lebih dari 25 per 1000 pasien keluar.
Indikator terakhir adalah GDR (Gross Death Rate) pada RSUD Tanjungpinang sudah
ideal karena masih berada dalam standar ideal yakni rata-rata sebanyak 43,07 pasien
meninggal dari 1000 pasien keluar. Standar ideal GDR (Gross Death Rate) adalah
tidak lebih dari 45 dari 1000 pasien keluar.
Perspektif Pelanggan
Penelitian ini menggunakan kusioner yang akan disebarkan kepada pasien
RSUD Tanjungpinang. Untuk mengukur baik atau handal nya penelitian ini, penulis
menggunakan uji validitas dal reliabilitas pada SPSS 21.0.

Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kusioner Kepuasan Pelanggan
RSUD Tanjungpinang

Scale: ALL VARIABLES


Case Processing Summary
N %
Valid 92 98.9
a
Cases Excluded 1 1.1
Total 93 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.740 15

Total Cronbach’s
Pertanyaan Significant Validitas Reliabilitas
Skor a
Jaminan .497** .000 Valid Reliabel
0.740
Jaminan .576** .000 Valid Reliabel
Jaminan .582** .000 Valid Reliabel
Tanggap .654** .000 Valid Reliabel
Tanggap .552** .000 Valid Reliabel
Empati .513** .000 Valid Reliabel
Empati .345** .001 Valid Reliabel
Empati .498** .000 Valid Reliabel
Keandalan .607** .000 Valid Reliabel
Keandalan .617** .000 Valid Reliabel
Bukti .561** .000 Valid Reliabel
Bukti .633** .000 Valid Reliabel
Bukti .646** .000 Valid Reliabel
Bukti .486** .000 Valid Reliabel

Berdasarkan hasil uji validitas dan realibilitas pada SPSS 21.0 diatas
menunjukan bahwa data valid dan reliabel. Penelitian dinyatakan valid apabila nilai
significant <0.05 dan < 0.01 kemudian dintakan reliable jika Cronbach’s a > 0.60.
Pada hasil uji diatas dinyatakan valid dan reliabel karena nilai significant < 0.05 dan
< 0.01, nilai Cronbach’s a 0.740 > 0.60. Oleh karena itu instrument kusioner
perspektif ini dinyatakan baik atau handal.
Tabel 4.10
Hasil Perspektif Pelanggan
RSUD Tanjungpinang
Indikator Skor Kategori
Jaminan 3,4 Cukup Puas
Daya Tanggap 3,65 Cukup Puas
Empati 3,43 Cukup Puas
Keandalan 3,45 Cukup Puas
Bukti Langsung 3,57 Cukup Puas

4. Perspektif Keuangan
Perspektif keuangan juga menjadi salah satu tolak ukur untuk mengukur kinerja
suatu perusahaan. Penelitian pada persektif akan menggunakan data dari Laporan
Keuangan RSUD Tanjungpinang tahun 2010-2013. Adapun metode yang akan
digunakan adalah Value For Money. Hasil pengukuran kinerja perspektif keuangan
dapat dilihat dari pembahasan berikut :
Untuk mengukur kinerja nya dapat dilakukan dengan cara mengukur tingkat
ekonomis, yang dapat dihitung dengan cara :
a. X 100%
Tabel 4.11
Kriteria Standar Perspektif Keuangan (Ekonomis)
Skala Kinerja Keuangan Nilai Konversi Kategori
< 80% 5 Sangat Ekonomis
80% - 85% 4 Ekonomis
85% - 90% 3 Cukup Ekonomis
90% - 95% 2 Tidak Ekonomis
>95% 1 Sangat Tidak Ekonomis
Sumber : Sugiyono dalam Wiraswasta (2010)
Tabel 4.12
Rasio Ekonomis RSUD Tanjungpianang
Tahun 2010 – 2013 (Dalam Rupiah)
Sumber : Data Yang Diolah
Tahun Realisasi Belanja Anggaran Rasio
Kategori
Belanja Ekonomi
Cukup
2010 29.428.503.950 33.315.137.679 88,33%
Ekonomis
Tidak
2011 38.511.657.133 41.176.213.221 93,53%
Ekonomis
Sangat
2012 44.139.122.688 46.243.009.507 95,45% Tidak
Ekonomis
Cukup
2013 53.811.064.644 62.302.430.725 86,37%
Ekonomis
Dari data diatas dapat disimpilkan bahwa tingkat ke ekonomisan keuangan
RSUD Tanjungpinang pada tahun 2010 sebesar 88.33%. Kondisi ini menunjukan
bahwa RSUD telah melakukan penghematan sebesar 11,77% atau Rp
3.886.633.729,00. Dengan menggunakan kriteria standar ekonomis, pada tahun 2010
RSUD Tanjungpinang dikatakan cukup ekonomis. Pada tahun 2011 kondisi keuangan
RSUD Tanjungpinang dikategorikan tidak ekonomis karena tingkat ke ekonomisan
nya sebesar 93,53% atau hanya melakukan penghematan anggaran 6,47% atau
sebesar Rp 2.664.556.088,00 dari anggaran yang sudah ditetapkan. Tahun 2012
tingkat ke ekonomisan kondisi keuangan RSUD Tanjungpinang sebesar 95,45% dan
dikategorikan sangat tidak ekonomis. Penghematan belanja pada tahun 2012 ini
hanya sebesar 4, 55% atau sebesar Rp 2.103.886.819,00 dari jumlah anggaran yang
sudah ditetapkan.
Pada tahun 2013 tingkat ke ekonomisan kondisi keuangan RSUD
Tanjungpinang dikategorikan cukup ekonomis yaitu sebesar 86,37 %. Pada tahun
2013 RSUD Tanjungpinang menghemat anggaran belanja sebesar 13,63% atau
sebesar Rp.8.491.366.081,00 dari jumlah anggaran yang sudah di tetapkan. Dalam
organisasi sektor publik yang berbasis anggaran kinerja, penghematan belanja
operasional sudah menjadi suatu keharusan dalam rangka mengurangi pemborosan
uang negara. Penghematan penggunaan belanja pada organisasi sektor publik dapat
dilakukan dengan sistem tender pengadaan barang dan jasa publik yang telah diatur
menurut peraturan perundang undangan.
b. x 100
Tabel 4.13
Kriteria Standar Rasio Keuangan ( Efektifitas)
Skala Kinerja Keuangan Konversi Kategori
>95% 5 Sangat Efektif
80% - 95% 4 Efektif
65% - 80% 3 Cukup Efektif
50% - 65% 2 Tidak Efektif
<50% 1 Sangat Tidak Efektif
Sumber : Sugiyono dalam Wiraswasta (2010)
Tabel 4.14
Rasio Efektifitas RSUD Tanjungpinang
Tahun 2010 – 2013 (Dalam Rupiah)
Realisasi Anggaran Tingkat
Tahun Kategori
Pendapatan Pendapatan Efektifitas
Sangat
2010 10.517.814.193 9.710.255.386 108,31%
Efektif
Sangat
2011 11.799.895.455 11.076728.479 106,52%
Efektif
Sangat
2012 20.009.093.315 15.726.728.479 127,22%
Efektif
Sangat
2013 29.294.750.821,18 23.989.796.366 122,11%
Efektif
Sumber : Data Yang Diolah
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat efektifitas keuangan RSUD
Tanjungpinang pada tahun 2010 sebesar 108,31% yang artinya RSUD Tanjungpinang
mampu menghasilkan pendapatan usaha sebanyak 1, 08 kali dari yang ditargetkan.
Nilai efektifitas keuangan RSUD Tanjungpinang pada tahun 2010 dapat
dikategorikan sangat efektif. Pada tahun 2011 tingkat efektifitas keuangan RSUD
Tanjungpinang sebesar 106,52% atau mampu menghasilkan pendapatan sebanyak
1,06 kali dari yang ditargetkan dan dikategorikan sangat efektif.
Pada tahun 2012 tingkat efektifitas keuangan RSUD Tanjungpinang sebesar
127,22% atau mampu menghasilkan pendapatan sebesar 1,27 kali dari yang
ditargetkan dan dapat dikategorikan sangat efektif. Pada tahun berikutnya yaitu tahun
2013, tingkat efektifitas keuangan RSUD Tanjungpinang sebesar 122,11% atau
mampu menghasilkan pendapatan sebesar 1,22 kali dari yang ditargetkan. Tingkat
efektifitas keuangan RSUD Tanjungpinang tahun 2013 dapat juga di kategorikan
sangat efektif.
c. x 100
Tabel 4.15
Kriteria Standar Rasio Keuangan (Efisiensi)
Skala Kinerja Keuangan Konversi Kategori
<100% 5 Sangat Efisien
100% - 110% 4 Efisien
110% -120% 3 Cukup Efisien
120% - 130% 2 Tidak Efisien
>130% 1 Sangat Tidak Efisien
Sumber : Sugiyono dalam Wiraswasta (2010)
Tabel 4.16
Rasio Efisiensi RSUD Tanjungpinang
Tahun 2010 – 2013 (Dalam Rupiah)
Realisasi Tingkat
Tahun Realisasi Belanja Kategori
Pendapatan Efisiensi
Sangat
2010 29.428.503.950 10.517.814.193 279,79% Tidak
Efisien
Sangat
2011 38.511.657.133 11.799.895455 326,37% Tidak
Efisien
Sangat
2012 44.139.122.688 20.009.093.315 220,59% Tidak
Efisien
Sangat
2013 53.811.064.644 29.294.750.821,18 183,68% Tidak
Efisien
Sumber : Data yang diolah
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat efisiensi keuangan RSUD
Tanjungpinang pada tahun 2010 sebesar 279,79% yang artinya jumlah belanja RSUD
Tanjungpinang 2,79 kali lebih besar dari pada pendapatan yang dihasilkan. Tingkat
efisiensi keuangan RSUD Tanjungpinang pada tahun 2010 dapat dikategorikan
sangat tidak efisien. Pada tahun 2011 tingkat efisien keuangan RSUD Tanjungpinang
sebesar 326,37% dan dikategorikan sangat tidak efisien. Tahun 2012 tingkat efisiensi
keuangan RSUD Tanjungpinang juga dapat dikategorikan sangat tidak efisien yaitu
sebesar 220,59%.
Pada tahun 2013 tingkat efisiensi keuangan RSUD Tanjungpinang sebesar 183,68%
dan dikategorikan sangat tidak efisien. Dengan kategori sangat tidak efisien nya
kondisi keuangan RSUD Tanjungpinang dapat dipahami karena mengingat tujuan
utama berdirinya RSUD Tanjungpinang adalah untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang optimal kepada masyarakat, sehingga jumlah realisasi pendapatan
tidak menjadi prioritas utama organisasi.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berikut ini adalah kesimpulan dari hasil penelitian :
1. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Hasil analisis data dari setiap indikator pada perspektif ini adalah responden
merasa puas.
2. Perspektif Proses Bisnis Internal
Pada perspektif ini terdapat 2 indikator utama yaitu proses inovasi dan proses
operasi. Untuk indikator proses inovasi pada RSUD Tanjungpinang dari tahun 2010 –
2013 tidak ada penambahan jasa pelayanan baru. Ini tentu saja sangat mempengaruhi
kualitas RSUD Tanjungpinang di mata masyarakat. RSUD Tanjungpinang harus
lebih fokus pada instrument ini agar mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. Pada
indikator proses operasi terbagi 2 yaitu jumlah kunjungan rawat jalan dan kunjungan
rawat inap. Untuk kunjungan rawat jalan RSUD Tanjungpinang dari tahun 2010 –
2013 terus mengalami penurunan.
Untuk jumlah kunjungan rawat inap dari tahun 2010-2013 diukur dengan
menggunakan rasio- rasio sesuai DEPKES RI. Rata – rata rasio ALOS (Average
Length of Stay), TOI (Turn Over Internal), dan BTO (Bed Turn Over Rate) dari tahun
2010 – 2013 adalah tidak ideal.
3. Perspektif Pelanggan
Hasil analisis data dari setiap indikator pada perspektif ini adalah responden
merasa cukup puas.
4. Perspektif Keuangan
Untuk perspektif keuangan , kinerja keuangan RSUD Tanjungpinang dari tahun
2010 – 2013 diukur menggunakan analisis Value For Money yang di ukur
menggunakan 3 rasio yaitu rasio ekonomis, rasio efisiensi, dan rasio efektifitas.
Untuk rasio ekonomis tahun 2011 dan 2012 keuangan RSUD Tanjungpinang
dikategorikan tidak ekonomis, karena hanya menghemat anggaran sebesar 6,47% di
tahun 2011 dan 4,55% ditahun 2012. Tingkat efisiensi keuangan RSUD
Tanjungpianang dari tahun 2010 – 2013 dikategorikan sangat tidak efisien. Tingkat
ketidakefisiensian tertinggi RSUD Tanjungpinang yaitu pada tahun 2011 yaitu
sebesar 326,37% yang artinya jumlah belanja RSUD Tanjungpinang 3, 26 kali lebih
besar dari pendapatan yang dihasilkan.
Untuk tingkat efektifitas keuangan RSUD Tanjungpinang dari tahun 2010 –
2013 dikategorikan sangat efektif. Dimana tingkat efektifitas tertinggi terjadi pada
tahun 2012 yaitu sebesar 127,22% yang artinya RSUD mampu mendapatkan
pendapatan 1,27 kali dari yang ditargetkan.

Saran
Setelah memperhatikan kinerja RSUD Tanjungpinang bersarakan empat
perspektif balanced scorecard, penulis ingin merekomendasikan beberapa hal yang
perlu diperhatikan pihak manajemen RSUD Tanjungpinang :
1. RSUD Tanjungpinang hendaknya lebih meningkatkan keakraban dan
kerjasama antara sesama pegawai dan antara atasan dan bawahan. Suasana
bekerja yang baik akan lebih meningkatkan kualitas kerja.
2. Sebaiknya RSUD Tanjungpinang lebih meningkatkan inovasi – inovasi baru
dalam pelayanan RSUD Tanjungpinang. Kelengkapan jasa layanan tentu saja
akan meningkatkan mutu RSUD Tanjungpinang.
3. Tingkat kepuasan pasien RSUD Tanjungpinang terhadap pelayanan yang
diberikan sejauh ini sudah cukup bagus, tapi akan lebih baik lagi jika RSUD
Tanjungpinang terus meningkatkan mutu pelayanan. Semakin baik mutu yang
diberikan tentu saja akan meningkatkan citra RSUD Tanjungpinang di mata
publik.
4. RSUD Tanjungpinang sebaiknya lebih memperhatikan tingkat efisiensi
keuangan nya. Penghematan anggaran bagi oraganisasi sektor publik
merupakan suatu hal yang wajib dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Aurora, Novella. 2010. Penerapan Balanced Scorecard Sebagai Tolak Ukur
Pengukuran Kinerja Studi Kasus pada RSUD Tugerejo Semarang. Universitas
Diponegoro.
Darmiyati, Jidanah. 2013. Penerapan Balanced Scorecard Sebagai Metode
Pengukuran Kinerja Pada Rumah Sakit IPHI PEDAN Kabupaten Klaten.
Semarang. Universitas Diponegoro.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2005. Tentang Standar Jasa
Pelayanan Kesehatan Nasional.
Dhalifah, Syarifah. 2011. Analisis Pengukuran Kinerja Badan Perpustakaan dan
Arsip Daerah Provinsi Kepulauan Riau Dengan Metode Balanced Scorecard.
Tanjungpinang. Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Eko, Wahyu. 2011. Penerapan Metode Balanced Scorecard Sebagai Tolak Ukur
Penilaian Kinerja Pada Organisasi Nirlaba. Semarang. Universitas
Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2006. Statistic Non Parametic : Teori dan Aplikasi Dengan Program
SPSS.
Kaplan, Robert S. dan Norton, P. David. 2000. Balanced Scorecard – Menerapkan
Strategi Menjadi Aksi. Erlangga. Jakarta.
Marsiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta.
Mulyadi. 2001. Alat Manajemen Kontemporer Untuk Pelipatganda Kinerja Keuangan
Perusahaan. Jakarta. Salemba Empat.
Putra, Endry Dwi. 2013. Peranan Balanced Scorecard Sebagai Tolak Ukur Penilaian
Kinerja Instansi Pemerintah pada BPDB Provinsi Kepri. Tanjungpianang.
Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Sari, Lia. 2013. Balanced Scorecard pada Organisasi Sektor Publik. Palembang.
Politeknik Palembang Darusalam.
Trihastuti, Kristianingsih. 2011. Analisis Kinerja Perusahaan Dengan Metode
Balanced Scorecard. Semarang. Universitas Negri Semarang.
Wahyuni, Sri. 2011. Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukuran Kinerja
Pada PT Semen Basowa Maros. Makasar. Universitas Hasanudin.
Wijayanti, Rahardian. 2012. Analisis Kinerja RSUD DR. ISKAK Tulungagung
Dengan Metode Balanced Scorecard. Tesis. Jakarta. Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai