Anda di halaman 1dari 12

KADAR PEMAKAIAN INSEKTISIDA DENGAN KEPADATAN

KECOA DAN HB PETUGAS DI PELABUHAN/WILAYAH


KERJA KKP KELAS 1 BATAM
Anindya kirana1 , Anita Pramawati2 , Al Hafez Husein3
1
Mahasiswa Program Studi Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Ibnu Sina
Email: 1172510011@uis.ac.id
2
Dosen Progran Studi S1 Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Ibnu Sina
Email: anita.pramawati@uis.ac.id
3
Dosen Program Studi S1 Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Ibnu Sina
Email: hafez@uis.ac.id
ABSTRAK

Penyakit tular vektor adalah serangga yang membawa kuman penyakit


dan beresiko bagi kesehatan masyarakat, salah satu vektor yang banyak
ditemukan di Pelabuhan adalah vektor kecoa yang menyebabkan penyakit
disentri, cholera, hepatitis A. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar
pemakaian insektsida dengan kepadatan kecoa dan Hb petugas di Pelabuhan
dan wilayah kerja di KKP kelas 1 batam
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan cara
menyebar kuisioner, lemabar checklist dan pemeriksaan Hb petugas
dipelabuhan. Teknik sampel pengambilan sampel menggunakan total sampling
dan jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 87 responden , pengumpulan
data dilakukan dipelabuhan batu ampar, Pelabuhan punggur, Pelabuhan marina
dan Pelabuhan harbobay kemudian di uji analisis statistik dengan uji Chi
Square .
Hasil penelitian ini diuji secara statistik menunjukan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara kepadatan kecoa dengan hemoglobin petugas
( p value = 0,598) , dan ada hubungan yang signifikan antara jenis zat
insektisida dengan hemoglobin petugas ( p value = 0,000) , hubungan
signifikan antara lama jam kerja dengan hemoglobin petugas ( p value = 0,000
) , dan hubungan yang signifikan antara keluhan kesehatan dengan hemoglobin
petugas ( p value = 0,000 ). Saran untuk meningkatkan keamanan saat
penyemprotan dipelabuhan dan wilayah kerja, juga APD dan menambahkan
pemeriksaan hemoglobin sebagai deteksi dini penyakit.

Daftar Bacaan: 20 (2011 – 2020)


Kata Kunci: Insektisida,Kepadatan kecoa Hemoglobin
ABSTRACT

Determine vector-borne diseases, namely insects that usually carry


germs that pose a risk to public health. One of the vectors found in many
ports is a cockroach vector that causes dysentery, cholera, hepatitis A. The
purpose is abour between insecticide use with cockroch and officers hb levels
in ports/working area class 1 port health office batam

The this research is quantitative research by questionnaire, checklist


and Hb Check and the number of samples is 87 officers respondents,total in
harbor batu ampar, harbor punggu, harbor marina, harbor harboubay and
using total sampling, using Chi Square test statistical analysis.

The results of this study with statically showed that there was no
significant relationship between the density of cockroaches and the staff's
hemoglobin (p value = 0.598), and there was a significant relationship
between the type of insecticide and the staff's hemoglobin (p value = 0.000), a
significant relationship between working hours and hemoglobin officers (p
value = 0.000), and a significant relationship between health complaints and
hemoglobin (p-value = 0.000) Suggestions to improve safety when spraying
at ports and work areas, as well as PPE and adding hemoglobin checks as
early detection of disease.

Blibliography : 20 (2011-2020)
Keyword : insecticide, density cockroach hemoglobin
PENDAHULUAN
penyakit tular vektor adalah serangga pencernaan seperti diare, demam
atau hewan lain yang biasanya typoid, disentri, virus hepatitis a, polio
membawa kuman penyakit yang dan kolera (Ginting, 2015). dalam
merupakan suatu risiko bagi kesehatan proses penangkapan kecoa perlu
masyarakat, Kecoa adalah salah vektor dilakukan penyemprotan agar kecoa
penyakit yang banyak ditemukan (periplaneta germanica) dapat
dalam rumah, gedung-gedung, diberantas. salah satunya
termasuk dalam wilayah kerja/ penyemprotan yang dilakukan pada
Pelabuhan. Kecoa juga salah satu Pelabuhan/ wilayah kerja.
vector mekanik yang bisa Pengendalian Vektor memilki
mengkontaminasi makanan manusia beberapa metode mekanik yaitu fisik,
dengan membawa agent berbagai biologi, pengelolaan lingkungan juga
penyakit yang berhubungan dengan kimia ((Egziabher & Edwards, 2013),
berikut : 1) Pengendalian metode fisik Pelabuhan marina dilakukan oleh
menggunakan material fisik untuk Petugas yang menggunakan
menurunkan populasi Vektor, seperti insektisida tentunya harus
mengubah Ph , pemasangan perangkap menggunakan APD yang sesuai
dll , 2) Pengendalian metode biologi standar SOP dalam melakukan
dengan memanfaatkan organisme penyemprotan vector dikapal. Dampak
yang bersifat predator dan organisme penyemprotan insektisida memiliki
yang menghasilkan toksin. Seperti gejala seperti pusing, sakit kepala,
pengujian vector dan lingkungannya. nyeri otot setelah menyemprot itu
3) Pengelolaan lingkungan meliputi adalah efek samping dari insektisida
modifikasi lingkungan (permanen) dan yang dirasakan, maka perlu Tindakan
manipulasi lingkungan (temporer) dan medis untuk pengecekan. Tujuan dari
4) Pengendalian metode kimia dengan penelitian ini adalah untuk melihat
menggunakan bahan kimia (pestisida) hemoglobin pada rendah ,tinggi dan
untuk menurunkan populasi Vektor normal hb pada petugas dengan
secara cepat dalam situasi atau kondisi menggunakan blooding strip untuk
tertentu, seperti KLB/wabah atau melihat kondisi tubuh petugas setelah
kejadian matra lainnya. Penyemprotan beraktifitas menyemprot dengan
di pelabuhan batu ampar, Pelabuhan insektisida
punggur, Pelabuhan harbourbay,

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini yaitu penelitian penelitian ini digunakan untuk menguji
kuantitatif. Menurut Basuki (2019) hubungan kadar pemakaian insektisida
penelitian kuantitatif berkaitan erat dengan kepadatan kecoa dan kadar hb
dengan teknik-teknik survei sosial pada petugas di Kantor Kesehatan
termasuk wawancara terstruktur dan Pelabuhan Kelas I Batam. Dan waktu
kuesioner yang tersusun, eksperimen, Penelitian ini dilaksanakan dari april –
observasi terstruktur, analisis isi, juli 2021 dengan besar sampel 87
analisis statistik formal dan masih petugas di KKP , Teknik sampel yang
banyak lagi. Sumber data yang dillakukan adalah total sampling . data
diperoleh dalam penulisan skripsi ini penelitian ini dilakukan dengan
adalah data primer dan data sekunder pengisian
Dan Pendekatan kuntitatif dalam
kuisioner, lembar checklist, wawancara
dan pemeriksaan Hb petugas di KKP.
HASIL DAN PEMBAHASAAN
Table 1
Hubungan kepadatan kecoa dengan hemoglobin petugas di Pelabuhan/
wilayah kerja KKP kelas 1 batam
Kepadatan Hemoglobin
kecoa Total P value
Normal Tinggi
N % N % N %
Sedang 24 27,5 20 22,9 44 50,4
Tinggi 20 22,9 23 26,4 43 49,6 0,598

Total 44 50,4 43 49,6 100

Dari table 4.9 dapat diketahui bahwa normal, kemudian terdapat 23


dari 87 responden petugas, terdapat petugas (26,4) dengan kepadatan
24 petugas (27,5%) dengan kecoa kategori tinggi dengan
kepadatan kecoa kategori sedang hemoglobin tinggi.
pada hemoglobin normal, kemudian Pada uji statistik yang dilakukan
terdapat 20 petugas (22,9) dengan didapatkan hasil p value= 0,598
kepadatan kecoa kategori sedang dimana a > 0,005, tidak ada
pada hemoglobin petugas tinggi, hubungan antara kepadatan kecoa
selanjutnya terdapat 20 petugas dengan hemoglobin petugas di KKP
(22,9%) dengan kepadatan kecoa kelas 1 batam.
kategori tinggi dengan hemoglobin

Table 2
Hubungan jenis zat insektisida dengan hemoglobin petugas di Pelabuhan/
wilayah kerja KKP kelas 1 batam

Jenis zat Hemoglobin


insektisida Total P value
Nomal Tinggi
N % N % N %
Insektiisda 34 39,1 12 13,8 46 52,8
organic 0,000
Insektisida 10 11,5 31 35,6 44 47,2
anorganik
Total 44 50,6 43 49,4 87 100

Dari table 4.10 dapat diketahui anorganik dengan hemoglobin tinggi


bahwa dari 87 responden petugas, dan 31 petugas (35,6) dengan jenis
terdapat 34 (39,1) petugas dengan zat insektisida kategori insektisida
jeniz zat insektisida kategori anorganik dengan hemoglobin tinggi.
insektiisda organic pada hemoglobin Pada uji statistik yang
normal, kemudian terdapat 12 (13,8) dilakukan didapatkan hasil p value =
petugas dengan jenis insektisida 0,000 a < 0,005, artinya adanya
kategori insektisida organic pada hubungan antara jeniz zat insektisida
hemoglobin tinggi , kemudian 10 dengan hemoglobin petugas di
petugas (11,5) dengan jenis zat Pelabuhan/ wilayah kerja KKP .
insektisida kategori insektisida
Table 3
Hubungan lama jam kerja dengan hemoglobin petugas di Pelabuhan/wilayah
kerja KKP kelas 1 batam
Lama jam kerja Hemoglobin
Total P value
Nomal Tinggi
N % N % N %
Tidak ideal 34 39,0 10 11,5 44 50,5
ideal 10 11,9 33 37,9 43 49,5 0,000

Total 44 49,6 43 49,4 87 100

Dari table 4.11 dapat diketahui bahwa 87 kategori ideal pada hemoglobin normal,
responden petugas, terdapat 34 (39,0) dan terdapat 33 (37,9) dengan lama jam
petugas dengan lama jam kerja kategori kerja kategori ideal pada hemoglobin
tidak ideal dengan hemoglobin petugas tinggi.Pada uji statsitik yang dilakukan
normal, kemudian terdapat 10 petugas didapatkan hasil p value = 0,000 a <
(11,5) dengan lama jam kerja kategori 0,005, artinya ada hubungan antara lama
tidak ideal dengan hemoglobin tinggi, jam kerja dengan hemoglobin petugas di
selanjutnya terdapat 10 petugas (11,9) Pelabuhan/wilayah kerja KKP kelas 1
responden dengan lama jam kerja batam

Table 4
Hubungan keluhan Kesehatan dengan hemoglobin petugas di Pelabuhan/wilayah
kerja KKP kelas 1 batam
Keluhan Hemoglobin
kesehatan Total
Nomal Tinggi P value
N % N % N %
Berat 30 34,4 14 16,1 44 50,5
Sedang 13 14,9 30 34,4 43 49,5
0,000
Total 43 50,4 43 49,4 87 100

Dari table 4.12 dapat diketahui 87 30 petugas (34,4) dengan keluhan


responden petugas, terdapat 30 petugas Kesehatan kategori sedang pada
(34,4) dengan keluhan Kesehatan hemoglobin tinggi.
kategori berat pada hemoglobin normal, Pada uji statistik yang dilakukan
kemudian terdapat 14 petugas (16,1) didapatkan hasil p value = 0,000 a <
dengan keluhan Kesehatan kategori berat 0,005, artinya ada hubungan antara
pada hemoglobin tinggi, selanjutnya keluhan Kesehatan dengan hemoglobin
terdapat 13 responden (14,9) dengan petugas di KKP kelas 1 batam.
keluhan Kesehatan sedang pada
hemoglobin normal, selanjutnya terdapat
Hubungan antara kepadatan kecoa dipelabuhan/wilker dalam
mempengaruhi Hemoglobin petugas di KKP kelas 1 batam
Hasil penelitian yang dilakukan pada 87 pada bagian dapur karena dapur sangat
petugas yang menjadi responden , berhubungan erat dengan makanan yang
terdapat 24 petugas (27,5%) dengan menjadi habitat kecoa. Kondisi tersebut
kepadatan kecoa kategori sedang pada sesuai dengan penelitian (kepadatan
hemoglobin normal, kemudian terdapat kecoa, 2015), yang menjelaskan bahwa
20 petugas (22,9) dengan kepadatan sanitasi lingkungan seperti penanganan
kecoa kategori sedang pada hemoglobin sampah yang tidak baik dapat
petugas tinggi, selanjutnya terdapat 20 mengundang munculnya kecoa. Selain
petugas (22,9%) dengan kepadatan itu, kondisi pencahayaan dan pertukaran
kecoa kategori tinggi dengan udara di yang kurang baik dapat menjadi
hemoglobin normal, kemudian terdapat tempat perkembangbiakan vektor dan
23 petugas (26,4) dengan kepadatan binatang pengganggu lainnya yang dapat
kecoa kategori tinggi dengan menularkan penyakit bagi penghuni
hemoglobin tinggi. Pada uji statistik kapal (Maulidiniawati & Oginawati,
yang dilakukan didapatkan hasil p value 2016)
= 0,598 dimana a > 0,005, yang berarti Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti
tidak ada hubungan antara kepadatan berasumsi bahwa penelitian ini tidak
kecoa dengan hemoglobin petugas di sejalan dengan penelitian sebelumnya,
KKP kelas 1 batam. Menurut shahraki pada kepadatan kecoa dengan kategori
hasil observasi sanitasi menunjukkan tinggi tidak ada hubungan dengan
bahwa sebesar 76,67% dipelabuhan hemoglobin petugas, dan juga pada
kapal kurang dilengkapi dengan tempat kepadatan kecoa kategori sedang tidak ada
sampah yang memenuhi syarat pada hubungan dengan hemoglobin petugas
beberapa bagian di atas kapal, khususnya

Hubungan antara jenis zat insektisida dalam mempengaruhi hemoglobin


petugas di KKP kelas 1 batam
Hasil penelitian yang dilakukan dari 0,005, yang artinya adanya hubungan
87 responden petugas, terdapat 34 (39,1) antara jeniz zat insektisida dengan
petugas dengan jeniz zat insektisida hemoglobin petugas di Pelabuhan dan
kategori insektiisda organic pada wilayah kerja KKP kelas 1 batam.
hemoglobin normal, kemudian terdapat Menurut dari peneliti terdahulu hasil ini
12 (13,8) petugas dengan jenis sejalan dengan penelitian Dr. Dadang,
insektisida kategori insektisida organic M.Sc yang melakukan pengenalan
pada hemoglobin tinggi , kemudian 10 pestisida dan Teknik aplikasi untuk jenis
petugas (11,5) dengan jenis zat pestisida yang digunakan pada kategori
insektisida kategori insektisida padat, cair dan aerosol. Untuk Pestisida
anorganik dengan hemoglobin tinggi dan dapat dikelompokkan berdasarkan jenis
31 petugas (35,6) dengan jenis zat sasaran, bentuk fisik, bentuk formulasi,
insektisida kategori insektisida cara kerjanya, cara masuk, golongan
anorganik dengan hemoglobin tinggi. senyawa, dan asal (bahan aktif) (Dadang,
Pada uji statistik yang dilakukan 2006)
didapatkan hasil p value = 0,000 a < Berdasarkan penjelasan diatas,
peneliti berasumsi untuk petugas insektisida dalam proses
yang memiliki hubungan dengan pencampuran inesktisida dan jumlah
jenis zat insektisida, hal tersebut dosis yang digunakan dari bahan-
menekan kemungkinan paparan bahan kimia yang bersifat racun

Hubungan antara lama jam kerja dalam mempengaruhi hemoglobin petugas


di KKP kelas 1 batam
Hasil penelitian yang dilakukan dari sejumlah 22 orang (59,8%). Rata-
87 responden petugas, terdapat 34 rata lama penyemprotan pestisida
(39,0) petugas dengan lama jam yang dilakukan responden adalah 5
kerja kategori tidak ideal pada jam. Waktu 5 jam ini sudah termasuk
hemoglobin petugas normal, lama penyemprotan pestisida yang
kemudian terdapat 10 petugas (11,9) tidak ideal dengan ketentuan
dengan lama jam kerja kategori tidak penggunaan pestisida. Dimana batas
ideal pada hemoglobin tinggi, maksimal lama penyemprotan yang
selanjutnya terdapat 10 petugas ideal menurut Permenaker No-Per-
(11,9) responden dengan lama jam 03/Men 1986 bahwa untuk tiap satu
kerja kategori ideal pada hemoglobin kali kegiatan adalah 4 jam (Zamai et
normal, dan terdapat 33 (37,9) al., 2016)
dengan lama jam kerja kategori ideal
pada hemoglobin tinggi. Pada uji Berdasarkan penjelasa diatas,
statsitik yang dilakukan didapatkan peneliti berasumsi untuk petugas
hasil p value = 0,000 a < 0,005, yang melakukan pengawasan dan
artinya ada hubungan antara lama penyemprotan inesktisida saat
jam kerja dengan hemoglobin melakukan spraying kapal waktu
petugas di Pelabuhan dan wilayah yang ideal adalah kurang dari 4
kerja KKP kelas 1 batam. Menurut jam, begitu pun sebaliknuya jika
peneliti terdahulu hasil ini sejalan dalam melakukan spraying kapal
dengan penelitian nizar zulmi waktu yang digunakan lebih dari 4
bahwa 37 responden menunjukkan jam maka tidak ideal. Sehingga
bahwa terbanyak responden mempengaruhi tubuh petugas
melakukan penyemprotan dengan secara langsung.
lama penyemprotan tidak ideal yakni

Hubungan antara keluhan Kesehatan dalam mempengaruhi hemoglobin


petugas di KKP kelas 1 batam
Dari table 4.12 dapat diketahui terdapat 13 responden (14,9) dengan
87 responden petugas, terdapat 30 keluhan Kesehatan sedang pada
petugas (34,4) dengan keluhan hemoglobin normal, selanjutnya
Kesehatan kategori berat pada terdapat 30 petugas (34,4) dengan
hemoglobin normal, kemudian keluhan Kesehatan kategori sedang
terdapat 14 petugas (16,1) dengan pada hemoglobin tinggi. Pada uji
keluhan Kesehatan kategori berat statistik yang dilakukan didapatkan
pada hemoglobin tinggi, selanjutnya hasil p value = 0,000 a < 0,005, yang
artinya ada hubungan antara keluhan sebanyak 44 orang (46,3%), dosis
Kesehatan dengan hemoglobin yang dipergunakan responden
petugas di KKP kelas 1 batam. mayoritas tidak sesuai anjuran yaitu
Menurut dari peneliti terdahulu hasil sebanyak 63 orang (66,3%) (Purba et
ini sejalan dengan Roy,dkk yang al., 2020) Berdasarkan penjelasan
menyebutkan bahwa dalam keluhan diatas, peneliti berasumsi bahwa
Kesehatan yang dialami petani untuk petugas dengan keluhan
menunjukkan bahwa mayoritas kesehatan kategori berat yang berarti
responden menggunakan formula efek samping yang dirasakan sudah
berbentuk cairan yaitu sebanyak 62 berulang-ulang, dan petugas dengan
orang (65,3%), jenis pestisida yang keluhan kesehatan kategori sedang,
paling banyak digunakan responden hal tersebut menekankan
adalah Insektisida yaitu sebanyak 52 kemungkinan adanya pengaruh
orang (54,7%), golongan pestisida dengan gejala-gejala yang ringan,
yang dipergunakan responden sedang dan berat dari paparan
mayoritas golongan karbamat yaitu penyemprotan insektisida.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dari b. Frekuensi yang mengatakan


hubungan kadar pemakaian bahwa jenis zat insektisida
insektisida dengan kepadatan kecoa pada kategori insektisida
dan Hb petugas di Pelabuhan/ organic 46 petugas ( 52,9%)
wilayah kerja KKP kelas 1 batam. dan kategori insektisida
di simpulkan bahwa: anorganik sebanyak 41 petugas
1. Dari 87 petugas di pelabuhan (47,1%) . pada jenis insektisida
dan wilayah kerja , didapati ini yang paling sering
bahwa: digunakan insektisida organic
a. Frekuensi yang mengatakaan yang memiliki kandungan
bahwa kepadatan kecoa tinggi senyawa organofosfat ,
sebanyak 48 petugas (55,2) organoklorin, permethrin dll,
pada pertanyaan 7 dan 10 karena insektisida ini ampuh
bahwasanya terdapat dan efektif untuk
perkembangbiakaan kecoa di penyemprotan
tempat yang lembab, juga c. Frekuensi yang mengatakan
responden yang mengatakan bahwa lama jam kerja tidak
kepadatan kecoa sedang ideal sebanyak 53 petugas
sebanyak 39 pertugas (44,8) (60,9) pada pertanyaan nomor
pada pertanyaan 1 dan 2 4 bahwasanya untuk
bahwa dikatakan bahwa ada penyemprotan dilakukan lebih
temuan kecoa dengan tanda dari 4 jam dan responden yang
temuan telur dan bau khasnya mengatakan lama jam kerja
juga jumlah pada kategori ideal sebanyak 34 petugas
sedang 3-8 dan responden (39,1) pada pertanyaan nomor
yang mengatakan kepadatan 1,6,8,9,10 dikatakan bahwa
kecoa rendah tidak ada. sesuai standari SOP.
d. Frekuensi yang mengatakan ada.
bahwa keluhan Kesehatan 2. Terdapat hubungan yang
yang sedang sebanyak 48 signifikan antara jenis zat
petugas (55,1) pada pertanyaan insektisida dengan hemoglobin
nomor 5 dan 6 yang petugas di Pelabuhan dan
mengatakan bahwa gejala yang wilayah kerja KKP kelas 1
dialami diare, mual dan batam dengan nilai p value =
muntah juga mata berair, juga 0,000 dimana lebih kecil dari (
yang mengalami keluhan a = 0,005)
Kesehatan ringan sebanyak 9 3. Terdapat hubungan yang
petugas (10,4) pada pertanyaan signifikan antara lama jam
nomor 1, 3 dan 8 bahwa gejala kerja dengan hemoglobin
yang dirasakan berupa pusing, petugas di Pelabuhan dan
sakit kepala , keluar air ludah wilayah kerja KKP kelas 1
dan nyeri punggung. dan batam dengan nilai p value =
jumlah sedikit keluhan 0,000 dimana lebih kecil dari
Kesehatan berat 30 petugas (a = 0,005)
(34,5) pada pertanyaan nomor 4. Terdapat hubungan yang
2,4,7,9 bahwa mengalami signifikan antara keluhan
gejala yang serius kesehatan dnegan hemoglobin
e. Frekuensi yang mnegatakan petugas di Pelabuhan dan
bahwa hemoglobin petugas wilayah kerja KKP kelas 1
dikategori tinggi sebanyak 45 batam dengan nilai p value =
responden (46,9) pada 0,000 dimana lebih kecil dari
pernyataan nomor 1, 5 dan 6 (a= 0,005)
gejala yang dialami seperti 5. Tidak ada hubungan antara
kehilangan nafsu makan, kepadatan kecoa dengan
pusing dan badan lemas dan hemoglobin petugas di
responden yang HB normal Pelabuhan-pelabuhan KKP
berjumlah 42 petugas (46,9) kelas 1 batam dengan nilai p
pada pernyataan dari nomor 3 value = 0,598 dimana lebih
bahwa hb normal dikatakan besar dari ( a= 0,005)
bahwa sehat jasmani dan
rohani dan jumlah rendah tidak
SARAN

a. Instalasi Kantor Kesehatan pelindung diri (APD) yang


Pelabuhan kelas 1 batam lebih lengkap agar keselamatan
peneliti memberi saran untuk saat bertugas terjamin
meningkatkan pengawasan di c. Memberikan pemeriksaan
Pelabuhan/wilayah kerja agar dengan menambahkan
terbebas dari vector dan pemeriksaan hemoglobin agar
binatang pembawa penyakit dapat mendeteksi dini penyakit
b. Memberikan keamanan alat pada petugas
Selanjutnya terima kasih kepada
pihak Kantor Kesehatan Pelabuhan
UCAPAN TERIMA Kelas 1 batam yang telah
KASIH menyediakaan sebagai sarana
Ucapan terima kasih kepada penelitian ini. Harapan saya
ALLAH S.W.T dan Nabi semoga penelitian ini bisa
Muhammad SAW, juga kepada memberikan manfaat dikemudian
orang tua dan keluarga yang telah hari.
mendukung dan memberikan
semangat , kemudian terima kasih
kepada bapak/ ibu dosen terutama
pembimbing yang telah
memberikan masukan dan arahan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ahyar, H., Maret, U. S., Andriani, H., Sukmana, D. J., Mada, U. G.,
Hardani, S.Pd., M. S., Nur Hikmatul Auliya, G. C. B., Helmina Andriani,
M. S., Fardani, R. A., Ustiawaty, J., Utami, E. F., Sukmana, D. J., &
Istiqomah, R. R. (2020). Buku Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif
(Issue March).

2. Amalia, H., Amalia, H., Kecoa, P., & Periplaneta, A. (2008). Periplaneta
americana ( L .) ( Blattaria : Blattidae ) “Terhadap berbagai kombinasi
umpan program studi hama dan penyakit tumbuhan institute pertanian
bogor”
3. Basuki, K. (2019). ISSN 2502-3632 (Online) ISSN 2356-0304 (Paper)

Jurnal Online Internasional & Nasional Vol. 7 No.1, Januari – Juni 2019
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, 53(9), 1689–1699.
www.journal.uta45jakarta.ac.id

4. García Reyes, L. E. (2013). 済 無 No Title No Title. Journal of Chemical


Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
5. Indahsari, L. N. U. R. (2017). “pengaruh lama kerja terhadap kadar
hemoglobin pada petugas spbu (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum )
6. Pelabuhan, K. K., & Batam, K. I. (n.d.). Laporan Kinerja Tahun 2020
7. Presiden Republik Indonesia. (2014). Peraturan Pemerintah RI Nomor 66
Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan. 1–59.
8. Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D).
11

9. Wardani, Yuwanita Kusuma, 2017. (2017). Kadar Hemoglobin pada Petani


yang Terpapar Pestisida. Karya Tulis Ilmiah.
10. Dadang, I. (2006). Pengenalan Pestisida dan Teknik Aplikasi. Pengenalan
Pestisida Dan Teknik Aplikasi, 5–6.
11. Harahap, A. A. (2016). Hubungan Sanitasi Kapal Dengan Kepadatan
Kecoa Pada Kapal Motor Yang Sandar di Pelabuhan Tanjung Perak
Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 8(2), 172–183.
12. Jordan. (2013). Kecoa American. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
13. Mahyuni, E. L. (2015). Faktor Risiko Dalam Penggunaan Pestisida Pada
Petani Di Berastagi Kabupaten Karo 2014. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(Journal of Public Health), 9(1), 79–89.
https://doi.org/10.12928/kesmas.v9i1.1554
14. Makanan, D. A. N., Tradisional, P., & Semarang, K. (2018). Gambaran
Faktor-Faktor Yang Terkait Dengan Kepadatan Kecoa Di Tempat
Penjualan Bahan Pangan Dan Makanan Pasar Tradisional Kota Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(5), 295–301.
15. Maulidiniawati, N., & Oginawati, K. (2016). Pengaruh Paparan Insektisida
Organoklorin Terhadap Perubahan Kadar Thyroid Stimulating Hormone
(Tsh) Petani Penyemprot Di Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung.
Jurnal Tehnik Lingkungan, 22(2), 73–81.
https://doi.org/10.5614/j.tl.2016.22.2.8
12

16. Pamungkas, O. S. (2016). Bahaya Paparan Pestisida terhadap Kesehatan Manusia.


Bioedukasi, XIV(1), 27–31.
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/BIOED/article/download/4532/3355
17. Presiden Republik Indonesia. (2014). Peraturan Pemerintah RI Nomor 66 Tahun
2014 tentang Kesehatan Lingkungan. 1–59.
18. Purba, I. G., Sunarsih, E., Septiawati, D., Sitorus, R. J., & Lionita, W. (2020).
Keluhan Kesehatan Subjektif Pada Masyarakat Pengguna Insektisida Antinyamuk
di Kecamatan Indralaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 19(1), 35.
https://doi.org/10.14710/jkli.19.1.35-44
19. Wahyuning, A. (2008). Perbedaan Jenis Dan Jumlah Kecoa Berdasarkan Lokasi
Penangkapan Di Pasar Bulu Semarang. 1–5.
20. Wijayanti, T. (2018). Vektor dan Reservoir. Balaba: Jurnal Litbang
Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara, 07(02), 18–
19.http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id:81/index.php/blb/article/view/742

Anda mungkin juga menyukai