Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ABSTRAK
Perawat dituntut untuk melakukan komunikasi terapeutik dalam melakukan tindakan
keperawatan agar pasien atau keluarganya tahu tindakan apa yang akan dilakukan pada pasien
dengan cara perawat harus memperkenalkan diri, menjelaskan tindakan yang Menganalisis
hubungan faktor apa sajakah yang berhubungan dengan praktik komunikasi terapeutik
perawat-klien di puskesmas Malili Kab. Luwu Timur. Desain pada penelitian ini adalah
deskriptif korelasi dengan rancangan cross sectional. Metode pengumpulan data dengan
menggunakan kuesioner data dianalisa dengan Uji Statistik Chi-Square. Hasil penelitian
menggunakan uji Chi-Square dan diperoleh nilai hitung untuk hubungan umur perawat dengan
praktik komunikasi terapeutik didapatkan nilai p = 0,702 lebih besar dari nilai p = 0,05, jenis
kelamin dengan komunikasi terapeutik didapatkan nilai p = 0,425, pendidikan dengan
komunikasi terapeutik didapatkan nilai p = 0,259 dan peran dengan komunikasi terapeutik
didapatkan nilai p = 0,702 atau tidak ada hubungan pada faktor usia, jenis kelamin, pendidikan
dan peran dengan komunikasi teraputik. Saran penelitian kepada perawat agar menerapkan
perilaku terapeutik dan caring agar pelayanan asuhan keperawatan dapat dilaksanakan dengan
lebih baik dan profesional..
ABSTRAC
Nurses are required to carry out therapeutic communication in performing nursing actions so
that patients or their families know what actions will be performed on patients by means of
nurses must introduce themselves, explain the actions to be taken, make a time contract to take
further nursing actions. Analyzing the relationship of what factors are related to the practice of
therapeutic communication of the nurse-client in the Malili District Health Center. East Luwu.
The design in this study is descriptive correlation with cross sectional design. Data collection
methods using data questionnaires were analyzed by Chi-Square Statistical Test. The results of
the study used the Chi-Square test and the calculated value for the relationship between nurses'
age and therapeutic communication practices obtained p value = 0.702 greater than p = 0.05,
gender with therapeutic communication obtained p value = 0.425, education with therapeutic
communication obtained p value = 0.259 and the role of therapeutic communication obtained p
value = 0.702 or there is no relationship on the factors of age, sex, education and the role of
therapeutic communication. Research suggestions to nurses to apply therapeutic and caring
behaviors so that nursing care services can be carried out better and more professionally.
67
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No. 1 Hal 67-76, 2020
68
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No. 1 Hal 67-76, 2020
69
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No. 1 Hal 67-76, 2020
HASIL PENELITIAN
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Karakteristik F (%)
Usia Pasien
Dewasa 7 23.3
Lansia 23 76.7
Pendidikan Pasien 15 50.0
Tidak sekolah, SD,SMP
SMA ke atas 15 50.0
Pendidikan Perawat
DIII 13 43.3
Ners 17 56.7
Peran Perawat
Suami/ Istri 20 66.7
Anak 10 33.3
Jenis Kelamin
Laki-laki 10 33.3
Perempuan 20 66.7
Total 30 100.0
Sumber : data primer 2016
Tabel 2
Hubungan Umur Perawat Dengan Praktik Komunikasi Terapeutik
Praktik Komunikasi Terapeutik
Total
Umur Perawat Baik Kurang
N % n % N %
< 30 tahun 11 36.7 6 20.0 17 56.7
> 30 tahun 8 26.7 5 16.7 13 43.3
Total 19 63.3 11 36.7 30 100.0
P value = 0.702 OR : 0.643(CI 95 % : 0.127-3.254)
Sumber: Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel di atas dapat baik sebanyak 8 (26.7) dan yang kurang
diinterpretasikan bahwa dari 30 jumlah sebanyak 5 (16.7),
responden terdapat responden dengan umur Berdasarkan uji Chi-Square dengan
perawat yang < 30 tahun dengan praktik melihat hasil pada kolom Fisher's Exact
komunikasi terapeutik yang baik sebanyak Test yang dipergunakan untuk tabel 2x2
11 orang (36.7%) dan yang kurang diperoleh nilai hitung untuk hubungan
sebanyak 6 orang (20.0%). Sedangkan umur perawat dengan praktik komunikasi
responden dengan umur perawat >30 tahun terapeutik didapatkan nilai p = 0,702 lebih
dengan praktik komunikasi terapeutik yang besar dari nilai p = 0,05. Dari analisis
tersebut dapat diartikan bahwa H0 diterima
70
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No. 1 Hal 67-76, 2020
dan Ha ditolak atau tidak ada umur perawat tahun berpeluang 0,643 kali melakukan
dengan praktik komunikasi terapeutik. Nilai komunikasi terapeutik yang baik.
OR : 0,643, yang berarti pola umur < 30
71
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No. 1 Hal 67-76, 2020
72
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No. 1 Hal 67-76, 2020
73
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No. 1 Hal 67-76, 2020
74
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No. 1 Hal 67-76, 2020
memiliki signifikansi 0.655, status nilai p = 0,702 lebih besar dari nilai
kepegawaian memiliki signifikansi p = 0,05. Dari analisis tersebut
0.083. dapat diartikan bahwa H0 diterima
Peneliti berasumsi bahwa dan Ha ditolak atau tidak ada peran
pendidikan juga bukanlah faktor dengan komunikasi terapeutik.
penentu seorang perawat memiliki Nilai OR: 0,643, yang berarti peran
kemampuan dalam berkomunikasi. sebagai suami/istri berpeluang
Oleh sebab itu, pendidikan bukan 0,643 kali melakukan komunikasi
menjadi ukuran perawat dalam terapeutik yang baik.
berkomunikasi. Hasil penelitian Komunikasi terapeutik selalu
dari Ali Roatib (2007) menemukan dihubungkan dengan caring.
bahwa variabel pelatihan, dari hasil Menurut Tommey and Alligood
penelitian, di peroleh nilai (2006) yang menyatakan perilaku
signifikansi sebesar 0.000 yang caring hanya dapat dilakukan oleh
berarti korelasi tersebut bermakna. perawat yang memiliki kualitas
Dengan demikian dapat hidup baik secara peribadi maupun
disimpulkan bahwa ada hubungan kehidupan profesionalnya. Adanya
yang bermakna antara pelatihan konflik yang dialami oleh perawat
dengan motivasi perawat dalam menyebabkan seorang perawat
menerapkan komunikasi terapeutik pelaksana tidak mampu
pada fase kerja. Oleh sebab itu, mencurahkan perhatian penuh
peneliti menyarankan agar perawat selama melakukan asuhan,
dapat diberikan pelatihan tersendiri sehingga tidak mampu
mengenai komunikasi. menampilkan perilaku caring pada
layanan asuhan yang diberikan.
4. Deskripsi Hubungan Peran Dengan Sementara penelitian ini
Komunikasi Terapeutik sejalan dengan hasil penelitian ini
Hasi penelitian dari 30 jumlah yaitu Supriatna (2012) yang
responden terdapat responden menyimpulkan konflik pekerjaan
dengan peran sebagai suami/istri keluarga dan konflik keluarga
dengan praktik komunikasi pekerjaan tidak berhubungan
terapeutik yang baik sebanyak 12 signifikan dengan kinerja, konflik
orang (40%) dan yang kurang pekerjaan-keluarga dan keluarga-
sebanyak 8 orang (26,7%). pekerjaan berhubungan signifikan
Sedangkan responden dengan dengan kelelahan kerja RSUD
peran sebagai anak dengan praktik Pandeglang.
komunikasi terapeutik yang baik Selain itu, hasil penelitian ini
sebanyak 7 (23,3%) dan yang tidak sejalan dengan Indriani
kurang sebanyak 3 (10%). (2009) yang menemukan konflik
Berdasarkan uji Chi-Square keluarga-pekerjaan dan pekerjaan-
dengan melihat hasil pada kolom keluarga berpengaruh signifikan
Fisher's Exact Test yang positif terhadap terjadinya stress
dipergunakan untuk tabel 2x2 kerja perawat wanita rumah sakit
diperoleh nilai hitung untuk dan konflik peran ganda dan stress
hubungan peran dengan kerja secara bersama-sama
komunikasi terapeutik didapatkan berpengaruh terhadapikiner
75
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No. 1 Hal 67-76, 2020
76