Disusun Oleh :
FARMASI V
KELOMPOK III A
Dosen Pembimbing :
Achmad Marsam D.,M.Farm
EMULSI
Definisi menurut FI IV : Emulsi adalah sistem dua fasa, yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil.
Emulsi berasal dari kata “emulgeo” yang artinya menyerupai susu dan warna emulsi
memang putih seperti susu. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang
mengandung lemak, protein, dan air. Emulsi semacam ini disebut vera atau emulsi alam,
dimana protein bertindak sebagai emulgator dari campuran lemak atau minyak dengan air
yang terdapat dalam biji-bijian tersebut.
ISI
Parrafin cair adalah campuran hidrokarbon yang diperoeh dari minyak mineral
sebagai zat pemantap.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P:larut dalam
Khasiat : Laksativum.
Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dengan perasan dingin biji Ricinus
communis L. Yang telah dikupas
Pemerian : Cairan kental, jernih kuning pucat atauhampir tidak berwarna, bau
Kelarutan : Larut dalam 2,5 etanol 90% ,mudah lartdalam etanol mutlak dan
dalam asetatglacial
Khasiat : Laksativum
Gom akasia adalah eksudat gom kering yang diperoleh dari batang dan dahan Acacia
senegai Willd dan beberapa spesies Acacia lain.
Kelarutan : mudah larut dalam air menghasilkan larutan yang kental dan
d) CMC-Na (1,2)
e) Gliserin (1,2)
Pemerian : cairan seperti siperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
Kelarutan : Dapat campur dengan air dan dengan etanol (95%)P, praktis tidak
Kelarutan : Dapat becampur dengan air dengan etanol dan kloroform Tidak
dapat larut dalam eter dan minyak tanah dan minyak Lemak
Note : Karena PGA tidak ada dilab maka diganti dengan CMC 1%, 2%, 3%
Kembangkan emulgator dalam air sesuai cara pengembangannya masing-masing di dalam mortar.
Tambahkan fase minyak sedikit demi sedikit, aduk dengan pengadukan searah dengan konstan.
Tambahkan air sedikit demi sedikit dengan pengadukan searah dengan cepat hingga volume
mendekati volume yang dikehendaki.
Pindahkan kedalam wadah ,tambahkan air hingga volume yang dikehendaki kocok dengan alat
homogenizer atauadukdengan mixer dg kecepatansedang – tinggiselama 5 menit.
Didalam
Metodemortar masukkan
hidratasi cepat4 bagian
( 4 : 2 :minyak,
1) tambahkan 1 bagian emulgator (Gom arab) aduk
hingga homogen, tambahkan 2 bagian air sambil diaduk dengan cepat hingga terbentuk korpus
emulsi.
Tambahkan bahan tambahan lain (warna/rasa) dan sisa air sampai volume yg dikehendaki.
Lanjutkan pengadukan dengan mixer / homogenizer pada kecepatan sedang – tinggi selama
5 menit.
Ditimbang semua
Dimasukkan 20 ml ol. Ricini kedalam lumping tambahkan muchilago lalu gerus sampai
membentuk corpus + 15 ml gliserin + 15 ml ppg gerus homogeny masukan kedalam
beaker glass
BAB III
ISI
3.1 Pembahasan
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamika dengan
kandungan paling sedikit dua fase cair yang tidak dapat bercampur, satu diantaranya
didispersikan sebagai globula dalam fase cair lain. Ketidakstabilan kedua fase ini dapat
dikendalikan menggunakan suatu zat pengemulsi/emulsifier atau emulgator. Terdapat
beberapa jenis emulsi, mulai dari yang sederhana hingga kompleks. Sistem emulsi minyak
dalam air (M/A) atau oil in water (O/W) adalah sistem emulsi dengan minyak sebagai fase
terdispersi dan air sebagai fase pendispersi.
Pada praktikum kali ini yang dimana pada pembuatan emulsi dengan metode hidratasi
Emulgator yang bertujuan untuk mengamati pengaruh perbedaan konsentrasi emulgator
terhadap karakteristik fisik dan stabilitas sediaan emulsi. Perbedaan konsentrasi emulgator
yang dipakai merupakan emulgator Gom arab dan juga CMC-Na pada emulgator tersebut
digunakan konsentrasi yang berbeda untuk emulgator gom arab digunakan konsentrasi 5%,
7,5% dan 10% sedangkan untuk emulgator CMC-Na yaitu 1%, 2% dan 3%.
Pada pembuatan suatu sedian disini yaitu menggunakan 2 metode yaitu metode
hidratasi cepat dan metode hidratasi lambat. Pada metode tersebut fase minyak yang
menggunakan parrafin liquidm menggunakan hidratasi cepat sedangan untuk oleum ricini
menggunakan hidratasi lambat metode membedakan pada suatu pengerjaan yang dimana jika
menggunakan metode hidratasi cepat ke 4 bagian minyak di ampur sekaligus dan
ditambahkan emulgatornya berbeda pada hidratasi lambat pada hidratasi lambat mula mula
dibuat lah emulgator dengan air lalu ditambahkan lah fase minyak dan diaduk dengan searah
jarum jam.
3.2 Kesimpulan
Dari hasil praktikum kali ini yang dimana pembuatan emulsi dengan metode hidratasi
emulgator adalah :
1. Sediaan emulsi memiliki tipe M/A atau minyak dalam air atau O/W
2. CMC-Na pada emulgator tersebut digunakan konsentrasi yang berbeda untuk
emulgator gom arab digunakan konsentrasi 5%, 7,5% dan 10% sedangkan
untuk emulgator CMC-Na yaitu 1%, 2% dan 3%.
DAFTAR PUSTAKA
3. Farmakope Indonesia edisi IV, Jakarta: Departemen Kesehatan.Departemen
KesehatanRepublik Indonesia. 1995.
4. Raymond C. Paul J. Marian E. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,
London : Pharmaceutical
5. Ansel C Howard 2008, Pengantar Sediaan Farmasi , Penerbit UI
6. Dirjen POM 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. JakartaDepartemenkesehatan RI.
Nama Tugas
Mutia Ramadhani Membuat Laporan Modul 2 Skema Kerja, Hasil
Evaluasi
Siti Masriah Membantu membuat laporan Hasil pengamatan
Egi Sapiki Membantu membuat laporan Dosis Bahan Aktif
Nur Hafipah Membantu membuat Laporan Prosedur Kerja
Alisa Adistia D Membuat Laporan Modul 2 Monografi Bahan,
Perhitungan Bahan
Desi Kristina P Membuat Laporan Modul 2 Latar Belakang,
Pembahasan
M. Ali Zainal Membantu membuat laporan Tabel Formulasi,
kesimpulan
LAMPIRAN
(Timbang bahan)
(panaskan)
2. Foto Hasil Evaluasi