Anda di halaman 1dari 9

https://mucglobal.

com/id/news/2360/meluruskan-kekeliruan-fasilitas-bebas-ppn-atas-barang-
strategis

selanjutnya saya akan menjelaskan mengenai Perencanaan Pajak untuk Mendapatkan


Fasilitas Perpajakan yaitu PPN dan PPNBM yang berlaku pada Masa Reguler atau
sebelum pandemic covid-19.

sebelum membahas mengenai jenis fasilitas PPN dan ppnbm, akan dibahas mengenai tujuan
pemerintah memberikan fasilitas PPN dan ppnbm diantaranya yaitu

1. Untuk mendukung berhasilnya sektor kegiatan ekonomi yang berprestasi tinggi dalam
skala nasional
2. untuk mendorong perkembangan dunia usaha
3. untuk mendukung Pertahanan Nasional
4. untuk meningkatkan daya saing
5. untuk memperlancar pembangunan nasional

dalam perencanaan pajak, perlu adanya usaha memaksimalkan fasilitas-fasilitas PPN. Berbagai
fasilitas PPN dan PPNBM yaitu

Selanjutny akan membahas fasilitas” PPN dan ppnbm

ada 4 fasilitas diantaranya yaitu:

1. fasilitas PPN Dikenakan 0%

Fasilitas PPN dengan tarif 0% diterapkan atas kegiatan ekspor. Sebagaimana diatur dalam Pasal
7 ayat (2) Undang-Undang No. 42 Tahun 2009 (UU PPN) tarif PPN sebesar 0% dikenakan atas

○ Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud

○ Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud

○ Ekspor Jasa Kena Pajak.


2. fasilitas PPN terutang tidak dipungut

fasilitas ini diberikan atas kegiatan usaha tertentu maupun penyerahan bkp dan/atau jkp tertentu,
biasanya juga diberikan untuk kegiatan di kawasan tertentu, impor BKP tertentu, kemudian
pemanfaatan BKP tertentu dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean dan pemanfaatan jkp
tertentu dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean. perlakuan PPN Masukan atau pajak
masukan atas penyerahan BKP atau jkp yang diberikan fasilitas PPN dan ppnbm yang terutang
tidak dipungut yaitu pajak masukannya dapat dikreditkan oleh PKP karena pada fasilitas PPN ini
mekanisme PPN tetap berjalan, hanya saja atas Pajak Keluaran yang terutang tidak dipungut.
Untk fasilitas ini PKP tetap harus menerbitkan faktur pajak dengan menggunakan kode transaksi
kosong tujuh. Penerbitan Faktur Pajak tetap wajib karena sebenarnya transaksi yang mendapat
fasilitas tersebut seharusnya terutang PPN dan tidak termasuk bukan Barang Kena Pajak (non
BKP). Hal ini dilakukan untuk menjaga akuntabilitas dimana dalam prisip akuntansi, semua
transaksi yang terjadi baik atas BKP maupun non BKP harus diungkapkan.
Dengan diberikannya fasilitas PPN tidak dipungut atas suatu transaksi, jumlah akhir yang
ditanggung pembeli lebih kecil dibandingkan dengan apabila transaksi tersebut dikenakan PPN.
Hal ini disebabkan karena pembeli tidak perlu menanggung PPN karena atas transaksi tersebut
diberikan fasilitas PPN tidak dipungut. Selain itu, atas PPN PajakMasukan yang terkait dengan
transaksi tersebut tetap dapat dikreditkan oleh PKP penjual.

3. fasilitas PPN dibebaskan

fasilitas ini juga diberikan untuk kegiatan di kawasan tertentu penyerahan BKP tertentu atau
sikap tertentu impor BKP tertentu dan kemudian pemanfaatan BKP TB atau JKP tertentu dari
luar daerah pabean di dalam daerah pabeanadanya fasilitas PPN dibebaskan ini mengakibatkan
tidak adanya Pajak Keluaran. Oleh sebab itu, Pajak Masukan yang berkaitan dengan penyerahan
BKP dan/atau JKP yang memperoleh fasilitas pembebasan dari pengenaan PPN tidak dapat
dikreditkan. fasilitas PPN dibebaskan ini juga harus menerbitkan faktur pajak tetapi
menggunakan kode transaksi 08.
Dalam fasilitas ini, PPN Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan dan dibebankan sebagai
biaya oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) dapat mempengaruhi harga barang menjadi lebih tinggi
apabila produk yang mendapat fasilitas dibebaskan dari pengenaan PPN tersebut berada pada
pasar yang bersifat monopolistik (monopoli atau oligopoli). Hal ini dimungkinkan karena dalam
pasar yang bersifat monopolistik, pengusaha berperan sebagai penentu harga (price maker)
karena tidak memiliki pesaing sehingga perusahaan memiliki kekuatan untuk mempengaruhi
harga pasar dari produknya. Sebaliknya, PPN Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan dan
dibebankan sebagai biaya oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) tidak akan mempengaruhi harga
barang menjadi lebih tinggi apabila jenis pasar barang tersebut adalah pasar persaingan
sempurna. Hal ini disebabkan karena dalam pasar persaingan sempurna, produsen akan menjadi
pengguna harga (price taker) dan tidak hanya sebagai penentu harga (price maker). Sehingga,
produsen tidak akan dapat semata-mata menentukan tingkat margin laba yang diinginkan, karena
apabila satu produsen menentukan harga terlalu tinggi, produsen tersebut tidak akan dapat
bersaing karena produsen yang lain menawarkan produk serupa dengan harga yang lebih rendah.

4. fasilitas PPN dan ppnbm yang ditanggung pemerintah

jenis fasilitas yang terakhir adalah PPN dan atau ppnbm yang ditanggung pemerintah. jenis
fasilitas ini tidak diatur dalam undang-undang PPN namun diatur didalam undang-undang APBN
dan lebih spesifik diatur dan dijelaskan di dalam peraturan Menteri Keuangan nomor 228 tahun
2010 Junko PMK nomor 237 2011. Dalam peraturan ini disebutkan bahwa pajak ditanggung
pemerintah yang selanjutnya disebut sebagai PDTP. untuk fasilitas PPN yang ditanggung
pemerintah artinya pajak yang terutang akan dibayarkan oleh pemerintah dengan menggunakan
Pagu anggaran yang telah ditetapkan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara kecuali
ditentukan lain dalam undang-undang mengenai APBN. Dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak
akan tetap menerima pendapatan namun penerimaan perpajakan ini dibayar oleh pemerintah dari
Pagu anggaran yang telah ditetapkan tersebut. Agar dapat memberikan fasilitas PPN atau pajak
secara global yang ditanggung pemerintah maka pemerintah harus menetapkan atau menyiapkan
budget di dalam undang-undang APBN. untuk fasilitas PPN ditanggung pemerintah ini maka
PKP harus menerima faktur pajak dan dengan menggunakan kode transaksi kosong 07. fasilitas
PPN dan ppnbm yang ditanggung pemerintah diperlakukan sama dengan PPN yang terutang
tidak dipungut sehingga pajak masukan atas penyerahan BKP atau jkp dapat dikreditkan oleh
PKP.
beberapa contoh fasilitas PPN dan atau ppnbm terutang tidak dipungut yang telah diberikan oleh
pemerintah selama ini yaitu fasilitas PPN dan atau ppnbm terutang tidak dipungut atas:

1. pertama proyek pemerintah yang dananya berasal DARI BANTUAN luar negeri
fasilitas ini diatur dalam PP No 42 tahun 1995. Mohon maaf disini ada salah pengetikan,
yng benar adala tahun 1995
dimana didalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa
impor atau pemanfaatan BKP atau BKP tidak berwujud, atau jkp dari luar daerah pabean
dan penyerahan BKP atau jkp oleh kontraktor utama, sehubungan dengan pelaksanaan
proyek pemerintah yang seluruh dan juga yang sebagian dananya dibiayai dengan hibah
atau dana pinjaman luar negeri, maka PPN atau PPN bm nya tidak dipungut
2. atas impor bkp yang dibebaskan dari bea masuk yang diatur dalam PMK nomor 198
tahun 2019. dijelaskan bahwa terdapat beberapa jenis barang yang jika diimpor akan
dibebaskan dari pengenaan bea masuk dan untuk PPN dan atau PPN bm nya tidak akan
dipungut. beberapa jenis barang tersebut adalah barang perwakilan negara asing beserta
pejabatnya yang bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik, barang untuk
keperluan ibadah umum, amal, sosial, atau kebudayaan, barang untuk keperluan museum,
kebun binantang, dan tempat lain yang terbuka untuk umum, dan barang-barang lainnya.
3. atas penyerahan avtur kepada badan usaha angkutan udara Niaga nasional untuk
keperluan penerbangan internasional. fasilitas ini diatur dalam PP nomor 71 di tahun
2012. di dalam ketentuan ini fasilitas hanya diberikan kepada badan usaha angkutan
udara Niaga nasional untuk keperluan penerbangan internasional dan fasilitas juga akan
diberikan kepada angkutan udara Niaga asing tapi ada syarat yaitu harus dilakukan secara
timbal-balik
4. atas kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi dengan kontrak bagi hasil atau gros split.
Hal ini diatur dalam PP nomor 53 Tahun 2017. kontraktor akan diberikan fasilitas PPN
atau PPN BM tentang tidak dipungut atas perolehan BKP atau jkp atas pemanfaatan BKP
TB atau jkp dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean yang digunakan dalam
rangka operasi perminyakan. jadi harus digarisbawahi hanya yang digunakan dalam
rangka operasi perminyakan. fasilitas ini akan diberikan kepada kontraktor mulai dari
tahap eksplorasi dan sampai eksploitasi bahkan sampai dengan saat dimulainya produksi
komersial.
5. atas impor atau atas penyerahan alat angkutan tertentu. Hal ini diatur dalam PP Nomor 50
tahun 2019. Adapun alat angkutan tertentu yang dimaksud dalam hal ini adalah alat
angkutan di air alat angkutan di bawah air alat angkutan di udara dan kereta api serta
suku cadangnya dan alat keselamatan pelayaran atau penerbangan untuk manusia yang
diimpor atau diserahkan oleh atau kepada Kementerian Pertahanan TNI dan Polri Artinya
selama angkutan ini diimpor oleh Kementerian Pertahanan TNI atau Polri dan atau
diserahkan kepada Kementerian Pertahanan TNI dan Polri maka bakal diberikan fasilitas
PPN terutang tidak dipungut
6. fasilitas PPN terutang tidak dipungut juga diberikan atas penyerahan jkp tertentu terkait
alat angkutan tertentu. Setelah membahas mengenai fasilitas atas impor atau penyerahan
alat angkutan tertentu nya, dalam pembahasan ini mengenai penyerahan jkp tertentu yang
terkait dengan alat angkutan tertentu yang juga diatur dalam PP Nomor 50 Tahun 2019.
jkp tertentu yang terkait dengan anggota tertentu tersebut yaitu jasa yang diterima oleh
perusahaan Pelayaran Niaga nasional, perusahaan penangkapan ikan nasional, perusahaan
penyelenggara jasa kepelabuhanan nasional, yang meliputi jasa persewaan kapal jasa
kepelabuhanan meliputi jasa tund, jasa Pand, jasa tambat, dan jasa labuh, dan jasa
perawatan dan perbaikan kapal. kemudian ada jasa yang diterima oleh badan usaha
angkutan udara Niaga nasional yang meliputi jasa persewaan pesawat udara dan jasa
perawatan dan perbaikan pesawat udara dan beberapa jenis jasa lainnya.

beberapa contoh fasilitas PPN dan atau ppnbm dibebaskan yang telah diberikan oleh
pemerintah yaitu fasilitas PPN dan atau ppnbm dibebaskan atas:

1. impor dan atau penyerahan BKP tertentu atau jkp tertentu. ketentuan ini diatur dalam PP
nomor 38 tahun 2003. jenis barang kena pajak yang atas impor atau penyerahan nya
diberikan fasilitas PPN dibebaskan oleh pemerintah yaitu
a. yang pertama atas rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah susun sederhana
Pondok boro asrama mahasiswa dan pelajar serta Perumahan lainnya yang batasannya
ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan menteri
permukiman dan prasarana wilayah.
b. kedua yaitu atas senjata amunisi, alat angkut di udara kendaraan lapis baja, kendaraan
patrol, kendaraan angkutan khusus lainnya, dan suku cadangnya yang diimpor oleh
Departemen Pertahanan atau sekarang kita kenal sebagai Kementerian Pertahanan
TNI Polri atau oleh pihak lain yang ditunjuk dan komponen atau bahan yang belum
dibuat di dalam negeri yang diimpor oleh PT Persero Pindad yang digunakan dalam
pembuatan senjata dan amunisi untuk keperluan Departemen Pertahanan TNI atau
Polri dan beberapa jenis barang-barang lainnya.
selain BKP tertentu juga diberikan fasilitas PPN dibebaskan atas jkp tertentu. contoh
atau jenis jkp tertentu yang atas penyerahannya diberikan fasilitas PPN dibebaskan
yaitu yang pertama atas jasa yang diserahkan oleh kontraktor untuk pemborongan
bangunan untuk rumah sederhana, rumah sangat sederhana dan rumah susun
sederhana Pondok Buruk asrama mahasiswa dan pelajar serta Perumahan lainnya dan
pembangunan tempat yang semata-mata untuk keperluan ibadah. kemudian atas jasa
persewaan rumah susun sederhana, kemudian atau jasa yang diterima oleh
Departemen Pertahanan dan TNI yang dimanfaatkan dalam rangka penyediaan data
batasan fotoku wilayah NKRI dan beberapa jenis jkp lainnya.
2. atas impor dan atau penyerahan BKP tertentu yang bersifat strategis. ketentuan ini diatur
dalam PP nomor 48 tahun 2020. Definisi strategis merujuk pada urgensinya bagi
khalayak atau pengembangan usaha tertentu. BKP yang bersifat strategis antara lain
mesin dan peralatan pabrik, makanan ternak, bibit atau benih, dan beberapa jenis bkp
lainnya.
3. atas impor BKP oleh perwakilan negara asing dan badan internasional serta para
pejabatnya, atau penyerahan BKP kepada perwakilan negara asing dan badan
internasional serta para pejabatnya. Hal ini diatur dalam PP No 47 tahun 2020.
pembebasan dari pengenaan PPN atau PPN dan ppnbm ini ditetapkan berdasarkan atas
asas timbal balik atau perjanjian atau kelaziman internasional dan diberikan dengan surat
keterangan bebas atau SKB .
4. atas penyerahan air bersih baik yang belum siap diminum atau yang telah siap diminum
termasuk biaya sambung atau biaya pasang air bersih dan biaya beban tetap air bersih Hal
ini diatur dalam PP Nomor 40 tahun 2015. ada catatan yang tidak termasuk mendapat
fasilitas dibebaskan dari pengenaan PPN adalah air minum dalam kemasan .
5. atas penyerahan jasa kebandarudaraan tertentu kepada perusahaan angkutan udara Niaga
baik nasional dan asing untuk mengoperasikan pesawat udara yang melakukan
penerbangan luar negeri. dalam hal ini yang perlu digarisbawahi bahwa penyerahan jasa
kebandarudaraan yang akan diberikan fasilitas PPN dibebaskan itu hanya penyerahan
kepada perusahaan angkutan udara baik nasional atau asing. namun untuk angkutan udara
Niaga asing harus memenuhi persyaratan tertentu
6. atas penyerahan jasa kepelabuhanan tertentu kepada perusahaan angkutan laut yang
melakukan kegiatan angkutan luar negeri. Yang mendapat fasilitas yaitu jasa pelayanan
kapal, termasuk jasa labuh jasa Pandu jasa tunda dan jasa tambat. Kemudian ada jasa
pelayanan barang termasuk jasa bongkar muat peti kemas sejak dari kapal sampai ke
lapangan penumpukan dan atau sejak dari lapangan penumpukan sampai ke kapal.

fasilitas khusus yaitu fasilitas yang ada di dalam kawasan tertentu. Adapun kawasan yang
dimaksud ada empat ada

a. Tempat Penimbunan Berikat (TPB)

diatur dalam PP nomor 85 tahun 2015. Adapun fasilitas dalam TPB ialah PPNnya terutang
tidak dipungut kemudian terdapat beberapa bentuk tpb yaitu gudang Berikat, Kawasan
Berikat, tempat penyelenggaraan pameran berikat, toko bebas bea, tempat lelang berikat dan
lain sebagainya

b. Kawasan Perdagangan Bebas (FTZ)

kawasan bebas merupakan kawasan yang berada di dalam wilayah hukum NKRI tapi
terbebas dari daerah pabean sehingga bakal bebas dari pengenaan bea masuk PPN dan
ppnbm serta Cukai. Di kawasan ini ada dua fasilitas didalamnya ada PPN dibebaskan
dan ada PPN terutang tidak dipungut. Contoh kawasan bebas yaitu batam, karimun,
bintan.

c. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

kawasan ekonomi khusus ini diatur dalam PP 40 tahun 2021. KEK adalah kawasan
dengan batas tertentu dalam wilayah hukum NKRI Indonesia yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Adapun
fasilitas PPN yang diperoleh dalam KEK adalah PPN yang terutang tidak dipungut.

d. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KPET)

diatur dengan PP 147 tahun 2000. Fasilitas yang ada di dalam KPET itu berupa PPN
tidak dipungut.

Perbedaan fasilitas PPN tidak dipungut dan dibebaskan dari pengenaan PPN dapat
dilihat dari tiga aspek (Wijaya and Arsini 2021), yaitu dari segi pengkreditan PPN Pajak
Masukan, dari segi
administrasi fasilitas PPN tidak dipungut dan dibebaskan dari pengenaan PPN, dan
sudut pandang ekonomi. Dari segi pengkreditan PPN Pajak Masukan, terdapat perbedaan yang
mendasar dari fasilitas PPN tidak dipungut dan dibebaskan dari pengenaan PPN. PPN PM yang
berkaitan dengan penyerahan BKP dan/atau JKP yang mendapat fasilitas PPN tidak dipungut
tetap dapat dikreditkan karena mekanisme PPN tetap berjalan, hanya saja atas Pajak Keluaran
yang terutang tidak dipungut. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam UU PPN Pasal 16B ayat 2.
sedangkan PPN PM yang berkaitan dengan penyerahan BKP dan/atau JKP yang memperoleh
pembebasan PPN tersebut tidak dapat dikreditkan karena adanya pembebasan dari pengenaan
Pajak Pertambahan Nilai mengakibatkan tidak adanya Pajak Keluaran. Hal ini telah diatur dalam
UU PPN Pasal 16B ayat 3.

Dari segi administrasi, penyerahan yang mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan fasilitas PPN
yang dibebaskan sama-sama harus tetap menerbitkanfaktur pajak tetapi yang membedakan untuk
penyerahan BKP yang mendapat fasilitas PPN tidak dipungut diterbitkan Faktur Pajak dengan
kode 07 sedangkan penyerahan yang mendapat fasilitas PPN dibebaskan diterbitkan Faktur
Pajak dengan kode 08.

Dari sudut pandang ekonomi, fasilitas PPN dibebaskan lebih fokus diberikan terhadap komoditas
atau barang, utamanya barang yang bersifat strategis sedangkan fasilitas PPN tidak dipungut
lebih fokus diberikan berdasarkan zona atau kawasan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai