Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERKEMBANGAN ISLAM

MASA KEPEMIMPINAN KHALIFAH UMAR BIN ABDUL AZIZ

Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Pada Kelas


Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Semester 1

Oleh: ARSYIK
NIM: 80100220079

Dosen Pemandu:

Prof. Dr. H. Hasaruddin, M. Ag.


Dr. Hj. M. Mahirah B, M.Pd.

PROGRAM PASCASARJANA (S2)


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepemimpinan dalam Islam adalah sesuatu yang sangat penting yang

menghiasi perjalanan dan perkembangan Islam dari masa ke masa, karena

pemimpin merupakan hal yang sangat final dan fundamental. Ia menempati posisi

tertinggi dalam pembangunan masyarakat Islam maupun Non-Islam. Dalam

kehidupan berjama’ah, pemimpin ibarat kepala dari seluruh anggota tubuhnya.

Dan ia pun memiliki kekuasaan yang sangat strategis didalam mengatur pola

(minhaj) dan gerakan (harakah). Karena di dalam kecakapannya atau dalam

memimpin akan mengarahkan umatnya kepada tujuan yang ingin dapat dicapai.

Pemimpin berada pada posisi yang berpengaruh dalam kepentingan umatnya,

apabila ada seorang jama’ahnya yang memiliki pemimpin prima (sangat baik),

produktif dan lebih cakap pengembangannya dan pembangkitan daya juangnya

dan juga kreatifitas amaliyah, dengan dipastikan dalam perjalanan umatnya akan

mencapai titik keberhasilan.

Oleh karena itu Islam memandang kepemimpinan memiliki posisi yang

lebih penting dan strategis dalam terwujudnya masyarakat yang berperadaban

berada dalam Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur, yaitu dimana di dalam

masyarakat Islami yang sistem kehidupannya menerapkan prinsip-prinsip Islam


sehingga mencapai tingkat kemakmuran, keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh

masyarakatnya.1

Salah satu tugas kepemimpinan dalam Islam adalah mengarahkan atau

menasihati kelompok agar bisa efisien yang diperlukan untuk mencapai suatu

sasaran-sasaran bersama agar secara efektif, Maka sebagai seorang pemimpin

harus melatih kepribadian dan kelompok-kelompok yang ada dibawah

pimpinannya, sehingga dapat menolong dirinya sendiri, dan masyarakatnya

dengan jangka panjang akan melahirkan bagi seluruh masyarakat. Kepemimpinan

merupakan faktor penentu efektif dan efisien dalam suatu organisasi. Sebab,

pemimpin yang sukses itu mampu mengelola organisasi secara konstruktif dalam

dikerjakan secara bersama.2 Pemimpin yang sukses adalah apabila pemimpin

tersebut menghasilkan sikap jujur, adil, maju, berkompeten, inspirasi,

berkharisma, cerdas, berpandangan luas, terus terang, penuh perhatian, berani,

dewasa, kritis, bisa di andalkan, suka bekerjasama, tegas dalam penguasaan diri

sendiri. Dari sifat-sifat yang digambarkan di atas mengenai kepemimpinan

tersebut adalah berpikir secara spiritualitas, spritualitas yang dimaksud ialah tidak

hanya mengejar kesuksesan di dunia saja melainkan mengamalkan dan

menerapkan nilai-nilai ketuhanan di dalam pola kepemimpinannya.3

1
Hadarawi Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 1993), h. 17.
2
Hadarawi Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, h. 27.
3
Ary Ginanjar Agustian, ESQ Power, Sebuah Inner Journey Melalui Al-Ihsan, (Jakarta: Arga,
2003), h.4.
Pola kepemimpinannya Umar bin Abdul Aziz adalah seperti halnya serupa

dengan keturunan dari khalifah Umar bin Khattab. Umar bin Abdul Aziz menjadi

seorang pemimpian pada Dinasti Umayyah yang memimpin kurang lebihnya dari

91 H-101 H tersebut karena sangatlah bersejarah pada masa itu. Pada masa

kepemimpinanya Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat dari berbagai

aspek kehdupan, oleh karena itu pada makalah kami akan membahas

perkembangan islam pada masa kepemimpinan Khalifah Umar Bin Abdul Aziz.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaiaman konsep kepemimpinan menurut Umar bin Abdul Aziz?

2. Bagaimana kebijakan Umar Bin Abdul Aziz dalam mengembangkan

Islam?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana konsep kepemimpinan menurut Umar bin

Abdul Aziz

2. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan Umar Bin Abdul Aziz dalam

mengembangkan Islam
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Kepemimpinan Menurut Umar bin Abdul Aziz

Jauh sebelum orang-orang hari ini berbicara tentang kepemimpinan profetik,

al-Farabi sudah mendefinisikan kepemimpinan yang profetik bahwa, kepemimpinan

profetik adalah sumber aktivitas, sumber peraturan, dan keselarasan hidup dalam

masyarakat, oleh karena itu ia harus memiliki sifat-sifat tertentu seperti, tubuh sehat,

pemberani, cerdas, kuat, pecinta keadilan dan ilmu pengetahuan, serta memiliki akal

yang sehat yang sempurna yang dapat berkomunikasi dengan akal kesepuluh,

pengatur bumi dan penyampai wahyu.4

1. Proses pengangkatan sebagai Khalifah

Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah pada tahun 99 H, pada hari

wafatnya khalifah Sulaiman bin Abdil Malik. Khalifah Sulaiman telah mewasiatkan

kekhilafahan kepada Umar bin Abdul Aziz ketika ia ditimpa sakit demam. Saat itu

puteranya ‘Ayub masih kanak-kanak, belum baligh”. Anaknya yang lain Daud hilang

di konstantinopel. Khalifah Sulaiman tidak menemukan yang lain sebagai calon

khalifah kecuali Umar bin Abdul Aziz. ketika Umar bin Abdul Aziz masuk ke rumah

(istana). beliau memerintahkan agar semua hiasan istana ditanggalkan. Baju-baju

kebesaran khalIfah beliau jual dan hasil penjualannya dimasukan ke Baitul Mall.

Umar bin Abdul Aziz memerintahkan agar diumumkan ke khalayak bahwa: siapa saja

4
Abu Nashr Muhammad ibn Muhammad ibn Tarkhan ibn Auzalah Al Farabi, Arāul ahl
Madīnah al-Fādilah, (Beirut: Mathba’ah As-Sa’adah, 1324), h. 102-103.
yang telah dizhalimi hendaklah ia melaporkannya. Umar bin Abdul Aziz tidak

membiarkan sedikitpun kekayaan yang ada pada kekuasaan Sulaiman dan apa yang

ada di tangan orang-orang yang zalim kecuali beliau kembalikan kepada pihak-pihak

yang terzalimi. Masyarakat-pun merasa senang dengan kepemimpinannya.

2. Prinsip kepemimpinan Umar Bin Abdul Aziz

Umar Bin Abdul Aziz dilantik menjadi khalifah stelah kematian sepupunya,

Khalifah Sulaiman atas wasiat khalifah tersebut. Setelah mengambil alih tampuk

pemerintahan, beliau telah mengubah beberapa perkara yang lebih mirip kepada

sistem feodal menjadi sistem yang pernah di terapkan oleh Rasulullah saw., dan

Khulafa’ al-Rosyidin.

Beliau dalam hal ini khalifah Umar Bin Abdul Aziz sangat mementingkan

asas musyawarah dalam kepemimpinannya, keputusan pertama yang di ambil oleh

Umar bin Adul Aziz setelah di angkat menjadi gubernur Madinah oleh Walid bin

Abdul Malik berhubungan dengan asas musyawarah dan menjadikan musyawarah

sebagai dasar kepemimpinannya.5

3. Sifat kepemimpinan Umar Bin Abdul Aziz

Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang terkenal dengan keadilannya telah

menjadikan keadilan sebagai keutamaan pemerintahannya. Beliau mau semua rakyat

dilayani dengan adil tidak melihat keturunan dan pangkat supaya keadilan dapat

berjalan dengan sempurna. Keadilan yang beliau perjuangan adalah menyamai

5
Ali Muhammad Ash Shallabi, Khalīfah Ar-Rasidu Wal Muslihu Al Kabir, terj. Khairul
Amru Harahap, (Jakarta: al-Kautsar, 2008) h. 59.
keadilan di zaman khalifah Umar bin Khattab, Umar bin Abdul Aziz mampu

memberikan contoh keadilan dan sekaligus petunjuk, menghancurkan bibit-bibit

kedurhakaan dan kesesatan, menolak setiap kezaliman, memantapkan hak-hak pada

pemiliknya, mengembalikan kepercayaan orang kepada Islam, memberikan rasa

aman pada jiwa manusia dari rasa ketakutan, memberi makan orang-orang karena

kelaparan, dan menciptakan kehidupan yang sejahtera.

Disamping itu ada ciri khas kepemimpinannya, beliau dikenal dengan

khalifah yang bijaksana, adil, jujur, sederhana, alim, wara’, tawadhu’ dan zahud, yang

disetarakan dengan Umar bin Khattab yang sebelumnya dikenal sebagai orang yang

hidup dalam lingkungan keluarga yang berkecukupan.6

4. Kepemimpinan pendidikan Islam Khalifah Umar Bi Abdul Aziz

Sebagai seorang pemimpin Umar bin Abdul Aziz sangat memperhatikan

pendidikan sebagai tonggak sebuah kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan,

Umar bin Abdul Aziz mendirikan sekolah-sekolah. Umar bin Abdul Aziz

memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para ulama untuk membuka

kelas dan pengajian di masjid-masjid atau di sekolah yang didirikannya. 7 Disamping

mendirikan sekolah-sekolah Umar bin Abdul Aziz juga sangat besar jasanya dalam

memelihara khazanah Islam, diamana pada masa beliau pengkodifikasian hadits

sebagai sumber hukum Islam yang kedua secara resmi pertama kali dilakukan atas

perintah Umar bin Abdul Aziz.


6
Shaban, Sejarah Islam, (600-750) Penapsiran Baru, terj. Machnun Husein, (Jakarta:
Rajawali Press, 1993), hlm. 194.
7
Abu A’la al-Maududi, Wawasan Sistem Politik Islam, (Jakarta: al-Kautsar, 1984), h. 60.
Pola pendidikan di masa Umar bin Abdul Aziz sudah mengarah kepada

pendidikan yang bersifat desentralisasi, yaitu pendidikan tidak hanya terpusat di Ibu

kota Negara saja, tetapi sudah dikembangkan secara otonom di daerah yang telah

dikuasai seiring dengan ekspansi teritorial pendidikan dimasa ini belum memiliki

tingkatan dan standar umur. Sekolah-sekolah tersebar diderah Kufah, Mekah,

Madinah, Mesir, Cordova dan beberapa kota lainnya seperti: Fistat (Mesir), Palestina

(Syam) dimana kurikulum (al-Maddah) sudah berkembang dan dikenal masyarakat

kala itu. Pendidikan dimasa Umar bin Abdul Aziz bertambah dengan pendidikan

istana, pendidikan rakyat, pendidikan dasar (kuttab), dan tinggi, materi yang

diajarkan adalah agama, sejarah, geografi, bahasa, filsafat, mantik, kimia, astronomi,

matematika dan kedokteran.

Diantara pusat-pusat pendidikan dimasa Umar Bin Abdul Aziz sebagIAN

adalah Madrasah Syam (Damaskus), Madrasah Madinah, Madrasah Mekah,

Madrasah Basrah, Madrasah Kufah, Madrasah Yaman, Madrasah Mesir, Madrasah

Afrika Utara.

B. Kebijakan Umar Bin Abdul Aziz dalam Pengembangan Islam

1. Kebijakan Umar Bin Abdul Aziz dalam bidang social

Salah satu kebijakan yang diterapkan oleh Umar Bin Abdul Aziz adalah

larangan pencaci makian terhadap Ali Bin Abi Thalib. Khalifah melarang rakyat

untuk mencacimaki Ali Bin Abi Thalib dalam pidato atau khutbah jumat.

Sebelumnya caci yang dilakukan oleh khalifah yang terdahulu yaitu khalifah

Mu’awiyah sampai sulaiman sebagai suatu kebijakan untuk menjauhkan rakyat dari
pengaruh syi’ah. Bahkan bukan sekedar cacian bahkan laknatan, ini menimbulkan

dendam dikalangan kekuarga syi’ah, maka ketika Umar menjadi pemimpin, ia segera

menghapuskan kebijakan-kebijakan itu, mengucapkan hal-hal buruk dalam khutbah

merupakan sesuatu yang dilarang dalam ajaran Islam.8

Kebijakan Umar ini sangat berpengaruh terhadap kelompok Syi’ah. Karena

dengan dihentikanya kebiasaan pencacimakian kepada Ali Bin Abi Thalib ini, maka

hal ini membuat mereka merasa lebih dihargai, mulai mendapat perhatian dan

pengakuan yang sama dari pemerintah, yang tidak mereka dapatkan pada masa

kekhalifaan sebelumnya yang memberikan kelakuan diskriminasi pada mereka. Hal

ini menjadi bukti bahwa Umar Bin Abdul Aziz telah mampu menciptakan

ketentraman pada masa kepemimpinannya. Khalifah mampu menjadi pengayom dan

pelindung bagi setiap masyarakatnya yang berbeda pemahaman.

2. Mengembalikan hak-hak rakyat

Umar telah melakukan perubahan dalam pembagian harta rampasan. Ia

membuat keputusan untuk mengambil kembali harta dari keluarga Bani Umayyah

yang didapat para pejabat dengan cara yang zalim. Harta itu kemudian dikembalikan

kepada pemiliknya semula yang berhak dan bai harta yang statusnya tidak diketahui,

maka harta tersebut dikembalikan ke baitul Mal. Keputusan Umar ini mengakibatkan

banyak masyarakat yang mengadukan tentang kezoliman yang pernah mereka alami.

Seperti ketika sekelompok masyarakat, mengadu serta membawa bukti tentang kios

8
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), h.
95-95.
yang diambil oleh Ruh Bin Walid Abdul Malik. Maka dari itu Umar langsung

memerintahkan Ruh untuk mengembalikan kios tersebut, dan jika tidak dikembalikan

maka ia akan dipancung lehernya. Seketika kios tersebut dikembalikan pada

pemiliknya.9

Dengan kebijakan Umar ini dianggap sangat bijak karena telah memberikan

perhatian kepada rakyatnya. Langkah ini juga berdampak pada Baitul Mal yang saat

itu juga mendapatkan pengaruh karena dari harta yang tidak jelas kepemilikannya,

maka harta itu dikembalikan ke baitul Mal, sehingga mendapatkan penambahan

pemasukan. Hal ini pula yang menjadi alasan Umar memecat beberapa pejabatnya

yang zalim.

3. Menghidupkan kerukunan dan toleransi beragama

Umar paling giat menyebarkan Islam dan menegakkan agama. Meskipun

dikenal sebagai sosok muslim yang taat, ia tetap menunjukan sikap toleransi terhadap

orang-orang Kristen dan orang-orang yahudi. Umar juga telah menurunkan upeti

orang-orang yahudi dari Nazran dari 2000 potong kain menjadi 200 potong, namun

Umar tidak menyetujui orang-orang Yahudi dan Kristen untuk menduduki jabatan

penting. Akan tetapi ia tetap memberikan hak lain kepada mereka dengan

mengembalikan gereja-geraja dan sinagong-sinagong yang menjadi hak mereka

dalam syarat-syarat penyerahan dulu, dan secara sah dirampas dari mereka.

9
Farid Khoeroni, Kharj: Kajian Histori Pada Masa Khalifah Umar Bin Abdul Aziz,
Pemikiran Hukum dan Hukum Islam, 2015, 6 No.2.
Langkah Umar ini telah mampu menciptakan kerukunan dan persatuan pada

saat itu. Hal ini juga membuat situasi Bani Umayyah menjadi aman dan kondusif.

Umar telah menerapkan politik damai dan karena hal ini pula probelama yang muncul

dapat teratasi.

4. Kebijakan dalam bidang politik

Pembentukan tim monitor yang dikirim diberbagai negeri, dilakukan oleh

Umar Bin Abdul Aziz untuk melihat langsung cara kerja gubernur, serta dalam

rangka menegakkan kebenaran dan keadilan.10 Umar Bin Abdul Aziz telah

mengisyarakan secara jelas bahwa adanya pembagian tugas, kewajiban dan

tanggungjawab terhadap pemerintahan.

Umar mengirim surat kepada Uqbah Bin Zurah Ath-Thai’I setelah

mengangkatnya sebagai petugas pengumpul kharraj untuk wilayah Khurasan,

menyebutkan bahwa “pemerintahan itu tidak akan berdiri dari beberapa pondasi yang

tidak akan kokoh bangunannya kecuali dengan adanya pondasi-pondasi tersebut.

Seorang gubernur adalah pondasi utama dan seorang hakim adalah pondasi kedua,

pengurus baitul mal adalah pondasi ketiga dan pondasi keempat adalah khilafah”. Ini

adalah pembagian pokok yang bersifat umum, yang tidak lain adalah gubernur yang

memimpin daerah-daerah, hakim yang memimpin peradilan, pengurus baitul mal

yang mengurus keuangaan Negara, dan khalifah yang menjadi kepala Negara dan

pimpinan tertinggi. Dalam bidang pendidikan Umar telah mendirikan majelis-majelis

10
Akhmad Saufi dan Hasmi Fadillah, Sejarah Peradaban Islam, (Cet. 1. Yogyakarta:
Deepublish, 2015), h. 173.
Ilmu permanen diberbagai masjid, serta menugaskan beberapa orang untk mengajar

dan memberikan pemahaman agama kepada masyarakat. Selain itu juga Umar

mengangkat beberapa orang ulama untuk mengisi jabatan resmi untuk urusan

peribadatan. Misalnya untuk mengurus sholat, haji, dan lainya.11

System pembagian tugas ini telah membuat system pemeritahan menjadi

stabil. Dengan adanya pembagian tugas ini para pejabat bisa melakukan kerjaannya

dengan peranannya masing-masing. Berkat pembagian tugas ini pula, segala aspek

pemerintahan dapat terkelola dengan baik. Seperti pendistribution zakat yang

berdampak pada ditemukannya orang-orang yang tidak lagi layak untuk menerima

zakat. Hal ini dapat terjadi karena rakyat sudah berada pada kondisi makmur dan

sejahterah pada saat itu.

Selain itu pengeloaan baitul mal juga dapat terorganisasi dengan baik. Karena

dalam pengelolaanya, baitul mal sebagai kas Negara, tidak hanya berfungsi sebagai

penyaluran dana tunjangan, melainkan juga dapat dialihakan pada pembiayaan

pembangunan prasarana umum, bahkan baitul mal juga bisa dipakai untuk proyek

penerjemahan buku-buku dan dakwa islam. Sehingga manfaat dari baitul mal ini

dapat dinikmati oleh semua orang. Hal ini tentunya berbeda dengan pemerintahan

terdahulu yang melakukan sewena-wena dalam mengelola baitul mal untuk

kepentingan pribadi dan kelompok tertentu.

5. Menghentikan eskpansi Islam

11
Ali Muhammada Ash-Shallabi, Biografi Umar Bin Abdul Aziz, (Jakarta: Beirut, 2014). h.
355-359.
Salah satu kebijakan Umar dalam hal ekspansi yang biasanya ditempuh

dengan kekerasan adalah dengan penghentian perluasan wilayah Islam dengan

menghentiksn peperangan-peperangan yang sedang berlangsug antara pasukan kaum

muslimin dan non muslimin. Ia memerintah agar agar pasukan yang melakukan

upaya penaklukan konstatinopel sejak pemerintahan Sulaiman Bin Abdul Malik agar

ditarik kembali.12 Ia kemudian melaksanakan dakwa islamiyah kepada golongan

orang-orang yang bukan Islam, dengan menggunakan hikmah kebijkasanaan serta

pelajaran dan nasehat-nasehat yang baik.

Kebijakan ini merupakan salah satu langkah Umar dalam hal mengurangi

kekacauan dari tindakan peperangan yang selama ini dilakukan oleh para pemimpin

sebelumnya yang dalam menghadapi para pembangkang dan pemberontak dengan

cara peperangan. Umar kemudian mengambil kembali cara baru dengan mencoba

memberikan kepada mereka keteranga-keterangan yang dapat memikat hati mereka

melalui dakwah islam, sehingga mereka tertarik untuk masuk islam.

Kebijakan-kebijakan Umar Bin Abdul Aziz sejatinya telah memberi pengaruh

pada perkembangn islam dibidang social politik pada masanya. Jasa beliau yang

sepatutunya tidak boleh terlupakan adalah dalam pembukuan hadis.

Pengkodifikasian (pembukuan) hadis secara resmi telah dilakukan pada masa

kepemimpinan Umar Bin Abdul Aziz di penghujung tahun 100 H. Ia mengirim

semacam isntruksi kepada seluruh gubernur untuk mengumpulkan hadis-hadis di

12
Ahmad Choirul Rafiq, Cara Mudah Memahami Sejarah Islam, (Cet. 1. Yogyakarta: Divas
Press, 2019), h. 88.
daerah mereka masing-masing. Ia menulis surat kepada Abu Bakar Bin Amru Bin

Hazm, pejabat kota Madinah utuk mengumpulkan hadis karena khawatir lenyapnya

ilmu dan meninggalnya para penghafal hadis tersebut. Begitupula ia perintahkan

kepada Amrah Binti Abdurrahman dan al-Qosim Bin Muhammad Bin Abu Bakar.

Akan tetapi upacaya pengumpulan ini belum tersusun secara sistematis dan tidak

berlandaskan pada aturan-aturan pembahasan ilmu. Hingga upaya pembukuan ini

secara meyeluruh baru dilakukan oleh Imam Muhammad Bin az-Zuhri.13

Langkah yang diambil oleh khalifah ini dianggap sebagai langkah yang sangat

baik dan bijak, sehingga memberikan dapak yang cukup besar terhadap

perkembangan hadis pada masa-masa selanjutnya hingga sekarang ini. Langkah ini

telah berhasil membuat banyak perawi hadis bermunculan. Walaupun saat itu hadis

belum dikatan sempurna karena belum disusun secara menyeluruh. Akan tetapi

kebijakan ini sangat berpengaruh karena ini menjadi langkah awal dalam

penyeleksian hadis-hadis palsu yang saat itu banyak beredar di kalangan masyarakat.

Beradasarkan beberapa dan kebijakan yang diterapkan Umar di atas

menunjukkan bahwa, ia telah menjadi pemimpin yang cekatan, sangat berhati-hati

dan penuh perhitungan dalam mengambil sikap. Reformasi yang dilukannya sejak

awal, semata-mata untuk memperbaiki tatanan kehidupan Bani Umayyah yang saat

itu kurang stabil. Alhasil beliau mampu membuat program kerja atau kebijakan yang

membawa pengaruh positif pada saat itu.

13
Syikh Manna’ al-Qathan, Pengantar Studi Ilmu Hadis, (Cet. 1. Jakarta: Pustaka al-Kaustar,
2005), h. 52.
Terlepas dari beberapa persoalan dan kendala dimasa kepemimpinan Umar di

atas, secara Umum kepemimpinannya dikatakan berhasil. Kepemimpinan yang

bersih, adil, dan penuh kebijaksanaan itu telah mengantarkan dinasti Umayyah

menuju puncak kejayaanya. Dari gaya kepemimpinan yang ia terapkan dalam

kebijaksanaan dibidang social politik, telah memberi pemgaruh yang sangat besar

terhadap perkembangan peradaban Islam. Ia mampu mensejaterakan rakyatnya,

menciptakan rasa aman dan damai, serta menciptakan kesatuan di lingkungan Bani

Umayyah saat itu. Ia menjadi sosok tauladan bagi setiap pemimpin, terutama

pemimpin kaum muslimin.

BAB III

KESIMPULAN

A. Penutup
1. Konsep Kepemimpinan Menurut Umar bin Abdul Aziz

Pada kesimpulannya, secara umum karakter kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz

adalah kepemimpinan profetik. Kepemimpinan profetik disini mencakup banyak

aspek sebagaimana didefinisikan oleh al-Farabi, kepemimpinan yang profetik

adalah sumber aktivitas, sumber peraturan, dan keselarasan hidup dalam

masyarakat, oleh karena itu ia harus memiliki sifat-sifat tertentu seperti, tubuh

sehat, pemberani, cerdas, kuat, pecinta keadilan dan ilmu pengetahuan, serta

memiliki akal yang sehat yang sempurna yang dapat berkomunikasi dengan akal

kesepuluh, pengatur bumi dan penyampaian wahyu. Hal ini sangat bersesuain

dengan karakter kepemimpinan khalifah Umar Bin Abdul Aziz yang

mengembankan banyak hal demi kemajuan Agama dan Negara.

2. Kebijakan Umar Bin Abdul Aziz dalam Pengembangan Islam

a. Kebijakan Umar Bin Abdul Aziz dalam bidang social

Umar Bin Abdul Aziz telah mampu menciptakan ketentraman pada masa

kepemimpinannya. Khalifah mampu menjadi pengayom dan pelindung bagi

setiap masyarakatnya yang berbeda pemahaman.

b. Kebijakan Umar Bin Abdul Aziz dalam mengembalikan hak-hak rakyat

Harta dari keluarga Bani Umayyah yang didapat para pejabat dengan cara

yang zalim. Harta itu kemudian dikembalikan kepada pemiliknya semula.

c. Menghidupakn kerukunan dan toleransi beragama

Langkah Umar ini telah mampu menciptakan kerukunan dan persatuan pada

saat itu. Hal ini juga membuat situasi Bani Umayyah menjadi aman dan
kondusif. Umar telah menerapkan politik damai dan karena hal ini pula

probelama yang muncul dapat teratasi

d. Kebijakan dalam politik

Dalam bidang ini Umar melaukan pembagian tugas atau membentuk beberapa

lembaga Negara untuk mengurusitugas masing-masing, seprti pengauatan

beberapa perangkat Negara, badan pengelola baitul Mal dan lain-lain.

e. Mengehentikan ekspansi Islam

Dalam poin ini maksudnya Umar ingin mengembangkan Islam dengan tidak

ada lagi kekerasan, melainkan berdakwa dengan menggunakan pendekatan

yang baik-baik dalam memikat hati orang-orang diluar Islam.

B. Saran

Dari tugas makalah tersebut, banyak hal yang dapat kami pelajari. semoga

dengan terselesaikannya makalah ini dapat menambah wawasan dan pemahaman

kami mengenai kemajuan Islam masa Khalifah Umar Bin Abdul Aziz. Demikian

makalah yang dapat kami buat. Apabila ada kata-kata yang kurang berkenan atau belum

sesuai dengan apa yang harapkan, kami mohon maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik

dan saran yang membangun kami agar dalam tugas-tugas selanjutnya, kami dapat

menyelesaikannya dengan lebih baik lagi.            

DAFTAR PUSTAKA

Abu Nashr Muhammad ibn Muhammad ibn Tarkhan ibn Auzalah Al Farabi, Arāul
ahl Madīnah al-Fādilah. Beirut: Mathba’ah As-Sa’adah, 1324
al-Maududi, Abu A’la. Wawasan Sistem Politik Islam. Jakarta: al-Kautsar, 1984.

al-Qathan, Syikh Manna’. Pengantar Studi Ilmu Hadis. Cet. 1. Jakarta: Pustaka al-
Kaustar, 2005.
Agustian , Ary Ginanjar. ESQ Power, Sebuah Inner Journey Melalui Al-Ihsan.
Jakarta: Arga, 2003.
Ash-Shallabi, Ali Muhammada. Biografi Umar Bin Abdul Aziz. Jakarta: Beirut.
2014.
Choirul Rafiq, Ahmad. Cara Mudah Memahami Sejarah Islam. Cet. 1. Yogyakarta:
Divas Press, 2019.
Hasmi Fadillah, Akhmad Saufi. Sejarah Peradaban Islam. Cet. 1. Yogyakarta:
Deepublish 2015.
Khoeroni, Farid. Kharj: Kajian Histori Pada Masa Khalifah Umar Bin Abdul Aziz,
Pemikiran Hukum dan Hukum Islam, 2015.
Lapidus, Ira M. Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1999.
Nawawi, Hadarawi. Kepemimpinan Menurut Islam. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1993.
Shaban. Sejarah Islam, (600-750) Penapsiran Baru, terj. Machnun Husein. Jakarta:
Rajawali Press, 1993.
                                                       

Anda mungkin juga menyukai