Anda di halaman 1dari 5

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR HK.01.07/MENKES/4843/2021
TENTANG
PENDAYAGUNAAN DOKTER SPESIALIS PARU
DALAM RANGKA PENANGANAN CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk percepatan penanganan Corona Virus


Disease 2019 (COVID-19) perlu dilakukan pengerahan
tenaga medis terutama dokter dengan spesialisasi paru
untuk mendukung pemberian pelayanan kesehatan di
rumah sakit;
b. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 17 ayat (2)
Peraturan Presiden Nomor 31 Tahun 2019 tentang
Pendayagunaan Dokter Spesialis dan Pasal 15 ayat (3)
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 36 Tahun 2019
tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Presiden
Nomor 31 Tahun 2019 tentang Pendayagunaan Dokter
Spesialis, Menteri Kesehatan dapat menetapkan jenis
spesialisasi lainnya yang akan menjadi peserta
penempatan dokter spesialis dalam rangka
pendayagunaan dokter spesialis;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Keputusan Menteri Kesehatan tentang Pendayagunaan
Dokter Spesialis Paru Dalam Rangka Penanganan Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19);

1/5
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
3. Peraturan Presiden Nomor 31 Tahun 2019 tentang
Pendayagunaan Dokter Spesialis (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 98);
4. Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19);
5. Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang
Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 36 Tahun 2019
tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Presiden
Nomor 31 Tahun 2019 tentang Pendayagunaan Dokter
Spesialis (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 1121);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2020
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 1146);
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/Menkes/275/2020 tentang Penetapan Rumah
Sakit Rujukan Penanggulangan Penyakit Infeksi
Emerging Tertentu;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/Menkes/4239/2021 Pemberian Insentif dan
Santunan Kematian Bagi Tenaga Kesehatan Yang
Menangani Corona Virus Disease 2019 (COVID-19);

2/5
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
PENDAYAGUNAAN DOKTER SPESIALIS PARU DALAM
RANGKA PENANGANAN CORONA VIRUS DISEASE 2019
(COVID-19).

KESATU : Menetapkan dokter spesialis paru sebagai peserta


penempatan dokter spesialis dalam rangka pendayagunaan
dokter spesialis.
KEDUA : Pendayagunaan dokter spesialis paru sebagaimana dimaksud
dalam Diktum KESATU dilakukan dalam rangka penanganan
COVID-19.
KETIGA : Pendayagunaan dokter spesialis paru sebagaimana dimaksud
dalam Diktum KEDUA dilaksanakan pada rumah sakit milik
Kementerian Kesehatan.
KEEMPAT : Pendayagunaan dokter spesialis paru sebagaimana dimaksud
dalam Diktum KEDUA diikuti oleh dokter yang telah selesai
melakukan pendidikan profesi program dokter spesialis paru
yang menerima bantuan biaya pendidikan secara tidak
langsung dari Pemerintah Pusat dengan status non Aparatur
Sipil Negara.
KELIMA : Dokter spesialis paru sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KESATU melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
KEENAM : Jangka waktu pendayagunaan dokter spesialis paru
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU selama 12
(dua belas) bulan.
KETUJUH : Dalam hal rumah sakit tidak dapat mendayagunakan dokter
spesialis paru dengan jangka waktu sebagaimana dimaksud
dalam Diktum KEENAM:
a. pimpinan rumah sakit membuat surat keterangan yang
menyatakan telah mendayagunakan dokter spesialis paru
sesuai dengan jangka waktu pendayagunaan pada rumah
sakit tersebut, dan membuat surat pengembalian dokter
spesialis paru yang bersangkutan kepada Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan; dan

3/5
b. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan menempatkan kembali dokter
spesialis paru sebagaimana dimaksud dalam huruf a
untuk menyelesaikan jangka waktu sebagaimana
dimaksud dalam Diktum KEENAM ke rumah sakit lain
milik Kementerian Kesehatan.
KEDELAPAN : Dalam hal Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan tidak dapat melakukan penempatan
kembali dokter spesialis paru sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KETUJUH huruf b, dokter spesialis paru yang
bersangkutan dinyatakan telah selesai melaksanakan
pendayagunaan dokter spesialis dan tidak lagi diberikan hak
sebagai peserta pendayagunaan dokter spesialis.
KESEMBILAN : Dalam hal status bencana nasional atau kedaruratan
kesehatan masyarakat COVID-19 telah dicabut pemerintah
sebelum jangka waktu penugasan sebagaimana dimaksud
dalam Diktum KEENAM berakhir, dokter spesialis paru
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU dinyatakan
telah selesai melaksanakan pendayagunaan dokter spesialis
dan tidak lagi diberikan hak sebagai peserta pendayagunaan
dokter spesialis.
KESEPULUH : Selama melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KELIMA, dokter spesialis paru dapat memperoleh hak
berupa tunjangan, akomodasi, transportasi, dan hak lainnya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
KESEBELAS : Pendanaan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan
Keputusan Menteri ini dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Kementerian
Kesehatan dan sumber pembiayaan lain yang sah dan tidak
mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

4/5
KEDUA BELAS : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 21 juli 2021

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI G. SADIKIN

5/5

Anda mungkin juga menyukai