PERTANIAN BERLANJUT
Oleh:
Kelompok 2
Kelas XX
2020
i
LEMBAR DATA ANGGOTA
Kelompok : Kelompok 2
Asisten :
No Nama NIM
1. Anis Eka Arviana 185040101111043
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas
berkat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Pertanian Berlanjut
Aspek Budidaya Pertanian yang berjudul “Aspek Daya Dukung, Intensifikasi
Pertanian, dan Lanskap Agroforestri” Adapun isi dari laporan ini adalah kumpulan
dari data pengamatan fieldtrip mandiri. Laporan ini berguna sebagai tugas mata
kuliah Pertanian Beralanjut Aspek Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Brawijaya.
Pada kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada
seluruh pihak yang mendukung selama berjalannya proses praktikum sampai pada
penyusunan laporan akhir praktikum. Dalam penulisan laporan ini, penyusun
menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan
ini. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi kesempurnaan dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan
ini dapat memberikan manfaat, khususnya kepada penyusun dan umumnya
kepada pembaca. Atas perhatian dari semua pihak yang membantu penulisan ini,
kami ucapkan terima kasih. Semoga laporan ini dapat menjadi rujukan ke
depannya.
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI
COVER .............................................................................................................. i
LEMBAR DATA ANGGOTA.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi
1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2
2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 3
2.1 Tanaman Jagung ........................................................................................ 3
2.2 Peran Daya Dukung Lingkungan dalam Memenuhi Kebutuhan Manusia ... 3
2.3 Tingkat Intensifikasi Lahan ....................................................................... 4
2.4 Keterkaitan Daya Dukung Lahan dan Intensifikasi Pertanian ..................... 6
2.5 Interaksi Antar Agroekosistem................................................................... 7
2.6 Pengelolaan Biodiversitas untuk Mempertahankan Kualitas Air dan
Kuantitas Air ............................................................................................. 8
3. BAHAN DAN METODE ............................................................................. 11
3.1 Waktu dan Tempat .................................................................................. 11
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................ 11
3.3 Langkah Kerja ......................................................................................... 11
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 13
4.2 Hasil ........................................................................................................ 13
4.3 Pembahasan ............................................................................................. 17
5. KESIMPULAN ............................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 25
LAMPIRAN ..................................................................................................... 29
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar penduduknya
berprofesi sebagai petani. Para petani biasanya memiliki lahan berupa sawah
ataupun ladang sebagai tempat untuk mengolah berbagai macam tanaman
yang menjadi bahan pokok maupun sebagai industri seperti tebu, jagung,
gandum dan sebagainya. Lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat
esensial dalam menopang setiap aktivitas kehidupan manusia, baik sebagai
sumber daya yang dapat diolah sesuai kebutuhan ataupun sebagai tempat
tinggal manusia. Penggunaan lahan diatur dalam Pasal 6 Undang – Undang
Pokok Agraria yang berisi, semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial.
Ketentuan tersebut, antara lain berarti bahwa hak atas tanah, termasuk hak
milik yang ada pada seseorang atau badan hukum tidak dibenarkan apabila
tanahnya digunakan atau tidak digunakan semata-mata untuk kepentingan
pribadi atau individu. Apabila digunakan atau tidak digunakan tanah tersebut
akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat luas.
Penggunaan lahan dapat dilihat dari berbagai jenis sudut pandang yaitu,
lahan sebagai lahan (land), lahan sebagai tanah (soil), lahan sebagai matra
dasar uang, dan lahan sebagai sumber daya lingkungan. Lahan untuk bidang
pertanian merupakan faktor penunjang kebutuhan hidup masyarakat terutama
masyarakat pedesaan dan pinggiran kota. Sebagian besar masyarakat yang ada
di daerah pedesaan dan pinggiran memperoleh penghasilan atau
mengandalkan usaha yang bergerak di bidang pertanian. Namun lahan
pertanian atau persawahan telah dialihfungsikan menjadi lahan industri,
perumahan dan permukiman yang menyebabkan produksi beras nasional akan
terus menurun.
Jagung sebagai makanan pokok utama setelah beras, sehingga menjadi
penyangga ketahanan pangan nasional. Ketersediaan lahan yang semakin
berkurang karena pengaruh konversi lahan pertanian menjadi sector lainnya
menyebabkan berkurangnya lahan pertanian komoditas jagung. Permasalahan
yang terjadi terhadap penyediaan lahan untuk berbagai aktivitas manusia saat
yang meningkat baik di wilayah perkotaan maupun di pinggiran kota.
2
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Jagung
Jagung (Zea Mays L.) merupakan salah satu pangan terpenting di
Indonesia, karena jagung merupakan sumber karbohidrat kedua terbesar setelah
beras. Selain itu jagung juga merupakan bahan baku industri dan pakan ternak
(Ekowati dan Mochamad, 2011). Jagung adalah makanan biji-bijian dari keluarga
rerumputan. Tanaman ini merupakan tanaman pangan yang penting selain
gandum dan beras. Tanaman jagung berasal dari Amerika Serikat dan menyebar
ke Asia dan Afrika, melalui kegiatan bisnis Eropa ke Amerika Serikat. Orang-
orang di abad ke-16 Portugal menyebarkannya ke Asia termasuk Indonesia.
Tanaman jagung membutuhkan ruang terbuka dan sejenisnya cahaya.
Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman jagung dari 0 sampai dengan 1300
m di atas permukaan laut. Suhu tanaman jagung perlu tumbuh 23-27oC. Secara
umum, curah hujan sangat ideal untuk tanaman jagung antara 200 sampai 300 mm
per bulan atau curah hujan tahunan berkisar antara 800 sampai 1200 mm. Tingkat
keasaman tanah (pH) tanah terbaik untuk pertumbuhan dan pertumbuhan kisaran
perkembangan jagung adalah 5,6 sampai 6,2. Namun, menabur jagung tidak
bergantung pada musim itu tergantung apakah ada cukup air. Jika irigasi cukup,
menabur jagung di musim kemarau sudah cukup jagung tumbuh lebih baik
(Riwandi et al., 2014).
Secara morfologi bagian tanaman jagung merupakan bagian akar jagung
yang tergolong serabut akar. Batang jagung tegak dan mudah dilihat, seperti
sorgum dan tebu, tetapi tidak seperti padi atau gandum. Daun jagung merupakan
daun yang sempurna dan memiliki bentuk yang ramping. Jagung mempunyai
bunga jantan dan betina yang berbeda (diklin) dalam satu tanaman (monoecious).
Tongkolnya tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun, biasanya,
meski ada banyak bunga betina, satu tanaman hanya bisa menghasilkan satu
tongkol produktif (Sihombing, 2018).
dimaksudkan sebagai penambahan modal dan tenaga kerja pada kesatuan luas
lahan yang telah ada dengan memperbaiki cara pengolahan lahan dalam upaya
meningkatkan hasil pertanian.
Intensifikasi pertanian terutama untuk tanaman pangan sudah banyak
dilakukan di Pulau Jawa. Menurut Kementan RI (2019), selama periode tahun
1980-2018 di Pulau Jawa, penggunaan lahan didominasi oleh padi dan palawija
sehingga produksi jagung mengalami fluktuasi yang cenderung menurun karena
persaingan penggunaan lahan. Dikarenakan jagung merupakan salah satu
komoditas pangan utama, petani perlu melakukan intensifikasi lahan. Salah satu
upaya pemerintah yaitu melaksanakan program Upaya Khusus (Upsus) untuk
meningkatkan hasil produksi Pajale (padi, jagung dan kedelai). Revolusi hijau di
Indonesia merupakan program pemerintah bentuk intensifikasi pertanian sistem
pertanian yang terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara
global, khususnya di bidang pertanian. Seiring berjalannya waktu pelaksanaan
program intensifikasi pertanian ternyata tidak sesuai yang diharapkan.
Penggunaan input usahatani yang dimaksudkan memberikan peningkatan
produksi usahatani namun ternyata tidak memperhatikan keseimbangan
ekosistem.
Pada hakekatnya intensifikasi merupakan usaha meningkatkan
produktivitas tanah dengan memanfaatkan teknologi tepat guna (Sutanto, 2002).
Produktivitas tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kapasitas tanah
mengikat air, aerasi dan kemudahan tanah diolah, kemampuan tanah memasok
hara dan daya sangga tanah, aktivitas mikroba dalam tanah, serta pengelolaan
tanaman, lahan, dan tanah. Pengelolaan iklim dan budi daya secara langsung dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Produktivitas tanah dapat ditingkatkan
melalui pengelolaan lahan, tanah, dan tanaman secara terpadu. Dengan demikian,
pemahaman secara menyeluruh (comprehensive) terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas tanah sangat diperlukan petani untuk mengelola
produktivitas tanah. Usaha untuk memperbaiki produktivitas tanah dengan
memperhatikan semua faktor yang berpengaruh dikenal sebagai membangun
kesuburan tanah secara terpadu.
6
stabil dan akan berakibat pada stabilitas produktivitas lahan dan rendahnya
fluktuasi populasi spesies-spesies yang tidak diinginkan (Van Emden dan
Williams, 1974). Apabila terdapat gangguan pada suatu agroekosistem yang
disebabkan oleh patogen, serangga hama atau degradasi lahan, maka untuk
mencegah terjadinya kerentanan pada agroekosistem tersebut perlu dilakukan
pengembalian keseimbangan (resiliance), yaitu dengan mengembalikan fungsi
dari masing-masing komponen yang ada dalam agroekositem tersebut (Nurindah,
2006).
2.6 Pengelolaan Biodiversitas (Keanekaragaman Hayati) untuk
Mempertahankan Kualitas Air dan Kuantitas Air
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2003), biodiversitas
atau keanekaragaman hayati ialah keanekaragaman di dalam makhluk hidup dari
semua sumber, termasuk diantaranya adalah daratan, lautan, ekosistem perairan
lain, dan kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari
keanekaragamannya. Selain itu biodiversitas diartikan sebagai banyaknya
kelimpahan jenis (spesies) makhluk hidup, variasi genetik dalam suatu spesies,
keragaman habitat, dan ekosistem (Roe et al., 2018). Sedangkan menurut Sunarmi
(2014), keanekaragaman hayati dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sebagai
berikut:
a. Keanekaragaman spesies, hal ini mencakup semua spesies di bumi termasuk
bakteri dan protista;
b. Keanekaragaman variasi genetik dalam satu spesies;
c. Keanekaragaman komunitas, komunitas biologi yang berbeda serta
asosiasinya dengan lingkungan fisik (ekosistem) masing- masing.
Biodiversitas atau keanekaragaman hayati jika dikelola dengan baik dan
benar akan menghasilkan berbagai manfaat salah satunya berdampak pada air.
Aspek air sangat berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup di bumi. Faktor
kualitas air juga dipengaruhi oleh pengelolaan biodiversitas yang baik. Pada saat
ini pengelolaan biodiversitas perlu diperhatikan untuk mempertahankan kualitas
air. Banyak sumber air mengalami pencemaran sehingga dapat menurunkan
kualitas air yang dikarenakan pengelolaan biodiversitas yang tidak baik. Menurut
Ratih et al., (2015), sumber pencemaran air umumnya berasal dari limbah
10
Menyiapkan kuesioner
4.1 Hasil
4.1.1 Identifikasi Petani
Tabel 1. Profil petani
No. Uraian Keterangan
a. Pupuk organik : -
(kg/ha)
b. Pupuk N (kg/ha) : 250 kg/3.600 m2 atau 694,44 kg/ha
Masalah utama yang dialami oleh Bapak Yasin yaitu kekurangan modal,
dimana menurut hasil wawancara yang telah dilakukan dilapang biaya yang
dibutuhkan di awal cukup besar. Selain itu, mahalnya biaya tenaga kerja yang
dibutuhkan cukup besar yaitu kurang lebih 34 orang tenaga kerja (21 laki-laki dan
13 perempuan) yang dibutuhkan dengan biaya perhari sebesar Rp 40.000 untuk
laki-laki dan Rp 25.000 untuk perempuan. Ketersediaan pupuk subsidi tidak
menentu menjadi kendala bagi Pak Yasin untuk memenuhi kebutuhan pupuk saat
ini. Pemenuhan kebutuhan pupuk dapat dilakukan dengan pembelian pupuk
nonsibsidi akan tetapi terkendala dalam masalah harga pupuk yang cukup tinggi.
Tingginya serangan hama dan pathogen cukup besar berpengaruh dalam kegiatan
produksi Bapak Yasin.
4.1.5 Kondisi Agroklimat dan Analisis Vegetasi
a. Kondisi Agroklimat
Intensitas Cahaya Matahari :-
Kelembaban : 78%
Suhu : 30-32ᵒC
Kondisi agroklimat pada lahan yang diamati memiliki tingkat kelembaban
sebesar 78% dengan suhu antara 30-32ᵒC.
18
4.2 Pembahasan
curah hujan berpengaruh besar terhadap hasil jagung. Irigasi pada tanaman jagung
perlu diperhatikan untuk memeroleh produktivitas jagung yang baik. Berdasarkan
pernyataan Aqil et al., (2016), tanaman jagung toleran terhadap kekurangan air
pada fase vegetatif dan fase pematangan. Penurunan hasil tersebesar terjadi jika
tanaman jagung kekurangan air pada fase pembungaan (bunga betina dan bunga
jantan muncul), dan fase penyerbukan. Penurunan hasil disebabkan oleh
kekurangan air yang menyebabkan proses pengisian tongkol terhambat, sehingga
jumlah biji tongkol berkurang.
insektisida ssangat lama dan musuh alami berpeluang kecil memiliki gen yang
resisten karena populasi yang rendah (Nurindah, 2006)
4.2.4 Masalah-Masalah yang Dihadapi
Petani harus memiliki modal yang cukup dalam memulai proses produksi,
karena dengan adanya modal seluruh kebutuhan atau bahan-bahan produksi akan
terpenuhi sehingga akan berhasil menghasilkan panen (Daniel, 2004). Modal
dalam usaha tani merupakan salah satu faktor penting untuk memulai sebuah
usaha dalam pertanian guna mencukupi keperluan produksinya. Tiada modal
proses produksi tidak akan berjalan. Masalah utama yang dialami oleh Bapak
Yasin selaku petani jagung yaitu mengalami kekurangan modal dikarenakan
biaya di awal cukup besar. Modal usaha petani untuk tanaman pangan diketahui
relatif sangat terbatas. Keterbatasan modal tersebut menyebabkan petani
meminjam modal kepada rentenir, bank rontok dan pengijon. Petani tidak
mempunyai akses kepada lembaga keuangan baik lembaga formal maupun non
formal. Lembaga keuangan non formal pedesaan seperti koperasi tani, koperasi
simpan pinjam, dan sebagainya masih belum ada. Lembaga keuangan formal yang
memberikan skim kredit pertanian kepada petani juga belum ada. Keadaan
tersebut dengan terpaksa petani harus mengambil kredit kepada rentenir dan
pelepas uang untuk modal usahataninya meskipun dengan bunga yang
tinggi. Akibatnya biaya modal usaha relatif tinggi. Salah satu solusi masalah
tersebut adalah membangun kelembagaan non formal dari kelompok yang sudah
ada dengan kesepakatan atau sebagai dasar untuk mengikat para petani untuk
bergabung dalam pengembangan modal usaha. Selain itu, dalam usaha yang
dijalankan oleh Bapak Yasin membutuhkan banyak tenaga kerja dan juga
mahalnya biaya tenaga kerja yang cukup besar yaitu kurang lebih 34 orang tenaga
kerja (21 laki-laki dan 13 perempuan) yang dibutuhkan dengan biaya perhari
sebesar Rp 40.000 untuk laki-laki dan Rp 25.000 untuk perempuan. Menurut
Dwiyatmo (2006), Tenaga kerja dalam usaha tani merupakan salah satu unsur
penentu keberlangsungan usaha. Tenaga kerja usaha tani umumnya terdiri dari
beberapa buruh tani bisa berupa keluarga atau tenaga dari luar yang
seluruhnya berperan dalam kegiatan usaha pertanian. Penggunaan tenaga kerja
dalam pertanian dimanfaatkan untuk menghasilkan produksi pertanian yang
22
maksimal, tenaga kerja harus menjalankan proses kerja yang intensif dalam waktu
kerjanya
Menurut Santosa (2008), permasalahan kelangkaan pupuk bersubsidi
tidak pernah terselesaikan sampai dengan saat ini. Sewaktu pupuk dibutuhkan
biasanya akan sangat sulit untuk dicari sehingga hal ini menyebabkan harga pupuk
di pasaran akan membumbung tinggi. Adapun penyebab dari permasalahan
tersebut terletak pada permasalahan struktur pasar yang cenderung oligopolis dan
proses pendistribusian pupuk yang tidak terlaksana dengan baik. Ketersediaan
pupuk subsidi tidak menentu menjadi kendala bagi Pak Yasin untuk memenuhi
kebutuhan pupuk saat ini. Pemenuhan kebutuhan pupuk dapat dilakukan dengan
pembelian pupuk nonsibsidi akan tetapi terkendala dalam masalah harga pupuk
yang cukup tinggi. Adanya serangan hama yang tinggi pada komoditas tanaman
yang sedang ditanam oleh Pak Yasin menjadi permasalahan bagi Pak Yasin, yang
dapat mengakibatkan rendahnya hasil panen jagung. Surtikanti (2011),
menyatakan bahwa di pertanaman jagung ada beberapa jenis hama yang
diantaranya berstatus penting yaitu lalat bibit (Atherigona sp.) merusak tanaman
jagung hingga 80%, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis) kehilanagan
hasil jagung berkisar antara 20- 80%, ulat grayak (Spodoptera litura,, Mythimna
sp.) kemampuan ulat grayak merusak tanaman jagung berkisar antara 5-50%,
penggerek tongkol (Helicoverpa armigera), kutu daun (Aphis sp.) merusak
tanaman jagung hingga 65%,, kumbang landak dan kumbang bubuk (Sitophilus
sp.) kerusakan biji oleh kumbang bubuk dapat mencapai 85%. Untuk mengatasi
permasalahan tingginya serangan hama pada tanaman komoditas yang ditanam,
Pak Yasin menyemprotkan obat agar hama mati dan membuat tanaman refugia
agar hama dapat teralihkan.
Salah satu kendala dalam upaya peningkatan produksi jagung yaitu
adanya serangan penyakit hawar daun. Penyakit ini termasuk dalam penyakit
penting karena kerugian yang disebabkan dapat mencapai 50% pada tanaman.
Gejala awal penyakit hawar daun adalah adanya bercak kecil kebasah-basahan,
kemudian bercak semakin banyak berwarna hijau kekuningan. Pada tingkat yang
parah bercak membesar dan berkembang menjadi nekrotik (Wakman dan
Burhanudin, 2004). Pengendalian yang umum dilakukan oleh petani yaitu
23
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
komoditas yang ditanam oleh narasumber yaitu Pak Yasin adalah komoditas
jagung (Zea mays L.) yang terletak di Desa Gandon Barat, Kecamatan Sukolilo,
Kabupaten Malang. Dalam proses budidaya komoditas jagung perlu diperhatikan
beberapa hal yaitu dari input pertanian, sistem tanam, dan pemenuhan nutrisi bagi
jagung. Pak Yasin menggunakan sistem tanam monokultur dimana sistem tersebut
lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit sehingga membutuhkan
pestisida untuk menanganinya. Namun sistem tanam monokultur lebih efisien
dalam pengeluaran biaya dibandingkan dengan sistem tanam yang lain seperti
tumpangsari. Sedangkan untuk sistem pengairan sendiri petani di Desa tersebut
khususnya Pak Yasin menggunakan sistem irigasi campuran dimana sumber
irigasi campuran berasal dari sungai dan pompa air dengan kualitas air yang
jernih. Keberagaman agroekosistem yang berada di sekitar lahan Desa Gandon
Barat, Sukolilo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang yaitu terdapat tanaman
semusim (jagung, padi, dan ketan) dan terdapat arthopoda. Dalam menjalankan
usahataninya, Pak Yasin mengalami masalah ataupun kendala yang juga dialami
oleh rata-rata petani di Desa tersebut.
Masalah utama yang dialami oleh Bapak Yasin selaku petani jagung yaitu
mengalami kekurangan modal dikarenakan biaya di awal cukup besar. Modal
usaha petani untuk tanaman pangan diketahui relatif sangat terbatas. Selain itu
masalah lain berupa adanya serangan penyakit hawar daun pada komoditas
Jagung dan serangan hama yang tinggi. Kondisi tersebut diatasi dengan
menyemprotkan obat agar hama mati dan membuat tanaman refugia agar hama
dapat teralihkan. Kondiai agroklimat di wilayah tersebut kurang baik, sehingga
pertumbuhan tanaman jagung kurang optimal karena curah hujan masih rendah
dan suhu tinggi pada Desa Gandon Barat, Sukolilo, Kecamatan Jabung,
Kabupaten Malang. Pada lahan pertanian milik Pak Yasin yang berada di Desa
Gandon Barat, Sukolilo, Kecamatan Jabung ini terdapat beberapa vegetasi yang
dapat ditemukan yaitu jagung, yang merupakan tanaman budidaya utama,
kemudian padi, yang merupakan tanaman semusim dan juga gulma.
26
DAFTAR PUSTAKA
Aqil, M., Firmansyah, I. U., dan Akil M. 2016. Pengelolaan Air Tanaman
Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serelia, Maros
Arwati, Sitti. 2018. Pengantar Ilmu Pertanian Berkelanjutan. Makassar: Inti
Mediatama
Chaplin. (2011). Kamus Lengkap Psikologi (terjemahan Kartini Kartono).
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Daniel, M. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Dwiyatmo, K. 2006. Kiat Menjadi Petani Sukses. Yogyakarta: PT. Citra Aji
Parama
Ekowati, Diah dan Mochamad Nasir. 2011. Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea
Mays L.) Varietas Bisi-2 Pada Pasir Reject dan Pasir Asli Di Pantai Trisik
KulonProgo. Jurnal Manusia Dan Lingkungan. 18 (3). 220-231
FAO/WHO Food Agricultural Organization/World Health Organization. 2001.
Guidelines for the Evaluation of Probiotics in Food. Report of a Joint
FAO/WHO Working Group on Drafting Guidelines for the Evaluation of
Probiotics in Food. Ontario: Canada
Hardjasoemantri. 1989. Hukum Tata Lingkungan. Edisi Ke-empat, Universitas
Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Hidayati, F., Yonariza, Y., Nofialdi, N., & Yuzaria, D. 2019. Intensifikasi Lahan
Melalui Sistem Pertanian Terpadu: Sebuah Tinjauan. In Unri Conference
Series: Agriculture and Food Security. Vol. 1, pp. 113-119
Ida Bagoes Mantra. 1986. Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta: Nur Cahaya
Ivakdalam, Lidya M. 2011. Agroekosistem Pertanaman Jagung Di Desa Sasa
Provinsi Maluku Utara. Fakultas Pertanian. Ternate: UMMU
Jariyah, N. A. 2018. Daya Dukung Lahan Di Kawasan Hutan dengan Tujuan
Khusus (KHDTK) Gombong. JPPDAS
Juhandi, D., Enre, A. 2019. Kebijakan Upsus Pajale: Mampukah Menambah
Provinsi Basis Produksi Pajale?. Jurnal Habitat 30(3) : 123-131
Kementan RI. 2019. Outlook Jagung 2018. Jakarta Selatan: Kementerian
Pertanian Republik Indonesia. epublikasi.setjen.pertanian.go.id. Diakses
pada tanggal 27 Oktober 2020
Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan. 2003. Keanekaragaman Hayati
Untuk Keberlanjutan Kehidupan Manusia. (diakses 27 Oktober 2020
http://perpustakaan.menlhk.go.id)
Kirana, Chandra. 2015. Distribusi Spasial Arthropoda Pada Tumbuhan Liar Di
Kebun Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang. Jurnal
Bioeksperimen
Lutfi Afifah, Purnama Hidayat, Damayanti Buchori, Marwoto, dan B.T Rahardjo.
2015. Pengaruh Perbedaan Pengelolaan Agroekosistem Tanaman
27
Roe, D., Seddon, N., & Elliot, J. (2018). Biodiversity loss is a development issue:
A rapid review of evidence. IIED Issue Paper. London: IIED
Sahuri. 2017. Pengembangan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Antara Tanaman
Karet Belum Menghasilkan. Analisis Kebijakan Pertanian, 15(2): 113-126
Santosa, P. B. 2008. Kelangkaan Pupuk dan Alternatif Pemecahannya.
Jurnal Pangan
Sar, D.N., F. Wijaya., M.A. Mardana dan M. Hidayat. 2018. Analisis Vegetasi
Tumbuhan Dengan Metode Transek (Line Transect) di Kawasan Hutan
Deudap Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar. Prosiding Seminar Nasional
Biotik. UIN Ar-Raniry Banda Aceh
Sasongko, E. B., Widyastuti, E., & Priyono, R. E. (2014). Kajian kualitas air dan
penggunaan sumur gali oleh masyarakat di sekitar Sungai Kaliyasa
Kabupaten Cilacap. Jurnal Ilmu Lingkungan, 12(2), 72-82
Satriati, Budi., Pawhestari S.W., Merliyana, dan Widianti, N. 2018. Penentuan
Tingkat Pencemaran Sungai Berdasarkan Komposisi Makrobentos Sebagai
Bioindikator. Lampung. Jurnal Al-Kamiya Vol. 5, No.2
Setiani, N., Zakaria, W.A., dan Adawiyah. 2015. Analisis Usahatani pada
Beberapa Pola Tanam di Lahan Sawah dan Hubungannya dengan Tingkat
Pendapatan dan Kesejahteraan Rumah Tangga Petani di Kecamatan
Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis,
3(2): 122-129
Sihombing, Andre Parulian. 2018. Budidaya Jagung Manis. Pekanbaru: Fakultas
Pertanian. Universitas Lancang Kuning
Singh, S. 2005. Effect of establishment methods and weed management practices
on weeds and rice in ricewheat cropping system. Indian J. Weed Sci, 37
(2): 524 -527
Sirait, S., Aprilia, L., & Fachruddin, F. 2020. Analisis Neraca Air dan Kebutuhan
Air Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Berdasarkan Fase Pertumbuhan di
Kota Tarakan. Rona Teknik Pertanian, 13(1): 1-12
Sunarmi. 2014. Melestarikan Keanekaragaman Hayati Melalui Pembelajaran Di
Luar Kelas Dan Tugas Yang Menantang. Jurnal Pendidikan Biologi
Volume 6, Nomor 1, hlm. 38-49
Surtkanti. 2011. Hama dan Penyakit Penting Tanaman Jagung dan
Pengendaliannya. Balai Tanaman Seleria. Seminar Nasional Tanaman
Seleria
Susanto, I.W., Anwar, M. R., dan Soemarno. 2013. Analisis Daya Dukung
Lingkungan Sektor Pertanian Berbasis Produktivitas Di Kabupaten Bangli.
Jurnal Bumi Lestari, 13(1): 115-123
Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik. Yayasan Kanisius, Jakarta
Syahputra, N., Mawardati, Suryadi. 2017. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Petani Memilih Pola Tanam pada Tanaman Perkebunan di Desa Paya
29
LAMPIRAN
KUESIONER PRAKTIKUM
MATA KULIAH PERTANIAN BERLANJUT
Pengaplikasian 5gr/tanaman
Dilakukan 5 kali = 1) 10 hst urea, 2) 21 hst urea, 3) 35 hst urea, 4) 45 hst phonska,
5) 55 hst ZA
7 Penggunaan agen hayati -
8 Penanggulangan HPT dan gulma Penyemprotan pestisida = insektisida dan
fungisida
Hama = ulat faw jagung, belalang,
spodoptera litura
Penyakit = bulai, culfularia, diplodia, gray
leaf straight, shorten leaf blight, busuk
32
batang
Obat = hama (proclaim), penyakit (acrobat
sebelum tanam diaplikasikan ke biji), jamur
(amistartop, antracol)
9 Jumlah tenaga kerja Tanam (5 orang-pa 2, pi 3), bajak (2 orang
pa), pupuk 1 (2 orang pi), pupuk 2 (2 orang
pi), pupuk 3 (2 orang pi), pupuk 4 (2 orang
pi), pupuk 5 (2 orang pi),
pembumbunan/pendangiran (4 orang pa
selama 3 hari), penyemprotan pestisida (1
orang pa selama 5 hari)
10 Umur panen (HST) Tebon atau untuk pakan sapi 90 hst
11 Cara Panen tebas
12 Produktivitas per ha 8 ton/3600m2
13 Harga jual petani 6jt/3600m2-Rp 750/kg
14 Harga pasar Rp 750/kg
15 Keuntungan petani (Rp/ha) Rp 3 jt/3600m2-Rp 8.3 jt/ha
No Varietas Keterangan
1 Varietas setiap tanaman : Jagung pertiwi 6
2 Asal benih (produksi sendiri atau : Beli (bersertifikasi)
beli, bersertifikat atau tidak) setiap
tanaman
3 Jarak tanam setiap tanaman : 70x20 cm
4 Sistem tanam (jajar legowo, SRI, : Sistem tanam lurus
konvensional-khusus padi)
5 Jumlah benih/ha setiap tanaman : 5.715 benih/3.600 m2 atau 71.429
benih/ha
6 Jenis pupuk dan dosis yang
digunakan
a. Pupuk organik (kgha-1) :-
b. b. Pupuk N (kgha-1) : 250 kg/3.600 m2 atau 694,44 kg/ha
c. c. Pupuk P (ha-1) : 100 kg/3.600 m2 atau 277,78 kg/ha
d. d. Pupuk K (kgha-1) : 100 kg/3.600 m2 atau 277,78 kg/ha
g. Penggunaan obat:
h. -hama: proclaim
i. -penyakit: acrobat
-jamur: amistartop, antracol
10 Jumlah tenaga kerja a. Tanam: 5 orang
b. Bajak: 2 orang
c. Pupuk 1: 2 orang
d. Pupuk 2: 2 orang
e. Pupuk 3: 2 orang
f. Pupuk 4: 2 orang
g. Pupuk 5: 2 orang
h. Pembumbunan/pendangiran: 4 orang
i. Penyemprotan pestisida: 1 orang
11 Cara panen setiap tanaman Tebas
12 Produktivitas per ha per tanaman 8 ton/3.600m2 atau 22,22 kg/ha
13 Harga jual setiap tanaman Rp 6.000.000/3.600 m2 atau Rp
750.000/kg
14 Harga pasar setiap tanaman Rp 750.000/kg
15 Keuntungan total petani (Rp/ha) Rp 3.000.000/3.600 m2 atau Rp
8.300.000/ha
No Uraian Keterangan
1 Kekurangan modal Iya, Biaya/modal yang dibutuhkan di
awal cukup besar
2 Mahalnya tenaga kerja Iya, Jika ditotal tk ada 34 orang (pa 21,
pi 13) dengan biaya pa=40rb, pi=25rb
34
7. Kondisi agroklimat
Intensitas cahaya matahari :
Kelembaban : 78%
Suhu : 30-32oC
8. Lakukan analisis vegetasi pada lahan pertanian = jagung, gulma, padi