Anda di halaman 1dari 19

MAJAS

Makalah
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Telaah dan Apresiasi drama

Kelompok 04

Oleh
Nama : Wendi Hendra Wijaya
Nama : Untary Shopiya S
Nama : Resma Depa Lestary
Prodi : Pendidikan Bahasa Indonesia
Semester : VII (Tujuh)

Dosen Pembimbing
Anggia Puteri, M.Pd.

JURUSAN BAHASA DAN SENI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH SUNGAI PENUH
TAHUN 2021
“KATA PENGANTAR”

Puji syukur kami sampaikan kehadiran Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya kepada kami sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada

waktunya.

Sholawat dan salam selalu tidak lupa dan senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad

S.A.W Tidak lupa Penulis mengucapkan terima kasih dengan sebesar-besarnya kepada yang

terhormat dosen pembimbing kami Ibu Anggia Puteri,M.Pd. atas bimbingan dan

arahannya kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Dan juga ucapan terima kasih

juga kepada orang tua tercinta yang telah Memberikan dukungan semangat kepada kami dalam

menyelesaikan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, Penulis telah berusaha semaksimal

mungkin. Tujuan karya ilmiah ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat di mata kuliah ” Telaah

dan Apresiasi drama”.

Untuk itu apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini,

pemakalah mohon kritik dan sarannya dari para pembaca yang budiman yang akan

membangun karya ilmiah ke arah yang lebih baik untuk selanjutnya.

Akhir kata, penulis berharap karya ilmiah ini ada manfaatnya bagi pembaca yang budiman

terutama bagi penulis. Aamiin ya rabbal'alamiin.

penulis:

Kelompok o4

ii.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………..
……………………….ii
DATAR ISI……………………………………………………………………...
…………………..…..iii
BAB I PENDAHULUAN
A..Latar Belakang………………………………………………………………………………1
B. Rumusan Masala……………………………………………………………………...………..
….………1
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………...………………………..2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Majas………………………………………….…………………….….…..........2

B. Fungsi Majas…….……………………………………………………………..….……..….3

C. Jenis-jenis Majas… ……………..….…….……………………………………....…………3

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan………………………………………………….…….……………..………...16
B. Saran………………………………………………………………..…………..…....…..…16
Datar pustaka………………………………………………………….………….…..….……17

iii.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Majas sering dianggap sebagai sinonim dari gaya bahasa, namun sebenarnya majas termasuk
dalam gaya bahasa. Dalam tulisan ini pengertian gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa
dalam konteks tertentu, oleh orang tertentu, untuk tujuan tertentu. Pemakaian gaya bahasa yang
tepat dapat menarik perhatian penerima. Sebaliknya, bila penggunaannya tidak tepat, maka
penggunaan gaya bahasa akan sia-sia belaka, bahkan mengganggu pembaca. Misalnya apabila
dalam novel remaja masa kini terdapat banyak gaya bahasa dari masa sebelum kemerdekaan,
maka pesan tidak sampai dan novel remaja itu tidak akan disukai pembacanya. Pemakaian gaya
bahasa juga dapat menghidupkan apa yang dikemukakan dalam teks, karena gaya bahasa dapat
mengemukakan gagasan yang penuh makna dengan singkat.

Pemakaian majas baik dalam pendidikan atau yang lainnya diharapkan dapat membantu dalam
tulisan. Apalagi bagi para pendidik, penulis baik novel ataupun penulis puisi. Majas dapat
dijadikan sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan
jiwa dan kepribadian penulis dengan pilihan kata, frase, klausa, dan kalimatnya. Berkenaan
dengan hal tersebut bagi peningkatan profesionalisme dan karier pendidik, perlu disusun sebuah
makalah yang mampu menjadi wahana para pelajar untuk memperoleh wawasan, pengetahuan,
dan konsep keilmuan berkenaan tentang majas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Apa pengertian majas?


2. Apa saja fungsi majas?
3. Apa saja jenis-jenis majas?

1.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MAJAS

Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk
memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah karya sastra semakin hidup, keseluruhan
ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan,
baik secara lisan maupun tertulis. Majas digunakan dalam penulisan karya sastra, termasuk di
dalamnya puisi dan prosa. Umumnya puisi dapat mempergunakan lebih banyak majas
dibandingkan dengan prosa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaya bahasa atau majas adalah pemanfaatan kekayaan
bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa
sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara
lisan maupun tertulis. Dengan kata lain, gaya bahasa atau majas adalah cara khas dalam
menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan. Kekhasan dari gaya bahasa ini
terletak pada pemilihan kata-katanya yang tidak secara langsung menyatakan makna yang
sebenarnya.

Selain pengertian di atas ada juga yang mengartikan majas sebagai pemanfaatan gaya bahasa
untuk memperoleh nuansa tertentu sehingga menciptakan kesan kata-kata yang lebih imajinatif.
Oleh sebab itu, kalimat bahasa Indonesia yang mendapatkan sentuhan majas akan tampak
berbeda dengan kalimat-kalimat bahasa Indonesia pada umumnya. Sehingga dari sinilah para
penikmat karya sastra akan menemukan keindahan serta keragaman bahasa yang menarik untuk
dinikmati.Secara singkat majas dapat diartikan sebagai gaya bahasa. Lebih lengkapnya
pengertian majas ialah gaya bahasa indah yang bertujuan untuk mempercantik susunan kalimat
atau memberikan kesan dan efek tertentu kepada pembaca baik secara lisan maupun tulisan.

2.
B. FUNGSI MAJAS

Penggunaan majas dalam sebuah karya sastra untuk menciptakan efek yang lebih kaya, lebih
efektif, dan lebih sugestif dalam karya sastra. Majas menyebabkan karya sastra menjadi menarik
perhatian, menimbulkan kesegaran, lebih hidup, dan menimbulkan kejelasan gambaran angan.
Majas secara umum berfungsi untuk:

1. Menghasilkan kesenangan imajinatif.


2. Menghasilkan imaji tambahan sehingga hal-hal yang abstrak menjadi kongkret dan
menjadi dapat dinikmati pembaca.
3. Menambah intensitas perasaan pengarang dalam menyampaikan makna dan sikapnya.
4. Mengonsentrasikan makna yang hendak di sampaikan dan cara-cara menyampaikan
sesuatu dengan bahasa yang singkat.

C. JENIS-JENIS MAJAS

1. Majas Penegasan

a. Aliterasi

Aliterasi ialah sejenis gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan pada suatu kata atau
beberapa kata, biasanya terjadi pada puisi. Contoh:
1) Kau keraskan kalbunya.
2) Bagai batu membesi benar.
3) Timbul telangkai bertongkat urat.
4) Ditunjang pengacara petah fasih.

b. Asonansi

3.
Asonansi ialah sejenis gaya bahasa repetisi yang berjudul perulangan vokal, pada suatu kata
atau beberapa kata. Biasanya dipergunakan dalam puisi untuk mendapatkan efek penekanan.
Contoh: Segala ada menekan dada.

c. Antanaklasis

Antanaklasis ialah sejenis gaya bahasa yang mengandung perulangan kata dengan makna
berbeda.
Contoh: Karena buah penanya itu menjadi buah bibir orang.

d. Kiasmus

Kiasmus ialah gaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus merupakan inversi atau
pembalikan susunan antara dua kata dalam satu kalimat.
Contoh: Ia menyalahkan yang benar dan membenarkan yang salah.

e. Epizeukis

Epizeukis ialah gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung. Maksudnya kata yang
dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut.
Contoh: Ingat kami harus bertobat, bertobat, sekali lagi bertobat.

f. Tautotes

Tautotes ialah gaya bahasa perulangan yang berupa pengulangan sebuah kata berkali-kali dalam
sebuah konstruksi.
Contoh: Aku adalah kau, kau adalah aku, kau dan aku sama saja.

g. Anafora

4.
Anafora ialah gaya bahasa repetisi yang merupakan perulangan kata pertama pada setiap baris
atau kalimat.

Contoh: Kucari kau dalam toko-toko.

h. Epistrofa (Efifora)

Epistrofa ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pada akhir baris atau kalimat
berurutan.
Contoh: Ibumu sedang memasak di dapur ketika kau tidur.

i. Simploke

Simploke ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan awal dan akhir beberapa baris
(kalimat secara berturut-turut).
Contoh: Ada selusin gelas ditumpuk ke atas. Tak pecah.

j. Mesodiplosis

Mesodiplosis ialah gaya bahasa repetisi yang berupa pengulangan kata atau frase di tengah-
tengah baris atau kalimat secara berturut-turut.
Contoh: Para dokter harus meningkatkan kesehatan masyarakat.

k. Epanalepsis

Epanalepsis ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada akhir baris,
klausa, atau kalimat.
Contoh: Saya akan berusaha meraih cita-cita saya.

l. Anadiplosis

5.
Anadiplosis ialah gaya bahasa repetisi yang kata atau frase terakhir dari suatu kalimat atau klausa
menjadi kata atau frase pertama pada klausa atau kalimat berikutnya.
Contoh: Dalam raga ada darah.

2. Majas Perbandingan

a. Perumpamaan

Perumpamaan ialah padanan kata atau simile yang berarti seperti. Secara eksplisit jenis gaya
bahasa ini ditandai oleh pemakaian kata: seperti, sebagai, ibarat, umpama, bak, laksana, serupa.
Contoh: Seperti air dengan minyak.

b. Metafora

Metafora ialah gaya bahasa yang membandingkan dua hal secara implisit.
Contoh: Aku adalah angin yang kembara.

c. Personifikasi

Personifikasi ialah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani pada barang atau benda yang
tidak bernyawa ataupun pada ide yang abstrak.
Contoh: Bunga ros menjaga dirinya dengan duri.

d. Depersonifikasi

Depersonifikasi ialah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat suatu benda tak bernyawa pada
manusia atau insan. Biasanya memanfaatkan kata-kata: kalau, sekiranya, jikalau, misalkan, bila,
seandainya, seumpama.
Contoh: Kalau engkau jadi bunga, aku jadi tangkainya.

e. Alegori

6.
Alegori ialah gaya bahasa yang menggunakan lambang-lambang yang termasuk dalam alegon
antara lain:
1) Fabel, contoh: Kancil dan Buaya
2) Parabel, contoh: Cerita Adam dan Hawa

f. Antitesis

Antitesis ialah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan.


Contoh: Dia gembira atas kegagalanku dalam ujian.

g. Pleonasme

Pleonasme adalah penggunaan kata yang mubazir yang sebesarnya tidak perlu.
Contoh: Capek mulut saya berbicara.

h. Tautologi

Tautologi adalah gaya bahasa yang menggunakan kata atau frase yang searti dengan kata yang
telah disebutkan terdahulu.
Contoh: Apa maksud dan tujuannya datang ke mari?

i. Perifrasis

Perifrasis ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya sengaja menggunakan frase yang
sebenarnya dapat diganti dengan sebuah kata saja.
Contoh: Wita telah menyelesaikan sekolahnya tahun 1988 (lulus).

j. Antisipasi (prolepsis)

7.
Antisipasi ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya menggunakan frase pendahuluan yang
isinya sebenarnya masih akan dikerjakan atau akan terjadi.

Contoh: Aku melonjak kegirangan karena aku mendapatkan piala kemenangan.

k. Koreksio (epanortosis)

Koreksio ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya mula-mula ingin menegaskan sesuatu.
Namun, kemudian memeriksa dan memperbaiki yang mana yang salah.
Contoh: Silakan Riki maju, bukan, maksud saya Rini!

3. Majas Pertentangan

a. Hiperbola

Hiperbola ialah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan baik jumlah,
ukuran, ataupun sifatnya dengan tujuan untuk menekan, memperhebat, meningkatkan kesan dan
pengaruhnya.
Contoh: Pemikiran-pemikirannya tersebar ke seluruh dunia.

b. Litotes

Litotes ialah majas yang berupa pernyataan yang bersifat mengecilkan kenyataan yang
sebenarnya.
Contoh: Apa yang kami berikan ini memang tak berarti buatmu.

c. Ironi

9.
Ironi ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang isinya bertentangan dengan kenyataan yang
sebenarnya.

Contoh: Bagus benar rapormu Bar, banyak merahnya.

d. Oksimoron

Oksimoron ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang di dalamnya mengandung
pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam frase atau dalam kalimat
yang sama.
Contoh: Olahraga mendaki gunung memang menarik walaupun sangat membahayakan.

e. Paronomosia

Paronomasia ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang berisi penjajaran kata-kata yang
sama bunyinya, tetapi berlainan maknanya.
Contoh: Bisa ular itu bisa masuk ke sel-sel darah.

f. Zeugma

Zeugma ialah gaya bahasa yang menggunakan dua konstruksi rapatan dengan cara
menghubungkan sebuah kata dengan dua atau lebih kata lain. Dalam zeugma kata yang dipakai
untuk membawahkan kedua kata berikutnya sebenarnya hanya cocok untuk salah satu dari
padanya.
Contoh: Kami sudah mendengar berita itu dari radio dan surat kabar.

g. Silepsis

Silepsis kata yang dipergunakannya itu secara gramatikal benar, tetapi kata tadi diterapkan pada
kata lain yang sebenarnya mempunyai makna lain.
Contoh: Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya.

10.
h. Satire

Satire ialah gaya bahasa sejenis argumen atau puisi atau karangan yang berisi kritik sosial baik
secara terang-terangan maupun terselubung.
Contoh: Jemu aku dengan bicaramu.

i. Inuendo

Inuendo ialah gaya bahasa yang berupa sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang
sebenarnya.
Contoh: Dia memang baik, cuma agak kurang jujur.

j. Antifrasis

Antifrasis ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang menggunakan sebuah kata dengan
makna kebalikannya. Berbeda dengan ironi, yang berupa rangkaian kata yang mengungkapkan
sindiran dengan menyatakan kebalikan dari kenyataan, sedangkan pada antifrasis hanya sebuah
kata saja yang menyatakan kebalikan itu.
1) Contoh Antifrasis: Lihatlah sang raksasa telah tiba (maksudnya si cebol).
2) Contoh ironi: Kami tahu bahwa kau memang orang yang jujur sehingga tak ada satu orang
pun yang percaya padamu.

k. Paradoks

Paradoks ialah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang
ada.
Contoh: Teman akrab adakalanya merupakan musuh sejati.

l. Klimaks

11.
Klimaks ialah gaya bahasa yang berupa susunan ungkapan yang makin lama makin mengandung
penekanan atau makin meningkat kepentingannya dari gagasan atau ungkapan sebelumnya.
Contoh: Hidup kita diharapkan berguna bagi saudara, orang tua, nusa bangsa, dan negara.

m. Anti klimaks

Anti klimaks ialah suatu pernyataan yang berisi gagasan-gagasan yang disusun dengan urutan
dari yang penting hingga yang kurang penting.
Contoh: Bahasa Indonesia diajarkan kepada mahasiswa, siswa SMA, SMP, dan SD.

n. Apostrof

Apostrof ialah gaya bahasa yang berupa pengalihan amanat dari yang hadir kepada yang tidak
hadir.
Contoh: Wahai dewa yang agung, datanglah dan lepaskan kami dari cengkeraman durjana.

o. Anastrof atau inversi

Anastrof ialah gaya bahasa retoris yang diperoleh dengan membalikkan susunan kata dalam
kalimat atau mengubah urutan unsur-unsur konstruksi sintaksis.
Contoh: Diceraikannya istrinya tanpa setahu saudara-saudaranya.

p. Apofasis

Apofasis ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang tampaknya menolak sesuatu, tetapi
sebenarnya justru menegaskannya.
Contoh: Sebenarnya saya tidak sampai hati mengatakan bahwa anakmu kurang ajar.

q. Histeron proteran

12.
Histeron proteran ialah gaya bahasa yang isinya merupakan kebalikan dari suatu yang logis atau
kebalikan dari sesuatu yang wajar.

Contoh: Jika kau memenangkan pertandingan itu berarti kematian akan kau alami.

r. Hipalase

Hipalase ialah gaya bahasa yang berupa sebuah pernyataan yang menggunakan kata untuk
menerangkan suatu kata yang seharusnya lebih tepat dikarenakan kata yang lain.
Contoh: Ia duduk pada bangku yang gelisah.

s. Sinisme

Sinisme ialah gaya bahasa yang merupakan sindiran yang berbentuk kesangsian yang
mengandung ejekan terhadap keikhlasan atau ketulusan hati.
Contoh: Anda benar-benar hebat sehingga pasir di gurun sahara pun dapat Anda hitung.

t. Sarkasme

Sarkasme ialah gaya bahasa yang mengandung sindiran atau olok-olok yang pedas atau kasar.
Contoh: Kau memang benar-benar bajingan.

4. Majas Pertautan

a. Metonimia

Metonimia ialah gaya bahasa yang menggunakan nama barang, orang, hal, atau ciri sebagai
pengganti barang itu sendiri.
Contoh: Parker jauh lebih mahal daripada pilot.

b. Sinekdoke

13.
Sinekdoke ialah gaya bahasa yang menyebutkan nama sebagian sebagai nama pengganti barang
sendiri.
Contoh: Lima ekor kambing telah dipotong pada acara itu.

c. Alusio

Alusia ialah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh
yang telah umum dikenal/diketahui orang.
Contoh: Apakah peristiwa Madiun akan terjadi lagi di sini?

d. Eufimisme

Eufimisme ialah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasa lebih kasar
yang dianggap merugikan atau yang tidak menyenangkan.
Contoh: Tunasusila sebagai pengganti pelacur.

e. Eponim

Eponim ialah gaya bahasa yang menyebut nama seseorang yang begitu sering dihubungkan
dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu.
Contoh: Dengan latihan yang sungguh saya yakin Anda akan menjadi Mike Tyson.

f. Antonomasia

Antonomasia ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang menggunakan gelar resmi atau
jabatan sebagai pengganti nama diri.
Contoh: Kepala sekolah mengundang para orang tua murid.

g. Epitet

14.
Epitet ialah gaya bahasa yang berupa keterangan yang menyatakan sesuatu sifat atau ciri yang
khas dari seseorang atau suatu hal.
Contoh: Putri malam menyambut kedatangan remaja yang sedang mabuk asmara.

h. Erotesis

Erotesis ialah gaya bahasa yang berupa pertanyaan yang tidak menuntut jawaban sama sekali.
Contoh: Tegakah membiarkan anak-anak dalam kesengsaraan?

i. Paralelisme

Paralelisme ialah gaya bahasa yang berusaha menyejajarkan pemakaian kata-kata atau frase-frase
yang menduduki fungsi yang sama dan memiliki bentuk gramatikal yang sama.
Contoh: Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi juga harus diberantas.

j. Elipsis

Elipsis ialah gaya bahasa yang di dalamnya terdapat penanggalan atau penghilangan salah satu
atau beberapa unsur penting dari suatu konstruksi sintaksis.
Contoh: Mereka ke Jakarta minggu lalu (perhitungan prediksi).

k. Gradasi

Gradasi ialah gaya bahasa yang mengandung beberapa kata (sedikitnya tiga kata) yang diulang
dalam konstruksi itu.
Contoh: Kita harus membangun, membangun jasmani dan rohani, rohani yang kuat dan tangguh,
dengan ketangguhan itu kita maju.

l. Asindeton

15.
Asindenton ialah gaya bahasa yang berupa sebuah kalimat atau suatu konstruksi yang
mengandung kata-kata yang sejajar, tetapi tidak dihubungkan dengan kata-kata penghubung.

Contoh: Ayah, ibu, anak merupakan inti dari sebuah keluarga.

m. Polisindeton

Polisindenton ialah gaya bahasa yang berupa sebuah kalimat atau sebuah konstruksi yang
mengandung kata-kata yang sejajar dan dihubungkan dengan kata-kata penghubung.
Contoh: Pembangunan memerlukan sarana dan prasarana juga dana serta kemampuan pelaksana.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk
memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah karya sastra semakin hidup, keseluruhan
ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan,
baik secara lisan maupun tertulis. Majas digunakan dalam penulisan karya sastra, termasuk di
dalamnya puisi dan prosa. Umumnya puisi dapat mempergunakan lebih banyak majas
dibandingkan dengan prosa.

Penggunaan majas dalam sebuah karya sastra untuk menciptakan efek yang lebih kaya, lebih
efektif, dan lebih sugestif dalam karya sastra. Majas menyebabkan karya sastra menjadi menarik
perhatian, menimbulkan kesegaran, lebih hidup, dan menimbulkan kejelasan gambaran angan.
Majas dibagi menjadi beberapa jenis yaitu majas penegasan, majas perbandingan, majas
pertentangan, dan majas pertautan.

16.
B. Saran

Pembaca atau siswa hendaknya mengerti tentang majas dan dapat menerapkan majas dalam
kegiatan pembelajaran sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Primagama, Tentor. (2007). Panduan Belajar Kelas IX SMP. Yogyakarta: Primagama.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (2007). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan. Yogyakarta: Tera.

17.

Anda mungkin juga menyukai