DISUSUN OLEH :
2005511019
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
Kampung Melayu Direndam Banjir Setinggi 2,5 Meter, Begini Situasinya – FAJAR
➢ Lokasi Banjir : Kebon Pala, Kelurahan Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur.
➢ Kejadian Banjir : 6 November 2021 – 8 November 2021
➢ Ketinggian Banjir : 1,5 meter - 2,5 meter
➢ Penyebab : Hujan deras dan luapan sungai ciliwung
➢ Kerusakan : tidak ada korban jiwa tetapi kerusakan harta dan benda sehingga masyarakat
harus mengungsi ke posko atau tempat yang lebih tinggi.
Jakarta sebagai Ibukota Negara Indonesia telah memiliki beban yang berat untuk mendukung
kehidupan masyarakat setempat. Jakarta dengan daya tariknya menyebabkan terjadinya laju
urbanisasi sehingga pertumbuhan penduduk di Jakarta semakin padat, bahkan di sekitar Kota
Jakarta tidak luput dari peningkatan penduduk dan terjadinya perubahan lahan yang sebelumnya
lahan budidaya menjadi lahan terbangun. Implikasi dari perubahan tutupan lahan menyebabkan
kondisi daerah aliran sungai (DAS) yang semakin kritis. Kekritisan DAS ini mengakibatkan
terjadinya perubahan karakteristik aliran dengan deviasi antara aliran maksimum dan minimum
yang semakin tinggi.
Permasalahan banjir di Jakarta selalu menjadi isu nasional yang sangat buruk dalam rangka
pengendalian banjir, karena Jakarta merupakan ibukota negara sehingga menjadi perhatian
publik. Kejadian banjir Jakarta bukan fenomena yang baru terjadi, tetapi sudah menjadi agenda
tahunan pada setiap musim hujan datang.
Banjir didefinisikan sebagai suatu kondisi yang mana air dalam saluran pembuang (kali)
tidak dapat tertampung atau terjadinya hambatan pada aliran air di dalam saluran pembuangan.
Dalam hal ini, banjir adalah peristiwa alam yang dapat menimbulkan baik kerugian harta benda
penduduk maupun korban jiwa. Maka, banjir dapat pula dikatakan sebagai kejadian luapan air
yang diakibatkan bila penampang saluran yang kurang kapasitasnya. (Suripin, 2004)
Dalam kaitannya dengan siklus hidrologi, memperlihatkan bahwa karakterisitik tanah
pedesaan, mampu mengendalikan proses sirkulasi hujan secara alamiah, karena daya dukung
kemampuan tanah terhadap resapannya. Di perkotaan karena padatnya bangunan beton, hingga
menyebabkan pengaturan air secara alamiah relatif terganggu dan dicirikan oleh laju limpasan
air, bahkan karena kurang mampu daya tampung aliran (saluran drainase dan bandan sungai),
sehingga sering menyebabkan genangan (banjir).
Kota-kota di Indonesia pada umumnya terletak pada wilayah dataran banjir, baik dipinggir
sungai maupun ditepi pantai. Pembangunan permukiman pada wilayah-wilayah dataran banjir,
secara ekonomis cukup memberikan rangsangan keminatan bagi penghuninya. Selain
hamparannya relatif datar, tanahnya subur, dan harganya relatif terjangkau. Namun demikian
lokasi permukiman yang cukup strategis serta secara ekonomis sering memiliki resiko besar
terhadap genangan (banjir). Hal ini mengingat bahwa pemilihan lokasi lebih cenderung pada
kantong-kantong air, atau lahan basah yang dialih fungsikan menjadi komplek-komplek
permukiman. Oleh karena itu banjir tidak selayaknya hanya dilihat dari sisi bencana yang terjadi,
akan tetapi akan lebih arif apabila ditinjau dari keruangan alamiahnya, bahkan akan lebih
menjamin kenyamanan lingkungan apabila dipertimbangkan dari faktor-faktor lingkungan dalam
suatu hamparan daerah aliran sungai (DAS).
Banjir disebabkan oleh beberapa faktor. Penyebab banjir diilustrasikan sebagai interaksi dari
beberapa faktor lingkungan alamiah (fisik) seperti curah hujan, kondisi topografi, serta
lingkungan sosial yang erat kaitannya dengan perubahan tata guna tanah khususnya di wilayah
perkotaan. Fenomena banjir dapat disebabkan dalam beberapa hal yaitu :
1. Kondisi dan peristiwa alam yang meilputi intensitas curah hujan yang tinggi,
topografi wilayah yang merupakan dataran rendah dengan lereng relatif landai, serta
bentang cekungan sebagai kawasan tandon air, serta geologi tanah tertentu termasuk
golongan tanah yang kedap air sehingga air mengalami kesulitan untuk berinfiltrasi,
penyempitan alur sungai dan pendangkalan sungai akibat pengendapan material-
material yang dibawa dari hulu, pada saat terjadinya pasang naik air laut terjadi hujan
dan air sungai yang menuju laut terbendung oleh pasang naik akibatnya air melimpah
kedaratan.
2. Sebagai akibat dari aktivitas manusia, yang meliputi perubahan penggunaan tanah
dari yang semula merupakan rawa, sawah, kebun, tanah kosong dialih fungsikan
menjadi penggunaan tanah menjadi permukiman atau bangunan sarana-sarana
lainnya, penebangan liar pada hutan di wilayah hulu sebagai daerah tangkapan air
hingga bukan saja berakibat terjadinya banjir tetapi juga terhadap kekeringan pada
musim kemarau, penyempitan bantaran sungai, penduduk berperilaku yang kurang
memahami pentingnya peranan fungsi sungai, serta saluran drainase, dan
pembuangan limbah (sampah), kurangnya teknik penyerasian bentuk-bentuk
pembangunan saluran drainase yang erat kaitannya dengan karakterisitik fisik
wilayah perkotaan
Fenomena banjir di wilayah Jakarta, ditinjau dari sistem DAS yang dipengaruhi oleh
sifat-sifat fisik dan karakteristik curah hujannya dan secara garis besar disebabkan oleh
pembangunan permukiman di dataran banjir, perubahan penggunaan tanah, curah hujan yang
tinggi, dan saluran badan sungai mengecil, serta pendangkalan yang terjadi pada badan-badan
sungai. Banjir merupakan peristiwa terjadinya genangan di dataran banjir akibat luapan air
sungai yang disebabkan debit aliran melebihi kapasitasnya. Selain akibat luapan air sungai,
banjir dapat terjadi akibat hujan yang lebih karena kondisi setempat tidak mampu lagi
mengalirkannya.
Bencana banjir selalu menimbulkan kerugian yang besar bagi manusia, baik kerugian
materi bahkan jatuhnya korban jiwa; serta menimbukan dampak terhadap perubahan ekosistem,
baik sementara maupun premanen. Upaya untuk mengatasi banjir seperti di Jakarta, dibangunnya
pencegah atau pengendali banjir (Flood Control), dan atau membangun kanal-kanal telah
dilakukan. Upaya lainnya juga telah diprogramkan dengan merehabitasi tanah-tanah kritis di
hulu-hulu DAS yang memiliki potensi air limpasan yang cukup besar bagi wilayah di bawahnya.
Fenomena banjir pada akhir-akhir ini juga telah dilakukan, yaitu melalui penanganan
secara komperhensif dengan tujuan untuk mengurangi beban kerugian yang diderita oleh
masyarakat, dan atau menekan atau mengurangi besarnya kerugian (flood damage mitigation).
Pendekatan terkini dilakukan secara konperhensif dengan menyadarkan masyarakat untuk ikut
memeliharan agar kemampuan daya tampung badan sungai tetap mampu mengendalikan jumlah
volume air yang mengalirnya.
Tindakan mitigasi dapat dipandang sebagai suatu upaya struktur dengan membangun
infrastruktur pengendali banjir seperti telah disebutkan diatas. Sedangkan tindakan preventif
merupakan tindakan bersifat non struktur yang lebih menekankan pada pengelolaan lingkungan
DAS sebagai bagian integral dari perencanaan penanggulangan bencana banjir. Namun dalam
pengaturan tersebut nampaknya modal dasar keikutsertaan masyarakat sama sekali tidak
disinggung. Padahal secara fakta bahwa manusialah sebagai faktor penyebab utamanya.