Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

OKSIGEN PADA PENDERITA BRONCHOPNEUMONIA

Disusun Oleh :

CHINDY LUCYTANIA

191FI03041

PRODI D4 ANESTESI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


BHAKTI KENCANA UNIVERSITY

TAHUN 2021

A. PENGERTIAN

Bronchopneumonia menurut smeltzer (2001) adalah radang paru-paru yang


mempunyai penyebaran bercak, teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di
dalam bronki dan meluas ke dalam parenkim paru besarnya sekitar 3 sampai 4 cm .
Bronchopneumonia merupakan peradangan parenkim yang di sebabkan oleh jamur,
virus, bakteri ataupun benda asing yang di tandai dengan gelaja panas yang tinggi,
gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare, serta batuk kering
(Hidayat,2009).Jadi bronkopneumonia adalah radang paru terutama pada bagian
brousdan alveolus yang berada di sekitarnya, serta terjadi konsolidasi area
berbercak,yang sebelumnya didahului dengan adanya infeksi pada saluran pernapasan
bagian atas.

B. ETIOLOGI

Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah (Bradley et.al.,2011) :

1.Faktor Infeksi

a) Pada neonatus: Streptokokus group B, Respiratory Sincytial Virus (RSV). 

b) Pada bayi : Virus:Virus parainfluensa,virus influenza, Adenovirus,


RSV,Cytomegalovirus.Organisme atipikal:Chlamidia trachomatis,
Pneumocytis. Bakteri:Streptokokus pneumoni,Haemofilus influenza,
mMycobacteriumtuberculosa,Bordetella pertusis.
c) Pada anak-anak : Virus : Parainfluensa,Influensa Virus,Adenovirus, RSV
Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia Bakteri:
Pneumokokus,Mycobakterium tuberculosis

d) Pada anak besar - dewasa muda : Organisme atipikal: Mycoplasma


pneumonia,C. trachomatis Bakteri:Pneumokokus, Bordetella pertusis, M.
tuberculosis

 2. Faktor Non Infeksi.

Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputia) :

a) Bronkopneumonia hidrokarbon : Terjadi oleh karena aspirasi selama


penelanan muntah atau sondelambung (zat hidrokarbon seperti pelitur,
minyak tanah dan bensin.

b) Bronkopneumonia lipoid : Terjadi akibat pemasukan obat yang


mengandung minyak secaraintranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap
keadaan yang mengganggumekanisme menelan seperti palatoskizis,
pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian
makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan
penyakit tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak
binatang yang mengandungasam lemak tinggi bersifat paling merusak
contohnya seperti susu danminyak ikan.Selain faktor di atas, daya tahan
tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya bronkopneumonia. Menurut
sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang berat seperti AIDS dan
respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak merupakan
faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.

3.Faktor Predisposisia.

a) Usia 
b) Genetik

4. Faktor Presipitasi 

a. Gizi buruk/kurang 

b. Berat badan lahir rendah (BBLR) 

c. Tidak mendapatkan ASI yang memadai 

d. Imunisasi yang tidak lengkap 

e. Polusi udara 

f. Kepadatan tempat tinggal

C. PATOFISIOLOGI

Bronkopneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang disebabkan


oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing (Hidayat, 2008). Suhu tubuh
meningkat sampai 39-40 C dan dapat disertai kejang karena demam yang sangat
tinggi. Anak yang mengalami bronkopneumonia sangat gelisah, dipsnea, pernafasan
cepat, dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung, serta sianosis disekitar hidung
dan mulut, merintih dan sianosis (Riyadi & Sukarmin, 2009). Bakteri yang masuk ke
paru-paru menuju ke bronkioli dan alveoli melalui saluran napas yang menimbulkan
reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam
alveoli dan jaringan interstitial (Riyadi & Sukarmin, 2009). Alveoli dan septa menjadi
penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta relative sedikit
leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar. Apabila proses konsolidasi tidak
dapat berlangsung dengan baik maka setelah edema dan terdapatnya eksudat pada
alveolus maka membran dari alveolus akan mengalami kerusakan. Perubahan tersebut
akan berdampak pada pada penurunan jumlah oksigen yang dibawa oleh darah.
Sehingga berakibat pada hipoksia dan kerja jantung meningkat akibat saturasi oksigen
yang menurun dan hiperkapnia. Penurunan itu yang secara klinis menyebabkan
penderita mengalami pucat sampai sianosis.

D. PATHWAY

E. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Ringel, 2012 tanda-gejala dari Bronkopneumonia yaitu :

a) Gejala penyakit datang mendadak namun kadang-kadang didahului oleh


infeksi saluran pernapasan atas.

b) Pertukaran udara di paru-paru tidak lancar dimana pernapasan agak cepat dan
dangkal sampai terdapat pernapasan cuping hidung.

c) Adanya bunyi napas tambahan pernafasan seperti ronchi dan wheezing.


d) Dalam waktu singkat suhu naik dengan cepat sehingga kadang-kadang terjadi
kejang.

e) Anak merasa nyeri atau sakit di daerah dada sewaktu batuk dan bernapas.

f) Batuk disertai sputum yang kental.

g) Nafsu makan menurun.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Sinar X : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan


absesluas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi(bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus).
Pneumoniamikoplasma sinar X dada mungkin bersih.Gambaran radiologis
mempunyai bentuk difus bilateral dengan peningkatan corakan
bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yangtersebar di pinggir lapang
paru. Bayangan bercak ini sering terlihat padalobus bawah.Gambar 2.
Bronchopneumonia pada Anak umur 5 tahun.

2. GDA : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibatdan penyakit paru yang ada. Mungkin menunjukkan hipoksemia
danhipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.

3. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsy


jarum,aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru
untuk mengatasi organisme penyebab.

4. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.

5. LED : meningkat
6. Pemeriksaan fungsi paru : volume mungkin menurun (kongesti dankolaps
alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan complain menurun,
hipoksemia.
7. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah

8. Bilirubin : mungkin meningkat

9. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear


tipikal dan keterlibatan sitoplasmik(CMV) (Doenges, 2000)

G. PENATALAKSANAAN MEDIS/ TERAPI

Menurut (Ngastiyah. 2014) Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien


dengan bronchopneumonia meliputi :

1. Menjaga pelancaran pernafasan

Pasien bronchopneumonia berada dalam keadaan dispena dan sianosis karena


adanya radang paru dan banyaknya lendir didalam bronkus/paru. Agar pasien
dapat bernafas secara lancar, lendir tersebut harus dikeluarkan dan untuk
memenuhi kebutuhan O2 perlu dibantu dengan memebrikan O2 2l/m secara
rumat. Pada anak yang agak besar (sudah mengerti ) berikan sikap baring
setengah duduk , longgarkan pakaian yang menyekat seperti ikat pinggang,
kaos baju yang agak sempit. Ajarkan agar bila batuk lendirnya dikeluarkan
dan katakan kalau lendir tersebut tidak dikeluarkan sesak napasnya tidak akan
berkurang (sediakan kertas tisu dan penampung). Beritahukan kepada anak
agar ia tidak selalu berbaring ke arah dada yang sakit. Pada bayi, baringkan
dengan letak kepala ekstensi dengan memebrikan ganjal dibawah bahunya.
Bukalah pakaian yang ketat seperti gurita, atau celana yang terdapat karet.
Hisap lendir dan berikan O2. Penghisapan lendir harus sering, yaitu pada saat
terlihat lendir didalam mulut, pada waktu akan memberi minum, mengubah
sikap baring atau tindakan lain. Perhatikan dengan cermat pemberian infus ;
perhatikan apakan infus lancar.

2. Kebutuhan istirahat
Pasien ini sering hiperpireksia maka pasien perlu cukup istirahat, semua
kebutuhan pasien harus ditolong ditempat tidur. Usahakan pemberian obat
secara tepat, pengambilan bahan pemeriksaan atau pemberian suntikan jangan
dilakukan waktu pasien sedang tidur. Usahakan keadaan tenang dan nyaman
agar pasien dapat istirahat.

3. Kebutuhan nutrisi dan cairan

Pasien bronchopneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan yang


kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masukan cairan
yang kurang dapat meneybabkan dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi dan
kekurangan kalori dipasang infus dengan cairan glukosa 5% dan Nacl 0.9%.
apabila sesak nafas telah berkurang pasien diberikan makanan lunak dan susu.
Pada bayi yang masih mendapat ASI, bila tidak terlalu sesak ia boleh menetek
puting susunya harus sering-sering dikeluarkan untuk memberikan
kesempatan bayi bernapas. Bila bayi masih belum mau mengisap, ASI harus
dipompa dan diberikan dengan sendok.

4. Mengontrol suhu tubuh

Pasien bronchopneumonia sewaktu-waktu dapat mengalami hiperpireksia.


Untuk ini maka suhu harus dikontrol setiap jam, selain diusahakan untuk
menurunakn suhu tubuh dengan melakukan kompres hangat dan obat-obatan,
satu jam setelah dikompes, dicek kembali apakah suhu telah turun atau tidak

5. Mencegah komplikasi/gangguan rasa aman nyaman

Komplikasi yang terjadi terutama disebabkan oleh lendir yang tidak dapat
dikeluarkan sehingga terjadi atelektasis atau bronkiektasis. Untuk menghindari
terjadinya lendir yang menetap (mucous plug) maka sikap baring pasien,
terutama bayi, harus diubah poisisinya setiap 2 jam . setiap mengubah posisi
lakukan sambil menepuk-nepuk punggung pasien. Bila lendir tetap banyak,
dapat dilakukan fisioterapi dengan drainase postural, caranya, bayi
dibaringkan tengkurap, didepannya letakkan handuk sebagai alas, dibawah
perutnya diganjal guling sehingga posisi kepala lebih rendah. Lakukan
tepukkan dengan kedua tangan yang dicekungkan dipunggung bayi secara
ritmik sambil sering dihisap kendirnya dari hidung dan mulut. Lama tindakan
5-10 menit dan dapat dilakukan pagi sore. Pengobatan diberikan berdasarkan
etiologi dan uji resistensi, akan tetapi karena hal itu perlu waktu dan pasien
perlu terapi secepatnya maka biasanya diberikan penisilin ditambah dengan
cloramfenikol atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti
ampisilin. Pengobata ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari, karena
sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat kurang makan
dan hipoksia.

H. PROSES KEPERAWATAN

a. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan.
 Identitas
Bronchopneumonia lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak.
Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita
pneumonia berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan
sempurna. Selain itu daya tahan tubuh yang menurun akibat KEP,
penyakit menahun, trauma pada paru, anesthesia, aspirasi dan
pengobatan antibiotik yang tidak berhasil. Anak laki-laki adalah faktor
resiko yang mempengaruhi kesakitan pneumonia. Hal ini disebabkan
diameter saluran pernapasan anak laki-laki lebih kecil dibandingkan
dengan anak perempuan atau adanya perbedaan dalam daya tahan
tubuh anak laki-laki dan perempuan.
b. Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama
Pasien sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, batuk-
batuk disertai bunyi ronchi saat auskultasi, pernapasan cuping hidung,
serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan
diare, anoreksia dan muntah.
 Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat
mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam
yang tinggi.
 Riwayat penyakit dahulu
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
 Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
 Riwayat kesehatan lingkungan
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada
musim hujan dan awal musim semi.
 Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk
mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena
system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi
sekunder.
 Nutrisi
Riwayat gizi buruk, Kekurangan gizi akan menurunakn kapasitas
kekebalan untuk merespon infeksi pneumonia termasuk gangguan
fungsi granulosit, penurunan fungsi komplemen, dan juga
menyebabkan kekurangan mikronutrein.
 Usia
Bayi dan balita memiliki mekanisme pertahanan tubuh yang masih
rendah dibanding orang dewasa, sehingga balita masuk kedalam
kelompok yang rawan terhadap infeksi seperti influenza dan
pneumonia, anak-anak berusia 0-24 bulan lebih rentan terhadap
penyakit pneumonia dibanding anak-anak berusia diatas 2 tahun. Hal
ini disebabkan imunitas yang belum sempurna dan saluran pernapasan
yang relatif sempit (DepKes RI. 2004)
 Faktor Lingkungan
Pemeliharaan kesehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga
bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau
banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga
perokok. Lingkungan rumah seperti kondisi jendela, luas ventilasi
kamar balita, jenis lantai rumah, jarang membuka jendela setiap pagi,
dan 15 penggunaan obat nyamuk dapat beresiko anak terserang
Bronchopneumonia.
 Menentukan kebutuhan cairan menurut berat badan
c. Pemeriksaan fisik head to toe
 Keadaan umum
Keadaan umum pada pasien dengan bronchopneumonia adalah pasien
terlihat lemah, pucat dan sesak nafas
 Tanda-tanda vital
Didapatkan suhu meningkat (39-400C), nadi cepat dan kuat,
pernafasan cepat dan dangkal
 Kulit
Tampak pucat, sianosis, biasanya turgor jelek
 Kepala
Pada pemeriksaan kepala dapat dilakukan inspkesi pada bentuk kepala,
lingkar kepala, warna dan tekstur rambut, keadaan ubun-ubun (anterior
dan posterior)
 Mata
Didapatkan hasil inspeksi konjungtiva anemis, sklera putih
 Hidung
Pada pasien bronchopneumonia didapatkan adanya secret, ada
pernafasan cuping hidung, dan sianosis
 Mulut
Pucat, sianosis, membrane mukosa kering, bibir kering, dan pucat 8)
Telinga : inspeksi adanya peradangan atau tidak. Peradangan
menandakan sudah terjadi komplikasi
 Leher
Inspeksi dan palpasi adanya pembesaran limfe atau tidak
 Dada
Ada tarikan dinding dada, pernafasan dan dangkal
 Jantung
Jika terjadi komplikasi ke ednokarditis, terjadi bunyi tambahan
 Paru-paru
Suara nafas ronchi, whezing 16
 Abdomen
Bising usus (+), lembek/kembung/tegang, distensi abdomen
 Ekstremitas
Pada pasien dengan bronchopneumonia didapatkan pasien tampak
lemah, penurunan aktifitas, sianosis pada ujung jari dan kaki, akral
hangat
d. Diagnosa keperawatan
 Definisi Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk
mempertahankan bersihan jalan napas (NANDA, 2015).
e. Batasan Karakteristik (NANDA, 2015).
 Batuk yang tidak efektif (tidak dapat mengeluarkan dahak secara
maksimal (Widyatamma, 2010))
 Dyspnea (kesukaran bernafas dan keluhan subjektif akan kebutuhan
oksigen yang meningkat (Baradero, 2008))
 Gelisah
 Kesulitan verbalisasi (kesulitan untuk mengungkapkan/menjelaskan
sesuatu dengan kata-kata (Baradero, 2008))
 Mata terbuka lebar (mata terbuka lebar sehingga mata terlihat besar
(Widyatamma, 2010).
 Ortopnea (sesak nafas yang terjadi saat klien dalam posisi berbaring
(Baradero, 2008))
 Penurunan bunyi napas (suara napas melemah atau menghilang
(Baradero, 2008))
 Perubahan frekuensi napas (bradipnea, takipnea, hiperapnea,
pernafasan cheyne stokes, dyspnea, frekuensi pernafasan dalam batas
normal yaitu 30-40x/menit (Widyatamma, 2010))
 Perubahan pola napas
 Sianosis (perubahan warna kulit menjadi biru yang disebabkan oleh
adanya deoksiheoglobin dalam pemb
 Suara napas tambahan (crackle, terpatah-patah, ronki, dan
mengi:bersiul (Baradero, 2008)).
 Tidak ada batuk
f. Faktor yang Berhubungan (Wilkinson, 2015).
 Lingkungan: Merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif
 Obstruksi Jalan Nafas: Spasme jalan nafas, retensi secret, mucus
berlebih, adanya suara nafas buatan, terdapat benda asing di jalan
nafas, secret di bronki, dan eksudat di alveoli.
 Fisiologis: Disfungsi neuromuscular, hyperplasia dinding bronkial,
PPOK, infeksi, asma, jalan nafas alergik (trauma)
g. Rencana Tindakan
 Intervensi Keperawatan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien


menunjukan bersihan jalan nafas kembali efektif.

 NOC (Nursing Outcomes Classification) / Kriteria Hasil ( (Moorhead,

2013)).

Setelah diberekian intervensi keperawatan klien mampu menunjukkan


status pernafasan: kepatenan jalan nafas (0410) adalah saluran
trakeobronkial yang terbuka dan lancar untuk pertukaran udara, dengan
indikator sebagai berikut:

 Frekuensi pernafasan dalam rentang normal

 Irama pernafasan dalam rentag normal

 Dalam pemeriksaan auskultasi, memiliki suara napas yang


jernih

 Mengeluarkan sekret secara efektif dari jalan nafas

 Tidak ada pernafasan cuping hidung

 Tidak ada penggunaan otot bantu nafas

 NIC (Nursing Income Classification) / Rencana Tindakan ( (Bulechek,


2013)).

a) Manajemen Jalan Nafas:

 Posisikan kliien untuk memaksimalkan ventilasi


 Lakukan fisioterapi dada dengan clapping, yaitu dengan cara
tangan perawat

 menepuk punggungklien secara bergantian.

 Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun


atau tidak ada

 dan adanya suara nafas tambahan

 Kelola pemberian bronkodilator, sebagaimana mestinya

 Kelola nebulizer ultrasonik, sebagaimana mestinya

 Monitor status pernafasan dan oksigenasi, sebagaimana


mestinya.

b) Pemantuan Pernafasan:

 Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernapasan

 Perhatikan pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot


bantu nafas,

 Serta retraksi dinding otot supraklavikular dan interkosta

 Pantau pola pernapasan

 Catat pada perubahan SaO2 dan nilai gas darah, jika perlu

 Monitor dispnea dan kejadian apa yang menurunkan serta


memperparahnya

c) Manajemen Jalan Nafas:


 Posisikan kliien untuk memaksimalkan ventilasi

 Lakukan fisioterapi dada dengan clapping, yaitu dengan cara


tangan perawat

 menepuk punggungklien secara bergantian.

 Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun


atau tidak ada

 dan adanya suara nafas tambahan

 Kelola pemberian bronkodilator, sebagaimana mestinya

 Kelola nebulizer ultrasonik, sebagaimana mestinya

 Monitor status pernafasan dan oksigenasi, sebagaimana


mestinya.

d) Pemantuan Pernafasan:

 Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernapasan

 Perhatikan pergerakan dada , amati kesimetrisan , penggunaan


otot bantu nafas , serta retraksi     dinding otot suprakla vikular
dan interkosta

 Pantau pola pernapasan

 Catat pada perubahan SaO2 dan nilai gas darah, jika perlu

 Monitor dispnea dan kejadian apa yang menurunkan serta


memperparahnya
Daftar Pustaka

http://eprints.umpo.ac.id/5376/3/BAB%202.pdf

https://id.scribd.com/doc/162839066/LP-Bronkopneumonia-docx

 http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/456/3/BAB%20II.pd

http://repository.poltekeskupang.ac.id/1601/1/ASKEP%20PADA%20By.%20A.N.
%20DENGAN%20BRONCHOPNEUMONIA.pdf
Bandung , 31 Agustus 2021

Mengetahui ,

Pembimbing klinik, Mahasiswa

Fikri Mourly, S.Kep., M.KM Chindy Lucytania

Anda mungkin juga menyukai