Anda di halaman 1dari 29

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

Lembaga Keuangan Syariah Mukhlis Kaspul Anwar,LC,MM


(Bank&NonBank)

“SISTEM PERBANKAN SYARIAH”

Oleh :

KELOMPOK 3

Musrifah NPM: 19.15.0150


Riska Yunita Putri NPM: 19.15.0158
Zaida Amelia NPM: 19.15.0165

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM MARTAPURA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PRODI EKONOMI SYARIAH

2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahi robbil alamin wassholatu wassalamu ala asyrafil anbiya i wal


mursalin, sayyidina wa maulana muhammadin wa ala alihi wa shohbihi wa baarik wa
sallim ajmain. Amma ba’du.

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang dengan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah untuk mata kuliah “Lembaga
Keuangan Syariah (Bank&NonBank)”. Sholawat serta salam juga tidak lupa kami
haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah


membantu kami dalam pembuatan makalah ini khususnya dosen pembimbing kami
yaitu bapak Mukhlis Kaspul Anwar,LC,MM Terlepas dari semua itu, kami berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca dan dapat
membantu kepada para mahasiswa/i dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
dikampus.

Banjarbaru, 5 Oktober 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................2
PEMBAHASAN............................................................................................................2
A. Pengertian Sumber Dana Bank Syariah..............................................................2
B. Penghimpunan Dana...........................................................................................5
C. Penyaluran Dana.................................................................................................9
D. Produk Pembiayaan..........................................................................................19
BAB III........................................................................................................................24
PENUTUP...................................................................................................................24
Kesimpulan..............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Sumber Dana Bank Syariah?
2. Apa saja Penghimpunan Dana
3. Penyaluran Dana
4. Produk Pembiayaan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sumber Dana Bank Syariah


Dalam buku “Manajemen Perbankan” tahun 2000, Kasmir mendefinisikan
sumber dana bank sebagai usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat.
Menurutnya, perolehan dana ini tergantung dari bank itu sendiri, apakah dari
simpanan masyarakat atau dari lembaga lainnya. Kemudian untuk membiayai
operasinya, dana dapat pula diperoleh dari modal sendiri yaitu dengan mengeluarkan
atau menjual saham. Perolehan dana disesuaikan pula dengan tujuan dari penggunaan
dana tersebut. Pemilihan sumber dana akan menentukan besar kecilnya biaya yang
ditanggung. Oleh karena itu pemilihan sumber dana harus dilakukan secara tepat.

Jika tujuan perolehan dana untuk kegiatan sehari-hari, jelas berbeda sumbernya,
dengan jika bank hendak melakukan investasi baru atau untuk melakukan perluasan
suatu usaha. Kebutuhan dana untuk kegiatan utama bank diperoleh dalam berbagai
simpanan, sedangkan jika kebutuhan dana digunakan untuk investasi baru atau
perluasan usaha maka diperoleh dari modal sendiri.

Secara garis besar sumber dana bank syariah dapat diperoleh dari:

1. Dana dari bank itu sendiri (Dana Pihak Pertama)


2. Dana dari lembaga lainnya (Dana Pihak Kedua)
3. Dana dari masyarakat luas (Dana Pihak Ketiga)

1. Dana dari bank itu sendiri (Dana Pihak Pertama)

Dana pihak pertama maksudnya adalah dana yang diperoleh dari dalam bank.
Perolehan dana ini biasanya digunakan apabila bank mengalami kesulitan untuk
memperoleh dana dari luar.

2
Salah satu jenis dana pihak petama adalah modal setor dari para pemegang
sahamnya. Selain itu dana pihak pertama dapat pula berupa cadangan laba, atau
laba yang belum dibagi.

Keuntungan dari sumber dana pihak pertama adalah imbalan (bagi hasil) yang
relatif lebih kecil dibandingkan dengan jika meminjam ke lembaga lain.
Keuntungan lainnya yaitu mudah untuk memperoleh dana yang diinginkan.
Sedangkan kerugiannya adalah untuk jumlah dana yang relatif besar harus
melalui berbagai prosedur yang relaif lama. Kemudian perlu diingat bahwa
penggunaan dana sendiri harus diseimbangkan dengan dana pinjaman sehingga
rasio penggunaan dana pinjaman dan dana sendiri dapat dioptimalkan sedemikian
rupa.

2. Dana dari Lembaga Lainnya (Dana Pihak Kedua)

Dalam prakteknya sumber dana ini merupakan tambahan jika bank mengalami
kesulitan dalam pencarian sumber dana pihak pertama maupun pihak ketiga.
Pencarian dari sumber dana ini relatif lebih mahal dan sifatnya hanya sementara
waktu saja. Kemudian dana dari sumber ini digunakan untuk membiayai atau
membayar transaksi transaksi tertentu.

3. Dana dari Masyarakat Luas (Dana Pihak Ketiga)

Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank
dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari
sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini relatif paling mudah jika
dibandingkan dengan sumber dana yang lainnya.

Untuk mempeoleh dana dari masyarakat luas, bank syariah dapat menggunakan
tiga macam jenis simpanan yaitu : giro, tabungan dan deposito.

1. Giro Syariah

3
Secara umum, yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah
bayar lainnya atau dengan pemindahbukuan (Undang-Undang RI No.10 tahun
1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.7 1992 tentang Pebankan).
Adapun yang dimaksud dengan giro syariah menurut Dewan Syariah Nasional
yaitu giro yang dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

2. Tabungan Syariah

Disamping giro, produk perbankan syariah lainnya yang termasuk produk


penghimpunan dana (funding) adalah tabungan. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 tahun
1992 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan tabungan adalah simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati,
tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang
dipersamakan dengan itu.

3. Deposito Syariah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas


Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan
deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
pada waktu-waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank
yang bersangkutan.

Adapun yang dimaksud dengan deposito syariah adalah deposito yang dijalankan
berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional MUI telah
mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan adalah
deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah.

Dalam hal ini bank syariah betindak sebagai mudharib (pengelola dana),
sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana). Dalam

4
kapasitasnya sebagai mudharib, bank syariah dapat melakukan berbagaii macam
usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya,
termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak ketiga.

B. Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana di Bank Syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan
deposito. Prinsip operasional syi'ariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana
masyarakat adalah prinsip Wadi'ah dan Mudharabah.

1. Prinsip wadi'ah
Prinsip wadi'ah yang diterapkan adalah wadi'ah yad dhamanah yang
diterapkan pada produk rekening giro. Wadiah dhamananh berbeda dengan
wadia'ah amanah. Dalam wadia'ah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak
boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi. Sementara itu, dalam hal wadi'ah yad
dhamanah, pihak yang dititipi (bank) bertanggung jawab atas keutuhan harta
titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut. Ketentuan umum
dari produk ini adalah :
a) Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau
ditanggung bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak
menanggung kerugian. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada
pemilik dana sebagai suatu insentif untuk menarik dana masyarakat tapi tiak
boleh diperjanjikan di muka.
b) Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin
penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama
tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Khusus bagi pemilik rekening giro,
bank dapat memberikan buku cek, bilyet giro, dan debit card.
c) Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat menggunakan penggantibiaya
administrasi untuk sekedar menutupi biaya yang benar-benar terjadi.
d) Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan tabungan
tetap berlaku selama tidak bertenatangan dengan prinsip syariah.

5
2. Prinsip Mudharabah
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpanan atau deposan
bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib
(pengelola). Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan murabahah atau
ijarah seperti yang telah dijelaskan terdahulu. Dapat pula dana tersebut digunakan
bank untuk melakukan mudharabah kedua. Hasil usaha ini akan dibagihasilkan
berdasarkan nisbah yang disepakati. Dalam hal bank menggunakannya untuk
melakukan mudharabah kedua, maka bank bertanggung jawab penuh atas
kerugian yang terjadi.
Rukun mudharabah terpenuhi semua (ada mudharib-ada pemilik dana, ada
usaha yang dibagihasilkan, ada nisbah, dan ada ijab Kabul). Prinsip mudharabah
ini diaplikasikan pada produk tabungan berjangka dari deposito berjangka.
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan dana,
prinsip mudharabah terbagi dua yaitu:
a) Mudharabah mutlaqah
b) Mudharabah Muqayyadah

Gambar  Skema penyaluran dan penghimpunan dana

a) Mudharabah Mutlaqah

6
Dalam mudharabah mutlaqah, tidak ada pembatasan bagi bank dalam
menggunakan dana yang dihimpun. Nasabah tidak memberikan persyaratan
apapun kepada bank, ke bisnis apadana yang disimpannya itu hendak
disalurkan, atau menetapkan penggunaan akad-akad tertentu, ataupun
mensyaratkan dananya diperuntukkan bagi nasabah tertentu. Jadi bank
memiliki kebebasan penuh untuk menyalurkan dana URIA ini ke bisnis
manapun yang diperkirakan menguntungnkan.
Dari penerapan mudharabah mutlaqah ini dikembangkan produk tabungan dan
deposito, sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana, yaitu tabungan
mudharabah dana deposito mudharabah.
Ketentuan umum dalam produk ini adalah:
 Bank wajib memeberitahukan kepada pemilik mengenai nisbah dan tata
cara pemberitahuan keuntungan dan/atau pembagian keuntungan secara
risiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah
tercapai kesepakatan, maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad.
 Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku tabungan
sebagai bukti penyimpanan, serta kartu ATM dan atau penarikan lainnya
kepada penabung. Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan
sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan.
 Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuia
dengan perjanjian yang disepakati, namun tidak diperkenankan mengalami
saldo negative.
 Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu
yang telah disepakati. Deposito yang diperpanjang, setelah jatuh tempo
akan diperlakukan sma seperti deposito baru, tetapi bila pada akad sudah
dicantumkan perpanjangan otomatis maka tidak perlu dibuat akad baru.
 Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan tabugan dan deposito
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

7
b) Mudharabah Muqayyadah
 Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet
Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus (Restricted Investment)
dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus
dipatuhi oleh pihak bank. Misalnya disyaratkan digunakan untuk bisnis
tertentu, atau disyaratkan digunakan dengan akad tertentu, atau
disyaratkan digunakan untuk nasabah tertentu.
Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai berikut:
 Pemilik dana wajib menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus
diikuti oleh bank dan wajib membuat akad yang mengatur persyaratan
penyaluran dana simpanan khusus.
 Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah
dan tata cara pemberitahuan keuntungan dan/atau pembagian
keuntungan secara risiko yan dapat ditimbulkan dari penyimpanan
dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal tersebut harus
dicantumkan dalam akad.
 Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan
khusus. Bank wajib memisahkan dana ini dari rekening lainnya.
 Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertitifikat atau
tanda penyimpanan (bilyet) dposito kepada deposan.
 Mudharabah Muqayyadah of Balance sheet
Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung
kepada pelaksana usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara
(arranger) yang mempertemukan anatara pemilik dana dengan pelaksana
usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus
daipatuhi oleh bank dalam mencari bisnis (pelaksana usaha).
Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai berikut:

8
 Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan
khusus. Bank wajib memisahkan dana dari rekening lainnya.
Simpanan khusus daicatat pada pos tersendiri dalam rekening
administrative.
 Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung kepada pihak
yang diamanatkan oleh pemilik dana.
 Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak.
Sedangkan antara pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku nisbah
bagi hasil.

Gambar skema pembiayaan  Mudharabah Muqayyadah of balance sheet

C. Penyaluran Dana
Penyaluran dana Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar
produk pembiayaan syariah terbagi ked lam empat kategori yang dibedakan
berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:
1. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli,
2. Pembiayaan dengan prinsip sewa,
3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil,

9
4. Pembiayaan dengan akad pelengkap

1. Prinsip jual Beli (Ba'i)


Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan
kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank
ditentukan di depan menjadi bagian harga atas barang yang dijual.
Transaksi jual-beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan
waktu penyerahan barangnya, yakni sebagai berikut:
a) Pembiayaan murabahah
Murabahah (al-bai bi tsaman ajil) lebih dikenal sebagai murabahah saja.
Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual belil di
mana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual,
sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari
pemasok ditambah keuntungan (marjin)
Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu
pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah
disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan
murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayran cicilan (bi tsaman ajil,
atau muajjal). Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad,
sementara pembayaran dilakukan secara tangguh/cicilan.

Gambar Skema pembiayaan murabahah

b) Pembiayaan Salam

10
Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum
ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara
pembayaran dilakukan secara tunai. Bank bertindak sebagai pembeli,
sementara nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon,
namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan
barang harus ditentukan secara pasti.
Dalam praktik perbankan, ketika barang telah diserahkan kepad bank, maka
bank akan menjualnya kepada rekanan nasabah atau nasabah itu sendiri secara
tunai atau secara cicilan. Harga jual yang ditetapkan oleh bank adalah harga
beli bank dari nasabah ditambah keuntungan. Dalam hal ini bank menjualnya
secara tunai biasanya disebut dengan pembiayaan talangan (bridging
financing). Sedangkan dalam hal bank menjualnya secara cicilan.
Ketentuan umum Pembiayaan Salam adalah sebagai berikut:
 Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara jelas
seperti jenis, macam, ukuran, mutu dan jumlahnya. Misalnya jual beli
100kg mangga harum manis kualitas "A" dengan harga Rp. 5000/kg, akan
diserahkan pada panen dua bulan mendatang.
 Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai akad maka
nasabah (produsen) harus bertanggung jawab dengan cara antara lain
mengambilkan dana yang telah diterimanya atau mengganti barang yang
sesuai dengan pesanan.
 Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau dipesannya
sebagai persediaan (inventory), maka dimungkinkan bagi bank untuk
melakukan akad salam kepada pihak ketiga (pembeli kedua), seperti
BULOG, pedagang pasar induk atau rekanan. Mekanisme seperti ini
disebut sebagai paralel salam.
c) Pembiayaan Istishna' Produk istishna' menyerupai produk salam, tapi dalam
istishna' pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali

11
(termin) pembayaran. Skim istishna' dalam Bank Syariah umumnya
diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.

Gambar Skema pembiayaan istishna

Ketentuan umum Pembiayaan Istishna' adalah spesifikasi barang pesanan


harus jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu dan jumlahnya. Harga jual yang
telah disepakati dicantumkan daam akad Istishna' dan tidak boleh berubah
selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan dari kriteria pesanan dan
terjadi perubahan harga setelah akad ditandatangani, seluruh biaya tambahan
tetap ditanggung nasabah.
2. Prinsip Sewa (jarah)
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya
prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada
objek transaksinnya. Bila pada jual-beli objek transaksinya adalah barang pada
ijarah objek transaksinya adalah jasa.

12
Gambar skema pembiayaan Ijarah

Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakannya
kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal ijarah muntahhiyah
bittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan
harga jual disepakati pada awal perjanjian.
3. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah) Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas
prinsip bagi hasil adalah sebagai berikut:
a) Pembiayaan musyarakah
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah (syirkah atau
syarikah). Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang
bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara
bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih di
mana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya
baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.
Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama dapat berupa
dana, barang perdagangan (trading asset), kewirausahaan (entrepreneurship),
kepandaian (skill), kepemilikan (property), peralatan (equipment), atau
intangible asset (seperti hak paten atau goodwill), kepercayaan atau reputasi
(credit worthiness) dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang.
Dengan meragkum seluruh kombinasi dari bentuk kontribusi masing-masing
pihak dengan atau tanpa batasan waktu menjadikan produk ini sangat
fleksibel.

13
Gambar Skema Pembiayaan Musyarakah

Ketentuan umum Pembiayaan Musyarakah adalah sebagai berikut:


 Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyawarah dan
dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam
menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.
Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah dan tidak
boleh melakukan tindkan seperti:
 Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi.
 Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa izin pemilik
modal lainnya.
 Memberi pinjaman kepada pihak lain
 Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerja sama apabila:
 Menarik diri dari perserikatan
 Meninggal dunia,
 Menjadi tidak cakap hukum
 Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu
proyek harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi sesuai porsi
kesepakatan sedangkan kerugian dibagi sesuai dengan porsi kontribusi
modal.

14
 Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah
proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi
hasil yang telah disepakati untuk bank.
b) Pembiayaan Mudharabah
Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang populer dalam produk
perbankan syariah yaitu mudharabah. Mudharabah adalah bentuk kerja
sama anatara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal kepada
pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.
Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam paduan kontribusi 100% modal
kas dari shahib al-maal dan keahlian dari mudharib.
Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil shahib al-maal dalam
manajemn proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus bertindak
hati-hati dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat
kelalaian. Sedangkan sebagai wakil shahib al-maal dia diharapkan untuk
mengelola modal dengan cara tertentu untuk menciptakan laba optimal.
Perbedaan yang essensial dari musyarakah dan mudharabah terletak pada
besarnya kontribusi atas manajemen dan keuangan atau salah satu di
anatara itu. Dalam mudharabah, modal hanya berasal dari satu pihak,
sedangkan dalam musyarakah modal berasal dari dua pihak atau lebih.
Musyarakah dan dan mudharabah dalam literatur fiqih berbentuk
perjanjian kepercayaan (uqud al-amanah) yang menuntut tingkat kejujuran
yang tinggi dan menjunjung keadilan. Karenanya masing-masing pihak
harus menjaga kejujuran untuk kepentingan bersama dan setiap usaha dari
masingn-masing pihak untuk melakukan kecurangan dan ketidakadilan
pembagian pendapatan betul-betul akan merusak ajaran islam.

15
Gambar Skema Pembiayaan Mudharabah
Ketentuan umum skema pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut:
 Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola
modal harus diserahkan tunai, dan dapat berupa uang atau barang yang
dinyatakan nilainya dalam satuan uang. Apabila modal diserahkan
secara bertahap harus jelas, tahapannya dan disepakati bersama.
 Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat
diperhitungkan dengan cara, yakni:
 Perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing)
 Perhitungan dari keuntungan proyek (profit sharing)
 Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap
bulan atau waktu yang disepakati. Bank selaku pemilik modal
menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian dan
penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan dan
penyalahgunaan dana.
 Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak
berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha nasabah. Jika nasabah
cidera janji dengan sengaja, misalnya tidak mau membayar kewajiban
atau menunda pembayaran kewajiban, maka ia dapat dikenakan sanksi
administrasi.
4. Akad Pelengkap
Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan juga
akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan,

16
tapi ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Adapun jenis-jenis
akad pelengkap adalah sebagai berikut :
a) Hiwalah (Alih Utang-Piutang)
Tujuan fasilitas hiwalah adalah untuk membantu supplier mendapatkan modal
tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank mendapat ganti-biaya atas
jasa pemindahan piutang. Untuk mengantisipasi resiko kerugian yang akan
timbul, bank perlu melakukan penelitian atas kemampuan pihak yang
berhutang dan kebenaran transaksi antara yang memindahkan piutang dengan
yang berhutang. Katakanlah seorang supplier bahan bangunan menjual
barangnya kepada ; pemilik proyek yang akan dibayar dua bulan kemudian.
Karena kebutuhan supplier akan likuiditas, ia meminta bank untuk mengambil
alih piutangnya. Bank akan menerima pembayaran dari pemilik proyek.
b) Rahn (Gadai)
Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali
kepada bank dalam memberikan pembayaran. Barang yang digadaikan wajib
memenuhi kriteria :
 Milik nasabah sendiri.
 Jelas ukuran, sifat, dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai riil pasar. •
 Dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh bank.
Atas ijin bank, nasabah dapat menggunakan barang tertentu yang
digadaikan dengan tidak mengurangi nilai dan merusak barang yang
digadaikan.
Apabila barang yang digadaikan cacat atau rusak, nasabah harus
bertanggung jawab. Apabila nasabah wanprestasi, bank dapat melakukan
penjualan barang yang digadaikan atas perintah hakim. Nasabah mempunyai
hak untuk menjual barang tersebut dengan seijin bank. Apabila hasil
penjualan melebihi kewajibannya, kelebihan tersebut menjadi milik nasabah.

17
Dalam hal hasil penjualan tersebut lebih kecil dari kewajibannya, maka
nasabah harus menutupi kekurangannya.
c) Qardh
Qardh adalah pinjaman uang. Aplikasi qard dalam perbankan biasanya dalam
empat hal, yaitu :
 Sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji diberikan
pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan
haji. Nasabah akan melunasiya sebelum keberangkatannya haji.
 Sebagai pinjaman tunai (cash advanced) dari produk kartu kredit syariah,
dimana nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai milik bank
melalui ATM. Nasabah akan mengembalikannya sesuai waktu yang
ditentukan.
 Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, dimana menurut perhitungan
bank akan memberatkan si pengusaha bila diberikan pembiayaan dengan
skema jual beli, ijarah, atau bagi hasil.
 Sebagai pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank menyediakan
fasilitas ini untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank.
Pengurus bank akan mengembalikan dana pinjaman itu secara cicilan
melalui pemotongan gajinya.
d) Wakalah (Perwakilan)
Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa
kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu,
seperti pembukuan L/C, inkaso, dan transfer uang.
e) Kafalah (Garansi Bank)
Garansi bank dapat diberikan dengan tujaun untuk menjamin pembayaran
suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat mensyaratkan nasabah untuk
menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rahn. Bank dapat pula

18
menerima dana tersebut dengan prinsip wadi’ah. Untuk jasa-jasa ini, bank
dapat mendapatkan pengganti biaya atas jasa yang diberikan.

D. Produk Pembiayaan
Perbankan syariah atau Perbankan islam adalah suatu sistem perbankan yang
pelaksanaanya berdasarkan hukum islam (Syariah). Pembentukan sistem ini
berdasarkan adanya larangna dalam agama islam untuk meminjamkan atau
memungut pinjaman dengan menegnakan bunga pinjaman (Riba), serta larangan
untuk berinvestasi pada usaha – usaha berkategori terlarang (Haram). Dalam Sistem
perbankan konvensional tidak dapat menjamin absennya hal-hal tersebut dalam
investasinya, misalnya dalam usaha yang berkaitan dengan produksi makanan atau
minuman haram, usaha media atau hiburan yang tidak Islami, dan lain-lain.

Meskipun prinsip-prinsip tersebut mungkin saja telah diterapkan dalam sejarah


perekonomian Islam, namun baru pada akhir abad ke-20 mulai berdiri bank-bank
Islam yang menerapkannya bagi lembaga-lembaga komersial swasta atau semi-
swasta dalam komunitas muslim di dunia. Perbankan syariah memiliki tujuan yang
sama seperti perbankan konvensional, yaitu agar lembaga perbankan dapat
menghasilkan keuntungan dengan cara meminjamkan modal, menyimpan dana,
membiayai kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai. Prinsip hukum Islam
melarang unsur-unsur di bawah ini dalam transaksi-transaksi perbankan tersebut.

 Perniagaan atas barang – barang yang haram


 Bunga (Riba)
 Perjudian dan spekulasi yang disengaja (maisir), serta
 Ketidakjelasan dan manipulatif (gharar).
Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional adalah bank syariah
melakukan hanya investasi yang halal menurut hukum islam memakai prinsip
bagihasil, jual-beli, dan sewa berorientasi keuntungan dan falah (Kebahagiaan dunia

19
dan akhirat sesuai ajaran islam), hubungan dengan nasabah dalam bentuk kemitraan
penghimpunan dan penyalur dana sesuai Fatwa Dewan Pengawas Syariah.
Sedangkan bank konvensional melakukan investasi baik yang halal atau yang
haram menurut hukum islam, memakai perangkat suku bunga, berorientasi
keuntungan, hubungan dengan nasabah dalam bentuk kreditur-debitur, penghimpunan
dan penyaluran dana tidak diatur oleh Dewan Pengawas Syariah atau sejenisnya.
Afzalur Rahman dalam bukunya Islamic Doctrine on Banking and Insurance
(1980) berpendapat bahwa prinsip perbankan syariah bertujuan membawa
kemaslahatan bagi nasabah, karena menjanjikan keadilan yang sesuai dengan syariah
dalam sistem ekonominya.
Beberapa produk jasa yang disediakan oleh bank berbasis syariah bias kita lihat
dibawah ini.
1. Titipan Atau Siampanan
Al-Wadi'ah (jasa penitipan), adalah jasa penitipan dana dimana penitip dapat
mengambil dana tersebut sewaktu-waktu. Dengan sistem wadiah Bank tidak
berkewajiban, namun diperbolehkan, untuk memberikan bonus kepada nasabah.
Bank Muamalat Indonesia-Shahibul Maal.
Deposito Mudharabah, nasabah menyimpan dana di Bank dalam kurun waktu
yang tertentu. Keuntungan dari investasi terhadap dana nasabah yang dilakukan
bank akan dibagikan antara bank dan nasabah dengan nisbah bagi hasil tertentu.
2. Bagi Hasil
a) Al-Musyarakah (Joint Venture), konsep ini diterapkan pada model partnership
atau joint venture. Keuntungan yang diraih akan dibagi dalam rasio yang
disepakati sementara kerugian akan dibagi berdasarkan rasio ekuitas yang
dimiliki masing-masing pihak. Perbedaan mendasar dengan mudharabah ialah
dalam konsep ini ada campur tangan pengelolaan manajemennya sedangkan
mudharabah tidak ada campur tangan.
b) Al-Mudharabah, adalah perjanjian antara penyedia modal dengan pengusaha.
Setiap keuntungan yang diraih akan dibagi menurut rasio tertentu yang

20
disepakati. Risiko kerugian ditanggung penuh oleh pihak Bank kecuali
kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian dan
penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan, kecurangan dan
penyalahgunaan.
c) Al-Muzara'ah, adalah bank memberikan pembiayaan bagi nasabah yang
bergerak dalam bidang pertanian/perkebunan atas dasar bagi hasil dari hasil
panen.
d) Al-Musaqah, adalah bentuk lebih yang sederhana dari muzara'ah, di mana
nasabah hanya bertanggung-jawab atas penyiramaan dan pemeliharaan, dan
sebagai imbalannya nasabah berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.
3. Jual Beli
a) Bai' Al-Murabahah, adalah penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Bank
akan membelikan barang yang dibutuhkan pengguna jasa kemudian
menjualnya kembali ke pengguna jasa dengan harga yang dinaikkan sesuai
margin keuntungan yang ditetapkan bank, dan pengguna jasa dapat
mengangsur barang tersebut. Besarnya angsuran flat sesuai akad diawal dan
besarnya angsuran=harga pokok ditambah margin yang disepakati. Contoh:
harga rumah 500 juta, margin bank/keuntungan bank 100 jt, maka yang
dibayar nasabah peminjam ialah 600 juta dan diangsur selama waktu yang
disepakati diawal antara Bank dan Nasabah.
b) Bai' As-Salam, Bank akan membelikan barang yang dibutuhkan di kemudian
hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Barang yang dibeli harus
diukur dan ditimbang secara jelas dan spesifik, dan penetapan harga beli
berdasarkan keridhaan yang utuh antara kedua belah pihak. Contoh:
Pembiayaan bagi petani dalam jangka waktu yang pendek (2-6 bulan). Karena
barang yang dibeli (misalnya padi, jagung, cabai) tidak dimaksudkan sebagai
inventori, maka bank melakukan akad bai' as-salam kepada pembeli kedua
(misalnya Bulog, pedagang pasar induk, grosir). Contoh lain misalnya pada

21
produk garmen, yaitu antara penjual, bank, dan rekanan yang
direkomendasikan penjual.
c) Bai' Al-Istishna', merupakan bentuk As-Salam khusus di mana harga barang
bisa dibayar saat kontrak, dibayar secara angsuran, atau dibayar di kemudian
hari. Bank mengikat masing-masing kepada pembeli dan penjual secara
terpisah, tidak seperti As-Salam di mana semua pihak diikat secara bersama
sejak semula. Dengan demikian, bank sebagai pihak yang mengadakan barang
bertanggung-jawab kepada nasabah atas kesalahan pelaksanaan pekerjaan dan
jaminan yang timbul dari transaksi tersebut.
d) Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas
barang itu sendiri.
Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik sama dengan ijarah adalah akad
pemindahan hak guna atas barang dan jasa melalui pembayaran upah sewa,
namun dimasa akhir sewa terjadi pemindahan kepemilikan atas barang sewa.
4. Jasa
a) Al-Wakalah adalah suatu akad pada transaksi perbankan syariah, yang
merupakan akad (perwakilan) yang sesuai dengan prinsip prinsip yang di
terapkan dalam syariat islam.
b) Al-Kafalah adalah memberikan jaminan yang diberikan oleh penanggung
kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung, dengan kata lain mengalihkan tanggung jawab seorang yang
dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai jaminan.
c) Al-Hawalah adalah akad perpindahan dimana dalam prakteknya
memindahkan hutang dari tanggungan orang yang berhutang menjadi
tanggungan orang yang berkewajiban membayar hutang (contoh: lembaga
pengambilalihan hutang).
d) Ar-Rahn, adalah suatu akad pada transaksi perbankan syariah, yang
merupakan akad gadai yang sesuai dengan syariah.

22
e) Al-Qardh adalah salah satu akad yang terdapat pada sistem perbankan syariah
yang tidak lain adalah memberikan pinjaman baik berupa uang ataupun
lainnya tanpa mengharapkan imbalan atau bunga ( riba . secara tidak langsung
berniat untuk tolong menolong bukan komersial.
Dari penjelasan di atas bahwasannya manfaat daripada perbankan syariah yaitu
sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional atau tujuan peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Produk pembiayaan perbankan sendiri meliputi pembiayaan yang bersifat
komsumtif atau pembiayaan yang bersifat produktif antara lain pembiayaan-
pembiayaan perbankan syariah yaitu.
1. Pembiayaan berprinsip jual beli yaitu murabahah, salam, istisna’
2. Pembiayaan berprinsip sewa yaitu ijarah dan ijarah munthia bit-tamlik
3. Pembiayaan berprinsip bagi hasil yaitu musyarakah, dan mudharabah.
4. Dan beberapa pembiayaan pelengkap yaitu hawalah, kafalah, rahn, qard, dan
wakalah
Maskud pembiayaan perbankan syariah merupakan aktifa produktif dimana
perbankan memeberikan sejumlah dana kepada nasabah untuk memutar uang yang
dimiliki oleh perbankan dengan memperoleh margin (tambahan) atas pembiayaan.
Beberapa tujuan daripada pembiayaan yang dilakukan perbankan syariah berdasarkan
penempatan (stakeholder) yaitu ditujukan kepada pemilik, pegawai, masyarakat,
pemerintah, bank. Manfaat daripada perbankan syariah diantaranya yaitu Sebagai
jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional atau tujuan peningkatan
kesejahteraan masyarakat.

23
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Dalam buku “Manajemen Perbankan” tahun 2000, Kasmir mendefinisikan
sumber dana bank sebagai usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat.
Menurutnya, perolehan dana ini tergantung dari bank itu sendiri, apakah dari
simpanan masyarakat atau dari lembaga lainnya. Kemudian untuk membiayai
operasinya, dana dapat pula diperoleh dari modal sendiri yaitu dengan mengeluarkan
atau menjual saham. Perolehan dana disesuaikan pula dengan tujuan dari penggunaan
dana tersebut. Pemilihan sumber dana akan menentukan besar kecilnya biaya yang
ditanggung. Oleh karena itu pemilihan sumber dana harus dilakukan secara tepat.
Secara garis besar sumber dana bank syariah dapat diperoleh dari:

1. Dana dari bank itu sendiri (Dana Pihak Pertama)


2. Dana dari lembaga lainnya (Dana Pihak Kedua)
3. Dana dari masyarakat luas (Dana Pihak Ketiga)

Penghimpunan dana di Bank Syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan


deposito. Prinsip operasional syi'ariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana
masyarakat adalah prinsip Wadi'ah dan Mudharabah.

Penyaluran dana Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar
produk pembiayaan syariah terbagi ked lam empat kategori yang dibedakan
berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:
1. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli, yaitu Pembiayaan murabahah, pembiayaan
salam, pembiayaan istishna'
2. Pembiayaan dengan prinsip sewa,

24
3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, yaitu Pembiayaan musyarawah,
pembiayaan Mudharabah
4. Pembiayaan dengan akad pelengkap, yaitu hiwalah (alih utang-piutang), rahn
(gadai), qardh (pinjaman uang), wakalah (perwakilan), kafalah (garansi bank)

Produk pembiayaan perbankan sendiri meliputi pembiayaan yang bersifat


komsumtif atau pembiayaan yang bersifat produktif antara lain pembiayaan-
pembiayaan perbankan syariah yaitu.
1. Pembiayaan berprinsip jual beli yaitu murabahah, salam, istisna’
2. Pembiayaan berprinsip sewa yaitu ijarah dan ijarah munthia bit-tamlik
3. Pembiayaan berprinsip bagi hasil yaitu musyarakah, dan mudharabah.
4. Dan beberapa pembiayaan pelengkap yaitu hawalah, kafalah, rahn, qard, dan
wakalah

25
DAFTAR PUSTAKA
https://www.gomarketingstrategic.com/pengertian-sumber-dana-yang-diperoleh-bank-
syariah/

https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/pages/konsep-operasional-
PBS.aspx

https://kumparan.com/dinda-rezky/produk-pembiayaan-bank-syariah-1517445380103

http://eprints.perbanas.ac.id/4592/4/BAB%20II.pdf

26

Anda mungkin juga menyukai