Anda di halaman 1dari 30

PRAKTIS COVID-19

Patogenesis, diagnosis dan tatalaksana


Edisi 2

ZEN AHMAD SpPD-KP


KSM/BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RS Dr. M. Hoesin/ FK UNSRI PALEMBANG
Februari 2021
Dr Zen Ahmad SpPD-KP, FINASIM

Untuk mereka yang mensupportku


Untuk mereka yang selalu mendorongku
Untuk mereka yang terlibat penanganan Covid-19 di RS Dr. Mohammad Hoesin/Bumi Sumsel

Divisi/Subbagian Paru Ilmu Penyakit Dalam RS Dr M. Hoesin/FK Unsri Palembang


Palembang, Februari 2021
CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)

Zen Ahmad
Divisi Pulmonologi, KSM Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr. M. Hoesin Palembang
Sub bagian Pulmonologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unsri Palembang

BATASAN
COVID-19 merupakan singkatan dari Corona Virus Disease, penyakit menular yang disebabkan oleh
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang ditemukan pada Desember
2019 di China 1,2.
Penyakit ini bisa menimbulkan manifestasi klinis pada saluran napas, paru dan sistemik.

CORONA VIRUS
Corona virus merupakan virus respirasi, yaitu virus yang mengambil saluran napas sebagai tempat
masuknya. Virus dapat berproliferasi pada epitel saluran napas atau paru dan menimbulkan
masalah disana. Virus dapat melewati aliran darah paru dan menyebabkan perubahan patologik
pada jaringan/organ diluar paru3.
Virus ini termasuk dalam ordo Nidovirales, famili Coronaviridae, subgenus beta corona virus dengan
nama spesies SARS-CoV2 (sebelumnya disebut 2019-nCoV) 4. Dinamakan corona, karena bentuknya
seperti cincin (corona) pada gerhana matahari.

Gambar 1. Taksonomi virus SARS-CoV2

Beberapa spesies corona virus yang dapat menyerang manusia, antara lain:
 HCoV-229E (subgenus alpha corona virus)
 HCoV-OC43 (subgenus beta corona virus)
 HCoV-NL63 (subgenus alpha corona virus)
 HCoV-HKU 1 (subgenus beta corona virus)
 Middle East Respiratory Syndrome ( MERS; subgenus beta corona virus)
 Severe Acute Respiratory Syndrome ( SARS; subgenus beta corona virus)
Corona virus merupakan virus RNA strain tunggal dengan diameter 60-140 nm,berbentuk bundar,
berkapsul dan tidak bersegmen.Virus ini mempunyai empat macam struktur protein utama 5
 S (Spike)
 E (Envelove)
 N (Nukleokapsid)
 M (Membran)

SITUASI COVID
Covid-19 pertama kali ditemukan di China daratan pada akhir Desember 2019. Kasusnya dengan
cepat meluas keseluruh dunia. Saat ini (25 Februari 2021) sudah masuk ke 219 negara, menyerang
113.100.697 orang, dengan kematian 2.508.913 orang (Case Fatality Rate, CFR 3.0 %), kejadian
tertinggi di Amerika Serikat (28.974.623 kasus dengan 518.363 kematian) 6.
Indonesia memproklamirkan kasus pertamanya pada tanggal 2 Maret 2020. Saat ini (25 Februari
2021) Indonesia sudah mempunyai 1.306.141 kasus dengan 35.254 kematian (CFR 2,7%) tersebar
diseluruh propinsi7. Kota/Kabupaten terdampak sebanyak 510 dengan 310 diantaranya terjadi
transmisi lokal (tabel 2).
Sumatera Selatan mempunyai kasus konfirmasi pertama pada 24 maret 2020. Saat ini (17 Februari
2021) terdapat 15.253 kasus konfirmasi dengan 733 kematian (CFR 4,81%) 8.
Tabel 1. Data kasus covid 19 (25 Feb 2021, Jam 11.45 WIB)
Dunia* Indonesia” Sumatera Selatan’
1.306.141  
Konfirmasi 113.100.697 15.704
35.254 (2,7%)
Jumlah kematian 2.508.913 763 (04,86%)
1.112.725 (85,2%)
Sembuh 84.713.479 13.721 (87,37%)
Kasus aktif 21.878.345 158.162 (12,1%) 1.220 (07,77%)
21.786.521 (99.6%) Ringan
91.824 ( 0.4%) Kritis
Kasus selesai 91.222.352
88.713.439 (97%) Sembuh
2.509.813 ( 3%) Meninggal 35.254 Meninggal 763 Meninggal
6
*Sumber: https://www.worldometers.info/coronavirus/ ; “ Sumber: https://infeksiemerging.kemkes.go.id/7
‘ Sumber: http://corona.sumselprov.go.id/index.php?module=home&id=1 8

BATASAN OPERASIONAL
Batasan operasional berikut, harus dimengerti oleh petugas yang menatalaksana Covid-19.
Batasan ini mengacu pada pedoman pencegahan dan pengendalian covid-19, Revisi 5 9.
1. Kasus Suspek
Seseorang yang memiliki salah satu kriteria:
a. Orang dengan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yaitu demam ≥38 0C atau riwayat demam
DISERTAI
Satu atau lebih gejala/tanda pernapasan seperti: batuk,sesak, sakit tenggorokan, pilek, pneu-
monia ringan hingga berat.
DAN
Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di
negara/ wilayah yang melaporkan transmisi lokal.
b. Orang demam ≥380C atau riwayat demam atau ISPA DAN pada 14 hari terakhir sebelum tim-
bul gejala, memiliki riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi/probable Covid-19.
c. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan perawatan di rumah sakit
DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.

Tabel 2. Daerah dengan transmisi lokal Indonesia 7


No Provinsi Kota dan Kabupaten
1 Aceh Kab. Simeulue, Kab. Aceh Selatan, Kab. Aceh Timur, Kab. Aceh Barat, Kab. Aceh Besar, Kab. Pidie, Kab.
Bireuen, Kab. Aceh Utara, Kab. Aceh Tamiang, Kab. Nagan Raya, Kota Banda Aceh, Kota Lhokseumawe
2 Sumatera Kab. Mandailing Natal, Kab. Tapanuli Tengah, Kab. Asahan, Kab. Karo, Kab. Langkat, Kab. Serdang
Utara Bedagai, Kota Sibolga, Kota Pematang Siantar, Kota Tebing Tinggi, Kota Medan, Kota Binjai, Kota Padang
Sidimpuan, Kota Gunung Sitoli.
3 Sumatera Barat Kab. Pesisir Selatan, Kota Padang, Kota Bukit Tinggi, Kota Pariaman, Kab. Solok, Kab. Sijunjung, Kab.
Tanah Datar, Kab. Padang Pariaman, Kab. Agam, Kab Lima Puluh Kota, Kab. Dharmasraya, Kab. Pasaman
Barat, Kota Solok, Kota Sawah Lunto, Kota Padang Panjang, Kota Payakumbuh
4 Riau Kota Pekanbaru, Kab. Palalawan, Kab. Kampar, Kota Dumai Kab.Bengkalis, Kab. Kepulauan
Meranti, Kab.Indragiri Hilir, Kab. Kuantan Singingi, Kab. Siak, Kab. Rokan Hulu, Kab. Rokan Hilir
5 Kep. Riau Kota Batam, Kab. Bintan, Kota Tanjung Pinang
6 Jambi Kota Jambi
7 Sumatera Kota Prabumulih, Kota Palembang, Kab. OKU, Kab. M. Enim, Kab. Banyu Asin, Kab. Ogan Ilir, Kab. PALI,
Selatan Kota L. Linggau, Kab. Lahat, Kab. Musi Banyuasin. Kab. Empat Lawang, Kab. MURA
8 Bengkulu Kota Bengkulu
9 Lampung Kota Bandar Lampung , Kabupaten Lampung Tengah
10 Bangka Belitung Kab. Belitung, Kab. Bangka, Kab. Bangka Barat, Kab. Bangka Tengah, Kab. Bangka Selatan, Kab. Bel.Timur
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat Kab./Kota Bogor, Kab. Karawang, Kab.Kota Bekasi, kota/kab Bandung, Kota Depok, Kab. Sumedang,
Kab. Bandung Barat, Kota Cimahi
13 Banten Kab/Kota Tanggerang, Kota Tanggerang Selatan, Kota Serang
14 Jawa Tengah Kota Surakarta; Kab/Kota Semarang, Kab. Cilacap, Kab. Banyumas, Kab. Purbalingga, Kab. Banjarne-gara,
Kab. Kebumen, Kab. Purworejo, Kab. Wonosobo, Kab. Magelang, Kab. Boyolali, Kab. Klaten, Kab.
Sukoharjo, Kab. Wonogiri, Kab. Karanganyar, Kab. Sragen, Kab. Grobogan, Kab. Blora, Kab. Pati, Kab. Kudus,
Kab. Jepara, Kab. Demak, Kab. Temanggung, Kab. Batang, Kab. Pekalongan, Kab. Pema-lang, Kab/Kota
Tegal, Kota Magelang, Kota Salatiga, Kab. Rembang, Kab. Kendal, Kab.Brebes, Kota Pekalongan
15 DI Y Kab. Kulon Progo, Kab. Bantul, Kab. Gunung Kidul, Kab. Sleman, Kota Yogyakarta
16 Jawa Timur Kab/Kota Kediri, Kab/Kota Malang; Kab. Sidoarjo; Kab. Magetan; Kota Surabaya, Kab. Tulung-agung, Kab.
Lumajang, Kab. Jember, Kab. Bondowoso, Kab. Situbondo, Kab. Probolinggo, Kab/Kota Pasuruan, Kab. Mo
-jokerto, Kab. Jombang, Kab. Nganjuk, Kab/Kota Madiun, Kab. Bojonegoro,Kab.Tuban, Kab. Lamongan,
Kab. Gresik, Kab. Bangkalan, Kab. Pamekasan, Kab. Sumenep, Kota Probolinggo, Kota Mojokerto, Kota
Batu, Kab.Pacitan,Kab. Ponorogo, Kab. Trenggalek, Kab/Kota Blitar, Kab. Banyuwangi, Kab. Ngawi, Kab.
Sampang
17 Bali Kab. Buleleng; Kab. Jembrana, Kab. Bangli; Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar, Kab. Karang Asem, Kab.
Klungkung, Kab. Tabanan, Kab. Badung
18 NTB Kab. Lombok Barat; Kab. Lombok Timur; Kab. Lombok Tengah, Kab. Sumbawa, Kab. Dompu, Kab. Bima,
Kota Mataram
19 NTT Kab. Sumba Timur, Kab. Ende, Kota Kupang
20 Kalbar Kota Pontianak, Kab. Sambas, Kab. Landak, Kab. Mempawah, Kab. Sintang, Kab. Kapuas Hulu, Kab.
Melawi, Kab. Kubu Raya
21 Kalteng Kota Palangkaraya, Kab. Kapuas, Kab. Murung Raya
22 Kalsel Kab. Banjar, Kab. Barito Kuala, Kab. Tanah Bumbu, Kota Banjar Baru, Kab. Tanah Laut, Kab. Tapin, Kab.
Hulu Sungai Selatan, Kab. Hulu Sungai Tengah, Kab. Hulu Sungai Utara,Kab. Tabalong, Kab. Balangan
23 Kalimantan Kota Balikpapan, Kab. Paser, Kab. Kutai Barat, Kab. Kutai Kartanegara, Kab. Kutai Timur, Kab. Berau, Kab.
Timur Penajam Paser Utara, Kota Samarinda, Kota Bontang
24 Kal. Utara Kab. Malinau, Kab. Bulungan, Kab. Nunukan, Kota Tarakan
25 Sulawesi Kota Manado, Kota Tomohon, Kab. Minahasa, Kab. Minahasa Selatan, Kab. Minahasa Utara, Kota
Utara Bitung, Kota Kotamobagu
26 Sulawesi Kota Palu, Kab. Poso, Kab. Buol, Kab. Bangai, Kab. Bangai Kepulauan, Kab. Morowali, Kab. Dongala, Kab.
Tengah Parigi Moutong, Kab. Tojo Una-Una, Kab. Sigi, Kab. Morowali Utara
27 Sulawesi Kab. Kep. Selayar, Kab. Bulukumba, Kab. Bantaeng, Kab. Jeneponto, Kab.Takalar, Kota Makassar; Kab.
Selatan Gowa, Kab. Sinjai, Kab. Maros, Kab. Pangkajene dan Kepulauan, Kab.Barru, Kab. Bone, Kab.Soppeng,
Kab. Wajo, Kab. Sidenreng Rappang, Kab. Pinrang, Kab. Enrekang, Kab. Luwu, Kab. Tana Toraja, Kab.
Luwu Utara, Kab. Luwu Timur, Kab. Toraja Utara, Kota Parepare, Kota Palopo
28 Sulteng Kota Kendari
29 Gorontalo Kota/Kab. Gorontalo, Kab. Pohuwato, Kab. Bone Bolango, Kab. Boalemo, Kab. Gorontalo Utara
30 Sulbar Kab. Majene, Kab. Polewali Mandar, Kab. Mamuju, Kab. Mamuju Utara, Kab. Mamuju Tengah
31 Maluku Kota Ambon, Kab. Maluku Tengah, Kab. Buru
32 Maluku Utara Kota Ternate, Kab. Kepulauan Sula, Kab. Halmahera Selatan, Kab. Halmahera Utara, Kota Tidore
33 Papua Kab. Mimika, Kota/Kab. Jayapura, Kab. Biak Numfor, Kab.Keerom, Kab. Nabire, Kab. Kep. Yapen
34 Papua Barat Kota/Kab. Sorong , Kab. Kaimana, Kab. Teluk Bintuni, Kab. Manokwari, Kab. Raja Ampat
Update data 17 Februari 2021

Perkembangan data ini, dapat diakses melalui situs


1. https://www.worldometers.info/coronavirus/ , untuk data dunia.
2. https://infeksiemerging.kemkes.go.id/, untuk data Indonesia dan daerah dengan transmisi lokal
3. http://corona.sumselprov.go.id/, untuk data provinsi Sumatera Selatan

2. Kasus Probable
Kasus suspek dengan ISPA berat/Acute Respiratory Distress Syndrom (ARDS)/Meninggal dengan
gambaran klinis yang meyakinkan Covid-19 dan belum ada hasil pemeriksaan laboratorium
Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).
3. Kasus konfirmasi
Pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan tes RT-PCR positif.
a. Dengan gejala (simptomatik)
b. Tanpa gejala (asimptomatik)
4. Kontak Erat
Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable/konfirmasi Covid-19 dalam 2 hari
sebelum kasus timbul gejala sampai 14 hari setelah kasus bergejala (untuk kasus asimptomatik 2
hari sebelum spesimen diambil sampai 14 hari setelah tanggal pengambilan spesimen).
Termasuk kontak erat adalah
a. Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable/konfirmasi dalam radius kurang dari
1 meter denganwaktu 15 menit atau lebih.
b. Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable/konfirmasi (salaman, pegangan tangan, dll).
c. Petugas yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus probable/konfirmasi tanpa
menggunakan Alat Perlindungan Diri (APD) standar.
d. Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian resiko lokal yang
ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi setempat.
5. Pelaku Perjalanan
Seseorang yang melakukan perjalanan dari dalam negeri atau luar negeri pada 14 hari terakhir.
6. Discarded
 Kasus Suspek
Hasil RT-PCR 2 hari berturut turut (24 jam ) hasil negatif.
 Kontak Erat
Telah menyelesaikan masa karantina 14 hari.
7. Selesai isolasi

Kasus probable/konfirmasi yang dapat keluar dari isolasi, kriteria:


- Tanpa pemeriksaan RT-PCR
 Kasus konfirmasi tak bergejala (asimptomatik)
10 hari isolasi mandiri sejak pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi
 Kasus konfirmasi/probable bergejala
- Setidaknya tiga (tiga) hari bebas gejala demam dan gangguan pernapasan.
- Setidaknya 10 hari mulai onset gejala

(misal: bebas gejala hari ke 9 dari onset, maka boleh bebas isolasi hari ke 12).
- Dengan pemeriksaan RT-PCR satu kali
Setidaknya tiga (3) hari bebas gejala demam dan gangguan pernapasan.
8. Kematian
Kasus konfirmasi atau probable Covid-19 yang meninggal.

Batasan operasional pada tatalaksana Covid-19 edisi 3 memasukkan Rapid Diagnostic Test Antigen
(RDT-Ag) dan gejala anosmia serta ageusia. Seseorang dengan gejala anosmia atau ageusia yang tak
Tabel 3. Definisi kasus pada Covid-19
Pedoman pencegahan & pengendalian Covid-19 Pedoman Tatalaksana Covid-19 Edisi 310
Revisi 59
Kasus
Suspek Seseorang yang memiliki salah satu kriteria berikut: Seseorang yang memiliki salah satu kriteria sbb:
0
a. Memenuhi salah satu kriteria klinis dan salah satu
a. Orang dengan ISPA: Demam ≥38 C atau riwayat
kriteria epidemiologis
demam
DISERTAI Kriteria Klinis
≥ 1 gejala/tanda pernapasan: batuk, sesak, sakit Demam ≥380C/riwayat demam dan batuk
tenggorokan, pilek, pneumonia ringan - berat. ≥ 3 Gejala: Demam/Riwayat demam, batuk, fatique,
DAN sakit kepala, mialgia, nyeri tenggorokan, coryza/
Pada 14 hari terakhir sebelum gejala memiliki pilek/hidung tersumbat, sesak, anoreksia/mual/
riwayat perjalanan atau tinggal di negara/ wilayah muntah, diare, penurunan kesadaran
yang melaporkan transmisi lokal.
Kriteria Epidemiologis
b. Orang demam ≥380C atau riwayat demam atau ISPA 14 hari terakhir sebelum gejala tinggal atau bekerja
DAN pada 14 hari terakhir sebelum gejala, memiliki ditempat beresiko tinggi penularan.
kontak erat dengan kasus konfirmasi/ probable
14 hari terakhir sebelum gejala tinggal atau bepergi-
Covid-19.
an di negara/wilayah Indonesia dg transmisi lokal.
(di Pedoman tatalaksana Covid menjadi probable)
14 hari terakhir sebelum gejala bekerja di fasilitas
kesehatan (medis; non medis; petugas investigasi)
b. Seseorang dengan ISPA berat

c. Seseorang yang tidak mempunyai gejala dan tidak


c. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang memenuh kriteria epidemiologis namun hasil RDT-
membutuhkan perawatan di rumah sakit DAN tidak Ag SARS-CoV-2 nya positif.
ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
meyakinkan.
Kasus
Probable Kasus suspek dengan ISPA berat/ ARDS/ Meninggal Kasus distres pernapasan yang meninggal dan memiliki
dengan klinis yang meyakinkan Covid-19 dan belum ada kontak erat dengan kasus probable atau kasus
hasil test RT-PCR. konfirmasi atau terkait cluster Covid 19.

Seseorang dengan klinis suspek dan memiliki kontak


erat dengan kasus probable atau kasus konfirmasi atau
terkait cluster Covid 19.

Kasus Suspek dengan gambaran radiologis Covid 19


yang khas.
Seseorang dengan gejala anosmia (hilang indra pen-
ciuman) atau ageusia (hilang indra perasa) yang akut
dan tak ada penyebabnya yang dapat diidentiikasi
Kasus Seseorang terinfeksi COVID-19 , Tes RT-PCR positif. Seseorang terinfeksi COVID-19, Tes RT-PCR positif.
Konfir- Seseorang dengan RDT-Ag SARS-CoV-2 positif dan
masi memenuhi kriteria kasus suspek atau probable
Seseorang dengan RDT- Ag SARS-CoV2 positif, tanpa
gejala namun memiliki kontak erat dengan kasus
probable atau kasus konfirmasi
a. Dengan gejala (simptomatik)
a. Dengan gejala (simptomatik)
b. Tanpa gejala (asimptomatik)
b. Tanpa gejala (asimptomatik)
Kontak Orang yang kontak dengan kasus probable/konfirmasi Orang yang kontak dengan kasus probable atau
erat Covid-19 dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala sam- konfirmasi Covid-19
pai 14 hari setelah kasus bergejala (untuk kasus asimpto- (SAMA, tidak berubah)
matik 2 hari sebelum spesimen diambil sampai 14 hari
setelah tanggal pengambilan spesimen).
Termasuk kontak erat adalah
a. Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus
probable/konfirmasi dalam radius kurang dari 1
meter denganwaktu 15 menit atau lebih.
b. Sentuhan fisik langsung dengan kasus
probable/konfirmasi (salaman, pegangan tangan, dll).
c. Petugas yang memberikan perawatan langsung
terhadap kasus probable/konfirmasi tanpa
menggunakan Alat Perlindungan Diri (APD) standar.
d. Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya
kontak berdasarkan penilaian resiko lokal yang
ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi
setempat.

diketahui penyebabnya masuk kedalam kasus probable. Seorang dengan RDT-Ag SARS-CoV-2
positif masuk kriteria suspek bila tak bergejala dan masuk kriteria kasus konfirmasi bila memenuhi
kriteria suspek atau probable10.

PENULARAN
Sumber penularan
Orang sakit, baik yang bergejala ataupun tak bergejala.
Cara penularan
 Droplet
Partikel berisi air dengan diameter ≥ 5µm.
Menular melalui kontak jarak dekat, dalam 1 meter.
 Kontak
- Kontak langsung dengan pasien.
- Kontak tidak langsung, akibat tangan menyentuh benda/permukaan yang terkontaminasi
droplet dan tangan mengusap hidung atau mulut.
 Aerosol
Penularan lewat partikel ukuran < 5µm, transmisi melalui udara.
Prosedur yang menghasilkan aerosol, antara lain: intubasi endotrakeal, bronkoskopi, suksion
terbuka, ventilasi manual, trakeostomi. Lama partikel bertahan dipermukaan dipengaruhi jenis
permukaan, suhu, kelembaban lingkungan. Virus dapat bertahan 72 jam pada permukaan plastik
dan stainless steel, kurang dari 4 jam pada tembaga, kurang dari 24 jam pada kardus 11.

.
Gambar 2. Jalur droplet dan airborne12
Aerosol (ukuran <5 μm), dapat menularkan dalam jarak dekat (1 meter), jarak jauh (2 meter) dan kontak tak
langsung. Droplets (ukuran ≥ 5 μm) bertanggung jawab terhadap penularan jarak dekat dan jalur tak langsung.

PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI


Sampai saat ini, patogenesis Covid-19 masih belum diketahui sepenuhnya. Ahli mempelajarinya
berdasarkan spesies corona virus sebelumnya.
SARS-CoV-2 hanya dapat bereplikasi di dalam sel inang,tanpa sel inang virus tersebut tidak akan
hidup.
Proses berkembangnya virus terdiri dari beberapa langkah
1. Perlekatan virus pada permukaan sel inang
Protein S pada permukaan SARS-CoV-2 berikatan dengan reseptor angiotensin converting
enzyme 2 (ACE-2) pada permukaan sel.
Reseptor ACE-2 ini banyak dijumpai pada mukosa nasofaring, mukosa orofaring, sel epitel alveo-
lar, arteri, jantung, ginjal dan usus.
2. Penetrasi virus kedalam sel inang
Selanjutnya terjadi fusi selubung virus dengan membran sel (endositosis) yang dimediasi reseptor
Transmembrane Serine Protease-2 (TMPRSS2).
3. Pelepasan RNA, Translasi, Transkripsi dan Replikasi
 Setelah virus masuk ke sitoplasma, genom RNA akan keluar akibat amplop (pembungkus) nya
terkelupas.
 Genom RNA virus keluar dari selaput virus, sebagian berfungsi sebagai template untuk sinte-
sa RNA dan sebagian berfungsi sebagai mRNA.
 Genom yang berfungsi sebagai mRNA akan ditranslasikan menjadi berbagai protein dengan
bantuan ribosom sel inang.
Salah satu protein yang terbentuk adalah RNA-dependent RNA polymerase (RdRP) yang
digunakan untuk replikasi RNA.
Sebagian genome RNA lain digunakan untuk sintesa RNA negatif, yang akan digunakan untuk
template sintesa RNA berikutnya.
4. Pematangan
RNA positif akan dibungkus oleh protein pembentuk tubuh virus. Glikoprotein pada selubung
virus yang baru terbentuk masuk kedalam membran retikulum endoplasma atau Golgi sel. Terjadi
pembentukan nukleokapsid yang tersusun dari genom RNA dan protein nukleocapsid.
5. Pelepasan
Virus dikeluarkan dari sel

Virus yang masuk kedalam sel inang dapat dikenali oleh reseptor imune bawaan (innate) seperti RNA
sensor (TLR7/8; RIG-I/MDA-5) dan infllammasome sensore (NLRP3), selanjutnya akan terjadi aktivasi
NF-KB,IRF3/7 dengan produk sitokin pro-inflamasi (IL1, IL6, IL8, TNF alpa dan Interferon).
Langkah 1
Langkah 5

Langkah

Langkah 3 Langkah 4

Gambar 3. Patogenesis dan respons imun pada SARS-CoV-213


1. Perlekatan virus pada sel inang; 2. Penetrasi virus kedalam sel inang; 3. Pelepasan RNA, Translasi, Transkripsi
dan Replikasi; 4. Pematangan; 5. Pelepasan

Antigen virus akan dipresentasikan kepada Antigen Precenting Cell (APC) yang akan menstimulasi
respons imun seluler dan humoral. Pelepasan sitokin yang berlebihan akan menimbulkan respons
klinis seperti batuk, sesak, sampai penurunan saturasi oksigen, penurunan limfosit atau ARDS.

Gambar 4. Respons immune pada Covid-1914

GEJALA KLINIS
Covid-19 menyerang semua kelompok umur dan kelamin, walaupun secara data lebih sering pada
laki laki. Rerata umur terserang adalah 51,97 tahun. Angka kematian lebih tinggi pada kelompok
yang mempunyai penyakit penyerta (comorbid diseases)15.
Keluhan yang paling sering dijumpai adalah keluhan Influenza Like Ilness (ILI), namun dia dapat
bermanifestasi sistemik16.
Penyakit penyerta yang sering dijumpai adalah Hipertensi, Penyakit hati kronik, Penyakit kardiovas-
kular, COPD, Keganasan dan Diabetes.
Masa inkubasi bervariasi antara 2 sampai 14 hari (rata rata 5-6 hari), dengan manifestasi klinis ber-
variasi dari ringan sampai berat.
Berat ringannya penyakit berdasarkan gejala, dikelompokkan dalam:
a. Tanpa gejala
b. Ringan/tidak berkomplikasi
Pasien dengan keluhan ringan, bisa berupa demam, batuk, sesak, produksi sputum, sakit mene-
lan, batuk darah, gangguan penciuman ataupun gangguan rasa 17.
Keluhan sistemik seperti mialgia, pusing, cepat capek, penurunan napsu makan ataupun diare.
Berdasarkan penyakit penyerta dibagi atas:
- Ada penyakit penyerta
- Tidak ada penyakit penyerta
40% dari kasus bergejala
c. Sedang/Moderat
Pasien dengan gambaran pneumonia yang tidak membutuhkan suplementasi oksigen.
40% dari kasus bergejala.
d. Berat
Pasien dengan gambaran pneumonia berat
Pasien dengan demam/ISPA ditambah
- Frekuensi pernapasan ≥ 30x/menit
- Distress pernapasan (PaO2/FiO2 < 300)
- Saturasi oksigen  93% pada udara kamar
Infiltrat pada paru melebihi 50% dalam 24-48 jam
15% dari kasus bergejala.
e. Pasien kritis
Pasien dengan gagal napas, Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), syok sepsis ataupun
kegagalan multi organ.
5% dari kasus bergejala.
Perjalanan penyakit Covid-19 dapat dilihat pada gambar 5.

Tabel 4. Gejala dan faktor resiko Covid-1918

LABORATORIUM15,19
 Darah rutin
- Leukosit: Normal atau leukopenia
Leukositosis bila ada komorbid infeksi
- Limfofenia
Akibat penurunan limfosit, maka perbandingan Neutropil dan limfosit akan meningkat.
Neutrofil Limfosit Ratio (NLR) ≥ 5,8 memperlihatkan kecurigaan Covid-19.
Virus SARS-CoV-2 mempunyai kemampuan untuk menghancurkan limfosit, bertambah banyak
jumlah virus bertambah rendah limfosit nya, oleh karena itu jumlah limfosit bisa menjadi
marker tidak langsung jumlah virus.
- Anemia
- Trombositopenia
- Peningkatan LED
 Penurunan albumin
 Peningkatan CRP, Peningkatan IL6 dan IL10
 Peningkatan serum procalcitonin
 Peningkatan LDH
 Peningkatan SGOT dan SGPT
 Peningkatan kreatinin
 Peningkatan d-Dimer dan fibrinogen
 Peningkatan CPK
 Rapid test antibodi tak direkomendasikan untuk diagnostik (hanya untuk skrining)

Tabel 5. Pembagian pasien kritis20


Pasien kritis Kriteria
ARDS Edema paru akut yang bukan disebabkan gagal jantung atau kelebihan cairan, terjadi
secara akut (dalam waktu 1 minggu).
Dapat dibantu pemeriksaan CT scan toraks, ultrasonografi paru, ekokardiograpi.
Tidak ditemukan faktor risiko lain.
Kriteria ARDS dewasa:
• Ringan: 200 mmHg <PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg (dengan PEEP atau continuous positi-
ve airway pressure (CPAP) ≥5 cmH2O, atau yang tidak diventilasi).
• Sedang: 100 mmHg <PaO2 / FiO2 ≤200 mmHg dengan PEEP ≥5 cmH2O, atau
yang tidak diventilasi.
• Berat: PaO2/FiO2 ≤ 100 mmHg dengan PEEP ≥5 cmH2O, atau yang tidak diventilasi
• Jika PaO2 tidak tersedia, indikasikan ARDS adalah SpO2/FiO2 ≤315
(termasuk pasien yang tidak diventilasi.)
Sepsis Pasien dewasa : Disfungsi organ akut yang mengancam nyawa.
Akibat respon regulasi yang salah terhadap infeksi.
Gejala: Kesadaran menurun, sesak/susah bernapas, saturasi oksigen turun, jumlah
urin kurang, heart rate meningkat, nadi lemah , ektremitas dingin, tek darah
rendah, skin mottling.
Labor: koagulopati,trombositopenia,asidosis, laktat meningkat, hyperbilirubinemia
Syok sepsis Pasien dewasa: hipotensi menetap meskipun sudah dilakukan resusitasi cairan;
Membutuhkan vasopresor untuk mempertahankan mean arterial pressure (MAP)
≥65 mmHg dan kadar laktat serum > 2 mmol/L.
Dapat dibantu dengan skor SOFA
Multi Organ Failure Gangguan fungsi beberapa organ
Gambar 5. Perjalanan klinis covid-1921

Pemeriksaan RT-PCR
Pemeriksaan RT-PCR merupakan goald standard pada diagnosis covid-19 (RT-PCR, PCR untuk HIV,
Test Cepat Molekular untuk tuberkulosis, dan LAMP merupakan bagian dari Nuclec Acid Amplication
test/NAAT).

Sampel dapat dari saluran napas atas (usap nasofaring/orofaring, aspirat nasofaring), saluran napas
bawah (sputum, bronchoalveolar lavage, aspirat trachea, biopsi paru), feses, urin dan serum.
Sampel saluran napas atas, nilai positifnya tinggi pada awal perjalanan penyakit (tiga hari pertama
simptom) oleh karena tingginya jumlah virus pada saluran napas atas. Sampel saluran napas bawah
mempunyai sensitifitas angka positif yang tinggi dalam waktu yang panjang.
Pemeriksaan RT-PCR dilakukan dua hari berturutan, salah satu hasil positif dapat dinyatakan positif
(jadi kalau swab hari pertama sudah positif maka tak perlu diambil swab hari kedua).
Kasus dikatakan konfirmasi bila hasil pemeriksaan RT-PCR positif.
Kemungkinan hasil RT-PCR negatif, dapat diakibatkan oleh:
1. Kualitas spesimen tidak baik
2. Spesimen diambil pada akhir masa infeksi atau masih sangat awal
3. Spesimen tidak dikelola dan tidak dikirim dengan transportasi yang tepat
4. Mutasi virus
RT-PCR sangat baik kalau dikombinasikan dengan serologi oleh karena dapat mengetahui proses
perjalanan penyakitnya (tabel 7)

Tabel 6. Jadwal pemeriksaan PCR diagnostik


Kriteria Kasus Jenis spesimen Waktu Pengambilan
Suspek dan Probable Hari 1 dan 2
Usap nasofaring/orofaring,
Kontak Erat Sputum Bila ada perburukan gejala
dalam 14 hari
Bronchoalveolar lavage

Aspirat nasopharyngeal/trachea

Biopsi paru
Serum

Pemeriksaan RDT-Ag SARS-CoV2


RDT-Ag digunakan untuk skrining, pelacakan kontak dan penegakan diagnosis Covid-19. Pemeriksaan
baik pada fase akut (7 hari pertama sejak onset gejala), karena setelah itu banyak negatifnya.
RDT-Ag sangat bermanfaat pada tempat dengan akses sulit terhadap RT-PCR/NAAT. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia memberikan kriteria dan alur RDT-Ag dengan memperhatikan 22:
 Gejala klinis dan riwayat kontak erat, apakah pasiennya asimptomatik dan bukan kontak erat
atau simptomatik/kontak erat

 Lamanya waktu pengiriman sampel dan penerimaan hasil NAAT/PCR


- Kriteria A: Waktu pengiriman dan penerimaan <48 jam. Pada kondisi ini pelacakan kontak dan
penegakan diagnosis dengan NAAT, skrining dengan RDT Ag lanjut konfirmasi dengan NAAT.
- Kriteria B: Waktu pengiriman dan penerimaan antara 48-72 jam. Pada kondisi ini pelacakan
kontak, penegakan diagnosis dan skrining dengan RDT Ag sementara konfirmasi dengan NAAT
- Kriteria C: Waktu pengiriman dan penerimaan > 72 jam. Pada kondisi ini pelacakan kontak
dan penegakan diagnosis dengan dengan RDT Ag.

Gambar 6. Alur penggunaan kriteria C RDT-Ag22


Tabel 7. Interpretasi hasil PCR dan serologi Rapid test ( kutip 23)
PCR IgM IgG Interpretasi
+ - - Pasien pada priode jendela infeksi
+ + - Pasien pada awal infeksi
+ + + Pasien pada fase aktif infeksi
+ - + Pasien pada fase akhir infeksi
- + - Pasien pada awal infeksi, PCR mungkin negatif palsu
- - + Pasien sudah sembuh, dulunya infeksi

PENCITRAAN
Pada pemeriksaan foto thorak dapat dijumpai gambaran pneumonia bilateral, unilateral atau
ground-glass opacity.
Pada CT Scan thorak dijumpai gambaran normal sampai gambaran konsolidasi.
Persatuan ahli radiologi Amerika Utara, membagi gambaran CT scan thorak dalam 4 kelompok 24:
a. Gambaran khas (Tipikal)
Gambaran ground glass opacity bilateral di daerah perifer, dengan/tanpa konsolidasi, dengan/
tanpa crazy paving (garis intralobular)
Gambaran ground glass opacity multifokal dengan/tanpa konsolidasi, dengan/tanpa crazy paving.
b. Gambaran indeterminate
Gambaran ground glass opacity multifokal yang diffuse didaerah perihiler
Gambaran ground glass opacity unilateral dengan atau tanpa konsolidasi dengan distribusi yang
tidak spesifik, lokasi bukan di perifer, bentuknya tidak rounded
Gambaran GGO minimal, lokasi bukan di perifer, bentuknya tidak rounded.
c. Gambaran tidak khas (atipikal)
Gambaran konsolidasi lobus atau segmen paru tanpa gambaran GGO
Gambaran nodul kecil yang menyebar (sentrilobular), cavitas, penebalan septum interlobularis
dan efusi pleura.
d. Tidak ada kelainan
Biasanya terjadi pada stadium awal Covid-19.

A B

Gambar 7. Rontgen thorax Covid-1925


A. Gambaran khas (tipikal), opasitas diffuse, bilateral, dominant bagian bawah paru.
B. tak khas (atipikal),opasitas diffuse, bilateral. Tanpa adanya zona paru yang dominan.

TALAKSANA
Tatalaksana pada rawat jalan
1. Skrining semua pasien poliklinik
 Periksaan suhu
 Anamnesis mengenai gejala ISPA, riwayat kontak erat dengan kasus probable/konfirmasi,
riwayat perjalanan dari daerah/negara dengan transmisi lokal dalam 14 hari terakhir (pada
orang tua dan kondisi immunosupresif gejala dapat tidak khas seperti; kehilangan nafsu
makan, diare, penurunan mobilitas, cepat capek, delirium, tanpa panas).
 Selama skrining pastikan memakai APD standar dan jarak minimal satu meter.
 Pasien harus memakai masker.
2. Tentukan status pasien (kontak erat, suspek, probable, konfirmasi) dan tindakan yang dilakukan
a. Tidak memenuhi kriteria
Pasien berobat sesuai poliklinik tujuannya
a. Meragukan
Boleh dilakukan pemeriksaan tambahan sederhana
 Pencitraan: Rontgen thorak PA
 Laboratorium darah rutin (termasuk LED dan N/L rasio) sampai lengkap
 CRP
 Rapid test (IgM dan IgG Antibodi; Antigen )
b. Memenuhi kriteria
Kontak erat
- Anjurkan karantina mandiri selama 14 hari
- Berikan edukasi apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dirumah
- Data dicatat lengkap, agar bidang yanmed dapat berkoordinasi dengan dinas kesehatan
Provinsi/kota/kabupaten untuk tindak selanjutnya.
Suspek atau Probable
Tentukan ada tidaknya faktor resiko (tabel 4) dan tingkat keparahan
Ringan
- Isolasi mandiri selama 14 hari maksimal.
- Isolasi Rumah Sakit bila mempunyai komorbid atau kemungkinan terjadi perburukan.
- Rencanakan pemeriksaan RT-PCR 2 hari berturut turut.
- Untuk pasien isolasi mandiri, data dicatat lengkap, agar bidang yanmed dapat berkoor-
dinasi dengan dinas kesehatan Provinsi/kota/kabupaten untuk tindak selanjutnya.
Sedang
- Isolasi mandiri atau rawat ruang isolasi non-ventilator atau rujuk ke Rumah Sakit lini dua.
- Rencanakan pemeriksaan RT-PCR 2 hari berturut turut.
- Untuk pasien isolasi mandiri, data dicatat lengkap, agar bidang yanmed dapat berkoor-
dinasi dengan dinas kesehatan Provinsi/kota/kabupaten untuk tindak selanjutnya.
Berat/kritis
- Isolasi Rumah Sakit ruang intensif
Konfirmasi tanpa gejala, gejala ringan dan tanpa faktor resiko
- Isolasi mandiri dirumah maupun fasilitas khusus selama 10 hari.
Selama isolasi dapat dilakukan:
- Pengecekan suhu pagi dan malam hari
- Kamar tidur sendiri
- Buka jendela kamar secara berkala, sehingga cahaya dan udara bisa masuk
- Bersihkan kamar setiap hari
- Piring dan gelas makan tersendiri, dicuci segera dengan air sabun
- Bila terpaksa keluar kamar selalu memakai masker dan physical distancing dengan anggota
keluarga
- Pakaian kotor dibungkus dalam kantong, dicuci terpisah dengan pakaian keluarga
- Jaga etika batuk dan cuci tangan sesering mungkin
- Berjemur matahari 10 sampai 15 menit setiap harinya
- Bila timbul gejala, segera kontak dengan petugas kesehatan
- Terapi farmakologis10
• Vitamin C oral 3 sampai 4 x500mg selama 15 hari
Vitamin C tablet isap 2x 500mg selama 30 hari
Multivitamin yang mengandung vitamin C 1x1 tab atau 1x2 tab selama 30 hari
• Vitamin D oral, 1x 1000 IU (tablet) atau 1x 5000 IU (tablet kunyah)
• Pengobatan komorbid
• Antivirus (oseltamivir /favipiravir); azitromisin 1x 500mg 5 hari pada gejala ringan

Tatalaksana pada instalasi gawat darurat (IGD)


1. Skrining semua pasien yang datang ke IGD (lihat rawat jalan).
2. Tentukan status pasien
Apakah memenuhi kriteria kontak erat, suspek, probable atau konfirmasi.
3. Tentukan tingkat keparahan dan faktor resiko
Apakah tak bergejala, gejala ringan, sedang, berat atau kritis
 Untuk yang tak bergejala, tidak dirawat di rumah sakit, cukup isolasi mandiri atau fasilitas
khusus.
 Untuk gejala ringan sampai sedang, tidak harus rawat rumah sakit, bisa isolasi mandiri atau
fasilitas khusus (tabel 8).
Tatalaksana seperti rawat jalan, data dicatat lengkap agar yanmed dapat berkoordinasi
dengan dinas kesehatan kabupaten/kota/propinsi untuk tindak lanjutnya.
- Gejala ringan dapat rawat inap bila ada kekhawatiran terjadinya perburukan yang cepat
dan pada pasien beresiko tinggi/dengan komorbid.
 Untuk kasus sedang dan berat dilakukan pemeriksaan di ruang isolasi. Sambil menunggu
penempatan (ruang isolasi biasa atau ICU), tatalaksana sesuai ruang perawatan.
 Rujuk RS lain via sisrute bila tempat penuh.
 Rawat ruang biasa bila tak dijumpai tanda Covid-19.

Tatalaksana pada ruang perawatan


Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada awal masuk, antara lain:
• Darah rutin (termasuk hitung jenis, LED, NL rasio) dan Urin Rutin
• Waktu perdarahan
• CRP
• PCT
• Fungsi hati (SGOT, SGPT); Fungsi ginjal (Ureum, Kreatinin); LDH; Gula Darah
• Elektrolit: Na, K, Mg, C
• Albumin dan Globulin
• Pencitraan: Rontgen thorax PA; CT Scan (opsional)
• PCR
• Pada kasus berat dapat
- Faal hemostatik: d-Dimer; Fibrinogen; PT, APTT
- Analisa Gas darah
- Kultur darah
- Ferritin

1. Tatalaksana kasus belum terkonfirmasi


Pasien yang dirawat adalah kasus Suspek sedang, Suspek berat dan Probabel
- Masukkan ruang isolasi (untuk pencegahan transmisi), jangan digabung dengan pasien lain.
- Istirahat total
- Intake kalori adekuat
- Kontrol elektrolit, status hidrasi dan saturasi oksigen.
- Tatalaksana seperti kasus konfirmasi.
2. Tatalaksana kasus terkonfirmasi
a. Kasus terkonfirmasi dengan gejala ringan dengan faktor resiko
isolasi selama 10 sampai 14 hari sejak muncul gejala (3 hari diantaranya bebas gejala ISPA).
Terapi non farmakologis
- Sama seperti kasus konfirmasi tanpa gejala (lihat rawat jalan).
Terapi farmakologis
- Vitamin C
3 - 4 x 500mg oral (14 hari); 2x 500mg tablet isap (30 hari); Multivitamin yang ada vitamin C 1
- Vitamin D oral, 1x 1000 IU (tablet) atau 1x 5000 IU (tablet kunyah)
- Azitromisin 1 x 500mg oral selama 5 hari.
- Obat simptomatik.
- Obat komorbid.
- Antiviral
 Oseltamivir 2x75 mg oral selama 5 sampai 7 hari
 Favipiravir 2x600mg selama 5 hari atau 2 x 1.600mg (hari 1) lanjut 2 x 600mg sampai 5 hari
 Lopinavir kombinasi Ritonavir 2 x 400/100mg (umumnya konversi di hari 13)
 Ribavirin 1x2gr oral, selanjutnya 3x600mg (kutip 26)
 Darunavir/Cobicistat 1x 800mg/150mg selama 5 hari (kutip 26)
 Umienovir
b. Kasus terkonfirmasi dengan gejala sedang
Rawat di Rumah Sakit atau Rumah Sakit Rujukan
Terapi non farmakologis
- Istirahat total
- Intake kalori adekuat
- Pantau saturasi oksigen
- Kontrol elektrolit, status hidrasi
Terapi farmakologis
- Vitamin C
Dosis 200-400 mg dalam NaCl 0,9% 100 cc, habis dalam 1 jam setiap 8 jam
- Vitamin D
- Azitromisin; 1x500mg IV (oral) atau levofloksasin IV (oral) 1x750mg selama 5-7 hari
- Antiviral
Lihat gejala ringan
Remdesivir 200 mg drip hari 1, lanjut 100 mg drip hari 2 sampai 5 (dapat sampai 10 hari)
(WHO Solidarity Trial, Remdesivir memberikan efek minimal pada perawatan COVID-1927;
Beigel dan kawan kawan, Remdisivir mempercepat kesembuhan pasien Covid-19 secara
bermakna dibanding plasebo28 )
- Obat simptomatis dan komorbid
- Antikoagulan bila diperlukan
c. Kasus terkonfirmasi dengan gejala berat
Rawat di Rumah Sakit ruang intensive

Terapi non farmakologis


- Istirahat total
- Intake kalori adekuat
- Suplementasi oksigen, bila SpO2 < 93%
 Pantau dengan pulse oksimetri
 Mulai dengan pemberian 5l/menit dengan nasal kanul sampai 10 – 15 l/menit dengan NRM
 Dapat lanjut tindakan berikutnya seperti High flow nasal oygen (lihat gejala kritis)
- Kontrol elektrolit, status hidrasi

Tabel 8. Tempat karantina dan pemeriksaan RT-PCR


No Batasan Operasional Tempat Karantina/Isolasi Tindakan

1 Kontak Erat - Karantina mandiri Periksa RT-PCR hari 1 dan 2


Atau di fasilitas Institusi/pemerintah (khusus nakes) pada kasus
- Pengawasan dinkes probabel/konfirmasi
2 Kontak erat dengan - Karantina di fasilitas institusi/pemerintah
faktor resiko* atau di Rumah Sakit Pengawasan 14 hari
- Pengawasan dinkes/RS
3 Suspek gejala ringan - Isolasi mandiri Periksa RT-PCR hari 1 dan 2
Atau di Fasilitas institusi/negara - Discarded bila hasil neg
- Pengawasan dinkes - Konirmasi bila hasil pos
4 Suspek gejala ringan - Isolasi di fasilitas institusi/pemerintah Periksa RT-PCR hari 1 dan 2
- Ada faktor resiko* atau di Rumah Sakit
- Fasilitas rumah tak - Pengawasan dinkes/RS
memadai
5 Suspek dg faktor resiko  Isolasi RS atau RS Rujukan Periksa RT-PCR hari 1 dan 2
tak terkontrol
6 Suspek gejala sedang - Isolasi Rumah Sakit Periksa RT-PCR hari 1 dan 2
7 Suspek gejala berat - Isolasi RS Rujukan Periksa RT-PCR hari 1 dan 2
8 Probabel -Isolasi RS Rujukan Periksa RT-PCR
9 Konfirmasi tanpa gejala - Isolasi mandiri Tak ada evaluasi RT-PCR
Atau di fasilitas institusi/negara Pengawasan 10 hari
- Pengawasan dinkes
10 Konfirmasi tanpa gejala - Isolasi di fasilitas institusi/pemerintah/RS Tak ada evaluasi RT-PCR
Ada faktor resiko* - Pengawasan dinkes/RS Pengawasan 10 hari
11 Konfirmasi sakit ringan - Isolasi mandiri Tak ada evaluasi RT-PCR
Atau di fasilitas institusi/negara Pengawasan ≥ 10 hari
- Pengawasan dinas kesehatan (3 hari bebas gejala)
12 Konfirmasi gejala ringan - Isolasi di fasilitas institusi/pemerintah Tak ada evaluasi RT-PCR
dg fasilitas rumah tak atau di Rumah Sakit Pengawasan ≥ 10 hari
memadai - Pengawasan dinkes/RS (3 hari bebas gejala)
13 Konfirmasi gejala - Isolasi RS atau RS rujukan Tak ada evaluasi RT-PCR
sedang Pengawasan ≥ 10 hari
(3 hari bebas gejala)
14 Konfirmasi gejala berat - Isolasi RS Rujukan Evaluasi RT-PCR 1 kali
Pengawasan ≥ 10 hari
(3 hari bebas gejala)
* lihat tabel 4; RS Rumah Sakit. Modifikasi dari 9

Terapi farmakologis
- Vitamin C, diberikan dalam bentuk drip setiap 8 jam selama perawatan
Dosis 200-400 mg dalam NaCl 0,9% 100 cc, habis dalam 1 jam
- Vitamin D
Dosis: 400 – 1000 IU/hr (Suplemen); 1000 – 5000 IU/hr (Sebagai Obat)
- Azitromisin; 1x500mg IV atau levofloksasin IV 1x750mg selama 5-7 hari
- Antiviral (lihat gejala sedang)
- Antikoagulan sesuai indikasi
- Kortiko steroid seperti deksametason (lihat gejala kritis)
- Obat simptomatis
- Pengobatan komorbid dan komplikasi
- Antibiotik
 Diberikan secara empirik dalam satu jam pertama, bila dicurigai sepsisnya bakterial
 Lakukan de-eskalasi apabila sudah ada hasil kultur
 Lama pemberian antara 5 sampai 7 hari
 Periksa kadar prokalsitonin (PCT), kadar awal > 0,25 µg/L sangat mungkin bakterial dan di-
berikan antibiotik. Periksa ulang kadar PCT setelah 2 sampai 3 hari , bila turun antibiotik
dapat disetop, bila naik atau turun tak signifikan maka antibiotik dapat dilanjutkan.
Gambar 8. Pemberian antibiotik berdasarkan kadar procalcitonin29

d. Kasus terkonfirmasi dengan gejala kritis


Rawat di Rumah Sakit ruang intensive
Terapi non farmakologis
 Suplementasi oksigen dengan High flow nasal oygen (HNFO) pada pasien gagal napas hipokse-
mi dengan pemantauan ketat.
- Target SpO2 92-96%
- Inisiasi dengan flow 30 l/mnt, FiO2 40%, titrasi 5-10 l/mnt bila target belum tercapai
- Evaluasi setiap 2 jam dengan menggunakan indeks ROX
- Pasien dikatakan aman (tak membutuhkan ventilator) bila indeks ROX ≥ 4,88 pada jam ke-
2, 6 dan 12.
- Lakukan intubasi endotrakeal bila evaluasi 1-2 jam pertama mengalami perburukan atau
tidak perbaikan (indeks ROX < 3,85).

Rumus indeks ROX = (SpO2/iO2)/ laju napas

 Noninvasif Ventilation (NIV)


- Tindakan sementara untuk mencegah pemakaian intubasi
- Target SpO2 92-96% , target tidal volume 6-8 ml/kg, PaO2 >60 mmHg, rasio PF ≥ 200
- Dapat kombinasi dengan posisi tengkurap (awake prone position)
- Evaluasi dalam 1 sampai 2 jam, bila tidak tercapai target atau terjadi perburukan segera
dilakukan metoda ventilasi invasif.
 Ventilasi mekanik
 Extra Corporeal Membrane Oxygenation (ECMO)
Diindikasikan pada:
- PaO2/FiO2 < 60mmHg selama >6 jam
- PaO2/FiO2 < 50mmHg selama > 3jam
- pH <7,2 dan PaCO2 >80 mmHg selama 6 jam
Tindakan lifesaving pada pasien dengan disfungsi akut jantung dan/atau paru 30
Ada 2 jenis
- Venous-Venous ECMO (VV ECMO)
Memberikan support pada paru (memasukkan O 2 dan mengeluarkan CO2 ke /dari darah).
- Veno-Arterial ECMO (VA ECMO)
Memberikan support pada paru dan jantung.
 Resusitasi cairan
Pada Shock sepsis berikan bolus cairan kristaloid 250 – 500 ml dalam 15 sampai 30 menit
Terapi farmakologis
- Sesuai dengan gejala berat
- Obat obat opsional
 Tocilizumab (Inhibitor IL6) dosis 4-8mg/kgBB (maksimal 400mg) IV, dapat diulangi sampai 3
kali dengan interval waktu 8 sampai 12 jam.
 Plasma konvalesent31
- Diambil dari plasma donor yang sudah sembuh dari Covid-19 (dengan sarat tertentu)
- Penyimpanan pada suhu 2-6oC dalam blood refrigerator dapat bertahan sampai 40 hari,
sementara penyimpanan dalam plasma refrigerator pada suhu -18 o C dapat bertahan
sampai 12 bulan.
- Dapat diberikan satu atau dua unit plasma (400 ml) dalam satu atau 2 hari dengan
kecepatan lambat, proses selesai dalam 4 jam.
- Plasma konvalesent yang disimpan beku harus dicairkan dulu dalam water bath bersuhu
30-37 oC atau alat penghangat lainnya sehingga mencair dan bisa digunakan.
- Transfusi plasma konvalesent berikutnya sesuai dengan kondisi dan respons klinik
resipien.
 Interferon
Bisa diberikan secara nebul
 Antagonis reseptor IL1 (Anakinra)
- Dosis 2x100mg (hari 1 sd 3) dilanjutkn dengan 1 x 100mg (hari 4 sampai 7).
 Vasopressor (norepinefrin, epinefrin, vasopressin, dopamin)
 Intravenous immunogglobulin (IVIg) dosis tinggi 32
- Dosis 25 gr/hr (0,3-0,5 g/kg BB) selama 5 hari
 Kortikosteroid
- Tidak digunakan secara rutin
- Pertimbangan untung rugi (peningkatan resiko infeksi, penurunan viral clearance, hiper-
glikemia, hipokalemi, hipernatremia,dll)
- Pemberian jangka pendek
- Sangat baik pada kasus berat dan kritis
Indikator: turunnya angka kematian, pemakaian ventilator dan pemakaian oksigen 33
- Deksametason oral /IV 1 x 6 mg, Prednison oral 1x40mg, Methylprednison IV 4 x
10mg, Hydrocortison IV 3 x 50mg. Semuanya antara 7 sampai 10 hari 33.
 Antikogulan
Propilaksis
Berikan Unfractionated Heparin (UH ) atau Low Molecular Weight Heparin (LMWH, misal
enoxiparin)pada kasus dengan hiperkoagulopati (peningkatan D-dimer).
1. LMWH 1 x 0,4 cc subcutan (2 x 0,4 cc pada gejala kritis)
2. UH 2 x 5.000 U subcutan (3 x 7.500 U pada gejala kritis)
Dosis dapat ditingkatkan sesuai berat badan: 3x 10.000 U (UH) atau 2 x0,5 cc (LMWH)
Terapeutik
Bila ada emboli paru atau DVT
Ringkasan terapi farmakologi berdasarkan kesepakatan lima organisasi profesi di Indonesia dapat
dilihat pada gambar 9.
PAPDI, PDPI, PERKI, PERDATIN, IDAI. Pedoman Tatalaksana COVID-19. Edisi 3; Desember 2020.

Pha rm a c o -the ra p y c o nfirm e d Co vid -19 p a tie nts


Ring a n Se d a ng
Ta np a Ge ja la Be ra t/ Kritis
(unc o m p lic a te d ) (m o d e ra te )

 O b a t ko m o rb id  Oba t ko m o rb id dan
ko m p lika si  Vit. C d rip 200-400m g / 8 ja m  Vit. C d rip 200-400 m g / 8 ja m
 Vit. C
 Vit. C o ra l  Vit. D  Vit B1 1 a m p / 24 ja m
• O ra l , 3-4 x 500 m g
 Vit D  Vit. D
(14 h a ri)  Azitro m isin 500 m g o ra l/ IV,  Azitro m isin 500 a ta u
• Ta b le t isa p 2 x  Azitro m isin 1x500m g (5 h r) a ta u le v o flo xa c in 750 le v o flo xa c in (O ra l/ IV) 5- 7 h ri
500m g (30 h a ri) m g / 24 ja m o ra l/ IV (5-7 h a ri)
 An tiv iru s  AB p a d a se p sis b a kte ria l
• Mu ltiv ita m in (C ,B, E,
• O se lta m iv ir 2 x 75m g  Antiviru s  Antiviru s
Zin k)1-2 ta b le t/ 24
5-7 h r) • Fa v ip ira v ir 2x1600m g ,o ra l • Fa v ip ira v ir 2x1600m g ,o ra l
ja m (30 h r)
• Fa v ip ira v ir 2 x 1600 m g h a ri 1, 2x600 m g (h a ri 2-5) h a ri 1, 2x600 m g (h a ri 2-5)
 Vita m in D (Ha ri 1), 2x600m g (hr 2-5) • Re m d e siv ir 200 m g IV • Re m d e sivir 200 m g IV
• Sup le m e n 400-1000 (5 h a ri). d rip / 3 ja m (Hr 1) la n jut d rip / 3 ja m (Hr 1) la n jut 100
IU/ h a ri  Pa ra se ta m o l b ila d e m a m 100 m g / 3 ja m (Hr 2-5) m g / 3 ja m (Hr 2-5)
 Antiko a g ula n#  Antiko a g ula n
• O b a t 1000-5000  O MAI *se su a i ko n d isi  C o rtic o ste ro id
IU/ h a ri p a sie n  Sim p to m a tis: PC T, d ll.  O b a t ko m o rb id d a n
 O b a t ko m o rb id d a n ko m p lika si
ko m p lika si  Ta ta la ksa n a sh o c k
•O MAI: O b a t Mo d e rn Asli Ind o ne sia  O b a t su p o rtif (IVIG , MSC s,
# Be rd a sa rka n e va lua si DPJP Anti IL-6 d sb )

Gambar 9. Pengobatan kasus konfirmasi Covid-1910

KOMBINASI PATOGENESA, PENGOBATAN DAN EVALUASI


Kami membagi bahasan Covid-19 dalam empat topik (gambar 10)
1. Jumlah Virus
- Secara umum , virus yang sedikit erangsang pengeluaran sitokin yang sedikit se-dangkan virus
dalam jumlah banyak akan menghasilkan produksi sitokin dalam jumlah yang besar pula.
- Jumlah virus dapat kita ketahui/prediksi berdasarkan
Gejala klinis, makin ringan gejala makin sedikit virus, makin hebat gejala makin banyak virus.
CT Value pada pemeriksaan RT-PCR, makin kecil nilai CT makin banyak jumlah virusnya.
Viral load
Jumlah limfosit (absolut atau presentasi). Makin rendah nilai limfosit menggambarkan makin
banyak virusnya (oleh karena virus mampu mematikan limfosit). Pemeriksaan ini murah dan
sederhana, sehingga sangat praktis untuk dipakai sehari hari.
- Virus akan dimatikan oleh
 Kekuatan tubuh melalui limfosit CD8
Kasus asimptomatik tidak perlu diberikan antiviral karena limfosit pada tubuh jumlahnya
memadai untuk mematikan virus.
 Obat yang mengatur keseimbangan limfosit Th1 dan Th2, sehingga limfosit Th1 naik,
contohnya Vitamin D.
 Obat yang menghalangi pertumbuhan virus seperti klorokuin, favipiravir, remdesivir
(gambar 11)
 Obat yang mampu mengenali dan mengikat virus sehingga mampu dibunuh oleh sistem
imun tubuh, contohnya IVIG, plasma konvalesen.
Gambar 10. Patogenesa dan intervensi pada Covid-19

2. Sitokin pro inflamasi


- Sitokin pada Covid-19 inilah yang menjadi sumber masalah, apalagi kalau jumlahnya
berlebihan (menimbulkan badai sitokin).
- Sitokin yang terlibat sangat banyak, antara lain IL6, IL1, Interferon (gambar 10 dan 12)
- CRP merupakan marker inflamasi akut yang praktis kita gunakan sehari hari (murah dan cepat
hasilnya).
Nilai normalnya dibawah 5, kita perrhatikan saja apakah ada peningkatan atau tidak, terutama
peningkatan berkala. Kalau nilai hari ini lebih tinggi dari kemarin, merupakan alarm bahwa kita
belum berhasil menekan proses inflamasinya.
- Intervensi yang sering dipakai untuk menekan inflamasi antara lain plasmapheresis
(Therapeutic Plasma Exchange, steroid atau inhibitor IL6
3. Kandungan oksigen dalam darah
- Bila O2 darah cukup maka pasokan O2 ke sel, jaringan atau organ akan baik.
- Kandungan O2 dalam darah ditentukan oleh:
a. Faktor ventilasi (masuknya O2 dari luar ke parenkim paru)
b. Faktor Diffusi (bergesernya O2 dari parenkim paru ke kapiler paru)
- Secara sederhana marker ventilasi dapat dilihat dari pencitraan (rontgen atau CT scan torak),
sementara marker diffusi kita lihat dari d Dimer dan fibrinogen.
Bila hipoksemia dengan rontgen torak infiltrat luas dan d Dimer/Fibrinogen normal/tak ter-
lampau tinggi, kemungkinan kelainannya di ventilasi, dipikirkan intervensi seperti suplemen-
tasi oksigen, bronkoskopi atau antibiotik bila ada pertanda infeksi bakterial.
Bila hipoksemia dengan rontgen torak infiltrat minimal dan d Dimer/Fibrinogen tinggi,
kemungkinan kelainannya di diffusi, dipikirkan intervensi antikoagulan profilaksis.
Bila hipoksemia dengan rontgen torak infiltrat luas dan d Dimer/Fibrinogen tinggi, kemungki-
nan kelainannya di ventilasi dan diffusi, dipikirkan intervensi pada keduanya.
Bila hipoksemia dengan rontgen torak infiltrat minimal dan d Dimer/Fibrinogen normal/tak
terlampau tinggi, pikirkan penyebab lain diluar ventilasi dan diffusi.
4. Komplikasi
Komplikasi bisa kesemua organ (sistemik)
Gambar 11. Target obat pada SARS CoV-234
1. Perlekatan virus pada sel dihalangi klorokuin (reseptor ACE2); Camostat and Nafamostat (Fusi membran sel
yang diaktivasi TMPRSS2). 2. Penetrasi virus kedalam sel inang (endositosis) dihalangi Imatinib. 3. Pelepasan
RNA, Translasi, Transkripsi dan Replikasi dicegah kloroquin atau hidroksiklorokuin (asidifikasi endosomal);
Lopinavir & Ritonavir  (menghambat 3Clpro); Disulfiram (menghambat Plpro); Remdesivir, Favipiravir (meng-
halangi viral RNA-Dependent RNA polymerase; RdRp); Cyclosporin A (menghalangi helicase).

Gambar 12. Obat untuk mengatasi inflamasi 35

EVALUASI
1. Klinis
Evaluasi klinis dilakukan setiap hari
2. Laboratorium
Darah rutin, CRP, ratio neutrofil/limfosit dan kimia darah standard (Gula darah, elektrolit, fungsi
hati dan ginjal) dapat dilakukan setiap 3 hari
AGD, fibrinogen dan d Dimer dapat dilakukan perminggu
Evaluasi dapat segera dilakukan bila kondisi memburuk
3. Rontgen Thorak
Rontgen thorax ulang dilakukan sebelum pulang.
Rontgen dapat dilakukan kapan saja bila ada perburukan
4. Elektrokardiograf (EKG)
Evaluasi dilakukan sesuai keputusan klinis.
5. PCR
PCR evaluasi pada kasus konfirmasi hanya direkomendasikan pada kasus berat dan kritis.
- Hari ke 7 bila kasus perbaikan atau ada penambahan sesuai klinisnya 9.
- Hari ke 11 atau 12 (10 hari dari swab yang positif) atau ada penambahan sesuai klinisnya 10.
- Kami masih melakukan 2 hari berturut turut antara hari ke 5 sd 14 setelah pengobatan.

Tabel 9: Tindakan yang dilakukan berdasarkan gejala (modifikasi dari122)


KATEGORI GEJALA TINDAKAN

A Tanpa gejala/Sakit Ringan


Tanpa komorbid/faktor resiko  Pasien isolasi mandiri dirumah atau pusat covid

 Perhatikan kontak dan droplet

 Pengobatan simptomatik
Tanpa Gejala/Sakit Ringan  Pengobatan simptomatik
Dengan komorbid/faktor resiko  Pertimbangkan HC 2x400, dan 1x 400mg hr 2-5
B Sakit Sedang (Moderate)
 Dyspnoe  MRS diruang isolasi
 RR > 22x/mnt
 SpO2 < 94%  Pemberian oksigen

 Boleh berikan antibiotik bila ada CAP

 Pertimbangkan HC

 Azitromisin 1x500mg selama 5 hari

 Oseltamivir 2x75 mg selama 5 hari


C Sakit Berat  Terapi sesuai moderate
 R R> 24x/mnt  Awake proning
 SpO2 <92% udara kamar  Antiviral, kurang manfaat bila klinis sudah buruk
 Kelainan paru pada imaging lebih > 50% Pilihan
Punya faktor resiko untuk berat - Lovinavir/Ritonavir
 Umur > 60 th - Darunavir/Cobicistat
 Laki - Darunavir/Ritonavir
 Ada komorbid (Kelainan pernapasan, hi- - Atazanavir
pertensi, DM, Penyakit Ginjal/Hati kronik, - Remdesivir
Keganasan, post transplantasi)  Anticoagulant
D Kritis Pertimbangkan obat obat ini pada kondisi MOD
 Gagal napas  Toclizumab
 Shock  Plasma konvalesen
 Multi organ dysfunction  Lanjutkan antibiotik dan terapi suportive/cairan
 Pada pasien dg ventilator ikuti protokol
 Vasopressor pada shock
 CS, bila dijumpai shock yang refrakter dan
sindroma aktivasi macroage
 Anticoagulan
 Pada kasus refrakter dapat dipertimbangkan
interferon beta B1, kombinasi dengan antiviral
dan HC

HASIL AKHIR PENGOBATAN DAN TINDAKAN


1. Selesai isolasi

 Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)


Sudah menjalani isolasi mandiri 10 hari sejak pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi
 Kasus konfirmasi/probabel gejala ringan dan sedang
Sudah menjalani isolasi setidaknya 10 hari dari mulai gejala, dengan 3 hari bebas demam dan
gangguan pernapasan (misal: bebas gejala hari ke 9 dari onset, maka bebas isolasi hari ke 12).
 Kasus konfirmasi/probabel gejala berat dan kritis
- Sudah 3 (tiga hari bebas gejala) dengan evaluasi RT- PCR , satu kali negatif
- Sudah 3 (tiga hari bebas gejala) tanpa evaluasi RT- PCR (bila tak bisa melakukan RT-PCR)
Perkiraan viral shedding pada beberapa penelitian antara 9 hari (pada kasus ringan) sampai 20
hari pada kasus berat.
2. Alih rawat non isolasi
Proses alih rawat pasien yang memenuhi kriteria selesai isolasi keruang non isolasi, oleh karena
pasien masih memerlukan perawatan tak terkait covid-19 nya (komorbid, koinsiden, komplikasi)
3. Sembuh
 Kasus konfirmasi tanpa gejala, gejala ringan dan gejala sedang
Bila memenuhi kriteria selesai isolasi dan dikeluarkan surat pernyataan selesai pemantauan
oleh dokter yang merawat.
 Kasus konfirmasi dengan gejala berat dan kritis
Tak tergantung hasil PCR, memenuhi kriteria selesai isolasi, berdasarkan penilaian klinis oleh
dokter yang merawat.
4. Pulang
Pasien dapat dipulangkan bila
 Memenuhi kriteria selesai isolasi
 Hasil pengkajian dokter yang merawat menyatakan sembuh
 Tidak ada tindakan/perawatan yang dibutuhkan oleh pasien baik terkait Covid-19 maupun
penyakit lainnya
Tergantung kondisi pasien, pengalaman klinisi terhadap penyakit dan faktor lainnya.
5. Pindah Rumah Sakit
6. Meninggal
 Kasus konfirmasi yang dinyatakan sembuh dan masih memerlukan perawatan, pasien
dipindahkan dari ruang perawatan covid-19 keruang perawatan non-covid.
 Meninggal, pemulasaran jenazah ditatalaksana Covid-19.
 Pasien gejala ringan biasanya sembuh dalam waktu 1 minggu

PROGNOSIS
Umumnya baik, cukup isolasi mandiri di rumah, hanya 10 sd 20% yang membutuhkan perawatan
ruang intensif, dengan angka kematian antara 2 sd 5%.
Faktor resiko gradasi covid-19 dapat dilihat pada tabel.

KOMPLIKASI
 Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
 Tromboemboli
 Stres ulcer dan perdarahan saluran cerna
 Catheter related bloodstream
 Pencegahan komplikasi dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 10. Faktor prognosis
Umur dan peyakit penyerta Parameter klinik Parameter laboratorium
Kelamin laki laki Pernapasan > 24 x/mnt D-dimer >1000 ng/ml
Usia lanjut (>64th) Demam yang persisten CPK > 2x nilai atas normal
Perokok HR > 125 x/mnt CRP > 100
Penyakit penyerta SpO2 < 92% pada udara kamar LDH > 245 U/L
Penyakit kardiovaskular Peningkatan kadar troponin
Diabetes melitus Jumlah absolut limfosit < 0,8
Penyakit pernapasan kronik Ferritin >300 ug/l
Hipertensi
Kanker
Penyakit Ginjal Kronik
Stroke
Penyakit hati lanjut
Terapi imunosupresive paska
transplantasi
HIV dengan CD4 rendah
Riwayat transplantasi sumsum tulang

Tabel11. Pencegahan komplikasi20


Antisipasi outcome Intervensi
Menurunkan hari ventilasi mekanik invasiv  Gunakan protokol weaning dengan penilaian kemampuan
napas spontan perhari
 Meminimalisir sedasi baik intermiten atau kontinyu
 Mobilisasi dini
 Melakukan managemen ABCDE (Awakening, Breathing,
Coordination, Delirium assessment, Early mobility)
Menurunkan kejadian VAP  Intubasi oral lebih dianjurkan dari intubasi nasal
 Posisis semi rekumben (posisi kepala 30 sd 45o dari
tempat tidur)
 Gunakan sistem suksion tertutup; drainase secara priodik
dan keluarkan condensate dalam tabung)
 Gunakan sirkuit ventilator yang baru; ganti bila rusak
Menurunkan kejadian infeksi akibat kateter  Gunakan daftar tilik penggunaan insersi kateter yang
steril; ganti secepatnya
Menurunkan insidens ulkus Rubah posisi pasien setiap 2 jam
Menurunkan kejadian stress ulcers dan  Berikan nutrisi enteral sedini mungkin
perdarahan saluran cerna  Berikan H2 Bloker atau PPI pada pasien dengan resiko
perdarahan saluran cerna
(Ventilasi mekanik ≥ 48 jam, koagulopati, terapi pengganti
ginjal, penyakit hati, Komorbid ganda, skor kegagalan
organ yg tinggi
Menurunkan terjadinya resisten antibiotik  Lakukan deeskalasi secepat mungkin setelah klinis stabil
Menurunkan efek samping obat  Berikan antibiotik empirik sesingkat mungkin, untuk
mencegah gangguan ginjal, jantung dan gangguan lain.
Penggunaan antibiotik yang tepat  Jangan berikan antibiotik pada kasus kecurigaan rendah
infeksi bakterial
(menurunkan efek samping jangka pendek AB dan
mencegah resisten)

PROPILAKSIS
Strategi pencegahan Covid-19 , dilakukan dengan 2 cara
a. Intervensi Non Farmakologi
Intervensi yang sudah dilakukan selama ini seperti: Isolasi rumah, social distancing (penutupan
sekolah, pengurangan fasilitas umum, kerja dari rumah) dan physical distancing (membatasi
jarak, setidaknya 2 meter)
b. Intervensi Farmakologi (opsional)
Intervensi ini sedang berproses, masih pengembangan dan mencari bukti
- Antiviral
- Klorokuine, Hidroksikloroquin (HQ)
HQ 800mg, diikuti 400mg 6 jam, 24 jam dan 48 jam dari dosis awal (total 3 hari) 36. 
HQ 800mg, diikuti 600 mg 6 sampai 8 jam berikutnya, 600 mg/hr pada 4 hari be-rikutnya 37.
- Vaksin
 Vaksinasi SARS-CoV-2 adalah tindakan pemberian antigen yang berasal dari virus SARS-
CoV-2. Antigen sudah dimodifikasi sehingga tidak menimbulkan penyakit, namun memiliki
fungsi produksi limfosit yang peka, antibodi dan sel memori yang berguna untuk memberi
kekebalan tubuh.
 Saat ini sedang dan sudah berjalan.
 Memberikan harapan yang cerah jika jumlah penduduk yang divaksin diatas 70%, oleh
karena akan terbentuk herd immunity.
 Sampai 19 Februari 2021, ada 251 vaksin/kandidat vaksin untuk Covid-19. , 181 pada tahap
pre-klinis dan 70 sudah tahapan evaluasi klinis (21 diantaranya sedang dan sudah
menyelesaikan phase 338.
 Jenis vaksin ini mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing masing. Tabel 12
memperlihatkan kandidat vaksin yang uji kliniknya sudah memasuki phase III.

Tabel 12 . Vaksin dan kandidat vaksin phase 332,39


Pabrikan Jenis Vaksin Nama Dosis Negara Efikasi
BioN Tech/ mRNA Comirnaty 30 µg, Approved; Bahrain, Saudi Ara- 95%
Pfizer Hari 0,21 bia, New Zealand, Switzerland IM
EU: WHO, dan 30 negara lain
Moderna mRNA mRNA 1273 100 µg Approved: Switzerland 94,5%
Hari 0, 28 EU: US, UK, EU (9 Negara) IM
Sinovac Inactivated Corona Vac 3µg atau 6 µg Approved: China 50,38%
Biotech Hari 0, 14 EU: Azerbajan, Brazil, Chile, 65,3% RI
Colombia, Indonesia, Laos, IM
Mexico, Turkey, Uruguay
Sinopharm Inactivated BBIBP-CorV 4 µg atau 8 µg Approved: China, Bahrain, UAE 79,34%
Hari 0, 21 Limited:Serbia, Seychelles IM
EU: Kamboja, Mesir, Hungaria,
Iraq, Jordan, Nepal, Pakstan, Peru
Astra Zeneca viral vector AZD 1222 5x 1010 VP EU: WHO, Algeria, Argen-tina, 82,4%
/Univ.oxford Covishield Hari 0, 56 Australia (lk 29 Negara) IM
CanSino Bio- Viral Vector Convidecia 1 ml Limited Use: China 65,7%
logical Inc Hari 0 EUA: Meksiko, Pakistan IM
Gamaleya Viral Vector Sputnik V Hari 0,21 Approved: Russia 91,6%
EUA: Algeria, Argentina, Arme- IM
nia, Bahrain (total 28 Negara)
Jhonson and Viral Vector Ad26.COV 1 ml - 57-72%
Jhonson 2.S Hari 0 IM
Novavax Protein NVX CoV 5 µg , 25 µg - 89,3%
subunit 2373 Hari 0, 21 IM
KEPUSTAKAAN

1. World Health Organization. Novel Coronavirus (2019-nCoV) Situaton Report–1, January 21, 2020. Available
from: https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/situation-reports.
2. Li Q, Guan X, Wu P, Wang X, et al. Early trasmission dynamic in Wuhan, China. Novel Corona-virus Infected
pneumonia. N Engl J Med 2020; 382:1199-1207.
3. Wang Z, Qiang W, Ke H. A handbook of 2019-nCoV pneumonia control and prevention. Hubei Science and
Technology Press. February, 2020.
4. Coronaviridae Study Group of the International Committee on Taxonomy of Viruses. The species Severe
acute respiratory syndromerelated coronavirus: classifying 2019-nCoV and naming it SARS-CoV-2. Nature
Microbiology | VOL 5 | March 2020 | 536–544 |.
5. Ke Z, Oton J, Qu K, Cortese M. Structures and distributions of SARS-CoV-2 spike proteins on intact virions.
Nature https://doi.org/10.1038/s41586-020-2665-2 (2020).
6. Worldometer. Covid-19 Coronavirus pandemic. Available from https://www.worldometers.info/
coronavirus/.
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Info infeksi emerging kementerian kesehatan RI. 2021. Bahan
http://infeksiemerging.kemkes.go.id.
8. Sumatera Selatan Tanggap Covid-19. Update terkini Sumatera Selatan. Available from
http://corona.sumselprov.go.id/index.php?module=home&id=1
9. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Pedoman pencegahan dan pengendalian covid-19, Revisi 5.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Juli 2020.
10. Burhan E, dkk. Pedoman Tatalaksana Covid-19. PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI. Edisi 3, Desember
2020.
11.Van Doremalen N, Bushmaker T , Morris D et al. Aerosol and Surface Stability of SARS- CoV-2 as
Compared with SARS-CoV-1. The New England Journal of Medicine 2020; March 17.
12. Wei J, Li Y. Airborne spread of infectious agents in the indoor environment. American Journal of Infection
Control. Vol 44. 2016. Hal 102-108.
13. Invivo Gen. Predicted host immune responses to SARS CoV-2. Avalaible
https://www.invivogen.com/spotlight-covid-19-predicted-immune-responses
14.Li X, Geng M, Peng Y, Meng L, Lu S. Molecular immune pathogenesis and diagnosis of COVID-19. Journal of
pharmaceutical analysis. Volume 10, Issue 2. April 2020.
15. AlfonsoJ.Rodriguez-MoralesJaimeA et all. Clinical,laboratoryandimaging features ofCOVID-19: Asystematic
review and meta-analysis. Travel Medicine and Infec tious Disease. 2020.
16. Gupta A, Madhavan MV, et all. Extrapulmonary maniestations of COVID-19. Nature Medicine 26; 1017-
1032. July 2020.
17. Guan WJ, Ni ZY, Hu Y, Liang WH, Ou CQ, He JX. Clinical characteristics of corona virus disease 2019 in China.
N England J Med, 2020.
18. World Health Organization . Clinical management of COVID-19, Interim Guidance. May 27, 2020.
19. Lippi G, Plebani M. Laboratory abnormalitiesin patients with Covid-19. Infection. Clin.Chem Lab Med.
March 3, 2020.
20. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Pedoman pencegahan dan pengendalian covid-19, Revisi 4.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Maret 2020.
21. Sharma R, Agarwal M, Gupta M, et all. Clinical Characteristics and Differential Clinical Diagnosis of Novel
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Shailendra K. Saxena Editor.
Springer Nature Singapore Pte Ltd. 2020.
22. Kemenkes RDT
23.Dennie C, Hague C, Lim RS, Manos D, Memauri BF, Nguyen ET, Taylor J. Canadian Society of Thoracic
Radiology/ Canadian Association of Radiologists Consensus Statement Regarding Chest Imaging in
Suspected and Confirmed COVID-19. Canadian Association of Radiologists’ Journal 1-12.2020.
24. Jaegere TMH, Krdzalic J, Fasen BAC, Kwee RM. Radiological Society of North America Chest CT Classification
System for Reporting COVID-19 Pneumonia: Interobserver Variability and Correlation with
ReverseTranscription Polymerase Chain Reaction. Radiology: Cardiothoracic Imaging 2020; 2(3):e200213.
25. Joseph T, et all. International pulmonologist consensus on covid-19, 2 nd edition, April 22,2020
26. Soeroto AY, Santoso P, Pranggono EH, Kulsum ID, Ahmad Z, dkk. Kompendium diagnostik dan pengobatan
Covid-19 PERPARI. Indonesia Journal Chest. Vol 7 no 1. Jan-Juni 2020.
27.WHO Solidarity Trial Consortium. Repurposed Antiviral Drugs for Covid-19 - Interim WHO Solidarity Trial
Results.  N Engl J Med 2021 Feb 11;384(6):497-511.
28.Beigel JH, Tomashek KM, Dodd LE, et all. Remdesivir for the Treatment of Covid-19 — Final Report. N Engl J
Med, October 2020.
29.College of Medicine Department of Internal Medicine. Procalcitonin (PCT) Guidance. Available rom
https://www.unmc.edu/intmed/divisions/id/asp/procalcitonin-pct-guidance/index.html.
30. Barbaro RP, MacLaren G, et all. Extracorporeal membrane oxygenatio support in Covid-19: an international
cohort study of the extracorporeal life support organization registry. www.thelancet.com Vol 396. October
10, 2020
31. Monica T, Triyono T, Harly PR. Penatalaksanaan terapi plasma konvalesen bagi pasien Covid-19. Tim TPK
Covid-19 Indonesia. 2020
32. Cao W, Liu X, Bai T, Fan H,et all. High dose intravenous immunoglobulin as a therapeutic option for
deteriorating pasients with coronavirus disease 2019. Open Forum Infectious Diseases. March, 2020.
33. The Recovery Colaborative Group. A living WHO guideline on drugs for covid-19. the bmj | BMJ
2020;370:m 3379. September 2020.
34. Invivo Gen. Repurposing approved drugs for targetting SARS CoV-2. Avalaible
https://www.invivogen.com/spotlight-covid-19-treatment-repurposed. 2020
35. Pharmaco-Immunomodulatory Therapy in COVID-19. Drugs 80, 1267–1292 (2020
36. Al-Kofahi M, Jacobson P, Boulware DR. Finding the Dose for Hydroxychloroquine Prophylaxis for COVID‐19:
The Desperate Search for Effectiveness. Clinical Pharmacology & Therapeutics. April 2020.
37. Boulware DR, Pullen M, Bangdiwala AS, et all. A Randomized Trial of Hydroxychloroquine as Postexposure
Prophylaxis for Covid-19. N Engl J Med 2020; 383:517-525
38.World Health Organization . Accelerating a safe and effective COVID-19 vaccine. Februari 23, 2021.
Available from https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/ global-research-on-
novel-coronavirus-2019-ncov/accelerating-a-safe-and-effective-covid-19-vaccine.
39.The New York Times. Corona virus Vaccine Tracker. Available from
https://www.nytimes.com/interactive/2020/science/coronavirus-vaccine-tracker.html. Ferbuari 23, 2020

Anda mungkin juga menyukai