Anda di halaman 1dari 5

Kelompok 5

Defiana
12030118130271
BAB 9

MATERIALITAS DAN RISIKO


FASB Concept Statement 2 mendefinisikan materialitas sebagai besarnya penghapusan atau
salah saji informasi akuntansi yang dengan memperhitungkan situasinya, menyebabkan
pertimbangan seseorang yang bijaksana yang mengandalkan informasi tersebut mungkin akan
berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau slah saji tersebut. Langkah-langkah dalam
menetapkan materialitas yaitu

1. Menetapkan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan.


2. Menentukan materialitas kinerja yang merupakan materialitas untuk segmen-segmen
audit (kelas transaksi, saldo akun atau pengungkapan).
3. Mengestimasi total salah saji dalam segmen.
4. Mengestimasi salah saji gabungan.
5. Membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan pertimbangan pendahuluan atau
yang direvisi tentang materialitas.

MENETAPKAN MATERIALITAS UNTUK LAPORAN KEUANGAN SECARA


KESELURUHAN

Standar auditing mengharuskan auditor memutuskan jumalah salah saji gabungan dalam
laporan keuangan yang dianggap material pada awal audit ketika sedang mengembangkan
strategi audit secara keseluruhan atu disebut dengan pertimbangan pendahuluan tentang
materialitas yang mungkina kan berubah selama penugasan. Pertimbangan pendahuluan tentang
materialitas yang diubah disebut sebagai pertimbangan tentang materialitas yang direvisi.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertimbangan Materialitas

 Materialitas adalah konsep yang bersifat relatif ketimbang absolut. Salah saji dalam jumlah
tertentu mungkin material bagiperusahaan kecul tetapi dapat saja tidak material bagi
perusahaan besar.
 Tolok ukur yang diperlukan utuk mengevaluasi materialitas. Karena bersifat relative, maka
perlu tolokukur untuk menentukan salah saji tersebut material. Seringkali laba bersih
sebelum pajak menjadi tolok ukur utamanya.
 Faktor-faktor kualitatif yang juga mempengaruhi materialitas seperti
- Jumlah yang melibatkan kecuranagn biasanya dianggap lebih penting ketimbang
kesalahan yang tidak disengaja dengan nilai dolar yang sama.
- Salah saji yang sebenarnya kecil bisa menjadi material jika ada konsekuensi yang
mungkin timbul dari kewajiban kontraktual.
- Salah saji yang sebenarnya tidak material bisa sja menjadi material jika mempengaruhi
tren laba.

Pedoman Ilustratif

Sebenarnya dalam standar akuntansi dan auditing tidak menyediakan pedoman khusus
tentang materialitas karena pedoman semacam itu mungkin diterapkan tanpa memperhitungkan
semua kompleksitas yang dapat mempengaruhi keputusan akhir auditor, tetapi di bab ini
disajikan pedoman-pedoman yang berupa rumus-rumus yang menggunakan satu atau lebih dasar
dan rentang persentase.

MENENTUKAN MATERIALITAS KINERJA

Materialitas kinerja dapat bervariasi bagi berbagai kelas transaksi, saldo akun, atau
pengungkapam terutama jika berfokus pada area tertentu.peentuan materialitas kinerja perlu
dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti per segmen dan bukan untuk laporan keuangan
secara keseluruhan serta tingkat materialitas kinerja akan membantu auditor dalam memutuskan
bukti audit yang tepat. Proses penentuan materialitas kinerja sebagai alokasi pertimbangan
pendahuluan tentang materialitas ke segmen-segmen tertentu. Auditor menghadapi tiga kesulitan
dalam mengalokasikan materialitas pada akun-akun neraca :

a. Auditor memperkirakan akun-akun tertentu mengandung lebih banyak salah saji


dibandingkan akun-akun lainnya.
b. Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan.
c. Biaya audit relatif mempengaruhi pengalokasian ini.

MENGESTIMASI SALAH SAJI DAN MEMBANDINGKAN DENGAN


PERTIMBANGAN PENDAHULUAN

Ketika melaksanakan prosedur audit untuk setiap segmen audit, auditor membuat kertas
kerja untuk mencatat semua salah saji yang ditemukan, yang mana salh saji tersebut dapat
dibedakan menjadi :

- Salah saji yang diketahui yaitu (kniwn misstatement) merupakan salah saji dalam akun
yang jumlahnya dapat ditentukan oleh auditor.
- Salah saji yag mungkin (likely misstatement) yang tebagi menjadi dua jenis yaitu 1)
salah saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen dan auditor
tentang estimasi saldo akun damn yang 2) adalah proyeksi salah saji berdasarkan
pengujan auditor atas sampel dari suatu populasi.

Auditor menggunnakan salah saji tersebut untuk mengestinasi total salah saji yang mungkin
(langkah 3). Total ini disebut estimasi atau proyeksi atau ekstrapolasi karena hanya sampel yang
di audit, bukan keseluruhan populasi. Jumlah salah saji yang diproyeksikan untuk setiap akun
digabungkan dalam kertas kerja (langkah 4) dan kemudian gabungan salah saji yang mugkin ini
dibandingkan dengan materialitas (langkah 5).

Perhitungan proyeksi langsung estimasi salah saji adalah

Salah saji bersih dalam sampel x total nilai populasi yang tercatat = proyeksi langsung estimasi salah saji

Total sampel

Estimasi untuk kesalahan sampling timbul karena auditor hanya mengambil sampel dari
sebagian populasi dan ada risiko bahwa sampel itu tidak secara akurat mewakili populasi.

RISIKO AUDIT

Auditor yang efektif akan mengakui adanya risiko dan akan menangani risiko tersebut
dengan ycara yang tepat. Sebagian risiko sulit diukur serta membutuhkan pertimbangan yang
cermat sebelum auditor dapat merespons dengan tepat.

Model Risiko Audit untuk Perencanaan

Auditor menangani risiko dalam merencakan pengumpulan bukti audit terutama dengan
menerapkan model risiko audit. Model ini dinyatakan sebagai berikut

PDR = AAR

IR x CR

PDR = risiko deteksi yang direncanakan (planned detection risk)

AAR = risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk)


IR = risiko inheren (inherent risk)

CR = risiko pengendalian (control risk)

KOMPONEN MODEL RISIKO AUDIT

Terdapat empat risiko dalam model risiko :

 Risiko Deteksi yang Direncanakan


Adalah risiko bahwa bukti audit untuk suatu tujuan audit akan gagal mendeteksi salah
saji yang melebihi materialitas kinerja. Dua hal yang harus diketahui tentang risiko deteksi
yang direncanakan yaitu 1)risiko ini tergantung pada tiga faktor lain dalam model risiko
audit dan 2) risiko detekso yang direncanakan menentukan jumlah bukti substantive yang
direncanakan akan dikumpulkan auditor, yang besarnya berlawanan dengan risiko deteksi
yang direncanakan.
 Risiko Inheren
Mengukur penilaian auditor atas kerentanan asersi salah saji yang material, sebelum
memperhitungkan keefektifan pengendalian internal. Risiko ini mengabaikan pengendalian
internal. Risiko inheren berbanding terbalik dengan risiko deteksi yang direncanakan dan
bersifat langsung dengan bukti. Untuk risiko inheren yang tinggi perlu dilakukan
peningkatan bukti audit dan menugaskan staf yang lebih berpengalaman pada bidang itu
serta mereview pengujian audit yang telah selesai secara lebih menyeluruh.
 Risiko Pengendalian
Mengukur penilaian auditor mengenai risiko bahwa salah saji yang material akan terjadi
dalam suatu asersi dan tidak dapat dicegah atau terdeteksi secara tepat waktu oelh
pengendalian internal klien. Hubungan antara risiko pengendalian dan risiko deteksi yang
direncanakan adalah berbanding terbalik., sedangkan hubungan antara risiko dan bukti
substantif bersifat langsung.
 Risiko Audit yang Dapat Diterima
Adalah ukuran kesediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan mungkin
mengandung salah saji yang material setelah audit selesai, dan pendapat wajar tanpa
pengecualian telah dikeluarkan. Auditor seringkali menyebutnya dengan raudit assurance
yang merupakan pelengkap risiko audit yang dapat diterima, yaitu satu dikurangi risiko audit
yang dapat diterima.

Perbedaan Antara Risiko-risiko dalam Model Risiko Audit

Risiko audit yang dapat diterima : risiko yang dapat diambil KAP

Risiko inheren dan risiko pengedalian : didasarkan pada ekspektasi atau prediksi auditor
mengenai kondisi klien.

Risiko deteksi : tergantu g pada ketiga risiko lainnya, hanya dapat ditentukan setelah auditor
menilai ketiga risiko lainnya.

MENILAI RISIKO AUDIT YANG DAPAT DITERIMA

- Memutuskan risiko penugasan


Risiko penugasan adalah risiko bahwa auditor atau KAP akan menderita kerugian setelah
audit selesai, walaupun laporan audit sudah benar. Para auditor memiliki dua pendapat
ketika mempertimbangkan risiko penugasan dalam perencanaan audit, 1) yang menentang,
auditor tidak memberikan pendapat audit pada tingkat assurance yang berbeda, sehingga
tidak perlu memberikan assurance yang lebih tinggi atau rendah hanya karena adanya risiko
penugasan dan 2) yang mendukung, tindakan dalam audit yang mungkin menimbulkan
dampak buruk terhadap auditor, selama tingkat assuarance tidak dikurangi di bawah tingkat
assurance yang cukup tinggii seperti bila risiko penugasan rendah.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima :
o Derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan
o Kemungkinan bahwa klien akan mengalami kesulitan keuangan setelah laporan audit
dikeluarkan
o Evaluasi auditor atas integritas manajemen
- Membuat Keputusan Risiko Audit yang Dapat Diterima
Untuk menilai risiko audit yang dapat diterima, pertama auditor harus menilai setiap
faktor yang mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima, kemudian mengamati bahwa
penilaian atas setiap factor bersifat sangat subjektif. Setelah itu, dilakukan evaluasi yang
lazim atas risiko audit yang dapat diterima.

MENILAI RISIKO INHEREN

Pencantuman risiko inheren pada model risiko audit merupakan hal yang terpenting
karena auditor dapat memprediksi di mana salah saji yang paling besar dan palin kecil yang
mungkin terjadi dalam segmen-segmen laporan keuangan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Inheren

- Sifat bisnis klien


- Hasil audit sebelumnya
- Penugasan awal versus penugasan berulang
- Pihak-pihak yang terkait
- Transaksi nonrutin atau kompleks
- Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi dengan tepat
- Unsur-unsur populasi
- Faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang curang
- Factor-faktor yang berkaitan dengan mispropriasi asset

Mengambil Keputusan Risiko Inheren

Auditor harus mengevaluasi informasi yang mempengaruhi risiko inheren untuk menilai
risiko salah saji yang material pada tingkat tujuan audit bagi siklus, saldo, dan pengungkapan.

Memperoleh Informasi untuk Menilai Risiko Inheren

Menilai risiko inheren dimulai selama tahap perencanaan dan memperbaharui penilaian
tersebut selama audit berlansung. Informasi tentang entitas serta lingkungannya yang dibahas
pad abab 8 berhubungan dengann penilaian risiko inheren.

HUBUNGAN RISIKO DENGAN BUKTI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI RISIKO

Auditor mersepons risiko terutama dengan mengubah luas pengujian dan jenis prosedur
audit, termasuk memasukkan unsur ketakterdugaan dalam prosedur audit. Ada dua cara yang
dapat dipakai auditor untuk mengubah audit guna merespons risiko selain dengan memodifikasi
bukti audit :

a. Penugasan mungkin membutuhkan staf yang lebih berpengalaman.


b. Penugasan akan direview secara lebih seksama daripada biasanya.
Risiko Audit untuk Segmen-segmen

Risiko salah saji yang material, risko pengendalian, dan risiko inheren dinilai untuk setiap
tujuan audit dalam setiap segmen audit. Dalam audit yang sama, penilaian ini mungkin akan
bervariasi dari siklus ke siklus, dari akun kea kun, serta dari tujuan ke tujuan. Risiko yang dapat
diterima biasanya dinilai auditor selama tahap perencanaan dan tidak berubah pada setiap siklus
serta akun utama. Beberapa auditor menggunakan risiko audit yang dapat diterima yang sama
untuk semua segmen da nada juga yang menggunakan tingkat assurance yang berbeda untuk
berbagai segmen berdasarkan keyakinannya. Seperti risiko pengendalian dan risiko inheren,
risiko deteksi yang direncanakan serta bukti yang dibutuhkan akan bervariasi dari siklus ke
siklus, akun kea kun, dan tujuan ke tujuan karena situasi dalam setiap penugasan dan luas bukti
yang diperlukan berbeda.

Menghubugkan Materialitas Kinerja dan Risiko dengan Tujuan Audit yang Berkaitan
dengan Saldo

Untuk menghubungkan materialitas kinerja dan risiko dengan tujuan audit yang berkaitan
dengan saldo, auditor dapat mengaitkan sebagian besar risiko dengan tujuan yang berbeda secara
efektif dan relative mudah dalam menentukan hubungan antara risiko dengan satu atau dua
tujuan.

Keterbatasan Pengukuran

Salah satu keterbatasan dalam menerapkan model risiko audit adalah sulitnya mengukur
komponen-komponen model itu. Untuk mengoffset masalah ini, banyak auditor yang memakai
istilah pengukuran yang umum dan subjektif, seperti rendah, sedang, dan tinggi. Hal yang sulit
lainnya adalah mengukur jumlah bukti yang tersirat oleh risiko deteksi yang direncabakan
tertentu. Untuk mengurangi masalah ini, auditor melakukangabungan dari beberapa prosedur
audit yang masing-masing menggunalkan jenis bukti berbeda yang diterapkan pada tujuan audit
yang berbeda. Dalam menerapkan moel risiko audit, auditor sangat memperhatikan masalah
overauditing dan underauditing.

Kertas Kerja Perencanaan Bukti untuk Pengujian atas Rincian Saldo

Auditor mengembangkan berbagai jenis kertas kerja untuk membantu menghubungkan


pertimbangan yang mempengaruhi bukti audit dengan bukti yang tepat yang harus dikumpulkan.

Hubungan Risiko da Materialitas dengan Bukti Audit

Konsep materialitas danrisiko dalam auditing berkaitan erat dan tidak dapat terpisahkan,
risiko adalah ukuran ketidakpastian, sedangkan materialist mengukur besarannya. Secara
bersama-sama keduanya mengukur ketidakpastian jumlah dengan besaran tertentu.

Merevisi Risiko dan Bukti

Sebelum mengambil keputusan berdasarkan bukti yang dikumpulkan, auditor harus


mengikuti pendekatan dua langkah :

1. Auditor harus merevisi penilaian awal atas tingkat risiko yang tepat jika penilaian
awalnya diketahui tidak tepat tetapi dibiarkan tidak berubah karena hal tersebut
melanggar standar kemahiran.
2. Auditor harus mempertimbangkan dampak revisi tersebut terhadap kebutuhan bukti,
tanpa menggunakan model risiko audit karena dapat menimbulkan bahaya penambahan
bukti yang tidak akan mencukupi.

Anda mungkin juga menyukai