Anda di halaman 1dari 5

Roma 14:13-23

Latar Belakang Umum

Kota Roma adalah pusat kekaisaran Romawi. Kota ini biasanya dikenal sebagai kota
tujuh bukit, karena didirikan di atas tujuh bukit. Banyak di antara penduduknya berasal dari
Yunani atau daerah bagian Timur kekaisaran. Di antara para pendatang ada banyak oranag
Yahudi dari Palestina dan berbagai daerah. Di tengah kota berdiam orang-orang kata atau
para pemimpin dalam pemerintahan. Mereka memiliki rumah-rumah yang mewah dengan
kebun-kebun yang luas. Mereka hidup dalam kemewahan dan pesta pora. Sebagai ibu kota
kekaisaran, Roma juga menjadi pusat keagamaan yang sangat menonjol.

Paulus mengirimkan surat ini kepada gereja yang tidak didirikannya dan tidak pernah
dikunjunginya. Karena itu dokumen ini berbeda sifatnya dengan surat-surat Rasul yang
lainnya. Ia tidak mengacu kepada kunjungannya kepada gereja itu ataupun peristiwa-
peristiwa yang telah terjadi setelah keberangkatannya. Kepada jemaat Roma Paulus
menghimbau untuk mempersembahkan tubuh mereka sebagai korban yang hidup, kudus dan
berkenan kepada Allah, karena inilah logike latreia mereka, buka ibadah mereka yang layak
melainkan ibadah mereka yang relevan. Mereka harus diubah melalui pembaruan pikiran
mereka supaya mereka dapat membuktikan apa kehendak Allah itu.

Surat ini tak diragukan lagi ditulis oleh Paulus. Surat ini ditulis dalanm kurun waktu
yang lam. Karena itu dapat dipahami mengapa jalan pikiran Paulus kadang-kadang terputus-
putus dan rasanya kurang lancar dalam tulisan ini. Ketidaklancaran ini kemungkinan besar
disebabkan oleh cara Paulus menulis yang bertahap. Dalam Surat Roma terkesan bahwa
karya Paulus di kawasan timur telah selesai. Maka semestinya Surat Roma adalah surat
terakhir yang ditulis Paulus di kawasan timur. Menurut Kisah Para Rasul 20:3, Paulus tinggal
selama tiga bulan di Akhaya. Di sana, ia dengan tenag menulis surat kepada jemaat di Roma.
Surat ini ditulis sekitar tahun 56/57 di rumah Gayus (band. Kis. 20:2-3; Rm. 16:1,22-23).

Latar Belakang Khusus

Di tengah jemaat Roma terdapat dua kelompok yang bertolak belakang dalam hal
tradisi kepercayaan. Hal ini terkait dengan tradisi makan minum yang diatur dengan jelas dan
tegas khususnya bagi orang Kristen Yahudi. Perbedaan di antara golongan tersebut
mengakitbatkan yang satu membenci yang lain dan menjadi penghambat bagi yang lain.
Kebiasaan memberikan label terhadap sesuatu dengan tanda yang layak dan bersih dan yang
tidak layak dan tidak bersih, membawa ketegangan di antara kedua golongan dalam jemaat
tersebut. Karena itu Paulus menjelaskan hal yang penting bagi jemaat terkait kesatuan dan
memahami satu sama lain.

Pokok-pokok Pikiran

Ayat 13-15 Jangan saling menghakimi dan menyakiti


Ayat 16-18 Kerajaan Allah bukan soal makan minum

Ayat 19-21 Batu Sandungan

Ayat 22-23 Berpegang pada Keyakinan

Tafsiran

Ayat 13-15

Bagian ini merupakan sebuah lanjutan dari perikop sebelumnya. Kata menghakimi Yun.
kri,nw memang ditujukan kepada golongan “lemah” namun juga kepada golongan “kuat”
agar tidak saling menghakimi satu sama lain. Namun secara khusus sapaan awal ini ditujukan
kepada mereka yang “kuat” yang berani makan daging, minum anggur dan mengabaikan
pantangan-pantangan tradisional Yahudi. Peringatan Paulus disampaikan agar jangan sampai
sikap saling menghakimi antar golongan menyebabkan sesamanya jatuh. Paulus juga
memberikan pandangannya terkait persoalan yang sedang dipermasalahkan oleh kedua
golongan tersebut. Paulus bertitik tolak dari pemahamannya bahwa “tidak ada sesuatu yang
najis dari dirinya sendiri”. Bagi komunitas berlatar Yahudi waktu itu, sesuatu yang tahir dan
najis (Yun. koino,j) merupakan dua hal yang bertentangan. Sesuatu yang najis bahkan bagi
mereka, dapat mencegah sesorang untuk mendekati Allah. Karena melihat masalah ini begitu
pelik maka Paulus harus memberikan dasar yang kokoh. Karena itu Paulus berkata “aku tahu
dan yakin dalam Tuhan Yesus”. Dengan berkata demikian Paulus hendak menunjukkan
bahwa keyakinan itu bukan sekedar pemikirannya sendiri. Keyakinan itu muncul karena
persekutuan dengan Kristus. Harus diperhatikan bahwa Paulus berani untuk mengambil
keputusan memihak golongan “kuat”, bukan karena subjektifitas namun karena pendapat
mereka sesuai dengan penafsiran yang tepat terhadap taurat. Kristus harus menjadi terang
ketika membaca hukum Taurat tersebut. Dengan mengenakan Kristus dalam membaca dan
memahami Taurat maka golongan “kuat” itu tiba pada kesimpulan bahwa semua peraturan
buatan manusia, maupun yang dalam Taurat mengenai najis dan tahir tak lagi berlaku dalam
Kristus. Namun catatan penting ialah bukan berarti tidak ada satu pun perbuatan yang “najis”,
perkara yang dimaksud ialah peraturan tentang makan dan minum. Penting untuk diingat
bahwa tidak ada lagi makanan atau minuman yang dapat menajiskan, menjauhkan kita dari
Allah. Selama orang percaya tidak sampai pada pemahaman itu maka ia akan terus ada dalam
bayang-bayang sesuatu yang najis itu. Paulus mengingatkan agar mereka tidak saling
memaksakan kehendak antara yang “kuat” maupun yang “lemah”. Dengan memaksakan
makanan dan minuman kepada saudara kita yang tidak mau, mereka dapat tersakiti. Jika
demikian maka kita tidak hidup dalam kasih.

Ayat 16-18

Kebebasan untuk makan minum yang dimiliki kiranya tidak mendatangkan sesuatu yang
buruk di tengah persekutuan jemaat. Karena kembali lagi bahwa kerajaan Allah bukanlah
tentang makan dan minum, melainkan kebenaran, damai sejahtera, sukacita oleh Roh Kudus.
Hal tersebut diperoleh atas karya keselamatan Kristus. Damai sejahtera menunjukkan
keadaan antara Allah dan manusia tetapi juga harusnya damai sejahtera itulah yang nyata di
antara hubungan anggota jemaat. Sukacita pun akan muncul karena keyakinan akan kepastian
keselamatan. Dengan bertindak demikian maka kita melayani Kristus. Melayani seseorang
berarti melakukan kehendaknya. Kehendak Kristus ialah supaya sesama saudara harusnya
saling menerima sebagaiamana Kristus menerima mereka. Maka mengindahkan kepekaan
terhadap sesama bukanlah sekedar keramahan biasa melainkan soal ketaatan kepada Kristus
sebagai kepala gereja. Barangsiapa yang melayani Kristus dengan cara yang demikian
mereka berkenan pada Allah. Kelakukan yang berkenan kepada Allah ialah kelakuan yang
mencerminkan kasih Allah. Dalam relasi dengan manusia, orang yang telah melayani Kristus
dan berkenan pada Allah, akan dihormati oleh manusia. Ketika anggota jemaat hidup rukun,
apapun perbedaan pandangannya maka mereka akan menjadi teladan bagi masyarkat sekitar.

Ayat 19-21

Berdasarkan alasan-alasan yang telah dituturkan sebelumnya maka anggota jemaat harus
mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera. Berusaha sekuat-kuatnya untuk
menciptakan kedamaian. Bukan sekedar mengejar kedamaian antara Allah dan manusia
melainkan pula antara sesama anggota jemaat. Dengan demikian mereka pula akan mengejar
sesuatu yang saling membangun. Membangun bukan berorientasi pada sesuatu yang nampak
saja melainkan terlebih saling membangun sesama orang percaya, saling menguatkan iman.
Sehingga jemaat secara keseluruhan menjadi kuat. Dapat dilihat bahwa upaya pembangunan
jemaat adalah usaha bersama seluruh anggota jemaat yang saling melayani sesuai dengan
karunia masing-masing. Ajakan untuk saling membangun muncul dalam rangka uraian
tentang masalah golongan kuat dan lemah dalam jemaat. Dengan demikian maka akan diingat
bahwa karunia yang utama adalah kasih karena dengan kasih itu kita dapat saling menerima
sebagai anggota jemaat. Dilanjutkan dengan seruan peringatan agar tidak merusakan
“pekerjaan Allah”. Jemaat adalah bangunan yang sedang dibangun oleh Allah.
Menghancurkan (Yun. katalu,w) dapat pula dipahami sebagai mencerai-beraikan, dan itulah
yang akan terjadi jika jemaat tidak saling menerima dan tidak saling membangun. Entah yang
kuat maupun lemah harusnya tidak saling mempersalahkan terkait apa yang mereka makan.
Paulsu dalam wibawa kerasulannya memberikan sebuah larangan tentang tidak makan daging
atau minum anggur yang dapat mendatangkan dosa bagi saudaranya. Ini bukanlah larangan
mutlak terkait tradisi makan minum, Paulus bukan sedang menanamkan sebuah aturan tradisi
baru melainkan yang ditekankan ialah jangan “melakukan apa saja kalau hal itu
menyebabkan seorang saudara seiman menjadi berdosa” (BIMK). Golongan kuat yang dapat
makan daging dan minum anggur harusnya jangan makan dan minum jika hanya ingin
menyombongkan atau memaksakan kepada yang lemah sehingga mereka jatuh dalam dosa.
Tak terikat pada makan minum saja, tindakan apapun tidaklah boleh dilakukan jika
menyebabkan seorang saudara jatuh dalam dosa, jika demikian maka kita telah menjadi batu
sandungan bagi mereka.

Ayat 22-23

Keyakinan (Yun. pi,stij) yang biasanya diterjemahkan iman. Keyakinan itu tak perlu
dipamerkan, kebebasan makan minum sambil meyakini bahwa ada kebebasan untuk itu, tidak
usah dipamerkan, biarlah kebebasan itu dipertanggung jawabkan di hadapan Allah.
maka,rioj, berbahagialah, Orang yang tidak mempunyai alasan untuk merasa bersalah atas
apa yang dianggapnya benar, orang itu bahagia. Namun penting diingat bahwa pernyataan ini
tidak berarti bahwa setiap perbuatan orang Kristen adalah baik selama ia menganggapnya
baik, pernyataan ini digunakan khusus untuk perkara yang sedang dibahas di sini. Sebaliknya,
orang-orang yang makan namun dalam keraguan, mereka sedang menghukum diri mereka
sendiri. Mengapa demikian? Karena mereka tidak melakukannya berdasarkan iman, atas
keyakinan bahwa kita bebas makan, berdasarkan iman kepada Yesus Kristus yang telah
melepaskan dari tuntutan hukum Taurat. Maka segala sesautu yang tidak dilakukan
berdasarkan keyakinan adalah dosa. Sehingga yang menentukan suatu hal adalah dosa
bukanlah perbuatan itu sendiri melainkan hubungan kita dengan Tuhan.

Teologi dan Pesan

- Jangan saling menghakimi


Manusia dan manusia sama sekali tidak memiliki hak untuk saling menghakimi dan
menyakiti. Penghakiman adalah hak Allah. Sehingga terkait perkara apapun, termasuk
makan minum, manusia tidak boleh saling menyalahkan dan menyombongkan diri.
Merayakan hari Tanpa Tembakau sedunia, jemaat didorong pula untuk meningkatkan
kesadaran terhadap bahaya tembakau yang ditemukan dalam produk rokok. Bagi
mereka yang tidak mengkonsumsinya, tidak semestinya menghakimi saudara kita
yang masih mengkonsumsinya, melainkan bersama-sama menolong mereka untuk
sadar akan pentingnya kesehatan.
- Kebenaran, damai sejahtera dan sukacita Kerajaan Allah
Kerajaan Allah bukanlah tentang hal-hal profan yang terkadang kita agung-agungkan.
Termasuk masalah makan minum, tradisi dan kebiasaan. Tidak ada satu pun dari hal-
hal tersebut yang dapat membawa pada keselamatan. Kerajaan Allah adalah tentang
mewujudkan damai sejahtera di tengah-tengah kita. Bangsa Indonesa sebagai bangsa
yang memiliki kemajemukan dalam berbagai hal, harusnya menjunjung tinggi
semagangat persatuan, bahwa apapun perbedaannya, kita tetap harus mengedepankan
untuk menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah. Penghayatan Hari Lahir Pancasila,
Hari Anak sedunia, mari meningkatkan semangat, toleransi membangun bangsa diatas
ideologi Pancasila. Meningkatkan kesadaran terhadap perlindungan anak yang kelak
menjadi pembawa damai sejahtera dan sukacita.
- Jangan menjadi batu sandungan
Manusia memiliki kebebasan untuk bertindak dalam hidupnya, namun sebagai
makhluk sosial yang tidak lepas dari keberadaan orang-orang sekitar maka harusnya
manusia tidak boleh egois untuk bertindak sesuai keinginan sendiri tanpa
mempedulikan orang lain disekitarnya, melakukan hal yang mengganggu bahkan
merugikan orang lain. Menjadi batu sandungan bagi orang-orang disekitar. Orang
percaya diajak untuk membangun toleransi dan kepekaan terhadap orang-orang di
sekitar kita khususnya di tengah jemaat, janganlah melakukan sesuatu yang mala
berdampak buruk bagi saudara-saudar kita. Mestinya kita menjadi batu penyokong
yang dengan teguh saling membangun, buka menjadi batu sandungan yang saling
menjatuhkan.
- Keyakinan dalam Tuhan
Iman merupakan hal yang tak terpisahkan dari orang percaya. Dalam keyakinan akan
karya selamat Kristus, manusia bertindak dan berkarya dalam dunia ini. Sambil terus
meyakini pemeliharaan Allah dalam hidup. Keyakinan dam iman itu harusnya
tidaklah goyah oleh apapun. Dalam merayakan hari lansia nasional., orang-orang tua,
diajak untuk tetap hidup dalam keyakinan akan pemeliharaan Tuhan hingga hari tua.
Sehingga meski usia tak lagi mudah, rambut tak lagi hitam, namun semangat
berkarya, mendoakan anak cucu, iman kepada Allah tetap terpelihara.

Kepustakaan

Barclay, William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari. Jakarta: Gunung Mulia. 2014

End, Th. Tafsiran Alkitab: Surat Roma. Jakarta: Gunung Mulia. 1995

Hakh, Samuel. Perjanjian Baru. Bandung: Bina Media Informasi. 2010

Marxsen, Willi. Pengantar Perjanjian Baru. Jakarta: Gunung Mulia. 2012

Anda mungkin juga menyukai