Anda di halaman 1dari 1

Nama : Muh Ilham Nur J (60800119076) Kelas C

KEBIJAKAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN BAGI MASYARAKAT URBAN


Kota Semarang yang merupakan ibukota Propinsi Jawa Tengah dihuni sekitar 1,3 juta jiwa dan
diproyeksikan pada akhir tahun 2010 mencapai sekitar 1,6 juta jiwa. Kondisi tersebut menyebabkan
pemerintah Kota Semarang sejak tahun 1991 mulai melakukan pembenahan beberapa kawasan kumuh
dan liar dengan cara memindahkan penduduk ke lokasi yang aman dan juga layak huni. Dengan batasan
semacam itu yang mengartikan “marginal settlement” sebagai lingkungan permukiman yang dihuni oleh
sekelompok masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah akan tetapi kurang didukung
infrastruktur, fasilitas dan pelayanan social dan berkembang di luar proses urbanisasi yang formal, maka
tercakuplah kategori permukiman yang lazim disebut kumuh (slums) dan liar (squatters).oleh karena itu
kebijakan permukiman kembali warga urban yang mendiami rumah kumuh dan liar di Kota Semarang
dilakukan secara bertahap, mulai dari tahap perencanaan, studi kelayakan, perencanaan tehnis, pra
konstruksi sampai dengan pasca konstruksi, dimana tiap tahapan menghasilkan formulasi kebijakan dan
tindakan bersama antar berbagai aktor dan institusi yang terlibat.

ANALISIS TINGKAT KEKUMUHAN KAWASAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KOTAMOBAGU TIMUR


Walikota Nomor 93 Tahun 2015 Tentang Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh. Salah satu
kawasan permukiman kumuh terdapat di Kecamatan kotamobagu Timur. Berdasarkan observasi awal
yang dilakukan, kawasan permukiman di Kecamatan Kotamobagu Timur memiliki permasalahan-
permasalahan yang harusnya tidak dimiliki oleh kawasan permukiman, antara lain adanya kepadatan
bangunan, kondisi permukiman yang tidak teratur, kurangnya sarana pendukung atau fasilitasnya yang
kurang memadai. Berdasarkan hasil analisis, maka diketahui bahwa tingkat kekumuhan di Kelurahan
Kotobangon Kecamatan Kotamobagu Timur adalah kumuh ringan mengacu pada hasil penelitian
peningkatan kualitas permukiman lingkungan dan program-program yang diadakan pemerintah atau
pun instansi-instansi terkait guna meningkatkan kualitas permukiman menjadi lebih baik termasuk
didalamnya perbaikan prasarana dan sarana permukiman.

PENATAAN KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH KELURAHANTAMAMAUNG KOTA MAKASSAR


UU 4/1992 tentang Perumahan & permukiman,Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa kegiatan yang
dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas permukiman meliputi upaya melalui perbaikan atau
pemugaran, peremajaan serta pengelolaan dan pemeliharaan yang berkelanjutan. Konsep yang
diterapkan pada desain penataan kawasan permukiman kumuh di beberapa titik kelurahan tamamaung
yaitu “kampung kota” berdasarkan studi kasus ataupun literatur serta analisis data. Kampung kota ialah
sebuah permukiman yang berada di tengah kota atau area kota, kemudian yang membedakan bangunan
ini dengan hunian lainnya adalah bentuk bangunan yang tetap sederhana dan ramah lingkungan dimana
bangunannya menganut konsep “Pilotis Building” atau adanya lorong angin yang mampu menyebar
sirkulasi udara disekitar bangunan, hal ini bertujuan untuk menghindari pemblokan angin atau aliran
udara yang dapat menyebabkan polusi udara dimana udara menjadi tidak sehat dan tentunya dapat
mengganggu kenyamanan dan kesehatan penduduk sekitar bangunan.

DAFTAR PUSTAKA
Soesilowati, Etty. “Kebijakan Perumahan dan Pemukiman Bagi Masyarakat Urban”.Ekonomi dan
Manajemen Dinamika Vol. 16, 1 (2007): 105-124.
Wiarni, Suci.Dkk. “Analisis Tingkat Kekumuhan Kawasan Permukiman Di Kecamatan Kotamobagu Timur”
Spasial Vol 5. No. (2018) : 61-67.
Budy, Andas & Fredy. “Penataan Kawasan Pemukiman Kumuh Kelurahan Tamamaung Kota Makassar”.
Arsitektur, Kota dan Permukiman (LOSARI). Hal : 85-89.

Anda mungkin juga menyukai