DAFTAR ISI………………………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..... ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………… 1
1.2 Maksud dan Tujuan………………………………………………………………. 1
1.3 Ruang lingkup……………………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………. 2
2.1 Pengertian Kriminalitas………………………………………………………….. 2
2.2 Perbuatan Yang Termasuk Tindakan Kriminal………………………………….. 2
2.3 Faktor Pendorong Tindakan Kriminalitas……………………………………….. 2
2.4 Akibat Dari Melakukan Tindakan Kriminal…………………………………….. 4
2.5 Upaya Mencegah Tindakan Kriminalitas……………………………………….. 4
BAB III KESIMPULAN……………………………………………………………………. 5
i
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah, serta inayah-Nya kepada kita semua. Sholawat dan salam tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW atas segala limpahan rahmat-Nya dan yang kita
tunggu – tunggu safa’atnya di akhirat, sehingga mampu menyelesaikan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
bermanfaat kepada pembaca, khususnya bagi bagi para remaja. Penyusun sadar
bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna dan mempunyai
banyak kekurangan. Oleh karena itu, Penyusun mohon untuk saran dan
kritiknya. Terima kasih.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu problem pokok yang dihadapi oleh kota besar, dan kota-kota lainnya tanpa
menutup kemungkinan terjadi di pedesaan, adalah kriminalitas di kalangan remaja. Dalam
berbagai acara liputan kriminal di televisi misalnya, hampir setiap hari selalu ada berita
mengenai tindak kriminalitas di kalangan remaja. Hal ini cukup meresahkan, dan fenomena
ini terus berkembang di masyarakat.
Tentu saja tindakan kriminal yang dilakukan oleh remaja sangat bervariasi, mulai dari
tawuran antarsekolah, perkelahian dalam sekolah, pencurian, hingga pemerkosaan. Tindak
kriminalitas yang terjadi di kalangan remaja dianggap kian meresahkan publik. Tindak
kriminalitas di kalangan remaja sudah tidak lagi terkendali, dan dalam beberapa aspek sudah
terorganisir. Hal ini bahkan diperparah dengan tidak mampunya institusi sekolah dan
kepolisian untuk mengurangi angka kriminalitas di kalangan remaja tersebut.
C. Ruang Lingkup
Adapun penulisan makalah ini mencakup pengertian tindakan kriminal dan perbuatan yang
termasuk didalamnya, jenis-jenis penjahat (orang melakukan perbuatan kriminal), faktor
pendorong perbuatan kriminal, bahaya dari perbuatan kriminal, serta cara agar tidak
terjerumus dan melakukan perbuatan kriminal.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kriminalitas
Kriminalitas atau tindak kriminal segala sesuatu yang melanggar hukum atau sebuah
tindak kejahatan. Pelaku kriminalitas disebut seorang kriminal. Biasanya yang dianggap
kriminal adalah seorang maling atau pencuri, pembunuh, perampok dan juga teroris.
Meskipun kategori terakhir ini agak berbeda karena seorang teroris berbeda dengan seorang
kriminal, melakukan tindak kejahatannya berdasarkan motif politik atau paham.
Selama kesalahan seorang kriminal belum ditetapkan oleh seorang hakim, maka orang ini
disebut seorang terdakwa. Sebab ini merupakan asas dasar sebuah negara hukum: seseorang
tetap tidak bersalah sebelum kesalahannya terbukti.
Kriminalitas atau kejahatan itu bukan merupakan peristiwa herediter (bawaan sejak lahir,
warisan) juga bukan merupakan warisan biologis. Tingkah laku kriminalitas itu bisa
dilakukan oleh siapapun juga, baik wanita maupun pria; dapat berlangsung pada usia anak,
dewasa ataupun lanjut umur. Tindak kejahatan bisa dilakukan secara sadar misalnya,
didorong oleh impuls-impuls yang hebat, didera oleh dorongan-dorongan paksaan yang
sangat kuat (kompulsi-kompulsi), dan oleh obsesi-obsesi. Kejahatan bisa juga dilakukan
secara tidak sadar sama sekali. Misalnya, karena terppaksa untuk mempertahankan hidupnya,
seseorang harus melawan dan terpaksa membalas menyerang, sehingga terjadi peristiwa
pembunuhan.
2
2.Lingkungan alam yang teduh dan damai di daerah-daerah pedesaan dan pegunungan yang
subur memberikan pengaruh yang menenangkan. Sedang daerah-daerah kota dan industri
yang penuh padat dan bising penuh hiruk-pikuk yang memekakkan, memberikan pengaruh
membingungkan, mengacau menekan/mencekam dan menstimulasi penduduknya menjadi
kanibal-kanibal (kejam, bengis, mendekati kebiadaban), dan jahat.
3. Masyaraka primitif dan masyarakat desa dengan kelompok-kelompok “face to face” yang
masih intim memberikan kontrol sosial dan sanksi-sanksi sosial lebih ketat kepada segenap
warga masyarakatnya. Sedang masyarakat urban yang kompleks, sangat heterogin dan
atomistik itu membuat norma-norma soaial dan sanksi-sanksi sosial menjadi sangat longgar,
sehingga orang cenderung bertingkah laku semau sendiri yang menjurus kepada pola-pola
yang kriminal.
Sementara menurut Rauf (2002) perilaku yang menyimpang (tindakan kriminalitas) dapat
dipengaruhi oleh tiga kutub, yaitu:
1. Kutub keluarga (rumah tangga), dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan
dikemukakan bahwa anak/remaja yang dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang
kurang sehat/disharmonis keluarga, maka resiko anak untuk mengalami gangguan
kepribadian menjadi kepribadian antisoasial dan berperilaku menyimpang, lebih besar
dibandingkan dengan anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga yang sehat/harmonis
(sakinah). Kriteria kondisi keluarga kurang sehat tersebut menurut para ahli adalah, antara
lain :
• Keluarga tidaak utuh (broken home by death, separation, divorce)
• Kesibukan orang tua, ketidakberadaan dan ketidakbersamaan orang tua dan anak di rumah.
• Hubungan interpersonal antar anggota keluarga (ayah-ibu-anak) yang tidak baik (buruk).
• Substitusi ungkapan kasih sayang orang tua kepada anak, dalam bentuk materi daripada
kejiwaan (psikologis).
Selain daripada kondisi keluarga tersebut diatas, berikut adalah rincian kondisi keluarga yang
merupakan sumber stres pada anak dan remaja :
• Hubungan buruk atau dingin antara ayah dan ibu
• Terdapat gangguan fisik atau mental dalam keluarga
• Cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang tua atau oleh kakek/nenek
• Campur tangan tau perhatian yang berlebihan dari orang rua kepada anak
• Sikap orang tua yang dingin dan tak acuh terhadap anak
• Orang tua yang jarang di rumah atau terdapatnya isteri lain
• Kurang stimuli kognitif atau sosial
• Lain-lain misalnya menjadi anak angkat, dirawat di rumah sakit, kehilangan orang tua, dan
sebagainya.
2. Kutub sekolah, kondisi sekolah yang tidak baik dapat mengganggu belajar-mengajar anak
didik, yang pada gilirannya dapat memberikan peluang pada anak didik untuk berperilaku
menyimpang. Kondisi sekolah yang tidak baik tersebut, antara lain:
• Sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai
• Kuantitas dan kualitas tenaga guru yang tidak memadai
• Kuantitas dan kualitas noonguru yang tidak memadai
• Kesejahteraan guru yang tidak memadai
• Kurikulum sekolah yang perlu ditinjau kembali
• Lokasi sekolah di daerah rawan, dan lain sebagainya
3
3. Kutub masyarakat (kondisi lingkungan sosial), faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak
sehat atau rawan dapat menjadi faktor yang kondusif bagi anak/remaja untuk berperilaku
menyimpang. Faktor kutub masyarakat ini dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu faktor
kerawanan msyarakat dan faktor daerah rawan (gangguan kamtibmas). Kriteria dari kedua
faktor tersebut antara lain :
• Faktor kerawanan masyarakat (lingkungan)
Tempat-tempat hiburan yang dibuka hingga larut malam bahkan sampai dini hari
Peredaran alkohol, narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya
Pengangguran
Anak-anak putus sekolah/anak jalanan
Wanita tuna susila (Wts)
Beredarnya bacaan, tontonan dan lain-lain yang sifatnya pornografis
Perumahan kumuh dan padat
Pencemaran lingkungan
Kesenjangan sosial
Tindak kekerasan dan kriminalitas
• Daerah rawan (rawan kamtibmas)
Penyalahgunaan alkohol, narkotika, dan zat adiktif lainnya
Perkelahian perorangan atau kelompok/masal
Kebut-kebutan
Pencurian, perampasan, penodongan, pengompasan, perampokan
Perkosaan
Pembunuhan
Tindak kekerasan lain
Pengrusakan
Corat-coret
4
2. Di sekolah
Hendaknya pengelola sekolah mampu menciptakan kondisi sekolah yang kondusif bagi
proses belajar mengajar anak didik. Kondisi sekolah yang kondusif bagi proses belajar
mengajar diantaranya:
• Sarana dan prasarana sekolah yang memadai
• Kuantitas dan kualitas guru yang memadai, mengembalikan wibawa guru
• Kuantitas dan kualitas tenaga non guru yang memadai
• Kesejahteraan guru (kondisi sosial-ekonomi guru) perlu diperbaiki, tugas rangkap guru
antar sekolah sebaiknya dihindarkan
• Kurikulum sekolah yang terlalu padat/banyak dan kurang relevan hendaknya ditinjau
kembali. Di sekolah bukan semata-mata perkembangan mental-intelektual (kognitif) anak
didik yang diutamakan, melainkan juga perkembangan mental-emosional dan mental-sosial
jangan sampai tidak diperhatikan.
• Lokasi sekolah hendaknya tidak berada di daerah rawan, jauh dari daerah perbelanjaan,
pusat-pusat hiburan/keramaian.
3. Di masyarakat/lingkungan sosial
Hendaknya para pamong, aparat kamtibmas, tokoh/pemuka masyarakat mampu menciptakan
kondisi lingkungan hidup yang bebas dari rasa takut, aman dan tentram, bebas dari segala
bentuk kerawanan, misalnya:
• Tempat pemukiman tidak bercampur dengan pusat-pusat perbelanjaan, hiburan dan
sebangsanya.
• Tempat pemukiman bebas wts
• Tempat pemukiman bebas dari tempat-tempat penjualan/peredaran alkohol, narkotika, dan
obat-obat terlarang lainnya (drug fre environment)
• Tempat pemukiman hendaknya bebas polusi, tidak kumuh dan tidak padat
• Tempat pemukiman bebas dari anak-anak jalanan, pengangguran dan bergadang hingga
larut malam, mabuk-mabukan dan tindak menyimpang lainnya yang dapat mengganggu
lingkungan.
• Tempat pemkiman tidak terlalu mencolok satu dengan yang lain agar kesenjangan sosial
dihindari.
BAB III
KESIMPULAN
Kriminalitas atau tindak kriminal segala sesuatu yang melanggar hukum atau sebuah tindak
kejahatan. Pelaku kriminalitas disebut seorang kriminal. Sementara itu, kriminalitas yang
akhir-akhir ini marak dilakukan oleh pelajar merupakan suatu fenomena yang membuat hati
kita miris.
Para pelajar yang masih tergolong anak dibawah umur tersebut telah berani melakukan
tindakan yang sangat tidak terpuji. Mereka mencuri, merusak, memperkosa bahkan
membunuh. Tindakan mereka ini sudah merupakan hal yang melanggar hukum.
Segala penyimpangan yang terjadi ini sebenarnya diakibatkan oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah faktor internal dalam keluarga, selanjutnya yaitu faktor dari sekolahnya
sendiri yang kurang kondusif, serta yang terakhir adalah faktor dari masyarakat/lingkungan
sosialnya.
Untuk itu peranan orang tua dan lingkungan sekitar harus memberikan contoh-contoh yang
baik sebagai kepribadian yang terbentuk akan baik pula.
5