Anda di halaman 1dari 20

7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Perilaku Konsumen Millenial Turki

2.1.1. Definisi Perilaku Konsumen

Berikut ini beberapa definisi perilaku konsumen dari berbagai ahli

dalam buku Etta Mamang dan Sopiah (2013).

1. Engel et al (2006), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung

terlibat dalam perolehan, pengonsumsian, dan penghabisan

produk/jasa, termasuk proses yang mendahului dan menyusul tindakan

ini.

2. Kolter (2005), menjelaskan perilaku konsumen sebagai suatu studi

tentang unit pembelian bisa perorangan, kelompok, atau organisasi.

Masing-masing unit tersebut akan membentuk pasar sehingga muncul

pasar individu atau pasar konsumen, unit pembelian kelompok, dan

pasar bisnis yang dibentuk organisasi.

3. Grifan (2005), perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan,

serta proses psikologi yang mendorong tindakan tersebut pada saat

sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan

produk dan jasa setelah melakukan hal-hal diatas atau kegiatan

mengevaluasi.

4. Schiffman dan Kanuk (2000) mendefinisikan perilaku konsumen

sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen untuk mencari.


8

2.1.2. Teori-Teori Perilaku Konsumen

Menurut Basu Swasta dan T. Hani Handoko, (1987) teori-teori yang

berkaitan dengan perilaku konsumen dapat dibedakan menjadi empat bagian

seperti yang dikutip dalam buku Sunyoto (2013) yaitu sebagai berikut:

a. Teori ekonomi mikro, menurut teori ini keputusan untuk membeli

merupakan hasil perhitungan ekonomis rasional yang sadar. Pembeli

individual berusaha menggunakan barang-barang yang akan

memberikan kegunaan (kepuasan) paling banyak, sesuai dengan selera

dan harga-harga relative.

b. Teori psikologi, teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor

psikologis individu yang selalu dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan

lingkungan.

c. Teori sosiologis, teori ini lebih menitikberatkan pada hubungan dan

pengaruh antara individu-individu yang dikaitkan dengan perilaku

mereka. Jadi, lebih mengutamakan perilaku kelompok bukannya

perilaku individu.

d. Teori antropologis, teori ini menekankan pada perilaku pembeli dari

suatu kelompok masyarakat, antara lain kebudayaan (culture),

subculture, dan kelas-kelas sosial karena faktor-faktor tersebut

memainkan peran penting dalam pembentukan sikap dan merupakan

petunjuk sikap dan merupakan petunjuk mengenai nilai-nilai yang

akan dianut oleh seorang konsumen.


9

2.1.3. Faktor-faktor Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dikutip

dalam buku Etta Mamang dan Sopiah (2013) yaitu sebagai berikut:

a. Faktor Lingkungan, yang meliputi

(1) Kondisi ekonomi, ketika kondisi ekonomi konsumen stabil maka

akan mempengaruhi perilaku konsumen untuk merencanakan pembelian,

dan begitu pula sebaliknya konsumen akan sangat sulit untuk

merencanakan pembelian ketika kondisi ekonomi tidak stabil. Variabel

yang berkaitan dengan kondisi ekonomi yaitu: tingkat pertumbuhan

ekonomi; peredaran uang; tekanan inflasi; tekanan deflasi; daya beli

konsumen; nilai tukar uang.

(2) Politik/Hukum, peraturan perundang-undangan/politik, baik yang

dibuat pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, mempengaruhi

kegiatan pemasaran. Variabel-variabel politik dan hukum yang

mempengaruhi kegiatan pemasaran diantaranya kebiajakn fiskal,

moneter; hubungan pemerintah dengan industri; situasi dan kondisi

politik ditingkat loka regional/ nasional; dan peraturan khusus dibidang

pemasaran. Situasi dan kondisi politik yang karut-marut akan

menyulitkan pemasar menetapkan strategi pemasaran produk.

(3) Budaya, suatu simbol dan fakta yang kompleks, yang merupakan

hasil cipta, karsa dan karya manusia yang dipercayai, dipedomani, dan

diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya; sebagai penentu

dan pengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat tertentu.


10

Faktor budaya mempengaruhi strategi pemasaran diantaranya, dalam hal

gaya hidup, nilai-nilai/norma-norma, kepercayaan, kebiasaan, selera, dan

kelas sosial masyarakat.

b. Teknologi, perkembangan dalam teknologi telah mengubah cara gaya

hidup seseorang. Penemuan teknologi komunikasi membuat masyarakat

disegala lapisan dan umur menggunakan ponsel, sehingga kebutuhan

akan meningkat ketika kemajuan teknologi berbanding lurus.

c. Faktor psikologis, faktor ini mencakup persepsi, motivasi,

pembelajaran, sikap, dan kepribadian. Sikap dan kepercayaan merupakan

psikologis yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Sikap

adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk bereakasi terhadap

penawaran produk dalam situasi dan kondisi tertentu secara konsisten.

Sikap mempengaruhi kepercayaan, dan kepercayaan mempengruhi

sikap. Kepribadian merupakan faktor psikologis yang mempengaruhi

perilaku konsumen. Kepribadian adalah pola individu untuk merespon

stimulus yang muncul dari lingkungannya. Termasuk didalam

kepribadian adalah opini, minat, dan prakarsa. Pembelajaran, berdampak

pada adanya perubahan. Seorang individu/konsumen dikatakan belajar

jika adanya perubahan kearah yang lebih baik. Konsumen akan belajar

dari setelah adanya pengalaman, baik pengalaman dari orang lain

ataupun pengalaman sendiri. Setelah membeli produk dan

megonsumsinya konsumen akan merasakan puas atau tidak.


11

Jika konsumen puas maka akan melakukan pembelian ulang di lain

waktu dan jika tidak puas konsumen tidak akan melakukan pembelian

ulang dilain waktu.

d. Faktor situasional, mencakup keadaan sarana dan prasarana tempat

belanja, waktu belanja, penggunaan produk, dan kondisi saat pembelian.

Keadaan sarana dan prasarana tempat belanja mencakup tempat parkir,

gedung, eksterior dan interior toko, pendingin udara, penerangan, tempat

ibadah, dan sebagainya. Waktu berbelanja bisa pagi, siang, sore, atau

malam hari. Waktu yang tepat untuk berbelanja bagi setiap orang tentu

berbeda. Kondisi saat pembelian produk adalah sehat, senang, sedih,

kecewa atau sakit hati. Kondisi konsumen saat melakukan pembelian

akan mempengaruhi pembuatan keputusan konsumen.

e. Faktor sosial, sebelum memutuskan untuk melakukan pembelian

produk, konsumen akan mempertimbangkan apakah dengan membeli

produk tersebut tidak melangar peraturan/ undang-undang. Begitu juga

dengan persetujuan dari keluarga untuk melakuan suatu pembelian

produk. Kadang kala dalam melakukan pembelian dipengaruhi oleh

kelompok referensi contohnya referensi untuk ibu-ibu kelompok

pengajian, PKK dan arisan. Kelompok referensi untuk remaja contohnya

Boyband/ Girlband, tim basket idola, tim bola terkenal. Dan untuk

kelompok referensi Bapak-bapak contoh kelompok pengajian, kelompok

penggemar motor besar, kelompok penggila bola, kelompok pecinta ikan

dan lain sebagainya.


12

Dalam pembelian produk kelas sosial dan budaya dapat pula

berpengaruh untuk melakukan pembelian. Untuk kelas sosisal

diantaranya kelas atas, menengah dan bawah, sedangkan untuk budaya

seperti suku Sunda, Jawa dan Makassar dan lain sebagainya

2.1.4. Perkembangan trend Korea di Turki

Perkembangan trend Korea mulai dari 1.0 sampai 4.0 sebagaimana

yang disebutkan oleh Kim Bok Rae, trend Korea dimulai dengan ekspor K-

Drama pada akhir 1990-an. Namun, dengan cepat berkembang ketahap

kematangan trend Korea 4.0 (K-Style), dengan cara trend Korea 2.0 (K-Pop)

dan Hallyu 3.0 (K-Culture). Pada pertengahan 2000-an erat kaitannya

dengan booming-Nya K-Pop grup Idola Korea. Berkat web 2.0, didorong

oleh situs jejaring sosial dan telepon pintar (mobile), gaya trend Korea telah

menggila dan mencapai seluruh dunia, diluar Asia timur. Meskipun trend

Korea 2.0 telah ada selama tiga tahun, neologisme lain “trend Korea 0.3”

muncul dan menjadi sangat populer di web, terlepas dari anti-Korea yang

tumbuh di Jepang.

Tren Korea 2.0 atau Neo Hally lahir dengan kerinduan untuk

budaya Korea, seperti alphabet Korea (Hangul), makanan Korea (Hansik),

dan kostum tradisional Korea (Hanbok), di luar Asia istilah trend Korea 2.0

digunakan untuk pertama kalinya oleh media Jepang yang meliput secara

luas di Showcace Girls Generation yang merilis single digital pertama

mereka di Tokyo. Pentingnya trend Korea 2.0 adalah untuk memperluas


13

jangkauan trend Korea dari budaya K-Pop kontenporer kedalam budaya

tradisional seperti Hangul, Hansik, Hanok (rumah bergaya Korea). Awalnya

banyak yang skeptis terhadap penyebaran Hallyu ke Eropa, Amerika

Utara/Selatan dan Afrika, dimana budaya barat sangat Mainstream dan telah

lazim, tetapi kepentingan super nasional dalam budaya Korea telah

menyebar pada tingkat yang mengejutkan. Popularitas K-Pop tidak dapat

dijelaskan dalam konteks industri atau dukungan negara. Contoh Perez

Hilton, seorang bloger Amerika yang terkenal nyatanya memperkenalkan

lagu dari GirlBand Wonder Girls yaitu “Nobody”. Tampaknya masuk akal

untuk menemukan titik balik yang menentukan untuk trend Korea 2.0 dalam

pembentukan “fandom super nasional” dengan SNS (Youtube, Facebook,

Instagram dan Twitter) telah berkontribusi pada penyebaran trend Korea ke

seluruh dunia.

Seiring dengan munculnya trend Korea 2.0, trend Korea asli

berkembang menjadi trend Korea 3.0. Tujuan akhirnya adalah memperluas

budaya tradisional diseluruh dunia. Sejak awal 2010, trend Korea tidak

terbatas pada K-Drama atau musik K-Pop, tetapi termasuk semua genre

budaya Korea.

Tabel 2.1. Trend Korea di Turki

Hallyu periode awal, sekarang dan masa yang akan datang


Trend Korea 1.0 Trend Korea.20 Trend Korea 3.0
Di masa yang akan
Periode 1995-2005 2006-sampai sekarang
datang
Daerah Peyebaran Asia (Cina, Taiwan Asia, Amerika Utara Seluruh dunia
14

dan Jepan) dan Eropa


Konten media (K- Genre yang lebih
Sasaran Bintang K-Pop
Drama dan film) beragam
Drama What is Love

(1992),Winter Sonata

(2002), My Sassy Girl’s Generation,

Contoh Girls (2001), Jewel in Kara, Shinee, 2PM

The palace (2003- dan BigBang

2004) Band, HOT dan

penyanyi Boa
irl’s Generation, Kara,

Awal Pendistribusian Shinee, 2PM dan Youtube SNS

BigBang
nternet dan

Media Vidio dan CD penampilan diatas Lintas media

panggung
Selama beberapa bulan Selama beberapa bulan Selama beberapa
Tahan Lama
sampai tahun sampai tahun dekade
Mengubah mata dunia
Seluruh dunia di luar
Korea (menjadikkann
Tujuan ke Korea (berfokus Ekspansi keluar negeri
ya mainstream)
pada Turis)
Sumber : Kim Bok Rae 2015

2.2. Jasa Titip (JASTIP)

2.2.1. Apa ItuJasa Titip (JASTIP)

Jasa titip dikenal dengan istilah personal shopper yang mana

merupakan sebuah pekerjaan keluar masuk toko, mall atau pedagang besar

dengan tujuan membelikan barang atau brand yang dipesan oleh pelanggan

sesuai dengan keinginannya. Barang yang dicari tidak hanya ditingkat lokal

saja tetapi juga ada permintaan untuk barang-barang dari luar negeri.

Diilustrasikan seperti saat ini apabila ada kerabat atau teman yang
15

melakukan perjalanan ke sebuah kota atau negara biasanya menitip untuk

dibelikan barang tertentu. Kebiasaan ini sekarang dikembangkan lebih luas

lagi oleh masyarakat sebagai suatu bentuk peluang usaha bisnis baru dengan

mengandalkan jejaring media sosial seperti startup yang hadir dengan nama

akun titipbeliin.com

2.2.2. Perkembangan Jasa Titip (Jastip)

Di tengah dominasi bisnis online shop, kehadiran bisnis jasa titip

tetap dapat menghasilkan keuntungan bagi pelaku dan tetap menarik minat

konsumen. Pesatnya perkembangan teknologi, maraknya penggunaan

media sosial, serta sifat konsumtif masyarakat Indonesia melatarbelakangi

pertumbuhan minat masyarakat melakukan bisnis jastip. Dari sisi

konsumsi rumah tangga, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa

Produk Domestik Bruto (PDB) sektor konsumsi rumah tangga pada rata-

rata tahunan 2019 atas dasar harga konstan sebesar Rp 5.936.399.56

artinya perekonomian Indonesia saat ini masih ditopang oleh konsumsi

rumah tangga

Tabel 2.2 Badan Pusat Statistik


16

Sumber : www.bps.go.id

2.2.3. Peluang Usaha

Bisnis jasa titip menjadi peluang usaha yang menarik dan biasa

dilakukan oleh seseorang yang tengah melakukan travelling baik di dalam

negeri maupun luar negeri. Munculnya pelaku bisnis jasa titip berawal dari

seseorang yang sedang melakukan perjalanan, lalu melakukan pembelian

produk titipan. Dan lambat laun kegiatan titip-menitip ini menjadi peluang

bisnis yang bernilai ekonomi. Polemik bisnis jastip timbul karena menyangkut

produk-produk impor luar negeri. Hal tersebut dapat memicu munculnya

masalah terkait dengan bea cukai. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

(PMK) No. 203 tahun 2017, masuknya barang impor yang dibawa seseorang

untuk milik pribadi yang total nilainya di bawah USD 500 akan bebas bea

masuk atau free on board (FOB) di Indonesia.


17

Namun pada kenyataannya total barang impor yang dibeli melalui

layanan jastip kerap memiliki harga diatas USD 500. Ketika nilai barang

bawaan pelaku usaha jasa titip berharga diatas USD 500,pelaku bisnis

tersebut mencari celah untuk terbebas dari bea masuk. Upaya mencari

celah bebas bea masuk ini dapat menimbulkan kerugian bagi negara.

2.2.4. Dampak Jasa Titipan Pada UMKM

Polemik usaha jastip lainnya berkaitan dengan produk usaha

mikro,kecil dan menengah (UMKM). Usaha jastip dapat berdampak

terhadap kelangsungan produkproduk UMKM tersebut. Produk UMKM

yang tak jarang masih kurang mendapat perhatian dan terekspos

keberadaannya oleh masyarakat menjadi terancam. Pelaku usahajastip

yang lebih banyak menyorot barang-barang impor ataupun produk yang

hanya dijual di mall dapat menurunkan minat masyarakat untuk membeli

produkproduk hasil UMKM.

2.3. Produk Makanan Korea

2.3.1. Trend makanan korea

Tren budaya Korea, di era globalisasi ini dapat masuk dengan

mudahnya ke Indonesia, dengan bantuan teknologi informasi yang cepat

membantu kita untuk mengetahui budaya-budaya yang ada di

mancanegara. Tren budaya Korea ini disebut dengan Tren Korea.


18

Semakin menyebarnya Tren Korea melalui sosial media, bisa

dikatakan peran media adalah yang paling besar, maka semakin terkenal

pula makanan khas negeri ginseng tersebut, mulai dari camilan sampai

dengan makanan berat bisa dicicipi tanpa harus melakukan perjalanan jauh

ke Korea. Jasa Titip (jastip) Korea bahkan habis-habisan membuat Jasa

bertema Korea secara sempurna, ada yang membuat mural artis Korea,

jalanan yang menyerupai daerah-daerah di Korea yang ramai akan

streetfood-nya, menghias dindingnya dengan Hanbok (pakaian tradisional

Korea) dan menyediakan penyewaannya juga.

Generasi miIenial menaruh kepercayaan besar terhadap uIasan di

internet. Hal ini tercermin berdasarkan survey yang dilakukan

republika.co.id, bahwa 60% keputusan untuk makan di Korea tertentu

didasarkan atas ulasan di internet dan seluruh sosial media. Mereka tertarik

secara visuaI terhadap makanan yang ditawarkan karena meIihat foto yang

diunggah di sosial media yang dimiliki restoran-restoran Korea itu. Untuk

promosi di masa sekarang ini tidak lagi diperlukan biaya yang mahal

seperti membuat banner di setiap ujung jalan, melainkan cukup dengan

hanya meng-upload gambar menu-menunya di sosial media, masyarakat

melihat dan tertarik untuk dating.


19

2.3.2. Awal Mula Produk Mie Korea Samyang

Samyang Food didirikan pada 15 September 1961 oleh Jeon Jung

Yoon. Pada tahun 1963, Samyang Food memulai debutnya sebagai mie

instan Korea pertama. Di awal tahun 1970-an, Samyang Food mengubah

hutan Daegwallyeong seluas 20 km2 menjadi padang rumput untuk

memelihara ternak.

Pada 1980-an, Samyang Food mulai memproduksi produk lain

seperti makanan ringan, produk susu, dan saus. Permintaan mie instan di

Korea meningkat, diikuti oleh peningkatan ekspor ke Jepang dan Amerika

Serikat. Pada 2010, ketika Jeon In Jang menjadi ketua perusahaan, Samyang

berhasil menempatkan posisi ketiga hingga keempat di pasar mie instan

Korea. Samyang Food mulai mengekspor produk mereka hingga

meningkatkan keuntungan perusahaan.

Samyang Foods juga telah memperoleh sertifikat halal internasional

(KOLAS, ISO22000, HALAL) pada 2014. Saat viralnya Samyang

Challenge, perusahaan itu sampai mencapai rekor ekspor tertinggi tahun

2016 mencapai 110 miliar won (Rp1,29 triliun). Penjualan ke luar negeri

melonjak hingga empat kali lipat dibanding tahun 2015 yang senilai 29,4

miliar won.

2.3.3. Trend Mukbang

"Mukbang" atau dibaca muck-bahng alias makan banyak seperti

lusinan mangkuk ramen, tumpukan piza atau ayam dan sebagainya,


20

merupakan genre populer dari Korea Selatan yang telah menyebar di

seluruh dunia.

Kata "Mukbang" berawal dari kombinasi bahasa Korea muok-

da (makan) dan bangsong (siaran). Mukbang mulai muncul di internet

kira-kira tahun 2014 dan pada 2015 mulai menggapai popularitasnya

sebagai fenomena lintas benua.Seorang mukbang profesional atau biasa

disebut BJ (broadcasting jockey) bisa meraup keuntungan sekitar 9-10

ribu dolar sebulan hanya dari “donasi” beberapa akun penggemar. Tidak

termasuk sponsor, pembayaran per tampilan, gaji ataupun iklan. Kini,

mukbang menjadi hiburan internasional sepanjang 2018 ketika para

penggiat YouTube berlomba-lomba mengunggah videonya saat makan

porsi besar melebihi 4.000 kalori yang ditonton puluhan juta pemirsa

selama lebih dari 60 menit per siaran.

Ada setidaknya lima aspek yang membuat mukbang populer: selain

porsi besar yang unik, ada reaksi nikmat para host saat makan, faktor

kesamaan terkait rasa kesepian, budaya sosial, dan dukungan teknologi.

“Di Korea, tidak umum bagi orang untuk makan sendiri,” kata Simon

Stawski, seorang blogger Kanada pendiri Eat Your Kimchi, yang pindah

ke Korea Selatan sejak tahun 2008 kepada TODAY FOOD. “Makan adalah

aktivitas sosial. Anda tidak duduk dan makan sendirian. Bagi mereka yang

tidak bisa makan dengan orang lain, kemungkinan besar akan tinggal di

rumah untuk makan sendirian, tetapi mereka masih memiliki dorongan

untuk bersosialisasi sambil makan.”


21

Menurut Stawski hal inilah yang membuat para host mukbang dan

digemari para penonton karena perasaan satu asa satu rasa. “Karena semua

orang sibuk hari ini, mereka memiliki lebih sedikit waktu untuk orang-

orang. Saya pikir pemirsa menikmati perasaan bahwa mereka bertemu

makan dengan seseorang ketika menonton mukbang” ujar Chien.

Youtuber mukbang kesohor dari Taiwan. Terlebih lagi, popularitas

mukbang didukung oleh fakta bahwa Korea merupakan salah satu negara

dengan internet tercepat di dunia. Hal ini memungkinkan orang-orang

melakukan atau menonton mukbang kapan pun lewat ponsel.

The Guardian mencatat, mukbang juga populer karena reaksi

nikmat para host biasanya diselipi komponen ASMR atau autonomous

sensory meridian response yang intinya mengajak orang lain berinteraksi.

ASMR adalah sensasi menyenangkan mirip-mirip orgasme otak dari

menonton atau mendengarkan kebiasaan sehari-hari seperti berbisik,

menyikat rambut, melipat pakaian dan banyak lagi. Dalam hal menonton

mukbang, ada kesenangan luar biasa yang muncul dari rasa geli alih-alih

merinding di leher ketika melihat dan mendengar para BJ menikmati

makanan seperti menghirup, mengunyah, atau berdecak.

Laman Studybreaks menulis, beberapa orang mungkin

menganggap berinteraksi alias berbicara saat makan, apalagi ditambah

embel-embel ASMR, sebagai kebiasaan menganggu, bahkan dilarang. Di

balik kualitas adiktif mukbang, ada hubungan kuat di otak antara suara,

visual, dan rasa lapar.


22

Seluruhnya beradaptasi secara evolusioner sebagai bentuk

kepuasan yang berasal dari “kelaparan visual”. Dengan menonton

(mukbang) sudah merasa terpenuhi kebutuhannya akan makan. Jadi

dengan melihat orang lain makan, dia sudah bisa mengimajinasikan dan

merasa hal yang sama," ujar psikolog dari Light House, Anindita Citra

yang akrab disapa Citra. Ia menjelaskan bahwa popularitas mukbang tak

terlepas dari aspek dalam kehidupan seseorang yang tidak terpenuhi

sehingga sebagai bentuk kompensasi, dialihkan dengan menonton

tayangan yang sepertinya bisa membantu memenuhi kebutuhan emosi dan

membuatnya cukup terpuaskan. “Entah yang nonton itu lagi diet atau tidak

bisa makan satu jenis makanan, yang jelas mukbang bisa memenuhi

kebutuhannya," tegas Citra. Di samping itu, Citra juga menengarai budaya

Korea Selatan tidak terbiasa makan sendiri sehingga mengunggah video

untuk mengajak penonton berinteraksi.

Budaya seperti itu, kata dia, menunjukkan popularitas mukbang

sebetulnya muncul dari faktor kesepian yang dihadapi oleh masyarakat.

Menurut Citra, pelaku mukbang akan mendapatkan perhatian yang

dibutuhkan sehingga akan merasa sedikit terhibur. Ketika mendapatkan

afeksi yang dibutuhkan, seseorang akan cenderung melakukannya terus

menerus. "Dia akan merasa less lonely. Merasa ada yang memperhatikan.

Jadi dengan melakukan itu, ada reward tersendiri," terangnya.


23

2.4. Perilaku Konsumen Millenial Turki dan Jasa Titip (JASTIP)

2.4.1. Grup Referensi

Grup referensi adalah orang-orang yang dipandang oleh seseorang

sebagai dasar penilaian diri atau sebagai sumber standar dalam kehidupan

pribadi. Grup referensi mempengaruhi perilaku konsumen karena mereka

mempengaruhinya melalui informasi, sikap, dan tingkat aspirasi yang

membantu dalam menetapkan standar. Contoh, salah satu pertanyan yang

pertama diajukan orang lain ketika berencana untuk mengadiri sebuah acara

adalah “pakaian seperti apa yang akan kalian kenakan?”, kelompok

reperensi mempengaruhi pembelian produk mewah tetapi pada dasarnya

produk tersebut bukanlah kebutuhan, kelompok reperensi memberikan

pengaruh yang sangat kuat pada merek suatu produk yang dipilih ketika

pengguna atau custumer jika sangat ingin terlihat oleh orang lain.

Roger, Steven dan Williams (2013) mengatakan bahwa seorang

individu dapat terlibat dalam berbagai jenis kelompok, sebuah kelompok

terdiri dari dua atau lebih orang yang berinteraksi atau satu sama lain untuk

mencapai tujuan yang sama. Bentuk-bentuk grup yang penting antara lain

22 keluarga, teman dekat, mitra kerja, grup sosial, grup hobi, dan tetangga.

Sebagian kelompok tersebut dapat menjadi kelompok referensi. dan juga

Richard Ryan dan Edward (2000) berpendapat bahwa yang memunculkan

sebuah prilaku konsumen adalah motivasi, motivasi adalah alasan untuk

sebuah tindakan, kemauan, dan tujuan.


24

Motivasi berasala dari kata ‘motif’ yang didefinisikan sebagai

kebutuhan yang harus dipenuhi guna memberikan kepuasan dalam diri

seseorang. Kebutuhan ini bisa juga berupa keinginan yang sifatnya bawaan

atau keinginan yang diperoleh melalui pengaruh budaya, masyarakat, gaya

hidup dan lain sebagainya. Motivasi adalah jawaban dari apa yang

menyebabkan seseorang ingin melakukan suatu tindakan, mengulangi

perilaku. Motivasi adalah seperangkat kekuatan yang bertindak dibelakang

dari sebuah motif, motivasi seseorang dapat terinspirasi oleh orang lain atau

peristiwa (motivasi ekstrinstik).

Sementara tujuan dari motifasi konsumen menurut Setiadi (2003)

adalah 1) meningkatkan kepuasan, 2) mempertahankan loyalitas, 3)

efisiensi, 4) efektivitas, 5) menciptakan suatu hubungan yang harmonis

antara produsen atau penjual dengan konsumen atau pembeli. Tujuan

kebutuhan dalam kontes perilaku konsumen mempunyai peranan yang

sangat penting karena motivasi timbul dengan adanya kebutuhan yang

belum terpenuhi dan tujuan yang ingin dicapai. Setiadi (2003) menyatakan

bahwa secara garis besar kebutuhan konsumen dapat dikalsifikasikan

sebagai berikut:

a. Fisiologis, dasar-dasar kelangsungan hidup, termasuk rasa lapar,

haus, dan kebutuhan hidup lainnya

b. Keamanan, berkenaan dengan kelangsungan hidup fisik, dana, dan

keamanan.
25

c. Keamanan, berkenaan dengan kelangsungan hidup fisik, dana, dan

keamanan. menjadi orang penting bagi mereka.

d. Prestasi, keinginan dasar akan keberhasilan untuk memenuhi tujuan

pribadi.

e. Kekuasaan, keinginan untuk mendapatkan kendali atas nasib diri

sendiri dan juga nasib orang lain

f. Ekspresi diri, kebutuhan untuk mengembangkan kebebasan dalam

ekspresi diri dan dipandang penting oleh orang lain.

g. Urutan dan pengertian, keinginan unuk mencapai aktualisasi diri

melalui pengetahaun, pengertian, sistemisasi, dan pembangunan

sistem lain.

h. Pencarian variasi, pemeliharaan tingkat kegairahan fisiologis dan

stimulasi yang dipilih yang kerap diekspresikan sebagai pencarian

variasi.

i. Atribusi sebab akibat, estimasi atau atribusi sebab akibat dari

kejadian dan tindakan.

Tren Korea tidak hanya mengenalkan musik, tetapi juga telah

mengenalkan budaya lewat gaya rambut, pakaian, maupun Kostum

(Nopiyanti, 2012). Pop culture yang beroperasi melalui fashion, musik,

makanan, skincare, make-up, film maupun variety show ini sangat dekat

dengan dunia konsumsi dimana masyarakat dapat berekpresi didalamnya.


26

2.5. Kerangka Pikir

Berdasarkan landasan teori yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat

disusun kerangka pikir penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Trend Korea

K-Drama K-Pop K-Beauty

Produk Korea

Jasa Titip

ANALIS KUALIITATIF DESKRIPTIF

Prilaku
Konsumen

Anda mungkin juga menyukai