Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan kurnia-Nya kepada penulis sehingga dengan seizin-Nya penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini yang berjudul “INFORMED CONSENT dan Upaya Penjaminan Hak-Hak
Klien dalam Menerima Pelayana Kesehatan”. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita
semua dan sebagai pembelajaran untuk mahasiswa ingin mencari bahan mengenai informed
consent.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu kritik dan saran yang membangun merupakan sesuatu yang diharapkan demi
kesempurnaan penulisan proposal ini dimasa yang akan datang.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................
1.3. Tujuan…………………………………………………………………………
1.4. Manfaat ……………………………………………………………………….
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
2.1 Definisi.....................................................................................................
2.2 Komponen-komponen Informed Consent……………………………………
2.3 Tujuan Pelaksanaan Informed Consent………………………………………
2.4 Fungsi Pemberian Informed Consent.......................................................
2.5 Ruang Lingkup Informed Consent...........................................................
2.6 Peran Perawat dalam Pemberian Informed Consen ……………………
2.7 Hal – hal yang dapat di informasikan.......................................................
2.8 Aspek Hukum Informed Consent………………………………………..…….
2.9 Hal-hal yang Mempengaruhi Proses Informed Consen…………….………
2.10 Kualitas Informasi yang di berikan……………………………………...
2.11 Contoh Naskah Roleplay Informed Consent ……………………………
2.12 Contoh Format Informed Consent………………………………………
BAB 3 PENUTUP................................................................................................
3.1. Kesimpulan ..................................................................................................
3.2. Saran........................................................................................................….
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelaksanaan pelayanan kesehatan dalam rangka mempertahankan kesehatan yang optimal
harus dilakukan bersama-sama, oleh semua tenaga kesehatan sebagai konsekuensi dari
kebijakan.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang
diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat menempatkan tenaga keperawatan
sebagai tenaga kesehatan mayoritas yang sering berhubungan dengan pasien sebagai pengguna
jasa pelayanan rumah sakit. Perawat hadir 24 jam bersama pasien dan memiliki hubungan yang
lebih dekat dengan pasien dibandingkan tenaga kesehatan lain. Pelayanan keperawatan berupa
bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan/atau mental, keterbatasan
pengetahuan serta kurangnya kemauan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri.
Keperawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan menurut Peraturan
Pemerintah No. 32 Tahun 1996. Perawat diposisikan sebagai salah satu dari profesi tenaga
kesehatan yang menempati peran yang setara dengan tenaga kesehatan lain. Perjalanan awalnya
perawat hanya dianggap okuvasi (pekerjaan) saja yang tidak membutuhkan profesionalisme.
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan praktek keperawatan, perawat sudah diakui sebagai
suatu profesi, sehingga pelayanan atau asuhan keperawatan yang diberikan harus didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan, perawat harus terlebih dahulu
memberikan informed consent kepada pasien. Persetujuan tindakan medik atau informed
consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan
mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Persetujuan dapat
diberikan secara tertulis maupun lisan, tetapi setiap tindakan medik yang mengandung resiko
tinggi harus dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang hendak memberikan
persetujuan.
Informed consent berasal dari hak legal dan etis individu untuk memutuskan apa yang akan
dilakukan terhadap tubuhnya, dan kewajiban etik dokter dan tenaga kesehatan lainnya untuk
meyakinkan individu yang bersangkutan untuk membuat keputusan tentang pelayanan kesehatan
terhadap diri mereka sendiri.
Dalam permenkes 585/Men.Kes/Per/ IX/1989 tentang persetujuan medik pasal 6 ayat 1
sampai 3 disebutkan bahwa yang memberikan informasi dalam hal tindakan bedah adalah dokter
yang akan melakukan operasi, atau bila tidak ada, dokter lain dengan pengetahuan atau petunjuk
dokter yang bertanggung jawab. Dalam hal tindakan yang bukan bedah (operasi) dan tindakan
invasif lainnya, informasi dapat diberikan oleh dokter lain atau perawat, dengan pengetahuan
atau petunjuk dokter yang bertanggung jawab.
Dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan pasal 22 ayat 1 disebutkan bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan
tugas profesinya berkewajiban untuk diantaranya adalah kewajiban untuk menghormati hak
pasien, memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan dilakukan,
dan kewajiban untuk meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan.
Tenaga kesehatan yang tidak menunaikan hak pasien untuk memberikan informed
consent yang jelas, bisa dikategorikan melanggar case law (merupakan sifat hukum medik) dan
dapat menimbulkan gugatan dugaan mal praktek. Belakangan ini masalah malpraktek medik
(medical malpractice) yang cenderung merugikan pasien semakin mendapatkan perhatian dari
masyarakat dan sorotan media massa. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Kesehatan Pusat di
Jakarta mencatat sekitar 150 kasus malpraktik telah terjadi di Indonesia. Meskipun data tentang
malpraktek yang diakibatkan oleh informed consent yang kurang jelas belum bisa dikalkulasikan,
tetapi kasus-kasus malpraktek baru mulai bermunculan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Informed Consent pada pasien ?
2. Naskah Roleplay Informed Consent perawat dengan pasien
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan Informed Consent pada pasien
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan pengertian Informed consent
2. Menjelaskan komponen-komponen Informed consent
3. Menjelaskan tujuan pelaksanaan Informed Consent
4. Menjelaskan fungsi pemberian Informed Consent
5. Menjelaskan ruang lingkup informed consent
6. Menjelaskan peran perawat dalam pemberian Informed Consent
7. Menjelaskan hal – hal yang di informasikan pada pasien
8. Menjelaskan aspek hukum Informed Consent
9. Menjelaskan hal-hal yang mempengaruhi proses Informed Consent
10. Menjelaskan kualitas Informasi yang di berikan
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Agar mampu memahami tentang bagaimana pemberian informed consent pada pasien agar dapat
meningkatkan kesehatan di masyarakat.
1.4.2 Bagi Institusi
Agar dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang pemberian informed consent pada
pasien dan dapat lebih banyak menyediakan referensi-referensi buku tentang etika dan hukum
kesehatan.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Agar lebih mengerti dan memahami tentang pemberian informed consent pada pasien untuk
meningkatkan mutu kesehatan masyarakat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Informed Consent terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang berarti telah mendapat
penjelasan atau keterangan (informasi), dan “consent” yang berarti persetujuan atau memberi
izin. Jadi “informed consent” mengandung pengertian suatu persetujuan yang diberikan setelah
mendapat informasi. Dengan demikian “informed consent” dapat didefinisikan sebagai
persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai
tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang berkaitan dengannya.
Menurut D. Veronika Komalawati, SH , “informed consent” dirumuskan sebagai suatu
kesepakatan/persetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan dokter terhadap dirinya
setelah memperoleh informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk
menolong dirinya disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi.
2.2 Komponen-komponen Informed Consent
1) Threshold elements
Elemen ini sebenarnya tidak tepat dianggap sebagai elemen, oleh karena sifatnya lebih ke
arah syarat, yaitu pemberi consent haruslah seseorang yang kompeten (cakap). Kompeten disini
diartikan sebagai kapasitas untuk membuat keputusan medis. Kompetensi manusia untuk
membuat keputusan sebenarnya merupakan suaut kontinuum, dari sama sekali tidak memiliki
kompetensi hingga memiliki kompetensi yang penuh diantaranya terdapat berbagai tingkat
kompetensi membuat keputusan tertentu.
Secara hukum seseorang dianggap cakap (kompeten) apabila telah dewasa, sadar dan
berada dalam keadaan mental yang tidak di bawah pengampuan. Dewasa diartikan sebagai usia
telah mencapai 21 tahun atau telah pernah menikah. Sedangkan keadaan mental yang dianggap
tidak kompeten adalah apabila mempunyai penyakit mental sedemikian rupa sehingga
kemampuan membuat keputusan menjadi terganggu.
2) Information elements
Terdiri dari dua bagian yaitu, disclosure (pengungkapan) dan understanding (pemahaman).
Elemen ini berdasarkan pemahaman yang adekuat membawa konsekuensi kepada tenaga medis
untuk memberikan informasi (disclosure) sedemikian rupa sehingga pasien dapat mencapai
pemahaman yang adekuat. Dalam hal ini, seberapa ”baik” informasi harus diberikan kepada
pasien, dapat dilihat dari 3 standar, yaitu :
· Standar Praktik Profesi
Bahwa kewajiban memberikan informasi dan kriteria keadekuatan informasi ditentukan
bagaimana biasanya dilakukan dalam komunitas tenga medis. Dalam standar ini ada
kemungkinan bakebiasaan tersebut di atas tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial setempat,
misalnya resiko yang ”tidak bermakna” (menurut medis) tidak diinformasikan, padahal mungkin
bermakna dari sisi sosial pasien.
· Standar Subyektif
Bahwa keputusan harus didasarkan atas nilai-nilai yang dianut oleh pasien secara pribadi,
sehingga informasi yang diberikan harus memadai untuk pasien tersebut dalam membuat
keputusan. Kesulitannya adalah mustahil (dalam hal waktu/kesempatan) bagi profesional medis
memahami nilai-nilai yang secara individual dianut oleh pasien.
· Standar pada reasonable person
Standar ini merupakan hasil kompromi dari kedua standar sebelumnya, yaitu dianggap cukup
apabila informasi yang diberikan telah memenuhi kebutuhan umumnya orang awam.
3) Consent elements
Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, voluntariness (kesukarelaan, kebebasan) dan
authorization (persetujuan). Kesukarelaan mengharuskan tidak ada tipuan, misrepresentasi
ataupun paksaan. Pasien juga harus bebas dari ”tekanan” yang dilakukan tenaga medis yang
bersikap seolah-olah akan ”dibiarkan” apabila tidak menyetujui tawarannya
Narasi
Pada suatu hari terjadi sebuah kecelakaan tunggal yang mengakibatkan seorang remaja
perempuan mengalami cidera dan kemudian dilarikan ke rumah sakit Mitra Sehat oleh
dua pengendara lain yang menolongnya.
ditangani”
Narasi
Perawat IGD segera mengambil brankart, dan memindahkan pasien pasien diatas bed.
RM : “Maaf anda siapanya ?”
Penolong 2 : “Dek kamu bawa KTP, boleh saya pinjam dulu untuk administrasi?
Kamu bawa hp atau tidak ? Nanti saya akan mengabari keluargamu”
Narasi
Narasi
Setelah data-data pasien dibawa kedokter, dokter pun datang ke kamar pasien
Dokter : “Baiklah, saya periksa dulu ya de” (sambil memegang kaki pasien)
Dokter : “baik, dokter keruangan dokter dulu ya untuk mempersiapkan apa yang
diperlukan”
*di receptionis
Keluarga : “sus anak saya tadi kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit. Pasien
dengan nama Selly?”(dengan ekspresi yang panik)
Narasi
Narasi
Sang Ibupun segera membuka sampiran dan menjumpai anaknya terbaring tak berdaya
di atas tempat tidur
Ibu : “ Ya Allah nak...... kok bisa sampek kayak gini to?,
apanya yang sakit nak?”
Pasien : “ Kaki bu, sama pusing”
Ibu : “ Lha ini tadi kamu sudah diperiksa sama dokter belum
nak?”
Pasien : “ Sudah bu”
Ibu : “ Terus apa katanya dokter?”
Pasien : “ Gak tau bu”
Narasi
Ditengah perbincangan ini perawat datang ke ruangan pasien
Perawat 1 : “ Permisi bu, saya izin mau menanyai adeknya sebentar ya
bu”
Ibu ; “ Iya sus, silahkan”
Perawat 1 : “Gimana dek ada yang dikeluhkan lagi ?”
Pasien : “kaki sakit, dan pusing sus”
Ibu : “lha, ini tadi kata anak saya sudah diperiksa sama dokter, hasilnya
gimana ya sus?”
Perawat 1 : “ Oh itu, nanti akan segera diberi tahu oleh perawat satu nya yang
diamanahkan oleh dokter nya ya bu”
Ibu : “O, begitu ya sus”
Perawat 1 : “iya bu, kalau begitu saya permisi dulu ya bu, kalau butuh sesuatu bisa
panggil kita diruang perawat ya bu”
Ibu : “Baik sus”
Perawat 1 : “ Mari bu,”
Ibu : “ Oh iya, monggo”
Narasi
Perawat kembali ke ruang perawat dan Ibu pasien tetap menunggu pasien disamping
tempat tidur pasien. Setelah beberapa menit kemudian, seorang perawat datang kembali.
Perawat 2 : “Permisi bu, bagaimana bu keadaan anaknya ?”
Perawat 2 : “Saya dari ruangan dokter, sebaiknya anak ibu perlu dilakukan rotgen
dan Ct scan, agar kita bisa mengetahui keadaan tulang kakinya bagian
dalam”
Perawat 2 : “ Insya Allah tidak apa-apa bu, karna memang sebaiknya dilakukan itu
bu, agar bila terjadi sesuatu bisa segera diketahui dan ditangani”
Perawat 2 : “Baiklah jika ibu setuju tolong tanda tangan surat persetujuannya yah bu
dan beserta kebenara data sipasien, mohon baca terlebih dahulu”
Ibu : “monggo-monggo”
Narasi
Kemudian Sang Ibu kembali ke kamar pasien , setelah beberapa saat kemudian datanglah
seorang perawat.
Perawat 2 : “ Permisi bu, Dek ini mau dilakukan rogten, ini adek mau saya antarkan
ke ruang radiologi, sebelumnya perhiasannya dan jamnya dilepas dulu ya,
biar dibawa ibunya dulu”
Narasi
Dan akhirnya Selly pun dibawa ke ruang radiologi untuk diakukan rongten. Dari hasil
rogten diketahui bahwa pasien mengalami patah tulang, dan harus di rawat inap untuk
segera dilakukan operasi.
A. Teknik komunikasi Terapeutik yang digunakan dalam role play “Informed Consent
Perawat pada Pasien di IGD” adalah :
1. Observasi : kegiatan mengamati kondisi klien/orang lain. Observasi dilakukan
apabila terdapat konflik antara verbal dan non verbal yang butuh pengamatan lebih
mendalam.
Contoh pada dialog
dek ?”
2. Klarifikasi: menanyakan kepada klien apa yang tidak dimengerti perawat terhadap
situasi yang ada. Klarifikasi dilakukan apabila pesan yang disampaikan oleh klien
belum jelas bagi perawat dan perawat mencoba memahami situasi yang digambarkan
oleh klien.
Contoh dialog
dek ?”
Perawat 2 : “ Insya Allah tidak apa-apa bu, karna memang sebaiknya dilakukan itu
bu, agar bila terjadi sesuatu bisa segera diketahui dan ditangani”
(……………………) (…………………………..)
*Coret yang tidak perlu
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hak pasien yang pertama adalah hak atas informasi. Dalam UU No 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan, pasal 53 dengan jelas dikatakan bahwa hak pasien adalah hak atas informasi dan hak
memberikan persetujuan tindakan medik atas dasar informasi (informed consent). Jadi, informed
consent merupakan implementasi dari kedua hak pasien tersebut. Hak pasien tersebut merupakan
bagian dari hak asasi manusia yang dilindungi Undang-Undang.
Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif antara
dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa yang tidak akan
dilakukan terhadap pasien. Informed consent dilihat dari aspek hukum bukanlah sebagai
perjanjian antara dua pihak, melainkan lebih ke arah persetujuan sepihak atas layanan yang
ditawarkan pihak lain.
Peran perawat dalam informed consent terutama adalah membantu pasien untuk
mengambil keputusan pada tindakan pelayanan kesehatan sesuai dengan lingkup kewenangannya
setelah diberikan informasi yang cukup oleh tenaga kesehatan. Dasar filosofi tersebut bertujuan
untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang terintegrasi sehingga dapat mewujudkan
keadaan sejahtera.
Definisi operasionalnya adalah suatu pernyataan sepihak dari orang yang berhak (yaitu
pasien, keluarga atau walinya) yang isinya berupa izin atau persetujuan kepada dokter untuk
melakukan tindakan medik sesudah orang yang berhak tersebut diberi informasi secukupnya.
3.2 Saran
3.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan mampu memahami tentang bagaimana pemberian informed consent pada pasien
agar dapat meningkatkan kesehatan di masyarakat.
3.2.2 Bagi Institusi
Diharapkan dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang pemberian informed consent
pada pasien dan dapat lebih banyak menyediakan referensi-referensi buku tentang etika dan
hukum kesehatan.
3.2.2 Bagi Masyarakat
Diharapkan lebih mengerti dan memahami tentang pemberian informed consent pada
pasien untuk meningkatkan mutu kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Sampurna, Zulhasmar Syamsu, Tjetjep Dwijdja Siswaja. 2005. Bioetik dan Hukum Kedokteran,
Pengantar bagi Mahasiswa Kedokteran dan Hukum. Penerbit Pustaka Dwipar.
M.jusuf H & Amri Amir. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. EGC. Jakarta. 1999.