Anda di halaman 1dari 15

Makalah : Meningkatkan Kesadaran Hukum 

Masyarakat
DAFTAR ISI

Kata pengantar ............................................................................i


Daftar isi .....................................................................................ii
Bab I pendahuluan .................................................................1
1.1 Latar belakang ........................................................................................1
1.2 Rumusan masalah ....................................................................................2

Bab II tinjauan pustaka dan kerangka berfikir.................................. 4


A. Tinjauan pustaka .................................................................................... 4
B. Kerangka berpikir .................................................................................. 5

Bab III Pembahasan Hasil Penelitian .................................................. 6


A. Kesalahan fonologi ................................................................................ 6
B. Kesalahan morfologi ............................................................................. 10
C. Kesalahan sintaksis ............................................................................... 11
D. Kesalahan leksikon................................................................................ 11

Bab IV Kesimpulan dan Saran .............................................................12


A. Kesimpulan ............................................................................................12
B. Saran .....................................................................................................12
Daftar pustaka ............................................................................................13
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah perundang-undangan tentang meningkatkan Kesadaran
Hukum Masyarakat

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
   

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
   
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
   

Jambi, 29 September 2016


   
                                                                                             

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat kesadaran hukum warganya. Semakin
tinggi kesadaran hukum penduduk suatu negara, akan semakin tertib kehidupan bermasyarakat
dan bernegara. Sebaliknya, jika kesadaran hukum penduduk suatu negara rendah, yang berlaku
di sana adalah hukum rimba.

Indonesia adalah negara hukum. Dalam hidup di lingkungan masyarakat tidak lepas dari aturan-
aturan yang berlaku, baik aturan yang tertulis maupun aturan yang tidak tertulis. Aturan-aturan
tersebut harus ditaati sepenuhnya. Adanya aturan tersebut adalah agar tercipta kemakmuran dan
keadilan dalam lingkungan masyarakat. Apabila aturan-aturan tersebut dilanggar, akan
mendapatkan sanksi yang tegas.

Di negara Indonesia masih banyak orang-orang yang melanggar hukum atau peraturan.
Peraturan-peraturan yang sudah disepakati dan ditulis ternyata masih banyak yang dilanggar. Hal
tersebut tidak hanya di kalangan pemerintah, masyarakat, tetapi juga menyebar ke instansi-
instansi termasuk lembaga pendidikan atau sekolah-sekolah.

Kesadaran hukum dengan hukum itu mempunyai kaitan yang erat sekali. Kesadaran hukum
merupakan faktor dalam penemuan hukum (Lemaire, 1952; 46). Bahkan Krabbe mengatakan
bahwa sumber segala hukum adalah kesadaran hukum (v. Apeldoorn, 1954: 9). Menurut
pendapatnya maka yang disebut hukum hanyalah yang memenuhi kesadaran hukum kebanyakan
orang, maka undang-undang yang tidak sesuai dengan kesadaran hukum kebanyakan orang akan
kehilangan kekuatan mengikat.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diungkapkan di atas, dapat di rumuskan


permasalahan antara lain :

1. Apa pengertian kesadaran hukum masyarakat?


2. Apa saja faktor-faktor kesadaran hukum dalam masyarakat?
3. Apa saja tingkat kesadaran hukum dalam masyarakat?
4. Bagaimana kesadaran hukum dalam masyarakat  dewasa ini?
5. Bagaimana meningkatkan kesadaran hukum dalam masyarakat?
6. Bagaimana pelaksanaan hukum sehingga tercapainya pelaksanaan hukum dalam
masyarakat?
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kesadaran.

a)      Menurut Suharso dan Retnoningsih (2005: 366), “Kesadaran adalah keinsafan; keadaan
mengerti; hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang“.

b)      Selain itu menurut Nias, menyatakan bahwa dalam psikologi “kesadaran didefinisikan
sebagai tingkat kesiagaan individu pada saat ini terhadap rangsangan eksternal dan internal,
artinya terhadap persitiwa-peristiwa lingkungan dan suasana tubuh, memori dan pikiran”.

2.2 Pengertian Hukum.

a)      Menurut Suharso dan Retnoningsih (2005: 171), menyatakan bahwa: “Hukum adalah
peraturan yang di buat oleh suatu kekuasaan atau adat yang dianggap berlaku oleh dan untuk
orang banyak; undang-undang, ketentuan, kaedah, patokan; keputusan hakim.”

b)      Hukum menurut Simorangkir dan Sastropranoto dalam Kansil (1989: 38), hukum adalah
peratuaran-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam
lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana
terhadap peraturan-peraturan tadi berakibatkan diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman
tertentu.

c)      Hukum menurut Amin dalam Kansil (1989: 38), hukum merupakan kumpulan-kumpulan
peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan saksi-saksi.

2.3 Pengertian Kesadaran Hukum.

a)      Kesadaran hukum adalah kesadaran yang ada pada setiap manusia tentang apa hukum itu
atau apa seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari hidup kejiwaan kita dengan mana
kita membedakan antara hukum dan tidak hukum (onrecht), antara yang seyogyanya dilakukan
dan tidak seyogyanya dilakukan (Scholten, 1954: 166) .

b)      Menurut kamus Bahasa Indonesia. Kesadaran hukum adalah pengetahuan bahawa prilaku
tertentu diatur oleh hukum sehingga ada kecendrungan untuk mematuhi peraturan.

c)      Kesadaran hukum adalah kesadaran yang ada pada setiap manusia tentang apa hukum itu
atau apa seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari hidup kejiwaan kita dengan mana
kita membedakan antara hukum dan tidak hukum (onrecht).[1]
d)     Menurut Suharso dan Retnoningsih, (1993: 765), kesadaran hukum adalah

1) Nilai-nilai yang terdapat dalam diri manusia mengenai hukum yang ada.
2) Pengetahuan bahwa suatu perilaku tertentu diatur oleh hukum.

e)       Menurut Abdurrahman dalam Nurhidayat (2006 : 8), menyatakan bahwa kesadaran hukum
itu adalah tidak lain dari pada suatu kesadaran yang ada dalam kehidupan manusia untuk selalu
patuh dan taat pada hukum.

 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Hukum dalam Masyarakat

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum. Menurut Soekanto dalam
Nurhidayat, (2006: 9-11), dijelaskan secara singkat sebagai berikut

1)      Pengetahuan tentang kesadaran hukum Secara umum,  perturan-peraturan yang telah sah,
maka dengan sendirinya peraturan-peraturan tadi akan tersebar luas dan diketahui umum. Tetapi
sering kali terjadi suatu golongan tertentu di dalam mayarakat tidak mengetahui atau kurang
mengetahui tentang ketentuan-ketentuan hukum yang khusus bagi mereka.

2)      Pengakuan terhadap ketentuan-ketentuan hukum, Pengakuan masyarakat terhadap


ketentuan-ketentuan hukum, berati bahwa masyarakat mengetahui isi dan kegunaan dari norma-
norma hukum tertentu. Artinya ada suatu derajat pemahaman yang tertentu terhadap ketentuan-
ketentuan hukum yang berlaku. Namun hal ini belum merupakan jaminan bahwa warga
masyarakat yang mengakui ketentuan-ketentuan hukum tertentu dengan sendirinya
mematuhinya, tetapi juga perlu diakui bahwa orang-orang yang memahami suatu ketentuan
hukum adakalanya cenderung untuk mematuhinya.

3)      Penghargaan terhadap ketentuan-ketentuan hukum, Penghargaan atau sikap tehadap


ketentuan-ketentuan hukum, yaitu sampai sejauh manakah suatu tindakan atau perbuatan yang
dilarang hukum diterima oleh sebagian besar warga masyarakat. Juga reaksi masyarakat yang
didasarkan pada sistem nilai-nilai yang berlaku. Masyarakat mungkin menentang atau mungkin
mematuhi hukum, karena kepentingan mereka terjamin pemenuhannya.

4)      Pentaatan atau kepatuhan terhadap ketentuan-ketentuan hukum, Salah satu tugas hukum
yang penting adalah mengatur kepentingan-kepentingan para warga masyarakat. Kepentingan
para warga masyarakat tersebut lazimnya bersumber pada nilai-nilai yang berlaku, yaitu
anggapan tentang apa yang baik dan apa yang harus dihindari.

5)      Ketaatan masyarakat terhadap hukum, dengan demikian sedikit banyak tergantung apakah
kepentingan-kepentingan warga masyarakat dalam bidang-bidang tertentu dapat ditampung oleh
ketentuan-ketentuan hukum. Ada juga suatu anggapan bahwa kepatuhan hukum disebabkan
karena adanya rasa takut pada sanksi, karena ingin memelihara hubungan baik dengan rekan-
rekan sekelompok atau pimpinan karena kepentingannya terlindung, karena cocok dengan nilai-
nilai yang dianutnya.
2.4 Tingkat Kesadaran Hukum Masyarakat

Tingkat Kesadaran Hukum. Menurut  Soekanto dalam Nurhidayat (2006: 11-12), indikator-
indikator dari kesadaran hukum sebenarnya merupakan petunjuk yang relatif kongkrit tentang
taraf kesadaran hukum. Dijelaskan lagi secara singkat bahwa :

1)      Indikator pertama adalah pengetahuan hukum Seseorang mengetahui bahwa perilaku-
perilaku tertentu itu telah diatur oleh hukum. Peraturan hukum yang dimaksud disini adalah
hukum tertulis maupun hukum yang tidak tertulis. Perilaku tersebut menyangkut perilaku yang
dilarang oleh hukum maupun perilaku yang diperbolehkan oleh hukum.

2)      Indikator kedua adalah pemahaman hukum Seseorang pelajar mempunyai pengetahuan dan
pemahaman mengenai aturan-aturan tertentu, misalnya adanya pengetahuan dan pemahaman
yang benar dari pelajar tentang hakikat dan arti pentingnya peraturan disekolah.

3)      Indikator yang ketiga adalah sikap hukum Seseorang mempunyai kecenderungan untuk
mengadakan penilaian tertentu terhadap hukum.

4)      Indikator yang keempat adalah perilaku hukum, yaitu dimana seseorang atau pelajar
mematuhi peraturan yang berlaku.

Keempat indikator tadi sekaligus menunjukkan pada tingkat-tingkatan kesadaran hukum tertentu
di dalam perwujudannya. Apabila seseorang hanya mengetahui hukum, maka dapat dikatakan
bahwa tingkat kesadaran hukumnya masih rendah, tetapi kalau seseorang dalam suatu
masyarakat telah berperilaku sesuai dengan hukum, maka kesadaran hukumnya tinggi.

2.5 Kesadaran Hukum Masyarakat Dewasa Ini

Akhir-akhir ini banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran hukum. Kalau kita mengikuti


berita-berita dalam surat kabar-surat kabar, maka boleh dikatakan tidak ada satu hari lewat di
mana tidak dimuat berita tentang terjadinya pelanggaran-pelanggaran hukum, baik yang berupa
pelanggaran-pelanggaran, kejahatan-kejahatan, maupun yang berupa perbuatan melawan hukum,
ingkar janji atau penyalah gunaan hak. Berita-beria tenang penipuan, penjambretan penodongan
pembunuhan, tabrak lari dan sebagainya setiap hari dapat kita baca di dalam surat kabar-surat
kabar. Yang menyedihkan ialah bahwa tidak sedikit dari orang-orang yang tahu hukum
melakukannya, baik ia petugas penegak hukum atau bukan.

Di samping pelanggaran-pelanggaran peraturan hukum terjadi banyak penyalahgunaan


hak atau wewenang. Menggunakan haknya secara berlebihan sehingga merugikan orang lain
berarti menyalahgunaan hak. Komersialisasi jabatan misalnya pada hakekatnya merupakan
penyalahgunaan hak. Penyalahgunaan hak banyak dilakukan oleh golongan tertentu atau pejabat-
pejabat yang merasa boleh berbuat dan dimungkinkan dapat berbuat semaunya sendiri karena
kedudukan atau jabatannya.
Dari segi pelaksanaan hukum (law enforcement) dapat dikatakan tidak ada ketegasan
sikap dalam menghadapi pelanggaran-pelanggaran hukum. Banyak pelanggaran-pelanggaran
hukum yang tidak diusut. Tidak sedikit pengaduan-pengaduan dan laporan-laporan dari
masyarakat tentang terjadinya pelanggaran-pelanggaran atau kejahatan kepada yang berwajib
tidak ditanggapi atau dilayani. Banyak pegawai pengusut yang tidak wewenang mendeponir
perkara membiarkan perkara tidak diusut, sedangkan perkara perdata yang bukan wewenangnya
diurusinya. Peristiwa-peristiwa tersebut di atas hampir setiap hari kita baca di dalam surat kabar.
Boleh dikatakan tidak ada berita di dalam surat kabar mengenai suatu daerah yang keadaannya
serba teratur tidak ada pelanggaran, tidak ada kejahatan dan tidak pula ada sengketa.

Ditinjau dari segi jurnalistik memang sensasilah yang dicari dalam pemberitaan, karena
sensasi menarik perhatian para pembaca dan berita tentang pelanggaran dan peradilan selalu
menarik perhatian. Ditinjau dari segi hukum, maka makin banyaknya pemberitaan tentang
pelanggaran hukum, kejahatan atau kebatilan berarti kesadaran akan makin banyak terjadinya
”onrecht”. Dengan makin banyaknya pelanggaran hukum makin berkurangnya toleransi dan
sikap berhati-hati di dalam masyarakat, penyalahgunaan hak dan sebagainya dapatlah dikatakan
bahwa kesadaran hukum masyarakat dewasa ini menurun, yang mau tidak mau mengakibatkan
merosotnya kewibawaan pemerintah juga. Menurunnya kesadaran hukum dalam hal ini berarti
belum cukup tinggi. Kesadaran hukum yang rendah cenderung pada pelanggaran hukum,
sedangkan makin tinggi kesadaran hukum seseorang makin tinggi ketaatan hukumnya. Untuk
dapat mengambil langkah-langkah guna mengatasi menurunnya kesadaran hukum masyarakat,
perlu kiranya diketahui apakah kiranya yang dapat menjadi sebab-sebabnya.

Menurunnya kesadaran hukum masyarakat itu merupakan gejala perubahan di dalam


masyarakat: perubahan sosial. Salah satu sebab perubahan sosial menurut Arnold M Rose adalah
kontak atau konflik antar kebudayaan.[2] Besarnya arus pariwisatawan yang mengalir ke
Indonesia tidak sedikit pengaruhnya dalam merangsang perubahan-perubahan sosial. Pengaruh
film terutama film luar negeri serta televisi, majalah atau bacaan-bacaan lainnya dengan adegan-
adegan atau ceritera- ceritera yang sadistis tidak berperikemanusiaan atau asusila mempunyai
peran penting dalam membantu menurunkan kesadaran hukum masyarakat.

Kurang tegas dan konsekuensinya para petugas penegak hukum terutama polisi, jaksa dan
hakim dalam menghadapi pelanggaran-pelanggaran hukum pada umumnya merupakan peluang
terjadinya pelanggaran-pelanggaran atau kejahatan-kejahatan. Tidak adanya atau kurangnya
pengawasan pada petugas penegak hukum merupakan perangsang menurunnya kesadaran hukum
masyarakat. Mengingat bahwa hukum adalah perlindungan kepentingan manusia, maka
menurunnya kesadaran hukum masyarakat disebabkan karena orang tidak melihat atau
menyadari lagi bahwa hukum melindungi kepentingannya. Soerjono Soekanto menambahkan
bahwa menurunnya kesadaran hukum masyarakat disebabkan juga karena para pejabat kurang
menyadari akan kewajibannya untuk memelihara hukum dan kurangnya pengertian akan
tujuannya serta fungsinya dalam pembangunan.
Menurut Soerjono Soekanto, indikator-indikator dari kesadaran hukum sebenarnya
merupakan petunjuk yang relatif kongkrit tentang taraf kesadaran hukum. Dijelaskan lagi secara
singkat bahwa :
1)      indikator pertama adalah pengetahuan hukum
Seseorang mengetahui bahwa perilaku-perilaku tertentu itu telah diatur oleh hukum. Peraturan
hukum yang dimaksud disini adalah hukum tertulis maupun hukum yang tidak tertulis. Perilaku
tersebut menyangkut perilaku yang dilarang oleh hukum maupun perilaku yang diperbolehkan
oleh hukum.
2)      Indikator kedua adalah pemahaman hukum
Seseorang warga masyarakat mempunyai pengetahuan dan pemahaman mengenai aturan-aturan
tertentu, misalnya adanya pengetahuan dan pemahaman yang benar dari masyarakat tentang
hakikat dan arti pentingnya UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.
3)      Indikator yang ketiga adalah sikap hukum
Seseorang mempunyai kecenderungan untuk mengadakan penilaian tertentu terhadap hukum.
4)      Indikator yang keempat adalah perilaku hukum, yaitu dimana seseorang atau dalam suatu
masyarakat warganya mematuhi peraturan yang berlaku.
Keempat indikator tadi sekaligus menunjukkan tingkatan-tingkatan pada kesadaran hukum
tertentu di dalam perwujudan nya. Apabila seseorang mengetahui hukum. maka bisa dikatakan
bahwa tingkat kesadarahn hukum nya masih rendah. Tetapi jikalau seseorang atau suatu
masyarakat telah berperilaku sesuai hukum, maka tingkat kesadaran hukum nya telah tinggi.

2.6 Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat

Tindakan atau cara apakah yang sekirarnya efektif untuk meningkatkan kesadaran hukum
masyarakat? Tindakan drastis dengan misalnya memperberat ancaman hukum atau dengan lebih
mengetatkan penataan ketaatan warga negara terhadap undang-undang saja, yang hanya bersifat
insidentil dan kejutan, kiranya bukanlah merupakan tindakan yang tepat untuk meningkatkan
kesadaran hukum masyarakat. Mungkin untuk beberapa waktu lamanya akan tampak atau terasa
adanya penertiban tetapi kesadaran hukum masyarakat tidak dapat dipaksakan dan tidak
mungkin diciptakan dengan tindakan yang drastis yang bersifat insidentil saja. Kita harus
menyadari bahwa setelah mengetahui kesadaran hukum masyarakat dewasa ini, yang menjadi
tujuan kita pada hakekatnya bukanlah semata-mata sekedar meningkatkan kesadaran hukum
masyarakat saja, tetapi membina kesadaran hukum masyarakat.

Seperti yang telah diketengahkan di muka maka kesadaran hukum erat hubungannya
dengan hukum, sedang hukum adalah produk kebudayaan. Kebudayaan merupakan suatu
”blueprint of behaviour” yang memberikan pedoman-pedoman tentang apa yang harus dilakukan
boleh dilakukan dan apa yang dilarang. Dengan demikian maka kebudayaan mencakup suatu
sistem tujuan-tujuan dan nilai-nilai. Hukum merupakan pencerminan nilai-nilai yang terdapat di
dalam masyarakat. Menanamkan kesadaran hukum berarti menanamkan nilai-nilai kebudayaan.
Dan nilai-nilai kebudayaan dapat dicapai dengan pendidikan. Oleh karena itu setelah mengetahui
kemungkinan sebab-sebab merosotnya kesadaran hukum masyarakat usaha peningkatan dan
pembinaan yang utama, efektif dan efisien ialah dengan pendidikan.
Pendidikan tidaklah merupakan suatu tindakan yang ”einmalig” atau insidentil sifatnya,
tetapi merupakan suatu kegiatan yang kontinyu dan intensif dan terutama dalam hal pendidikan
kesadaran hukum ini akan memakan waktu yang lama. Kiranya tidak berlebihan kalau dikatakan
bahwa dengan pendidikan yang intensif hasil peningkatan dan pembinaan kesadaran hukum baru
dapat kita lihat hasilnya yang memuaskan sekurang-kurangnya 18 atau 19 tahun lagi. Ini bukan
suatu hal yang harus kita hadapi dengan pesimisme, tetapi harus kita sambut dengan tekad yang
bulat untuk mensukseskannya. Dengan pendidikan sasarannya akan lebih kena secara intensif
daripada cara lain yang bersifat drastis.

Pendidikan yang dimaksud di sini bukan semata-mata pendidikan formal disekolah-


sekolah dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi, tetapi juga pendidikan non formal di
luar sekolah kepada masyarakat luas. Yang harus ditanamkan baik dalam pendidikan formal
maupun non formal ialah pada pokoknya tentang bagaimana menjadi masyarakat Indonesia yang
baik, tentang apa hak serta kewajiban seorang warga negara Indonesia. Setiap warga negara
harus tahu tentang undang-undang yang berlaku di negara kita. Tidak tahu undang-undang tidak
merupakan alasan pemaaf : ignorantia legis excusat neminem. Asas ini yang lebih dikenal
dengan kata-kata bahasa Belanda dengan ”iedereen wordt geacht de wet te kennen” berlaku di
Indonesia harus ditanamkan dalam pendidikan tentang kesadaran hukum. Ini tidak hanya berarti
mengenal undang-undang saja, tetapi mentaatinya, melaksanakannya, menegakkannya, dan
mempertahankannya. Lebih lanjut ini berarti menanamkan pengertian bahwa di dalam pergaulan
hidup kita tidak boleh melanggar hukum serta kewajiban hukum, tidak boleh berbuat merugikan
orang lain dan harus bertindak berhati-hati di dalam masyarakat terhadap orang lain. Suatu
pengertian yang pada hakekatnya sangat sederhana, tidak ”bombastis”, mudah dipahami dan
diterima setiap orang. Sesuatu yang mudah dipahami dan diterima pada umumnya mudah pula
untuk menyadarkan dan mengamalkannya.

 Pendidikan formal

Di Taman Kanak-kanak sudah tentu tidak mungkin ditanamkan pengertian-pengertian


abstrak tentang hukum atau disuruh menghafalkan undang-undang. Yang harus ditanamkan
kepada murid Taman Kanak-kanak ialah bagaimana berbuat baik terhadap teman sekelas atau
orang lain, bagaimana mentaati peraturan-peraturan yang dibuat oleh sekolah. Maka perlu
kiranya di sekolah dipasang tanda-tanda larangan (verbodstekens) atau tanda-tanda perkenan
(gebodstekens) berupa poster atau tanda-tanda bergambar lainnya yang menarik dan ibu guru
harus mengadakan pengawasan serta menindak pelanggarnya dengan memberi ”hukuman”.
Suatu taman mini lalu lintas pada tiap-tiap sekolah Taman Kanak-kanak akan membantu
memupuk kesadaran hukum pada anak-anak. Yang penting dalam pendidikan di Taman Kanak-
kanak ialah menanamkan pada anak-anak pengertian bahwa setiap orang harus berbuat baik dan
bahwa larangan-larangan tidak boleh dilanggar dan si pelanggar pasti menerima akibatnya.

Di SD, SLTP dan SLTA hal tersebut di atas perlu ditanamkan lebih intensif lagi: hak dan
kewajiban warga negara Indonesia, susunan negara kita, Pancasila dan Undang-undang Dasar,
pasal-pasal yang penting dari KUHP, bagaimana cara memperoleh perlindungan hukum. Perlu
diadakan peraturan-peraturan sekolah. Setiap pelanggar harus ditindak. Untuk itu dan juga untuk
menanamkan ”sense of justice” pada murid-murid perlu dibentuk suatu ”dewan murid” dengan
pengawasan guru yang akan mengadili pelanggar-pelanggar terhadap peraturan sekolah.

Di samping buku pelajaran yang berhubungan dengan kesadaran hukum perlu diterbitkan
juga buku-buku bacaan yang berisi cerita-cerita yang heroik.

Secara periodik perlu diadakan kampanye dalam bentuk pekan (pekan kesadaran hukum,
pekan lalu lintas dan sebagainya) yang diisi dengan perlombaan-perlombaan (lomba mengarang,
lomba membuat motto yang ada hubungannya dengan kesadaran hukum), pemilihan warga
negara teladan terutama dihubungkan dengan ketaatan mematuhi peraturan-peraturan, pameran
dan sebagainya.

 Fakultas Hukum

Di Perguruan-perguruan Tinggi harus diberi pelajaran Pengantar Ilmu Hukum, yang


disesuaikan dengan kebutuhan: PIH yang diberikan di Fakultas Teknik misalnya harus berbeda
dengan yang diberikan di Fakultas Ekonomi atau Fakultas Hukum. Dalam memberi Pengantar
Ilmu Hukum di semua Perguruan Tinggi hendaknya diketengahkan ”probleem situas”i yang
konkrit dengan mengetengahkan ”res cottidianae” (= peristiwa sehari-hari), yaitu persoalan-
persoalan yang terjadi setiap hari yang dimuat di dalam surat kabar terutama yang berhubungan
dengan kesadaran hukum. Pada Fakultas-fakultas hukum hendaknya dibentuk seksi atau jurusan
peradilan yang khusus mendidik para calon hakim, jaksa dan pengacara. Kecuali itu Fakultas
Hukum ditugaskan pula untuk memberi penataran kepada para petugas penegak hukum.
Perguruan Tinggi khususnya Fakultas Hukum mempunyi peranan penting dalam hal
meningkatkan kesadaran hukum masyarakat. Menarik sekali pendapat Achmad Sanusi yang
mengatakan bahwa Perguran Tinggi menghasilkan orang-orang yang diasumsikan mempunyai
kesadaran hukum yang tinggi.

 Pendidikan non formal

ditujukan kepada masyarakat luas meliputi segala lapisan di dalam masyarakat. Pendidikan
non formal ini dilakukan dengan peyuluhan atau penerangan, kampanye serta pameran.

Penyuluhan atau penerangan dapat dilakukan melalui segala bentuk mass media: televsii,
radio, majalah, surat kabar dan sebagainya. Bahan bacaan, terutama ceritera bergambar atau strip
yang bersifat heroik akan sangat membantu dalam meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.
Buku pengangan (vademecum, handboek) yang berisi tentang hak dan kewajiban warga negara
Indonesia, susunan negara kita, Pancasila dan \Undang-undang Dasar, pasa-pasal yang penting
dalam KUHP, bagaimana caranya memperoleh perlindungan hukum perlu diterbitkan. Dalam
buku ini harus ditanamkan rasa ”demuwe” dan ”sense of belonging”, yaitu agar merasa dan
menyadari sebagai bangsa yang merdeka dan mempunyai negara yang merdeka pula. Buku
vademecum untuk umum ini hendaknya ditulis secara populer dan sebaiknya dalam bentuk tanya
jawab, seperti misalnya buku ”the USA answers questions, a guide to understanding” diterbitkan
oleh Kenneth E. Beer atau ”Our Ameican Government the answers to one thousand and one
questions” ditulis oleh Wright Patman seorang anggota Kongres. Di tempat yang banyak
dikunjugi oleh orang, seperti pasar, alun-alun, restoran, stasiun, terminal, stasiun udara, bioskop
dan juga di perempatan-perempatan atau sepanjang jalan raya atau pada kendaraan-kendaraan
umum dipasang atau ditempelkan poster-poster atau spandoek dengan motto yang berhubungan
dengan kesadaran hukum.

Penyuluhan atau penerangan dapat dilakukan juga dengan ceramah yang diadakan di
kecamatan-kecamatan atau di tempat tempat lain kepada golongan-golongan tertentu, misalnya
para pemegang SIM, para pedagang, para narapidana dan sebagainya. Ceramah-ceramah ini
harus diadakan secara sistematis dan periodik.

Di Amerika Serikat, suatu negara yang sudah maju, dikenal adanya ”Law Day” untuk
membina kesadaran hukum masyarakat. Maka kiranya tidak berlebihan kalau kita mengadakan
kampanye peningkatan kesadaran hukum masyarakat secara ajeg yang diisi dengan kegiatan-
kegiatan yang disusun dan direncanakan secara ”planmatig” (terrencana), seperti ceramah-
ceramah, pelbagai macam perlombaan, pemilihan warga negara teladan, pameran dan
sebagainya. Suatu pameran mempunyai fungsi yang informatif edukatif. Maka tidak dapat
disangkal peranannya yang positif dalam meningkatkan dan membina kesadaran hukum
masyarakat. Tersedianya buku vademecum seperti yang telah diketengahkan di muka, brohure
serta leaflets di samping diperlihatkan film, slide dan sebagainya yang merupakan visualisasi
kesadaran hukum akan mempunyai daya tarik yang besar.

2.7 Pelaksanaan Hukum

Adanya hukum itu adalah untuk ditaati, dilaksanakan atau ditegakkan. Pelaksanaan
hukum atau law enforcement oleh petugas penegak hukum yang tegas, konsekuen, penuh
dedikasi dan tanggung jawab akan membantu meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.
Tidak atau kurang adanya sikap yang tegas dan konsekuen dari para petugas penegak hukum,
kurangnya dedikasi dan tanggung jawab akan minmbulkan sikap acuh ta’ acuh dari masyarakat
dan memberi peluang serta perangsang untuk terjadinya ”onrecht”.

Setiap petugas penegak hukum harus bersikap tegas dan konsekuen terhadap setiap
pelanggaran hukum yang terjadi. Tegas dan konsekuen dalam arti tidak ragu-ragu menindak
setiap pelanggaran kapan saja dan di mana saja. Pengabdian dalam tugas dan rasa tanggung
jawab merupakan persyaratan yang penting bagi setiap petugas penegak hukum.
Pelaksanaan hukum yang tegas dan konsekuen serta penuh dedikasi dan tanggung jawab akan
menimbulkan rasa aman dan tenteram di dalam masyarakat. Orang tahu kepada siapa harus
mencari perlindungan hukum dan dapat mengharapkan perlindungan hukum itu tanpa adanya
kemungkinan akan dipersukar, tidak dilayani atau dipungut beaya yang tidak semestinya. Kalau
sampai terjadi sebaliknya maka orang tidak akan merasa aman dan tenteram. Untuk mengadukan
atau melaporkan suatu pelanggaran hukum saja segan karena tidak yakin akan dilayani dengan
baik atau ditindak pelanggaran hukum yang dilaporkan itu.

Oleh karena itu maka perlu ada kontrol atau pengawasan terhadap para petugas penegak
hukum dalam menjalankan tugasnya melaksanakan atau menegakkan hukum. Pengawasan ini
tidak cukup dilakukan oleh pimpinan setempat saja, tetapi harus dilakukan juga oleh pimpinan
pusat. Banyak hal-hal yang terjadi di daerah tidak diketahui atau lepas dari sorotan pimpinan
pusat. Lebih-lebih mengingat banyaknya laporan-paporan ke pusat yang tidak sesuai dengan
kenyataan. Maka oleh karena itu secara ajeg pimpinan dari pusat harus turun ke bawah.

Mengingat bahwa praktek hukum itu pada hakekatnya merupakan suatu chaos, tidak
teratur secara sistematis dan merupakan ”sleur” sebagaimana sifat praktek pada umumnya, maka
sekali-kali para petugas penegak hukum perlu ke luar dari suasana ”sleur” dari praktek untuk
mendapatkan refreshing. Di dalam praktek hukum ada kecenderungan orang untuk mengabaikan
teori dan sistem, maka oleh karena itu sangat penting fungsi penataran bagi para petugas penegak
hukum.

Akhirnya demi suksesnya peningkatan dan pembinaan kesadaran hukum masyarakat


masih diperlukan partisipasi dan kooperasi dari para pejabat dan pemimpin-pemimpin.
BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai