Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Defiana
12030118130271
BAB 9
Standar auditing mengharuskan auditor memutuskan jumalah salah saji gabungan dalam
laporan keuangan yang dianggap material pada awal audit ketika sedang mengembangkan
strategi audit secara keseluruhan atu disebut dengan pertimbangan pendahuluan tentang
materialitas yang mungkina kan berubah selama penugasan. Pertimbangan pendahuluan tentang
materialitas yang diubah disebut sebagai pertimbangan tentang materialitas yang direvisi.
Materialitas adalah konsep yang bersifat relatif ketimbang absolut. Salah saji dalam jumlah
tertentu mungkin material bagiperusahaan kecul tetapi dapat saja tidak material bagi
perusahaan besar.
Tolok ukur yang diperlukan utuk mengevaluasi materialitas. Karena bersifat relative, maka
perlu tolokukur untuk menentukan salah saji tersebut material. Seringkali laba bersih
sebelum pajak menjadi tolok ukur utamanya.
Faktor-faktor kualitatif yang juga mempengaruhi materialitas seperti
- Jumlah yang melibatkan kecuranagn biasanya dianggap lebih penting ketimbang
kesalahan yang tidak disengaja dengan nilai dolar yang sama.
- Salah saji yang sebenarnya kecil bisa menjadi material jika ada konsekuensi yang
mungkin timbul dari kewajiban kontraktual.
- Salah saji yang sebenarnya tidak material bisa sja menjadi material jika mempengaruhi
tren laba.
Pedoman Ilustratif
Sebenarnya dalam standar akuntansi dan auditing tidak menyediakan pedoman khusus
tentang materialitas karena pedoman semacam itu mungkin diterapkan tanpa memperhitungkan
semua kompleksitas yang dapat mempengaruhi keputusan akhir auditor, tetapi di bab ini
disajikan pedoman-pedoman yang berupa rumus-rumus yang menggunakan satu atau lebih dasar
dan rentang persentase.
Materialitas kinerja dapat bervariasi bagi berbagai kelas transaksi, saldo akun, atau
pengungkapam terutama jika berfokus pada area tertentu.peentuan materialitas kinerja perlu
dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti per segmen dan bukan untuk laporan keuangan
secara keseluruhan serta tingkat materialitas kinerja akan membantu auditor dalam memutuskan
bukti audit yang tepat. Proses penentuan materialitas kinerja sebagai alokasi pertimbangan
pendahuluan tentang materialitas ke segmen-segmen tertentu. Auditor menghadapi tiga kesulitan
dalam mengalokasikan materialitas pada akun-akun neraca :
Ketika melaksanakan prosedur audit untuk setiap segmen audit, auditor membuat kertas
kerja untuk mencatat semua salah saji yang ditemukan, yang mana salh saji tersebut dapat
dibedakan menjadi :
- Salah saji yang diketahui yaitu (kniwn misstatement) merupakan salah saji dalam akun
yang jumlahnya dapat ditentukan oleh auditor.
- Salah saji yag mungkin (likely misstatement) yang tebagi menjadi dua jenis yaitu 1)
salah saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen dan auditor
tentang estimasi saldo akun damn yang 2) adalah proyeksi salah saji berdasarkan
pengujan auditor atas sampel dari suatu populasi.
Auditor menggunnakan salah saji tersebut untuk mengestinasi total salah saji yang mungkin
(langkah 3). Total ini disebut estimasi atau proyeksi atau ekstrapolasi karena hanya sampel yang
di audit, bukan keseluruhan populasi. Jumlah salah saji yang diproyeksikan untuk setiap akun
digabungkan dalam kertas kerja (langkah 4) dan kemudian gabungan salah saji yang mugkin ini
dibandingkan dengan materialitas (langkah 5).
Salah saji bersih dalam sampel x total nilai populasi yang tercatat = proyeksi langsung estimasi salah saji
Total sampel
Estimasi untuk kesalahan sampling timbul karena auditor hanya mengambil sampel dari
sebagian populasi dan ada risiko bahwa sampel itu tidak secara akurat mewakili populasi.
RISIKO AUDIT
Auditor yang efektif akan mengakui adanya risiko dan akan menangani risiko tersebut
dengan ycara yang tepat. Sebagian risiko sulit diukur serta membutuhkan pertimbangan yang
cermat sebelum auditor dapat merespons dengan tepat.
Auditor menangani risiko dalam merencakan pengumpulan bukti audit terutama dengan
menerapkan model risiko audit. Model ini dinyatakan sebagai berikut
PDR = AAR
IR x CR
Risiko audit yang dapat diterima : risiko yang dapat diambil KAP
Risiko inheren dan risiko pengedalian : didasarkan pada ekspektasi atau prediksi auditor
mengenai kondisi klien.
Risiko deteksi : tergantu g pada ketiga risiko lainnya, hanya dapat ditentukan setelah auditor
menilai ketiga risiko lainnya.
Pencantuman risiko inheren pada model risiko audit merupakan hal yang terpenting
karena auditor dapat memprediksi di mana salah saji yang paling besar dan palin kecil yang
mungkin terjadi dalam segmen-segmen laporan keuangan.
Auditor harus mengevaluasi informasi yang mempengaruhi risiko inheren untuk menilai
risiko salah saji yang material pada tingkat tujuan audit bagi siklus, saldo, dan pengungkapan.
Menilai risiko inheren dimulai selama tahap perencanaan dan memperbaharui penilaian
tersebut selama audit berlansung. Informasi tentang entitas serta lingkungannya yang dibahas
pad abab 8 berhubungan dengann penilaian risiko inheren.
Auditor mersepons risiko terutama dengan mengubah luas pengujian dan jenis prosedur
audit, termasuk memasukkan unsur ketakterdugaan dalam prosedur audit. Ada dua cara yang
dapat dipakai auditor untuk mengubah audit guna merespons risiko selain dengan memodifikasi
bukti audit :
Risiko salah saji yang material, risko pengendalian, dan risiko inheren dinilai untuk setiap
tujuan audit dalam setiap segmen audit. Dalam audit yang sama, penilaian ini mungkin akan
bervariasi dari siklus ke siklus, dari akun kea kun, serta dari tujuan ke tujuan. Risiko yang dapat
diterima biasanya dinilai auditor selama tahap perencanaan dan tidak berubah pada setiap siklus
serta akun utama. Beberapa auditor menggunakan risiko audit yang dapat diterima yang sama
untuk semua segmen da nada juga yang menggunakan tingkat assurance yang berbeda untuk
berbagai segmen berdasarkan keyakinannya. Seperti risiko pengendalian dan risiko inheren,
risiko deteksi yang direncanakan serta bukti yang dibutuhkan akan bervariasi dari siklus ke
siklus, akun kea kun, dan tujuan ke tujuan karena situasi dalam setiap penugasan dan luas bukti
yang diperlukan berbeda.
Menghubugkan Materialitas Kinerja dan Risiko dengan Tujuan Audit yang Berkaitan
dengan Saldo
Untuk menghubungkan materialitas kinerja dan risiko dengan tujuan audit yang berkaitan
dengan saldo, auditor dapat mengaitkan sebagian besar risiko dengan tujuan yang berbeda secara
efektif dan relative mudah dalam menentukan hubungan antara risiko dengan satu atau dua
tujuan.
Keterbatasan Pengukuran
Salah satu keterbatasan dalam menerapkan model risiko audit adalah sulitnya mengukur
komponen-komponen model itu. Untuk mengoffset masalah ini, banyak auditor yang memakai
istilah pengukuran yang umum dan subjektif, seperti rendah, sedang, dan tinggi. Hal yang sulit
lainnya adalah mengukur jumlah bukti yang tersirat oleh risiko deteksi yang direncabakan
tertentu. Untuk mengurangi masalah ini, auditor melakukangabungan dari beberapa prosedur
audit yang masing-masing menggunalkan jenis bukti berbeda yang diterapkan pada tujuan audit
yang berbeda. Dalam menerapkan moel risiko audit, auditor sangat memperhatikan masalah
overauditing dan underauditing.
Konsep materialitas danrisiko dalam auditing berkaitan erat dan tidak dapat terpisahkan,
risiko adalah ukuran ketidakpastian, sedangkan materialist mengukur besarannya. Secara
bersama-sama keduanya mengukur ketidakpastian jumlah dengan besaran tertentu.
1. Auditor harus merevisi penilaian awal atas tingkat risiko yang tepat jika penilaian
awalnya diketahui tidak tepat tetapi dibiarkan tidak berubah karena hal tersebut
melanggar standar kemahiran.
2. Auditor harus mempertimbangkan dampak revisi tersebut terhadap kebutuhan bukti,
tanpa menggunakan model risiko audit karena dapat menimbulkan bahaya penambahan
bukti yang tidak akan mencukupi.