Anda di halaman 1dari 3

Pengaruh Tingkat Pendapatan Seseorang Terhadap Permintaan dan Penawaran Uang

Dalam Konsep Ekonomi Islam

1.Permintaan Uang dalam Islam


Permintaan akan uang dalam suatu sistem perekonomian yang islami akan dipengaruhi
oleh motif seorang muslim dalam memegang uang. Menurut Metwally ada dua motif utama
seorang muslim dalam memegang uang, yaitu: (1) Motivasi transaksi, (2) Motivasi berjaga-jaga.
Dengan 2 motif ini jelas, bahwa permintaan uang untuk tujuan spekulasi sebagaimana yang
dikemukakan Keynes, tidak akan ada dalam suatu sistem perekonomian yang islami. Permintaan
uang dalam ekonomi islam menurut Metwally juga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan.
Besarnya persediaan uang tunai akan berhubungan dengan tingkat pendapatan, dan prekuensi
pengeluaran.

Mazhab Iqtishadunam, permintaan uang hanya ditujukan untuk dua tujuan pokok, yaitu
transaksi dan berjaga-jaga atau untuk investasi. Secara matematik formula permintaan uang
dapat dituliskan sebagai berikut:
Md = Mdtrans + Md prec
 
Permintaan uang untuk transaksi merupakan fungsi dari tingkat pendapatan yang dimiliki
oleh seseorang. Dimana semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka permintaan uang
untuk memfasilitasi transaksi barang dan jasa juga akan meningkat. Fungsi permintaan uang
untuk motif berjaga-jaga (meliputi juga permintaan uang untuk investasi dan tabungan)
ditentukan oleh besar kecilnya harga barang tangguh untuk pembelian barang tidak tunai. Pada
masa Rasulullah, permintaan uang hanya ada dua yaitu untuk transaksi dan berjaga-jaga. Md =
Mdtr + Mdpr apabila Mdpr maka Mdtr .

Mazhab Mainstrem, landasan filosofis dari teori dasar permintaan uang ini adalah islam
mengarahkan sumber-sumber daya untuk dialokasikan secara maksimum dan efisien. Pelarangan
hoarding money atau penimbunan kekayaan merupakan “kejahatan” penggunaan uang yang
harus diperangi. Pengenaan pajak terhadap aset produktif yang menganggur merupakan strategi
utama yang digunakan oleh mazhab ini. Dues of idle cash atau pajak atas aset produktif yang
menganggur bertujuan untuk mengalokasikan setiap sumber dana yang ada pada kegiatan usaha
produktif. Pengenaan kebijakan ini akan berdampak pada pola permintaan uang untuk motif
berjaga-jaga. Semakin tinggi pajak yang dikenakan terhadap aset produktif yang anggurkan
maka permintaan terhadap aset ini akan berkurang. Secara sederhana dapat dianalogikan sebagai
berikut, Ahmad yang memiliki kekayaan berupa tanah dan kemudian tanah tersebut hanya
dianggurkan saja sehingga tidak ada nilai tambah kekayaannya, maka kebijakan yang dikenakan
terhadap Ahmad agar tanah tersebut memiliki nilai tambah adalah mendorong Ahmad
mendorong Ahmad untuk bersedia mengelola kekayaannya pada kegitan yang produktif.
Instrumen yang digunakan adalah pajak terhadap pengangguran tanah tersebut. Sehingga Ahmad
akan terkena risiko pembayaran pajak apabila tanah miliknya tetap dianggurkan.
Md = Mdtrans +Md prec
Mdtrans = f(Y)
Mdprec&inv= f(Y,µ)

Secara matematis, permintaan uang untuk mashab ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Tingkat dues if idle fund diwakili oleh nilai µ, semakin tinggi nilai µ, maka semakin
kecil permintaan uang untuk motif berjaga-jaga karena pada tingkat µ yang tinggi biaya risiko
yang harus dikeluarkan untuk membayar pajak terhadap uang kas tersebut menjadi naik.dalam
kondisi seperti ini seseorang akan berusaha memperkecil pajak yang dia bayarkan kepada
pemerintah dengan cara mengurangi kekayaan yang idle. Begitu juga sebaliknya apabila nilai µ
relatif rendah, maka memegang atau menyimpan uang kas relatif tidak memiliki risiko yang
tinggi.
Mazhab Alternatif, permintaan uang dalam mazhab ketiga ini, sangat erat kaitannya
dengan konsep endogenous uang dalam islam. Teori endogenous dalam islam secara sederhana
dapat diartkian bahwa keberadaan uang pada hakikatnya adalah repsentasi dari volume transaksi
yang ada dalam sektor riil. Teori inilah yang kemudian menjembatani dan tidak mendikotomikan
antara pertumbuhan uang di sektor moneter dan pertumbuhan nilai tambah uang di sektor riil.
Islam menganggap bahwa perubahan nilai tambah ekonomi tidak dapat didasarkan semata-mata
pada perubahan waktu. Nilai tambah uang terjadi jika dan hanya jika ada pemanfaatan secara
ekonomis selama uang tersebut dipergunakan. Sehinnga tidak selalu nilai uang harus bertambah
walau waktu terus bertambah, akan tetapi niali tambahnya akan tergantung dari hasil yang
diusahakan dengan uang itu. Secara makroekonomi, nilai tambah uang dan jumlahnya hanyalah
repsentasi dari perubahan dan pertambahan di sektor riil. Konsep inilah yang kemudian
menjadikan landasan sistem moneter islam selalu berpijak pada sektor mikroekonomi.1[22]

2.Penawaran Uang dalam Islam

Ms
Ms
Pt/P0
0
Mazhab Iqtishaduna, pandangan utama dari mazhab ini adalah jumlah uang yang beredar
bersifat elastis sempurna, di mana pemerintah sebagai pemegang otoritas moneter tidak mampu
untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar. Penawaran uang (Ms) ditentukan oleh
perdagangan ekspor impor barang. Banyak sedikitnya Ms yang beredar tidak akan berdampak
dan berpengaruh terhadap rasio harga tangguh terhadap harga tunai (P t/P0), karena dengan
perdagangan yang bebas dan tidak adanya bea cukai dari perdagangan tersebut menyebabkan
pengontrolan keluar masuk uang akan selalu diseimbangkan nilainya dengan nilai ekonomi
barang yang diperdagangkan. Elastis sempurna Ms ini juga didukung oleh kesamaan dari nilai

1
uang dengan nilai intrinsiknya serta tidak adanya suatu institusi tertentu yang melakukan
pencetakan uang dan mengontrolnya.2[23]

Mazhab Mainstream, menurut mazhab ini penawaran uang dalam Islam sepenuhnya
dikontrol oleh negara sebagai pemegang monopoli dari penerbitan uang yang sah (legal tender).
Keberadaan bank sentral adalah untuk menerbitkan mata uang dan menjaga nilai tukarnya agar
dapat berada pada tingkat harga yang stabil. Oleh karena itu, penawaran uang diasumsikan
secara penuh dipengaruhi oleh kebijakan bank sentral.3[24]

Mazhab Alternatif, menurut mazhab ini jumlah uang beredar lebih ditentukan oleh
actual spending demand dalam kebutuhannya untuk transaksi di pasar barang dan jasa (uang
merupakan variabel yang endogen). Asumsi yang digunakan dalam konsep ini yaitu: (1) telah
terjadinya globalisasi perekonomian menyebabkan bank sentral tidak lagi mampu melakukan
pengontrolan secara penuh terhadap jumlah uang beredar. (2) perekonomian mengarah ke tahap
islamisasi sistem keungannya, sistem ummah yang sudah mulai diberlakuakan dalam sistem
perekonomian yang diantut. Sistem ummah yang dimaksud adalah tidak adanya suku bunga dan
penggunaan expected rate of profit dalam sistem pembiayaan serta mengarahkan kepada
maksimalisasi sumber dana kepada usaha-usaha yang bersifat produktif.

Penawaran uang dalam Islam sepenuhnya dikontrol oleh negara sebagai monopoli dari
penerbitan uang yang sah. Keberadaan bank sentral adalah untuk menerbitkan mata uang dan
menjaga nilai tukarnya agar dapat berada pada tingkat harga yang stabil.

Melihat hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa motif permintaan dan penawaran
uang dalam ekonomi islam yaitu untuk menggerakkan roda perekonomian dan mendorong
pertumbuhan ekonomi di sektor riil.

Anda mungkin juga menyukai