Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PERAN DAN TUGAS PERAWAT

DALAM FASE POST DISASTER

GUNUNG MELETUS

OLEH :

KELOMOPK III

1. Cempaka Mertanadi (17091110040)


2. Kadek Ayu Indra Lestari (18101110004)
3. Ni Kadek Ayu Pitari Dewi (18101110005)
4. Ni Made Martthesa Dwi Cahyani (18101110008)
5. I Putu Rai Eka Budiana (18101110012)
6. Ni Nyoman Yulia Tirtanadi (18101110018)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

ADVAITA MEDIKA TABANAN

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga Makalah ini yang berjudul
“Peran dan Tugas Perawat dalam Fase Post Disaster Gunung Meletus“ dapat kami
selesaikan.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Bencana semester tujuh Tahun Akademik 2021/2022.

Dalam penyusunan Makalah ini banyak pihak yang telah membantu kami
baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat kami sebutkan satu-
persatu. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu kami tersebut.

Kami berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Kami pun menyadari dalam pembuatan Makalah ini masih banyak kekurangan
maupun kesalahan, seperti kata pepatah “ tak ada gading yang tak retak “ karena
kami hanya manusia biasa yang masih perlu banyak belajar. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyusunan
Makalah di masa depan yang lebih baik lagi.

Tabanan, 06 Desember 2021

Kelompok III

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.............................................................................1


1.2. Rumusan Masalah........................................................................1
1.3. Tujuan Makalah...........................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Definisi Bencana..........................................................................2


2.2. Definisi Gunung Meletus.............................................................2
2.3. Tipe Erupsi Gunung Berapi.........................................................3
2.4. Jenis-jenis Gunung.......................................................................3
2.5. Bagian-bagian Gunung................................................................4
2.6. Tanda dan Gejala Gunung Meletus.............................................5
2.7. Penyebab Terjadinya Gunung Meletus........................................5
2.8. Peran Perawat dalam Pasca Bencana...........................................6
2.9. Dampak Meletunya Gunung Berapi............................................7
2.10. Mitigasi Bencana Gunung Berapi................................................8
2.11. Disaster Cycle..............................................................................8
2.12. Penanggulangan Bencana Berdasarkan Prinsip 5 M.................10

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan................................................................................12
3.2. Saran .........................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Secara geografis letak Indonesia berada pada posisi silang antara
Benua Asia dan Australia, serta Samudera Hindia (Samudra Indonesia) dan
Pasifik. Posisi tersebut merupakan zona rawan bencana alam. Bencana
dalam undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan
bencana memiliki pengertian yaitu peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyrakat
yang disebabkan baik oleh faktor alam, non alam ataupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis. Beberapa bencana lainnya
seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, tsuniami, anomali cuaca masih
dapat diramalkan sebelumnya dan gunung berapi (Fedryansyah et al., 2018)
Salah satu bencana alam yang cukup dasyat adalah meletusnya
gunung berapi pada tahun 2010. Dampak dari letusan tersebut membawa
korban, antara lain merenggut nyawa manusia, membumihanguskan harta
benda dan ternak, meluluhlantahkan rumah, dan meninggalkan trauma pada
korban bencana, bahkan ada yang cacat seumur hidup. Kebutuhan korban
bencana alam gunung meletus dan upaya penanggulangannya, bertujuan
untuk mengetahui kebutuhan korban bencana di lokasi bencana.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana peran dan tugas perawat dalam fase post-disaster gunung
merapi?

1.3. Tujuan Makalah


Untuk mengetahui bagaimana peran dan tugas dalam fase post-disaster
gunung merapi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Bencana


Peristiwa yg terjadi secara mendadak atau tidak terencana atau secara
perlahan tetapi berlanjut yang menimbulkan dampak terhadap pola
kehidupan normal atau kerusakan ekosistem, sehingga diperlukan tindakan
darurat dan luar biasa untuk menolong dan menyelamatkan korban yaitu
manusia dan lingkungannya (KEMENKES RI no:
145/MENKES/SK/I/2007).

2.2. Definisi Gunung Meletus


Gunung merupakan bentuk muka bumi yang menonjol dari rupa bumi
di sekitar. Gunung biasanya lebih tinggi dan curam dibandingkan bukit.
Gunung dan pegunungan terbentuk karena pergerakan kerak bumi yang
menjulang naik. Jika kedua kerak bumi menjulang naik, pegunungan
dihasilkan, sebaliknya jika salah satu kerak bumi terlipat bawah kerak yang
lain, gunung berapi terbentuk. Gunung adalah sebuah bentuk tanah yang
menonjol di atas wilayah sekitarnya. Sebuah gunung biasanya lebih tinggi
dan curam dari sebuah bukit, tetapi ada kesamaaan, dan penggunaan sering
tergantung dari adat lokal. Gunung meletus adalah peristiwa alam dimana
endapan magma yang berada di dalam perut bumi didorong keluar oleh gas
yang mempunyai tekanan tinggi (Khasanah & Sanah, 2018).
Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi
dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C.
Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang
dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang
membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau
lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km.
Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering
meletus disebut gunung berapi aktif.

2
Gunung meletus adalah gunung yang memuntahkan material-material
dari dalam bumi seperti debu, awan panas, asap, kerikil, batu-batuan, lahar
panas, lahar dingin, magma, dan lain sebagainya. Gunung meletus biasanya
bisa diprediksi waktunya sehingga korban jiwa dan harta benda bisa
diminimalisir.

2.3. Tipe Erupsi Gunung Berapi


Berdasarkan tinggi rendahnya derajat fragmentasi dan luasnya, kuat
atau lemahnya letusan dan tinggi tiang asap, gunung api dibagi menjadi
beberapa tipe erupsi:
a. Tipe Hawaiian, yaitu erupsi eksplosif dari magma basaltic atau
mendekati basalt, umumnya berupa semburan lava pijar, dan sering
diikuti lelehan lava.
b. Tipe Strombolian, erupsinya hampir sama dengan Hawaiian berupa
semburan lava pijar dari magma yang dangkal, umumnya terjadi pada
gunung api sering aktif di tepi benua atau di tengah benua.
c. Tipe Plinian, merupakan erupsi yang sangat eksplosif dari magma
berviskositas tinggi atau magma asam, komposisi magma bersifat
andesitik sampai riolitik. Material yang dierupsikan berupa batu apung
dalam jumlah besar.

2.4. Jenis-jenis Gunung


Pada garis besar gunung terbagi menjadi 2, yaitu gunung berapi/aktif
dan tidak aktif:
1. Gunung Aktif, yaitu gunung api yang masih bekerja yang kawahnya
selalu mengeluarkan asap, gempa, dan letusan. Misalnya Gunung
Stromboli. Gunung berapi terbentuk oleh lapisan material yang keluar
dari perut bumi. Gunung berapi yang masih hidup atau aktif gejala
yang tampak adalah timbulnya ledakan atau letusan. Kegiatan gunung
berapi diawasi oleh Jawatan Geologi. Jawatan ini memiliki alat pencatat
gempa bumi yang disebut seismograf. Beberapa bentuk gunung api,
yaitu: gunung api kerucut (strato), gunung api Landai (Maar) dan

3
gunung api Perisai (tameng). Bentuk ini dipengaruhi oleh letak dapur
magma dan sifat magma yang keluar dari perut bumi.
2. Gunung Tidak Berapi, Gunung tidak berapi merupakan gunung yang
sudah tidak aktif lagi. Gunung tidak berapi sangat kecil kemungkinan
untuk meletus. Gunung tidak berapi sering juga disebut gunung mati.
Contoh gunung tidak berapi adalah Gunung Muria (Jawa Tengah),
Gunung Tambora (NTB), dan Gunung Melawan (Kalimantan Tengah).

2.5. Bagian-bagian Gunung


Gunung terdiri dari tiga bagian, yaitu puncak, lereng dan kaki gunung.
1. Lereng yaitu suatu medan atau daerah yang permukaan tanahnya atau
letaknya miring. Berdasarkan derajat kemiringannya lereng dibedakan
menjadi empat macam yaitu, lereng landai, curam, terjal, dan tegak.
2. Puncak
3. Kaki gunung
 Berdasar bentuknya dibagi menjadi :
a. Gunung berapi perisai (Gunung berapi lava) : seperti perisai, terjadi
karena lelehan yang keluar dan membentuk lereng yang sangat
landai. Contoh: Gunung Mauna Loa (Hawaii).
b. Gunung berapi strato, Bentuknya seperti kerucut, terjadi karena
letusan dan lelehan (etusi) secara bergantian. Jenis ini banyak
terdapat di Indonesia. Contoh : Gunung Merapi di Indonesia.
c. Gunung berapi maar : Gunung berapi yang meletus sekali dan
segala aktivitas vulkanisme terhenti, yang tinggal hanya kawahnya
saja. Bentuknya seperti danau kecil (danau kawah). Terjadi karena
letusan (eksplosif). Contoh: Gunung Lamongan (Jawa Timur),
Pegunungan Eifel (Perancis), dan dataran tinggi di Perancis
Tengah.
 Menurut aktivitasnya, gunung api dibagi menjadi tiga kelompok :
a. Gunung aktif, gunung ini masih bekerja, kawahnya selalu
mengeluarkan asap, gempa, dan letusan. Contoh: Gunung
Stromboli

4
b. Gunung mati, gunung yang sudah tidak meletus lagi. Contoh:
Gunung Patuha dan Gunung Sumbing
c. Gunung istirahat. Gunung api yang sewaktu-waktu meletus
kemudian istirahat kembali. Contoh: Gunung Ciremai dan Gunung
Kelud.

2.6. Tanda dan Gejala Gunung Meletus


1. Suhu di sekitar gunung naik. Hal ini menunjukkan terjadi kenaikan
aktifitas merapi
2. Mata air menjadi kering
3. Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)
4. Tumbuhan di sekitar gunung layu
5. Binatang di sekitar gunung bermigrasi

2.7. Penyebab Terjadinya Gunung Meletus


Letusan gunung merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang
dikenal dengan istilah “erupsi”. Gunung yang dapat meletus hanyalah
gunung yang berstatus sebagai gunung api saja, tidak semua berstatus
gunung api, bahkan jumlah gunung biasa lebih banyak dari gunung berapi.
Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan
aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah
terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu
melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma).
Magma akan menginstruksi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan
mendekati permukaan bumi. Gunung berapi terbentuk dari magma, yaitu
batuan cair yang terdalam di dalam bumi. Magma terbentuk akibat
panasnya suhu di dalam interior bumi. Pada kedalaman tertentu, suhu panas
ini sangat tinggi sehingga mampu melelehkan batu-batuan di dalam bumi.
Saat batuan ini meleleh, dihasilkanlah gas yang kemudian bercampur
dengan magma. Sebagian besar magma terbentuk pada kedalaman 60
hingga 160 km di bawah permukaan bumi. Sebagian lainnya terbentuk pada
kedalaman 24 hingga 48 km. Magma yang mengandung gas, sedikit demi

5
sedikit naik ke permukaan karena massanya yang lebih ringan dibanding
batu-batuan padat di sekelilingnya. Saat magma naik, magma tersebut
melelehkan batu-batuan di dekatnya sehingga terbentuklah kabin yang besar
pada kedalaman sekitar 3 km dari permukaan. Kabin magma (magma
chamber) inilah yang merupakan gudang (reservoir) darimana letusan
material-material vulkanik berasal.
Magma yang mengandung gas dalam kabin magma berada dalam
kondisi di bawah tekanan batu-batuan berat yang mengelilinginya. Tekanan
ini menyebabkan magma meletus atau melelehkan conduit (saluran) pada
bagian batuan yang rapuh atau retak. Magma bergerak keluar melalui
saluran menuju ke permukaan. Saat magma mendekati permukaan,
kandungan gas di dalamnya terlepas. Gas dan magma ini bersama-sama
meledak dan membentuk lubang yang disebut lubang utama (central vent).
Sebagian besar magma dan material vulkanik lainnya kemudian menyembur
keluar melalui lubang ini.
Setelah semburan berhenti, kawah (crater) yang menyerupai mangkuk
biasanya terbentuk pada bagian puncak gunung berapi. Sementara lubang
utama terdapat di dasar kawah tersebut. Setelah gunung berapi terbentuk,
tidak semua magma yang muncul pada letusan berikutnya naik sampai ke
permukaan melalui lubang utama. Saat magma naik, sebagian mungkin
terpecah melalui retakan dinding atau bercabang melalui saluran yang lebih
kecil. Magma yang melalui saluran ini mungkin akan keluar melalui lubang
lain yang terbentuk pada sisi gunung, atau mungkin juga tetap berada di
bawah permukaan.

2.8. Peran Perawat dalam Pasca Bencana


Menurut Feri dan Makhfudli (2009) adalah perawat berkerja sama
dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan bantuan kesehatan kepada
korban seperti pemeriksaan fisik, wound care secara menyeluruh dan merata
pada daerah terjadi bencana. Saat terjadi stres psikologis yang terjadi dapat
terus berkembang hingga terjadi post-traumatic stress disorder ( PTSD)
yang merupakan sindrom dengan tiga kriteria utama yaitu trauma pasti

6
dapat dikenali, individu mengalami gejala ulang traumanya melalui
flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacunya dan
individu akan menunjukkan gangguan fisik, perawat dapat berperan sebagai
konseling. Tidak hanya itu perawat bersama masyarakat dan profesi lain
yang terkait bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah
kesehatan masyarakat pasca-gawat darurat serta mempercepat fase
pemulihan menuju keadaan sehat dan aman. Selain itu Perawat dapat
melakukan pelatihan-pelatihan keterampilan yang difasilitasi dan
berkolaborasi dengan instansi ataupun LSM yang bergerak dalam bidang
itu. Sehinnga diharapkan masyarakat di sekitar daerah bencana akan
mampu membangun kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang
dimilikinya.

2.9. Dampak Meletusnya Gunung Berapi


1. Dampak negatif Akibat Gunung Merapi sebagai berikut :
a. Dampak dari abu gunung merapi yaitu berbagai jenis gas seperti
Sulfur Dioksida (SO2), gas Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrogen
Dioksida (NO2), serta debu dalam bentuk partikel (Total
Suspended Particulate atau Particulate Matter).
b. Kecelakaan lalu lintas akibat jalan berdebu licin, jatuh karena
panik, serta makanan yang terkontaminasi, dan lain-lain.
c. Banyak dari penduduk, terutama sekitar Gunung berapi yang
kehilangan pekerjaan rutin kesehariannya.
d. Timbulnya penyakit pada korban seperti ISPA.
e. Hujan debu dari gunung berapi juga meluas dan membatasi jarak
pandang. Lalu lintas, baik darat maupun udara, mulai terganggu.
Bahkan, penerbangan ditutup sementara waktu.
f. Dan terjadi pula kebakaran hutan karena terkena laharnya.
g. Banyak sektor pertanian terganggu akibat bencana ini yang
menyebabkan pendapatan bisnis para petani menurun drastis.
h. Di sektor pariwisata, kunjungan wisatawan berkurang sehingga
menyebabkan tingkat hunian hotel menrun

7
2. Dampak Positif akibat gunung berapi
a. Penambang pasir mendapat pekerjaan baru yaitu bekerja untuk
mendapat pasir di pinggiran aliran lahar dingin.
b. Hasil muntahan vulkanik bagi lahan pertanian dapat menyuburkan
tanah, namun dampak ini hanya oleh penduduk sekitar gunung.
c. Bahan material vulkanik berupa pasir dan batu dapat digunakan
sebagai bahan material yang berfungsi untuk bahan bangunan, dan
lain-lain.

2.10.Mitigasi Bencana Gunung Berapi


Tindakan yang sebaiknya dilakukan setelah terjadinya letusan adalah :
a. Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
b. Bersihkan atap dari timbunan abu karena beratnya bisa merusak atau
meruntuhkan atap bangunan
c. Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab
bisa merusak mesin motor, rem, persneling dan pengapian.

2.11.Disaster Cycle
1. Tahap Rehabilitasi
Dalam tahap rehabilitasi, upaya yang dilakukan adalah perbaikan fisik
dan non fisik serta pemberdayaan dan pengembalian harkat korban.
Tahap ini bertujuan mengembalikan dan memulihkan fungsi bangunan
dan infrastruktur yang mendesak untuk menindaklanjuti tahap tanggap
darurat, seperti rehabilitasi bagunan ibadah, bangunan sekolah,
infrastruktur sosial dasar, serta prasarana dan sarana perekonomian
yang sangat diperlukan. Sasaran utama tahap rehabilitasi adalah
memperbaki pelayanan masyarakat atau publik sampai pada tingkat
yang memadai. Dalam tahap rehabilitasi ini juga diupayakan
penyelesaian berbagai permasalahan yang terkait dengan aspek
kejiwaan/psikologis melalui penanganan trauman korban bencana.
2. Tahap Rekontruksi

8
Upaya yang dilakukan pada tahap rekonstruksi adalah pembangunan
kembali sarana, prasarana serta fasilitas umum yang rusak dengan
tujuan agar kehidupan masyarakat kembali berjalan normal. Biasanya
melibatkan semua masyarakat, perwakilan lembaga swadaya
masyarakat, dan dunia usaha. Sasaran utama di tahap ini adalah
terbangunnya kembali masyarakat dan kawasan. Pendekatan pada tahap
ini sedapat mungkin juga melibatkan masayakat dalam setiap proses.
Contonya : Pembanguan perkampungan-perkampunan baru dikaki
gunung berapi dalam radius yang lebih aman.
3. Tahap Penanggulangan
Penanganan bencana letusan gunung berapi dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu persiapan sebelum terjadi letusan, saat terjadi letusan dan setelah
terjadi letusan.
a. Penanganan sebelum terjadi letusan
- Pemantauan dan pengamatan kegiatan pada semua gunung
berapi yang aktif
- Pembuatan dan penyediaan Peta Kawasan Rawan Bencana dan
Peta Zona Resiko Bahaya Gunung Berapi yang didukung
dengan Peta Geologi gunung berapi.
- Melaksanakan prosedur tetap penanggulangan bencana letusan
gunung berapi
- Melakukan pembimbingan dan pemberian informasi gunung
berapi
- Melakukan penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika dan
geokimia di gunung berapi
- Melakukan peningkatan sumberdaya manusia (SDM) dan
pendukung pendukungnya seperti peningkatan sarana
prasarana.
b. Penanganan saat terjadi letusan
- Memebentuk tim gerak cepat
- Meningkatkan pemantauan dan pengamatan dengan didukung
oleh penambahan peralatan yang memadai

9
- Meningkatkan pelaporan tingkat kegiatan alur dan frekuensi
pelaporan sesuai dengan kebutuhan
- Memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat sesuai
prosedur.
c. Penanganan setelah terjadi letusan
- Menginventarisir data, mencakup sebaran dan volume hasil
letusan
- Mengidentifikasi daerah yang terancam bencana
- Memberikan saran penanggulangan bencana
- Memberikan penataan kawasan jangka pendek dan jangka
panjang
- Memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak

2.12. Penanggulangan Bencana Berdasarkan Prinsip 5 M


1. MAN
Dalam penanggulangan bencana, faktor manusia adalah yang paling
menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang
melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada
proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh
karena itu, di dalam penanggulangan bencana dibutuhkan sumber daya
manusia untuk mengatasi masalah yang terjadi akibat bencana alam.
Antara lain : organisasi-organisasi yang menangani bencana (BNPB
dll), Dinas-dinas terkait, masyarakat, lembaga non pemerintahan,
perguruan tinggi, tentara, media dan sebagainya.
2. Money
Dari segi pendanaan, biaya penanggulangan meletusnya gunung berapi
didasarkan pada APBD provinsi, APBN, serta bantuan lain yang tidak
mengikat. Dapat disalurkan langsung kepada korban jiwa, atau melalui
Gubernur, Bupati, dan Walikota.
3. Method (Mitigasi)
Method adalah cara menanggulangi suatu bencana yang biasanya sudah
dipersiapkan dan disusun pengorganisasiannya. Misalnya pada bencana

10
gunung merapi ada tim Rapid Health team, Rapid Medical Team, Rapid
Logistic Support. Tim-tim tersebut biasanya langsung bertungas sesuai
tanggung jawabnya masing-masing seperti menangani korban luka,
korban meninggal, evakuasi, sarana dan prasarana lapangan yang
dibutuhkan guna menunjang kelangsungan hidup korban dan tim.
4. Matheria (Logistic)
Dalam hal penyiapan logistik diserahkan kepada dinas sosial dan PMD
setempat, misalnya melakukan penyiapan gudang stok bantuan,
berupa : makanan, pakaian, peralatan masak dll. Dalam hal gangguan
masalah kesehatan yang menyertai terjadinya bencana gunung meletus
biasanya dinas kesehatan akan menyediakan stok masker dan obat-
obatan. Intinya dalam prinsip penanganan material adalah penyimpanan
barang-barang yang dibutuhkan apabila terjadi bencana, baik barang
yang akan dipergunakan untuk evakuasi korban, kantong jenazah,
peralatan untuk pengungsian (shelter, selimut, pakaian), peralatan untuk
memasak guna memenuh kebutuhan dasar manusia, dan peralatan yang
digunakan untuk pengobatan, serta bantuan-bantuan.
5. Machine
Dari segi mesin, adalah barang-barang yang biasa digunakan guna
mendukung penanganan bencana gunung berapi, seperti alat-alat berat
guna mengevakuasi korban misalnya ambulan lapangan, truk besar, alat
penunjang telekomunikasi, alat penunjang pembuatan rumah sakit
lapangan dll.

11
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Indonesia merupakan negara yang jumlah gunung apinya sangat
banyak. Tidak kurang dari 130 gunung api aktif atau 13-17% dari jumlah
seluruh gunung api yang ada di dunia, terdapat di Indonesia. Peran perawat
pada pasca bencana menurut menurut Feri dan Makhfudli (2009) adalah
perawat berkerja sama dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan
bantuan kesehatan kepada korban seperti pemeriksaan fisik, wound care
secara menyeluruh dan merata pada daerah terjadi bencana. Saat stres
psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post-
traumatic stress disorder ( PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga
kriteria utama yaitu trauma pasti dapat dikenali, individu mengalami gejala
ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa
yang memacunya dan individu akan menunjukkan gangguan fisik, perawat
dapat berperan sebagai konseling. Tidak hanya itu perawat bersama
masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama dengan unsur lintas
sektor menangani masalah kesehatan masyarakat pasca-gawat darurat serta
mempercepat fase pemulihan menuju keadaan sehat dan aman.

3.2. Saran
Sebaiknya di setiap gunung api yang masih aktif ada pos pengawasan
yang dilengkapi dengan alat-alat pemantauan yang akurat. Informasikan
atau komukasikan segala tanda bahaya yang diperoleh sedini mungkin
kepada masyarakat atau melalui kepala desa masing-masing. Buat sirene
tanda bahaya untuk mengingatkan penduduk untuk segera mengungsi bila

12
keadaaan tambah gawat. Pembuatan sungai yang khusus untuk aliran lahar
dan membuat tanggul yang kokoh untuk melindungi desa dari aliran lahar.

DAFTAR PUSTAKA

Fedryansyah, M., Pancasilawan, R., & Ishartono, I. (2018). Penganggulangan


Bencana Di Masyarakat Desa Studi Di Desa Cipacing, Desa Cileles, Dan
Desa Cikeruh Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Share : Social
Work Journal, 8(1), 11. https://doi.org/10.24198/share.v8i1.15961

Khasanah, A. N., & Sanah, K. U. (2018). “gunung meletus.” 1–25.

13

Anda mungkin juga menyukai