Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No.

1 Hal 67-76, 2020

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN PRAKTIK


KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT-KLIEN DI PUSKESMAS MALILI
KAB. LUWU TIMUR TAHUN 2016

Lasmiah1, Nurhaenih Azis2, Mira3


1,2,3
Stikes Kurnia Jaya Persada Palopo

ABSTRAK
Perawat dituntut untuk melakukan komunikasi terapeutik dalam melakukan tindakan
keperawatan agar pasien atau keluarganya tahu tindakan apa yang akan dilakukan pada pasien
dengan cara perawat harus memperkenalkan diri, menjelaskan tindakan yang Menganalisis
hubungan faktor apa sajakah yang berhubungan dengan praktik komunikasi terapeutik
perawat-klien di puskesmas Malili Kab. Luwu Timur. Desain pada penelitian ini adalah
deskriptif korelasi dengan rancangan cross sectional. Metode pengumpulan data dengan
menggunakan kuesioner data dianalisa dengan Uji Statistik Chi-Square. Hasil penelitian
menggunakan uji Chi-Square dan diperoleh nilai hitung untuk hubungan umur perawat dengan
praktik komunikasi terapeutik didapatkan nilai p = 0,702 lebih besar dari nilai p = 0,05, jenis
kelamin dengan komunikasi terapeutik didapatkan nilai p = 0,425, pendidikan dengan
komunikasi terapeutik didapatkan nilai p = 0,259 dan peran dengan komunikasi terapeutik
didapatkan nilai p = 0,702 atau tidak ada hubungan pada faktor usia, jenis kelamin, pendidikan
dan peran dengan komunikasi teraputik. Saran penelitian kepada perawat agar menerapkan
perilaku terapeutik dan caring agar pelayanan asuhan keperawatan dapat dilaksanakan dengan
lebih baik dan profesional..

Kata Kunci : Komunikasi Terapeutik, Perawat, Pasien

ABSTRAC
Nurses are required to carry out therapeutic communication in performing nursing actions so
that patients or their families know what actions will be performed on patients by means of
nurses must introduce themselves, explain the actions to be taken, make a time contract to take
further nursing actions. Analyzing the relationship of what factors are related to the practice of
therapeutic communication of the nurse-client in the Malili District Health Center. East Luwu.
The design in this study is descriptive correlation with cross sectional design. Data collection
methods using data questionnaires were analyzed by Chi-Square Statistical Test. The results of
the study used the Chi-Square test and the calculated value for the relationship between nurses'
age and therapeutic communication practices obtained p value = 0.702 greater than p = 0.05,
gender with therapeutic communication obtained p value = 0.425, education with therapeutic
communication obtained p value = 0.259 and the role of therapeutic communication obtained p
value = 0.702 or there is no relationship on the factors of age, sex, education and the role of
therapeutic communication. Research suggestions to nurses to apply therapeutic and caring
behaviors so that nursing care services can be carried out better and more professionally.

Keywords: Therapeutic Communication, Nurses, Patients

67
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No. 1 Hal 67-76, 2020

PENDAHULUAN penjelasan kepada pasien dan lebih


Komunikasi merupakan alat yang banyak lagi memberikan informasi
efektif untuk mempengaruhi tingkah dengan komunikasi yang baik dan
laku manusia, sehingga komunikasi sopan.
dikembangkan dan dipelihara secara Penelitian yang dilakukan oleh
terus menerus. Komunikasi bertujuan Fatmawati (2007) tentang persepsi
untuk memudahkan, melancarkan, pasien tentang komunikasi terapeutik
melaksanakan kegiatan-kegiatan perawat dengan sampel sebanyak 40
tertentu dalam rangka mencapai tujuan pasien di ruang perawatan bedah.
optimal, baik komunikasi dalam lingkup Penelitian ini menunjukkan bahwa
pekerjaan maupun hubungan antar komunikasi terapeutik verbal dan
manusia (Mundakir, 2006). nonverbal perawat sudah efisien, namun
Perawat dituntut untuk melakukan beberapa tehnik komunikasi terapeutik
komunikasi terapeutik dalam verbal belum diaplikasikan oleh perawat
melakukan tindakan keperawatan agar dengan baik seperti ketepatan waktu
pasien atau keluarganya tahu tindakan dalam menyampaikan informasi kepada
apa yang akan dilakukan pada pasien pasien mengenai kesehatannya. Pada
dengan cara perawat harus komunikasi terapeutik nonverbal
memperkenalkan diri, menjelaskan perawat, penampilan personal perawat
tindakan yang akan dilakukan, membuat kurang baik, hal ini disebabkan karena
kontrak waktu untuk melakukan masih terdapat beberapa perawat yang
tindakan keperawatan selanjutnya. menggunakan perhiasan yang terbuat
Kehadiran, atau sikap benar-benar ada dari karet atau sejenis logam, tidak
untuk pasien, adalah bagian dari menggunakan seragam dinas terutama
komunikasi terapeutik. Seluruh perilaku pada malam hari serta masih terdapat
dan pesan yang disampaikan perawat perawat yang menggunakan alas kaki
hendaknya bertujuan terapeutik untuk selain sepatu masuk di dalam ruang
pasien. Analisa hubungan intim yang perawatan pasien padahal ruangan
terapeutik perlu dilakukan untuk tersebut bukan ruangan steril dan jarak
evaluasi perkembangan hubungan dan yang digunakan oleh perawat saat
menentukan teknik dan ketrampilan berinteraksi dengan pasien bukan jarak
yang tepat dalam setiap tahap untuk terapeutik, dimana jarak terapeutik yang
mengatasi masalah pasien (Hermawan, seharusnya digunakan pada umumnya
2009). terjadi di ruang pribadi yaitu 50–120 cm
Hasil Laporan survey dalam (Fatmawati, 2007).
penelitian Hermawan (2009), Di Indonesia, sebagian besar atau
kenyamanan pasien rawat inap dan 80% perawat yang bekerja di rumah
keluarga di UGD RS Mardi Rahayu dari sakit berpendidikan Diploma III,
tahun 2006 sampai Mei 2009, Diploma IV 0,5%, Sarjana Strata Satu
menyatakan bahwa 5% sampai 6,5% Keperawatan 1%, Ners 11%, dan
responden merasa tidak nyaman saat di Sarjana Strata Dua 0,4%. Sedangkan
UGD hal ini dikarenakan komunikasi perawat yang berpendidikan Seko lah
perawat yang kurang. Responden Perawat Kesehatan (SPK) sebanyak 7%.
memberikan saran serta kritik kepada Jumlah perawat di seluruh rumah sakit
perawat agar saat memberikan berdasarkan Sistem Informasi Rumah
pelayanan perawat juga memberikan Sakit (SIRS Tahun 2000) sebanyak

68
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No. 1 Hal 67-76, 2020

107.029 orang. Jumlah perawat yang dengan praktik komunikasi terapeutik


bekerja di Puskesmas berdasarkan perawat-klien di puskesmas Malili Kab.
Profil Kesehatan Tahun 2009 berjumlah Luwu Timur.
52.753 orang. Perawat di Indonesia,
jumlahnya paling banyak bila METODE PENELITIAN
dibandingkan dengan tenaga kesehatan Adapun desain pada penelitian ini
lainnya, sehingga perannya menjadi adalah deskriptif korelasi dengan
penentu dalam meningkatkan mutu rancangan cross sectional yaitu
pelayan kesehatan baik di Puskesmas rancangan penelitian yang menekankan
maupun di rumah sakit (DepKes RI, waktu pengukuran/observasi data
2011). Data dari puskesmas Malili variabel independen dan dependen
terdapat sebanyak perawat 61 orang hanya satu kali pada satu saat atau
dengan karakteristik status pekerjaan variabelnya diukur dan dikumpulkan
PNS 29 rang, upah jasa 10 orang, secara simultan, sesaat atau satu kali
sukarela 22 orang, dan status saja dalam satu kali waktu (dalam
pendidikan D3 36 orang, ners 18 orang waktu yang bersamaan) dan tidak ada
dan SPK 3 orang. tindak lanjut (Nursalam, 2009). Dalam
Berdasarkan hasil survey awal yang penelitian ini akan diteliti faktor yang
dilakukan, dari 5 orang perawat yang berhubungan dengan praktik komunikasi
berkomunikasi dengan pasien, 2 terapeutik perawat-klien di puskesmas
diantaranya masih melakukan Malili Kab. Luwu Timur. Populasi
komunikasi terapeutik kurang baik, hal target dalam penelitian ini adalah
ini terlihat dari ekspresi ketidakpuasaan perawat yang melakukan pelayanan
pasien. Setelah melakukan wawancara keperawatan di puskesmas Malili
secara langsung pada pasien didapatkan sebanyak 61 orang. Populasi untuk
informasi bahwa pasien merasa tidak responden pasien yang akan mengisi
puas dengan penjelasan yang kuesioner penilaian tentang perilaku
didapatkan dari perawat. perawat saat berkomunikasi adalah
Berdasarkan uraian diatas, maka pasien yang sedang dirawat di ruang
peneliti bermaksud untuk melakukan rawat inap.
penelitian faktor yang berhubungan

69
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No. 1 Hal 67-76, 2020

HASIL PENELITIAN
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Karakteristik F (%)
Usia Pasien
Dewasa 7 23.3
Lansia 23 76.7
Pendidikan Pasien 15 50.0
Tidak sekolah, SD,SMP
SMA ke atas 15 50.0
Pendidikan Perawat
DIII 13 43.3
Ners 17 56.7
Peran Perawat
Suami/ Istri 20 66.7
Anak 10 33.3
Jenis Kelamin
Laki-laki 10 33.3
Perempuan 20 66.7
Total 30 100.0
Sumber : data primer 2016

Penelitian ini melibatkan 35 responden orang (68.6%). Berdasarkan jenis kelamin,


dengan distribusi responden berdasarkan terdapat jenis kelamin laki-laki sebanyak 19
usia 20-30 tahun sebanyak 11 orang orang (54.3%) dan jenis kelamin
(31.4%) dan usia 30-40 tahun sebanyak 24 perempuan sebanyak 16 orang (45.7%).

Tabel 2
Hubungan Umur Perawat Dengan Praktik Komunikasi Terapeutik
Praktik Komunikasi Terapeutik
Total
Umur Perawat Baik Kurang
N % n % N %
< 30 tahun 11 36.7 6 20.0 17 56.7
> 30 tahun 8 26.7 5 16.7 13 43.3
Total 19 63.3 11 36.7 30 100.0
P value = 0.702 OR : 0.643(CI 95 % : 0.127-3.254)
Sumber: Data Primer, 2016

Berdasarkan tabel di atas dapat baik sebanyak 8 (26.7) dan yang kurang
diinterpretasikan bahwa dari 30 jumlah sebanyak 5 (16.7),
responden terdapat responden dengan umur Berdasarkan uji Chi-Square dengan
perawat yang < 30 tahun dengan praktik melihat hasil pada kolom Fisher's Exact
komunikasi terapeutik yang baik sebanyak Test yang dipergunakan untuk tabel 2x2
11 orang (36.7%) dan yang kurang diperoleh nilai hitung untuk hubungan
sebanyak 6 orang (20.0%). Sedangkan umur perawat dengan praktik komunikasi
responden dengan umur perawat >30 tahun terapeutik didapatkan nilai p = 0,702 lebih
dengan praktik komunikasi terapeutik yang besar dari nilai p = 0,05. Dari analisis
tersebut dapat diartikan bahwa H0 diterima

70
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No. 1 Hal 67-76, 2020

dan Ha ditolak atau tidak ada umur perawat tahun berpeluang 0,643 kali melakukan
dengan praktik komunikasi terapeutik. Nilai komunikasi terapeutik yang baik.
OR : 0,643, yang berarti pola umur < 30

a. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Komunikasi Terapeutik


Tabel 3
Hubungan Umur Perawat Dengan Praktik Komunikasi Terapeutik
Praktik Komunikasi Terapeutik
Total
Jenis Kelamin Baik Kurang
N % N % n %
Laki-laki 5 16.7 5 16.7 10 33.3
Perempuan 14 46.7 6 20.0 20 66.7
Total 19 63.3 11 36.7 30 100.0
P value = 0.425 OR : 0.429 (CI 95 % : 0. 090-2.051)
Sumber: Data Primer, 2016

Berdasarkan tabel di atas dapat Berdasarkan uji Chi-Square dengan


diinterpretasikan bahwa dari 30 jumlah melihat hasil pada kolom Fisher's Exact
responden terdapat responden dengan Test yang dipergunakan untuk tabel 2x2
jenis kelamin perawat dengan jenis diperoleh nilai hitung untuk hubungan
kelamin laki-laki dengan praktik jenis kelamin dengan komunikasi
komunikasi terapeutik yang baik terapeutik didapatkan nilai p = 0,425
sebanyak 5 orang (16.7%) dan yang lebih besar dari nilai p = 0,05. Dari
kurang sebanyak 5 orang (16,7%). analisis tersebut dapat diartikan bahwa
Sedangkan responden dengan jenis H0 diterima dan Ha ditolak atau tidak
kelamin perempuan dengan praktik ada hubungan jenis kelamin dengan
komunikasi terapeutik yang baik komunikasi terapeutik. Nilai OR: 0,429,
sebanyak 14 (46,7%) dan yang kurang yang berarti pola jenis kelamin laki-laki
sebanyak 6 (20%), berpeluang 0,429 kali melakukan
komunikasi terapeutik yang baik.

b. Hubungan Pendidikan Dengan Komunikasi Terapeutik


Tabel 4
Hubungan Pendidikan Perawat Dengan Praktik Komunikasi
Terapeutik
Praktik Komunikasi Terapeutik
Total
Pendidikan Baik Kurang
N % n % n %
DIII 10 33.3 3 10.0 13 43.3
Ners 9 30.0 8 26.7 17 56.7
Total 19 63.3 11 36.7 30 100.0
P value = 0,259 OR : 2,963 (CI 95 % : 0,596-14,729)
Sumber: Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel di atas dapat pendidikan DIII keperawatan dengan
diinterpretasikan bahwa dari 30 jumlah praktik komunikasi terapeutik yang baik
responden terdapat responden dengan sebanyak 10 orang (33,3%) dan yang

71
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No. 1 Hal 67-76, 2020

kurang sebanyak 3 orang (10,0%). pendidikan dengan komunikasi


Sedangkan responden dengan terapeutik didapatkan nilai p = 0,259
pendidikan Ners dengan praktik lebih besar dari nilai p = 0,05. Dari
komunikasi terapeutik yang baik analisis tersebut dapat diartikan bahwa
sebanyak 9 (30%) dan yang kurang H0 diterima dan Ha ditolak atau tidak
sebanyak 8 (26,7%), ada pendidikan dengan komunikasi
Berdasarkan uji Chi-Square dengan terapeutik. Nilai OR: 2,963, yang
melihat hasil pada kolom Fisher's Exact berarti pendidikan DIII keperawatan
Test yang dipergunakan untuk tabel 2x2 berpeluang 2,963 kali melakukan
diperoleh nilai hitung untuk hubungan komunikasi terapeutik yang baik.

c. Hubungan Peran Dengan Komunikasi Terapeutik


Tabel 5
Hubungan Umur Perawat Dengan Praktik Komunikasi Terapeutik
Praktik Komunikasi Terapeutik
Total
Peran Baik Kurang
N % n % n %
Suami/istri 12 40.0 8 26.7 20 66.7
Anak 7 23.3 3 10.0 10 33.3
Total 19 63.3 11 36.7 30 100.0
P value = 0,702 OR : 0,643 (CI 95 % : 0,127-3.254)
Sumber: Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel di atas dapat berpeluang 0,643 kali melakukan
diinterpretasikan bahwa dari 30 jumlah komunikasi terapeutik yang baik.
responden terdapat responden dengan
peran sebagai suami/istri dengan praktik PEMBAHASAN
komunikasi terapeutik yang baik 1. Deskripsi Umur Perawat Dengan
sebanyak 12 orang (40%) dan yang Praktik Komunikasi Terapeutik
kurang sebanyak 8 orang (26,7%). Komunikasi secara umum
Sedangkan responden dengan peran adalah suatu proses pembentukan,
sebagai anak dengan praktik penyampaian, penerimaan dan
komunikasi terapeutik yang baik pengolahan pesan yang terjadi di
sebanyak 7 (23,3%) dan yang kurang dalam diri seseorang dan atau di
sebanyak 3 (10%), antara dua atau lebih dengan tujuan
Berdasarkan uji Chi-Square dengan tertentu. Definisi tersebut
melihat hasil pada kolom Fisher's Exact memberikan beberapa pengertian
Test yang dipergunakan untuk tabel 2x2 pokok yaitu komunikasi adalah
diperoleh nilai hitung untuk hubungan suatu proses mengenai
peran dengan komunikasi terapeutik pembentukan, penyampaian,
didapatkan nilai p = 0,702 lebih besar penerimaan dan pengolahan pesan.
dari nilai p = 0,05. Dari analisis tersebut Komunikasi terapeutik adalah
dapat diartikan bahwa H0 diterima dan komunikasi yang dilakukan oleh
Ha ditolak atau tidak ada peran dengan seorang perawat pada saat
komunikasi terapeutik. Nilai OR: 0,643, melakukan intervensi keperawatan
yang berarti peran sebagai suami/istri sehingga memberikan khasiat

72
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No. 1 Hal 67-76, 2020

terapi bagi proses penyembuhan besar dari nilai p = 0,05. Dari


pasien (Nurhasanah, 2009). analisis tersebut dapat diartikan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa H0 diterima dan Ha ditolak
dari 30 jumlah responden terdapat atau tidak ada umur perawat
responden dengan umur perawat dengan praktik komunikasi
yang < 30 tahun dengan praktik terapeutik. Nilai OR : 0,643, yang
komunikasi terapeutik yang baik berarti pola umur < 30 tahun
sebanyak 11 orang (36.7%) dan berpeluang 0,643 kali melakukan
yang kurang sebanyak 6 orang komunikasi terapeutik yang baik.
(20.0%), komunikasi terapeutik, Dari hasil penelitian ini, dapat
tidak dapat diukur hanya dengan disimpulkan bahwa, usia tidak
usia perawat yang melakukan dapat mempengaruhi kemampuan
komunikasi saja, akan tetapi seorang perawat dalam
penting pula melihat kemampuan berkomunikasi. Karena masih ada
komunikasi seorang perawat faktor faktor lainnya yang berpengaruh
yang lainnya yang lebih berperan terhadap komunikasi seorang
dalam pelaksanaan komunikasi perawat, diantaranya budaya,
diantaranya budaya, skill pembawaan (sifat), dan
komunikasi, dan pembawaan pengalaman beradaptasi dengan
(sifat). Sedangkan responden pasien. Seperti yang dijelaskan
dengan umur perawat >30 tahun oleh Potter dan Perry (2009) bahwa
dengan praktik komunikasi bahasa dan gaya komunikasi akan
terapeutik yang baik sebanyak 8 sangat dipengaruhi oleh faktor
(26.7) dan yang kurang sebanyak 5 budaya. Budaya juga akan
(16.7), kemampuan komunikasi membatasi cara bertindak dan
bagi perawat yang lebih berkomunikasi.
berpengalaman kerja atau
berhadapan langsung dengan 2. Deskripsi Hubungan Jenis Kelamin
pasien akan ikut mempengaruhi Dengan Komunikasi Terapeutik
dan melatih kemampuan perawat Dari hasil penelitian bahwa
dalam mengkondisikan diri dari 30 jumlah responden terdapat
menghadapi beragam budaya dan responden dengan jenis kelamin
penilaian dari pasien, sehingga perawat dengan jenis kelamin laki-
mampu mengenali karakteristik laki dengan praktik komunikasi
seorang pasien melalui budaya dan terapeutik yang baik sebanyak 5
menghadapi mereka melalui orang (16.7%) dan yang kurang
komunikasi terapeutik yang sebanyak 5 orang (16,7%), dari
memanfaatkan budaya. hasil penelitian ini dapat diketahui
Berdasarkan uji Chi-Square bahwa jenis kelamin laki-laki
dengan melihat hasil pada kolom adalah yang paling sedikit dalam
Fisher's Exact Test yang melakukan praktek komunikasi, hal
dipergunakan untuk tabel 2x2 ini bukan disebabkan oleh
diperoleh nilai hitung untuk ketidakmampuannya, namun dapat
hubungan umur perawat dengan dilihat bahwa laki-laki memiliki
praktik komunikasi terapeutik karakter bersuara keras
didapatkan nilai p = 0,702 lebih dibandingkan perempuan.

73
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No. 1 Hal 67-76, 2020

Sedangkan responden dengan jenis faktor lain yang berpengaruh yaitu


kelamin perempuan dengan praktik budaya dan pembawaan seseorang
komunikasi terapeutik yang baik (sifat).
sebanyak 14 (46,7%) dan yang
kurang sebanyak 6 (20%), hal ini 3. Deskripsi Hubungan Pendidikan
karena perempuan lebih memiliki Dengan Komunikasi Terapeutik
karakter lembut dalam Dari hasil penelitian
menyampaikan sesuatu. ditemukan bahwa dari 30 jumlah
Berdasarkan uji Chi-Square responden terdapat responden
dengan melihat hasil pada kolom dengan pendidikan DIII
Fisher's Exact Test yang keperawatan dengan praktik
dipergunakan untuk tabel 2x2 komunikasi terapeutik yang baik
diperoleh nilai hitung untuk sebanyak 10 orang (33,3%) dan
hubungan jenis kelamin dengan yang kurang sebanyak 3 orang
komunikasi terapeutik didapatkan (10,0%). Sedangkan responden
nilai p = 0,425 lebih besar dari nilai dengan pendidikan Ners dengan
p = 0,05. Dari analisis tersebut praktik komunikasi terapeutik yang
dapat diartikan bahwa H0 diterima baik sebanyak 9 (30%) dan yang
dan Ha ditolak atau tidak ada kurang sebanyak 8 (26,7%).
hubungan jenis kelamin dengan Berdasarkan uji Chi-Square
komunikasi terapeutik. Nilai OR: dengan melihat hasil pada kolom
0,429, yang berarti pola jenis Fisher's Exact Test yang
kelamin laki-laki berpeluang 0,429 dipergunakan untuk tabel 2x2
kali melakukan komunikasi diperoleh nilai hitung untuk
terapeutik yang baik. hubungan pendidikan dengan
Hasil penelitian ini didukung komunikasi terapeutik didapatkan
oleh A Roatib, S Suhartini, S nilai p = 0,259 lebih besar dari nilai
Supriyadi (2010) menemukan p = 0,05. Dari analisis tersebut
bahwa jenis kelamin dan motivasi dapat diartikan bahwa H0 diterima
peneliti melakukan uji korelasi dan Ha ditolak atau tidak ada
dengan uji nonparametrik alternatif pendidikan dengan komunikasi
dengan uji kruskall. Hasil terapeutik. Nilai OR: 2,963, yang
penelitian menunjukkan bahwa berarti pendidikan DIII
signifikansi 0.135 sehingga dapat keperawatan berpeluang 2,963 kali
disimpulkan bahwa tidak ada melakukan komunikasi terapeutik
hubungan yang bermakan antara yang baik.
jenis kelamin dengan motivasi Hasil penelitian ini sejalan
perawat dalam menerapkan dengan hasil penelitian yang
komunikasi terapeutik pada fase dilakukan oleh Angilian Budi
kerja. Ardhianto (2009) yang menyatakan
Peneliti berasumsi bahwa, bahwa untuk variabel yang lain
komunikasi tidak dapat dilihat seperti jenis kelamin, pendidikan,
hanya dari jenis kelamin saja, status kepegawaian secara statistik
karena jenis kelamin tidak tidak ada hubungan yang
menentukan kemampuan seseorang bermakna. Jenis kelamin memiliki
dalam berkomunikasi. Masih ada signifikansi 0.220, pendidikan

74
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No. 1 Hal 67-76, 2020

memiliki signifikansi 0.655, status nilai p = 0,702 lebih besar dari nilai
kepegawaian memiliki signifikansi p = 0,05. Dari analisis tersebut
0.083. dapat diartikan bahwa H0 diterima
Peneliti berasumsi bahwa dan Ha ditolak atau tidak ada peran
pendidikan juga bukanlah faktor dengan komunikasi terapeutik.
penentu seorang perawat memiliki Nilai OR: 0,643, yang berarti peran
kemampuan dalam berkomunikasi. sebagai suami/istri berpeluang
Oleh sebab itu, pendidikan bukan 0,643 kali melakukan komunikasi
menjadi ukuran perawat dalam terapeutik yang baik.
berkomunikasi. Hasil penelitian Komunikasi terapeutik selalu
dari Ali Roatib (2007) menemukan dihubungkan dengan caring.
bahwa variabel pelatihan, dari hasil Menurut Tommey and Alligood
penelitian, di peroleh nilai (2006) yang menyatakan perilaku
signifikansi sebesar 0.000 yang caring hanya dapat dilakukan oleh
berarti korelasi tersebut bermakna. perawat yang memiliki kualitas
Dengan demikian dapat hidup baik secara peribadi maupun
disimpulkan bahwa ada hubungan kehidupan profesionalnya. Adanya
yang bermakna antara pelatihan konflik yang dialami oleh perawat
dengan motivasi perawat dalam menyebabkan seorang perawat
menerapkan komunikasi terapeutik pelaksana tidak mampu
pada fase kerja. Oleh sebab itu, mencurahkan perhatian penuh
peneliti menyarankan agar perawat selama melakukan asuhan,
dapat diberikan pelatihan tersendiri sehingga tidak mampu
mengenai komunikasi. menampilkan perilaku caring pada
layanan asuhan yang diberikan.
4. Deskripsi Hubungan Peran Dengan Sementara penelitian ini
Komunikasi Terapeutik sejalan dengan hasil penelitian ini
Hasi penelitian dari 30 jumlah yaitu Supriatna (2012) yang
responden terdapat responden menyimpulkan konflik pekerjaan
dengan peran sebagai suami/istri keluarga dan konflik keluarga
dengan praktik komunikasi pekerjaan tidak berhubungan
terapeutik yang baik sebanyak 12 signifikan dengan kinerja, konflik
orang (40%) dan yang kurang pekerjaan-keluarga dan keluarga-
sebanyak 8 orang (26,7%). pekerjaan berhubungan signifikan
Sedangkan responden dengan dengan kelelahan kerja RSUD
peran sebagai anak dengan praktik Pandeglang.
komunikasi terapeutik yang baik Selain itu, hasil penelitian ini
sebanyak 7 (23,3%) dan yang tidak sejalan dengan Indriani
kurang sebanyak 3 (10%). (2009) yang menemukan konflik
Berdasarkan uji Chi-Square keluarga-pekerjaan dan pekerjaan-
dengan melihat hasil pada kolom keluarga berpengaruh signifikan
Fisher's Exact Test yang positif terhadap terjadinya stress
dipergunakan untuk tabel 2x2 kerja perawat wanita rumah sakit
diperoleh nilai hitung untuk dan konflik peran ganda dan stress
hubungan peran dengan kerja secara bersama-sama
komunikasi terapeutik didapatkan berpengaruh terhadapikiner

75
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No. 1 Hal 67-76, 2020

perawat wanita Roemani Muhammadiyah Semarang.


Nurhasanah. (2010). Ilmu Komunikasi
DAFTAR PUSTAKA Dalam Konteks Keperawatan
Dalami, Dahlia, Rochimah. (2009). Untuk Mahasiswa
Komunikasi dan Konseling Keperawatan, Jakarta: Trans
Dalam Praktik Kebidanan, Info Media.
Jakarta: Trans Info Media. Potter, A. P., Perry, A. G. (2005). Buku
Damaiyanti, Mukripah. (2008). Ajar Fundamental
Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan Konsep,Proses
Praktik Keperawatan.Jakarta: dan Praktik Edisi 4. Jakarta:
Refika Aditama. EGC.
DepKes RI. (2011). Perawat Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan
Mendominasi Tenaga Riset Keperawatan.
Kesehatandiakses dari Yogyakarta : Graha I lmu.
www.depkes.go.id Supriyanto, S & Ernawaty. (2010).
Fatmawati. (2007). Persepsi Pasien Pemasaran Industri Jasa
tentang Komunikasi Terapeutik Kesehatan. Yogyakarta: 2010
Perawat di Ruang Perawatan Suryani. (2006). Komunikasi Terapeutik
Bedah. Teori dan Praktik. Jakarta:
Hermawan, AH. (2009). Persepsi EGC.
Pasien tentang Pelaksanaan
Komunikasi Terapeutik
Perawat dalam Asuhan
Keperawatan pada Pasien di
Unit Gawat Darurat RS. Mardi
Rahayu Kudus.
Mundakir. (2006). Komunikasi
Keperawatan Aplikasi dalam
Pelayanan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Musliha & Fatmawati, S. (2010).
Komunikasi Keperawatan Plus
Materi Potter & Perry. (2009).
Fundamentals Of Nursing,
Jakarta: Salemba Medika
Komunikasi Terapeutik.
Yogjakarta: Nuha Medika.
Nasir, A., Muhith, A., Sajidin, M &
Mubarak, W.I. (2011).
Komunikasi Dalam
Keperawatan Teori dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba
Medika.
Nurhasanah, N. (2009). Ilmu
Komunikasi Dalam Konteks
Keperawatan. Jakarta: TIM.

76

Anda mungkin juga menyukai