Masyarakat
DAFTAR ISI
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah perundang-undangan tentang meningkatkan Kesadaran
Hukum Masyarakat
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat kesadaran hukum warganya. Semakin
tinggi kesadaran hukum penduduk suatu negara, akan semakin tertib kehidupan bermasyarakat
dan bernegara. Sebaliknya, jika kesadaran hukum penduduk suatu negara rendah, yang berlaku
di sana adalah hukum rimba.
Indonesia adalah negara hukum. Dalam hidup di lingkungan masyarakat tidak lepas dari aturan-
aturan yang berlaku, baik aturan yang tertulis maupun aturan yang tidak tertulis. Aturan-aturan
tersebut harus ditaati sepenuhnya. Adanya aturan tersebut adalah agar tercipta kemakmuran dan
keadilan dalam lingkungan masyarakat. Apabila aturan-aturan tersebut dilanggar, akan
mendapatkan sanksi yang tegas.
Di negara Indonesia masih banyak orang-orang yang melanggar hukum atau peraturan.
Peraturan-peraturan yang sudah disepakati dan ditulis ternyata masih banyak yang dilanggar. Hal
tersebut tidak hanya di kalangan pemerintah, masyarakat, tetapi juga menyebar ke instansi-
instansi termasuk lembaga pendidikan atau sekolah-sekolah.
Kesadaran hukum dengan hukum itu mempunyai kaitan yang erat sekali. Kesadaran hukum
merupakan faktor dalam penemuan hukum (Lemaire, 1952; 46). Bahkan Krabbe mengatakan
bahwa sumber segala hukum adalah kesadaran hukum (v. Apeldoorn, 1954: 9). Menurut
pendapatnya maka yang disebut hukum hanyalah yang memenuhi kesadaran hukum kebanyakan
orang, maka undang-undang yang tidak sesuai dengan kesadaran hukum kebanyakan orang akan
kehilangan kekuatan mengikat.
1.2 Perumusan Masalah
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kesadaran.
a) Menurut Suharso dan Retnoningsih (2005: 366), “Kesadaran adalah keinsafan; keadaan
mengerti; hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang“.
b) Selain itu menurut Nias, menyatakan bahwa dalam psikologi “kesadaran didefinisikan
sebagai tingkat kesiagaan individu pada saat ini terhadap rangsangan eksternal dan internal,
artinya terhadap persitiwa-peristiwa lingkungan dan suasana tubuh, memori dan pikiran”.
a) Menurut Suharso dan Retnoningsih (2005: 171), menyatakan bahwa: “Hukum adalah
peraturan yang di buat oleh suatu kekuasaan atau adat yang dianggap berlaku oleh dan untuk
orang banyak; undang-undang, ketentuan, kaedah, patokan; keputusan hakim.”
b) Hukum menurut Simorangkir dan Sastropranoto dalam Kansil (1989: 38), hukum adalah
peratuaran-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam
lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana
terhadap peraturan-peraturan tadi berakibatkan diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman
tertentu.
c) Hukum menurut Amin dalam Kansil (1989: 38), hukum merupakan kumpulan-kumpulan
peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan saksi-saksi.
a) Kesadaran hukum adalah kesadaran yang ada pada setiap manusia tentang apa hukum itu
atau apa seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari hidup kejiwaan kita dengan mana
kita membedakan antara hukum dan tidak hukum (onrecht), antara yang seyogyanya dilakukan
dan tidak seyogyanya dilakukan (Scholten, 1954: 166) .
b) Menurut kamus Bahasa Indonesia. Kesadaran hukum adalah pengetahuan bahawa prilaku
tertentu diatur oleh hukum sehingga ada kecendrungan untuk mematuhi peraturan.
c) Kesadaran hukum adalah kesadaran yang ada pada setiap manusia tentang apa hukum itu
atau apa seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari hidup kejiwaan kita dengan mana
kita membedakan antara hukum dan tidak hukum (onrecht).[1]
d) Menurut Suharso dan Retnoningsih, (1993: 765), kesadaran hukum adalah
1) Nilai-nilai yang terdapat dalam diri manusia mengenai hukum yang ada.
2) Pengetahuan bahwa suatu perilaku tertentu diatur oleh hukum.
e) Menurut Abdurrahman dalam Nurhidayat (2006 : 8), menyatakan bahwa kesadaran hukum
itu adalah tidak lain dari pada suatu kesadaran yang ada dalam kehidupan manusia untuk selalu
patuh dan taat pada hukum.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum. Menurut Soekanto dalam
Nurhidayat, (2006: 9-11), dijelaskan secara singkat sebagai berikut
1) Pengetahuan tentang kesadaran hukum Secara umum, perturan-peraturan yang telah sah,
maka dengan sendirinya peraturan-peraturan tadi akan tersebar luas dan diketahui umum. Tetapi
sering kali terjadi suatu golongan tertentu di dalam mayarakat tidak mengetahui atau kurang
mengetahui tentang ketentuan-ketentuan hukum yang khusus bagi mereka.
4) Pentaatan atau kepatuhan terhadap ketentuan-ketentuan hukum, Salah satu tugas hukum
yang penting adalah mengatur kepentingan-kepentingan para warga masyarakat. Kepentingan
para warga masyarakat tersebut lazimnya bersumber pada nilai-nilai yang berlaku, yaitu
anggapan tentang apa yang baik dan apa yang harus dihindari.
5) Ketaatan masyarakat terhadap hukum, dengan demikian sedikit banyak tergantung apakah
kepentingan-kepentingan warga masyarakat dalam bidang-bidang tertentu dapat ditampung oleh
ketentuan-ketentuan hukum. Ada juga suatu anggapan bahwa kepatuhan hukum disebabkan
karena adanya rasa takut pada sanksi, karena ingin memelihara hubungan baik dengan rekan-
rekan sekelompok atau pimpinan karena kepentingannya terlindung, karena cocok dengan nilai-
nilai yang dianutnya.
2.4 Tingkat Kesadaran Hukum Masyarakat
Tingkat Kesadaran Hukum. Menurut Soekanto dalam Nurhidayat (2006: 11-12), indikator-
indikator dari kesadaran hukum sebenarnya merupakan petunjuk yang relatif kongkrit tentang
taraf kesadaran hukum. Dijelaskan lagi secara singkat bahwa :
1) Indikator pertama adalah pengetahuan hukum Seseorang mengetahui bahwa perilaku-
perilaku tertentu itu telah diatur oleh hukum. Peraturan hukum yang dimaksud disini adalah
hukum tertulis maupun hukum yang tidak tertulis. Perilaku tersebut menyangkut perilaku yang
dilarang oleh hukum maupun perilaku yang diperbolehkan oleh hukum.
2) Indikator kedua adalah pemahaman hukum Seseorang pelajar mempunyai pengetahuan dan
pemahaman mengenai aturan-aturan tertentu, misalnya adanya pengetahuan dan pemahaman
yang benar dari pelajar tentang hakikat dan arti pentingnya peraturan disekolah.
3) Indikator yang ketiga adalah sikap hukum Seseorang mempunyai kecenderungan untuk
mengadakan penilaian tertentu terhadap hukum.
4) Indikator yang keempat adalah perilaku hukum, yaitu dimana seseorang atau pelajar
mematuhi peraturan yang berlaku.
Keempat indikator tadi sekaligus menunjukkan pada tingkat-tingkatan kesadaran hukum tertentu
di dalam perwujudannya. Apabila seseorang hanya mengetahui hukum, maka dapat dikatakan
bahwa tingkat kesadaran hukumnya masih rendah, tetapi kalau seseorang dalam suatu
masyarakat telah berperilaku sesuai dengan hukum, maka kesadaran hukumnya tinggi.
Ditinjau dari segi jurnalistik memang sensasilah yang dicari dalam pemberitaan, karena
sensasi menarik perhatian para pembaca dan berita tentang pelanggaran dan peradilan selalu
menarik perhatian. Ditinjau dari segi hukum, maka makin banyaknya pemberitaan tentang
pelanggaran hukum, kejahatan atau kebatilan berarti kesadaran akan makin banyak terjadinya
”onrecht”. Dengan makin banyaknya pelanggaran hukum makin berkurangnya toleransi dan
sikap berhati-hati di dalam masyarakat, penyalahgunaan hak dan sebagainya dapatlah dikatakan
bahwa kesadaran hukum masyarakat dewasa ini menurun, yang mau tidak mau mengakibatkan
merosotnya kewibawaan pemerintah juga. Menurunnya kesadaran hukum dalam hal ini berarti
belum cukup tinggi. Kesadaran hukum yang rendah cenderung pada pelanggaran hukum,
sedangkan makin tinggi kesadaran hukum seseorang makin tinggi ketaatan hukumnya. Untuk
dapat mengambil langkah-langkah guna mengatasi menurunnya kesadaran hukum masyarakat,
perlu kiranya diketahui apakah kiranya yang dapat menjadi sebab-sebabnya.
Kurang tegas dan konsekuensinya para petugas penegak hukum terutama polisi, jaksa dan
hakim dalam menghadapi pelanggaran-pelanggaran hukum pada umumnya merupakan peluang
terjadinya pelanggaran-pelanggaran atau kejahatan-kejahatan. Tidak adanya atau kurangnya
pengawasan pada petugas penegak hukum merupakan perangsang menurunnya kesadaran hukum
masyarakat. Mengingat bahwa hukum adalah perlindungan kepentingan manusia, maka
menurunnya kesadaran hukum masyarakat disebabkan karena orang tidak melihat atau
menyadari lagi bahwa hukum melindungi kepentingannya. Soerjono Soekanto menambahkan
bahwa menurunnya kesadaran hukum masyarakat disebabkan juga karena para pejabat kurang
menyadari akan kewajibannya untuk memelihara hukum dan kurangnya pengertian akan
tujuannya serta fungsinya dalam pembangunan.
Menurut Soerjono Soekanto, indikator-indikator dari kesadaran hukum sebenarnya
merupakan petunjuk yang relatif kongkrit tentang taraf kesadaran hukum. Dijelaskan lagi secara
singkat bahwa :
1) indikator pertama adalah pengetahuan hukum
Seseorang mengetahui bahwa perilaku-perilaku tertentu itu telah diatur oleh hukum. Peraturan
hukum yang dimaksud disini adalah hukum tertulis maupun hukum yang tidak tertulis. Perilaku
tersebut menyangkut perilaku yang dilarang oleh hukum maupun perilaku yang diperbolehkan
oleh hukum.
2) Indikator kedua adalah pemahaman hukum
Seseorang warga masyarakat mempunyai pengetahuan dan pemahaman mengenai aturan-aturan
tertentu, misalnya adanya pengetahuan dan pemahaman yang benar dari masyarakat tentang
hakikat dan arti pentingnya UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.
3) Indikator yang ketiga adalah sikap hukum
Seseorang mempunyai kecenderungan untuk mengadakan penilaian tertentu terhadap hukum.
4) Indikator yang keempat adalah perilaku hukum, yaitu dimana seseorang atau dalam suatu
masyarakat warganya mematuhi peraturan yang berlaku.
Keempat indikator tadi sekaligus menunjukkan tingkatan-tingkatan pada kesadaran hukum
tertentu di dalam perwujudan nya. Apabila seseorang mengetahui hukum. maka bisa dikatakan
bahwa tingkat kesadarahn hukum nya masih rendah. Tetapi jikalau seseorang atau suatu
masyarakat telah berperilaku sesuai hukum, maka tingkat kesadaran hukum nya telah tinggi.
Tindakan atau cara apakah yang sekirarnya efektif untuk meningkatkan kesadaran hukum
masyarakat? Tindakan drastis dengan misalnya memperberat ancaman hukum atau dengan lebih
mengetatkan penataan ketaatan warga negara terhadap undang-undang saja, yang hanya bersifat
insidentil dan kejutan, kiranya bukanlah merupakan tindakan yang tepat untuk meningkatkan
kesadaran hukum masyarakat. Mungkin untuk beberapa waktu lamanya akan tampak atau terasa
adanya penertiban tetapi kesadaran hukum masyarakat tidak dapat dipaksakan dan tidak
mungkin diciptakan dengan tindakan yang drastis yang bersifat insidentil saja. Kita harus
menyadari bahwa setelah mengetahui kesadaran hukum masyarakat dewasa ini, yang menjadi
tujuan kita pada hakekatnya bukanlah semata-mata sekedar meningkatkan kesadaran hukum
masyarakat saja, tetapi membina kesadaran hukum masyarakat.
Seperti yang telah diketengahkan di muka maka kesadaran hukum erat hubungannya
dengan hukum, sedang hukum adalah produk kebudayaan. Kebudayaan merupakan suatu
”blueprint of behaviour” yang memberikan pedoman-pedoman tentang apa yang harus dilakukan
boleh dilakukan dan apa yang dilarang. Dengan demikian maka kebudayaan mencakup suatu
sistem tujuan-tujuan dan nilai-nilai. Hukum merupakan pencerminan nilai-nilai yang terdapat di
dalam masyarakat. Menanamkan kesadaran hukum berarti menanamkan nilai-nilai kebudayaan.
Dan nilai-nilai kebudayaan dapat dicapai dengan pendidikan. Oleh karena itu setelah mengetahui
kemungkinan sebab-sebab merosotnya kesadaran hukum masyarakat usaha peningkatan dan
pembinaan yang utama, efektif dan efisien ialah dengan pendidikan.
Pendidikan tidaklah merupakan suatu tindakan yang ”einmalig” atau insidentil sifatnya,
tetapi merupakan suatu kegiatan yang kontinyu dan intensif dan terutama dalam hal pendidikan
kesadaran hukum ini akan memakan waktu yang lama. Kiranya tidak berlebihan kalau dikatakan
bahwa dengan pendidikan yang intensif hasil peningkatan dan pembinaan kesadaran hukum baru
dapat kita lihat hasilnya yang memuaskan sekurang-kurangnya 18 atau 19 tahun lagi. Ini bukan
suatu hal yang harus kita hadapi dengan pesimisme, tetapi harus kita sambut dengan tekad yang
bulat untuk mensukseskannya. Dengan pendidikan sasarannya akan lebih kena secara intensif
daripada cara lain yang bersifat drastis.
Pendidikan formal
Di SD, SLTP dan SLTA hal tersebut di atas perlu ditanamkan lebih intensif lagi: hak dan
kewajiban warga negara Indonesia, susunan negara kita, Pancasila dan Undang-undang Dasar,
pasal-pasal yang penting dari KUHP, bagaimana cara memperoleh perlindungan hukum. Perlu
diadakan peraturan-peraturan sekolah. Setiap pelanggar harus ditindak. Untuk itu dan juga untuk
menanamkan ”sense of justice” pada murid-murid perlu dibentuk suatu ”dewan murid” dengan
pengawasan guru yang akan mengadili pelanggar-pelanggar terhadap peraturan sekolah.
Di samping buku pelajaran yang berhubungan dengan kesadaran hukum perlu diterbitkan
juga buku-buku bacaan yang berisi cerita-cerita yang heroik.
Secara periodik perlu diadakan kampanye dalam bentuk pekan (pekan kesadaran hukum,
pekan lalu lintas dan sebagainya) yang diisi dengan perlombaan-perlombaan (lomba mengarang,
lomba membuat motto yang ada hubungannya dengan kesadaran hukum), pemilihan warga
negara teladan terutama dihubungkan dengan ketaatan mematuhi peraturan-peraturan, pameran
dan sebagainya.
Fakultas Hukum
ditujukan kepada masyarakat luas meliputi segala lapisan di dalam masyarakat. Pendidikan
non formal ini dilakukan dengan peyuluhan atau penerangan, kampanye serta pameran.
Penyuluhan atau penerangan dapat dilakukan melalui segala bentuk mass media: televsii,
radio, majalah, surat kabar dan sebagainya. Bahan bacaan, terutama ceritera bergambar atau strip
yang bersifat heroik akan sangat membantu dalam meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.
Buku pengangan (vademecum, handboek) yang berisi tentang hak dan kewajiban warga negara
Indonesia, susunan negara kita, Pancasila dan \Undang-undang Dasar, pasa-pasal yang penting
dalam KUHP, bagaimana caranya memperoleh perlindungan hukum perlu diterbitkan. Dalam
buku ini harus ditanamkan rasa ”demuwe” dan ”sense of belonging”, yaitu agar merasa dan
menyadari sebagai bangsa yang merdeka dan mempunyai negara yang merdeka pula. Buku
vademecum untuk umum ini hendaknya ditulis secara populer dan sebaiknya dalam bentuk tanya
jawab, seperti misalnya buku ”the USA answers questions, a guide to understanding” diterbitkan
oleh Kenneth E. Beer atau ”Our Ameican Government the answers to one thousand and one
questions” ditulis oleh Wright Patman seorang anggota Kongres. Di tempat yang banyak
dikunjugi oleh orang, seperti pasar, alun-alun, restoran, stasiun, terminal, stasiun udara, bioskop
dan juga di perempatan-perempatan atau sepanjang jalan raya atau pada kendaraan-kendaraan
umum dipasang atau ditempelkan poster-poster atau spandoek dengan motto yang berhubungan
dengan kesadaran hukum.
Penyuluhan atau penerangan dapat dilakukan juga dengan ceramah yang diadakan di
kecamatan-kecamatan atau di tempat tempat lain kepada golongan-golongan tertentu, misalnya
para pemegang SIM, para pedagang, para narapidana dan sebagainya. Ceramah-ceramah ini
harus diadakan secara sistematis dan periodik.
Di Amerika Serikat, suatu negara yang sudah maju, dikenal adanya ”Law Day” untuk
membina kesadaran hukum masyarakat. Maka kiranya tidak berlebihan kalau kita mengadakan
kampanye peningkatan kesadaran hukum masyarakat secara ajeg yang diisi dengan kegiatan-
kegiatan yang disusun dan direncanakan secara ”planmatig” (terrencana), seperti ceramah-
ceramah, pelbagai macam perlombaan, pemilihan warga negara teladan, pameran dan
sebagainya. Suatu pameran mempunyai fungsi yang informatif edukatif. Maka tidak dapat
disangkal peranannya yang positif dalam meningkatkan dan membina kesadaran hukum
masyarakat. Tersedianya buku vademecum seperti yang telah diketengahkan di muka, brohure
serta leaflets di samping diperlihatkan film, slide dan sebagainya yang merupakan visualisasi
kesadaran hukum akan mempunyai daya tarik yang besar.
Adanya hukum itu adalah untuk ditaati, dilaksanakan atau ditegakkan. Pelaksanaan
hukum atau law enforcement oleh petugas penegak hukum yang tegas, konsekuen, penuh
dedikasi dan tanggung jawab akan membantu meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.
Tidak atau kurang adanya sikap yang tegas dan konsekuen dari para petugas penegak hukum,
kurangnya dedikasi dan tanggung jawab akan minmbulkan sikap acuh ta’ acuh dari masyarakat
dan memberi peluang serta perangsang untuk terjadinya ”onrecht”.
Setiap petugas penegak hukum harus bersikap tegas dan konsekuen terhadap setiap
pelanggaran hukum yang terjadi. Tegas dan konsekuen dalam arti tidak ragu-ragu menindak
setiap pelanggaran kapan saja dan di mana saja. Pengabdian dalam tugas dan rasa tanggung
jawab merupakan persyaratan yang penting bagi setiap petugas penegak hukum.
Pelaksanaan hukum yang tegas dan konsekuen serta penuh dedikasi dan tanggung jawab akan
menimbulkan rasa aman dan tenteram di dalam masyarakat. Orang tahu kepada siapa harus
mencari perlindungan hukum dan dapat mengharapkan perlindungan hukum itu tanpa adanya
kemungkinan akan dipersukar, tidak dilayani atau dipungut beaya yang tidak semestinya. Kalau
sampai terjadi sebaliknya maka orang tidak akan merasa aman dan tenteram. Untuk mengadukan
atau melaporkan suatu pelanggaran hukum saja segan karena tidak yakin akan dilayani dengan
baik atau ditindak pelanggaran hukum yang dilaporkan itu.
Oleh karena itu maka perlu ada kontrol atau pengawasan terhadap para petugas penegak
hukum dalam menjalankan tugasnya melaksanakan atau menegakkan hukum. Pengawasan ini
tidak cukup dilakukan oleh pimpinan setempat saja, tetapi harus dilakukan juga oleh pimpinan
pusat. Banyak hal-hal yang terjadi di daerah tidak diketahui atau lepas dari sorotan pimpinan
pusat. Lebih-lebih mengingat banyaknya laporan-paporan ke pusat yang tidak sesuai dengan
kenyataan. Maka oleh karena itu secara ajeg pimpinan dari pusat harus turun ke bawah.
Mengingat bahwa praktek hukum itu pada hakekatnya merupakan suatu chaos, tidak
teratur secara sistematis dan merupakan ”sleur” sebagaimana sifat praktek pada umumnya, maka
sekali-kali para petugas penegak hukum perlu ke luar dari suasana ”sleur” dari praktek untuk
mendapatkan refreshing. Di dalam praktek hukum ada kecenderungan orang untuk mengabaikan
teori dan sistem, maka oleh karena itu sangat penting fungsi penataran bagi para petugas penegak
hukum.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA