SKRIPSI
Oleh:
Fransiska Indraniati
NIM: 031124002
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
Oleh:
Fransiska Indraniati
NIM: 031124002
Pembimbing
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
PERANAN POLA NARATIF EKSPERIENSIAL
DALAM PROSES PENDAMPINGAN IMAN ANAK
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat
karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam kutipan dan daftar
Penulis,
Fransiska Indraniati
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Dibuat di Yogyakarta
Yang menyatakan
Fransiska Indraniati
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah Bapa atas berkat dan kasih-Nya yang melimpah,
dari anak-anak PIA kurang tertarik mengikuti kegiatan PIA. Permasalahannya dari
berbagai metode. Pendamping PIA sudah berusaha memberikan motivasi kepada anak-
anak PIA dalam kegiatan PIA. Tetapi pada kenyataannya masih banyak anak-anak
anak untuk ikut kegiatan PIA. Usaha yang dimaksudkan adalah penggunaan metode,
Skripsi ini disusun tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan tulus hati
1. Romo Drs. H.J. Suhardiyanto, S.J. Sebagai Kaprodi IPPAK yang telah memberikan
2. Bapak F.X. Dapiyanta, SFK., M. Pd. Selaku dosen pembimbing utama yang telah
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Bapak Yoseph Kristianto, SFK, selaku dosen pembimbing akademik yang terus
4. Bapak P. Banyu Dewa, H.S., S.Ag, M.Si. Yang telah mendampingi, memberikan
perhatian dan dukungan serta meluangkan waktu dengan sabar dan setia sehingga
5. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama
6. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaaan Prodi IPPAK, dan seluruh karyawan
yang telah ikut memberi dukungan kepada penulis selama belajar dan dalam
7. Seorang sahabat yang tak pernah berhenti memberikan semangat dan motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini pada waktunya.
8. Mama, Papa dan segenap keluarga yang ikut membantu mendoakan sehingga
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan
penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi perbaikan skripsi
ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
Penulis
Fransiska Indraniati
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
MOTTO ............................................................................................................... v
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
A. Pendampingan ....................................................................................... 9
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Perkembangan Emosi........................................................................ 13
C. Iman........................................................................................................ 22
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Santai............................................................................................ 36
1) Gembira .................................................................................. 36
2) Bebas .................................................................................... 37
3) Bermain ................................................................................. 37
b. Mendalam ................................................................................... 38
2) Menjemaat ........................................................................... 39
3) Terbuka ................................................................................. 39
c. Kristosentris ................................................................................. 40
d. Keterbukaan ................................................................................. 40
1. Cerita ................................................................................................ 49
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Nyanyian .......................................................................................... 51
3. Drama............................................................................................... 52
4. Dongeng........................................................................................... 55
identifikasi.............................................................................................. 63
Kesimpulan .................................................................................................. 75
Saran ............................................................................................................ 76
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti singkatan dalam Alkitab
Deoterokanonika, Lembaga Biblika Indonesia, 2009.
GE : Gravissimum Educationes
CT : Catechesi Tradendae
DV : Dei Verbum
C. Singkatan-Singkatan Lain
No : Nomor
TK : Taman Kanak-Kanak
SD : Sekolah Dasar
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengambil judul “Peranan Pola Naratif
pendahuluan ini, penulis akan menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan judul
rumusan masalah, tujuan penulisan dan manfaat penulisan. Untuk lebih jelasnya akan
A. Latar Belakang
dan suka cita kepada semua orang, seperti yang telah diajarkan Yesus kepada para
rasul “…pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan babtislah mereka dalam
nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu
merupakan tangung jawab bagi Gereja dalam melaksanakan tugas mengajar yang
menghendaki agar anak-anak dekat pada-Nya. Gereja juga mengikuti sabda Yesus
ini bertujuan membantu anak-anak semakin mengenal keselamatan dan dapat hidup
Iman Anak (PIA) antara lain adalah berdoa bersama, bernyanyi bersama, membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
melipat kertas, perlombaan dan sebagainya. Semua diajarkan untuk membantu anak
beriman. Pendampingan Iman Anak (PIA) merupakan kegiatan rutin yang diadakan
oleh Gereja dan diikuti oleh anak-anak yang berusia antara 5-13 tahun, yang duduk
di bangku sekolah antara Taman Kanak-Kanak (TK) sampai dengan tingkat Sekolah
Dasar (SD). Usia anak seperti ini memaparkan masa di mana mereka senang
dalam mendampingi PIA, penulis melihat situasi yang terjadi adalah terkadang
jumlah anak peserta PIA di setiap lingkungan dalam suatu paroki tidak terlalu
menggabungkan peserta PIA dari beberapa lingkungan menjadi satu. Selain itu orang
tua kadang tidak mengijinkan anak mengikuti kegiatan PIA karena orang tua
berbeda keyakinan. Sebagian besar anak masih harus diantar dan ditunggu oleh
orang tuanya yang terkadang mendadak ada keperluan lain sehingga tidak dapat
mengantar anak mengikuti kegiatan PIA. Dalam proses pelaksanaan PIA, peserta
tersebut dalam bentuk pilihan dan mereka menjawab pertanyaan dengan serempak.
Namun dengan pertanyaan yang membutuhkan pemikiran, tidak semua peserta dapat
Ada juga anak yang begitu malas mengikuti kegiatan PIA karena bagi
mereka ikut PIA bukanlah suatu hal yang menarik. Mereka lebih memilih untuk
berada di rumah bermain game atau menikmati acara televisi, hal ini juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dampak sangat besar terhadap perkembangan setiap anak. Berbagai alat elektronik
yang ditawarkan seperti hand phone, playstation, komputer, Televisi, radio, dan
sebagainya begitu melekat dan sudah menjadi bagian dari kehidupan setiap anak.
kehidupan mereka. Selain itu bagi anak yang tinggal di dalam keluarga dengan
tingkat perekonomian menengah ke bawah, menuntut kedua orang tua untuk bekerja
keras dalam mencari nafkah. Tentunya hal ini menyebabkan anak berkembang
dengan cara mereka sendiri, sehingga perkembangan iman mereka terkadang kurang
begitu diperhatikan dan tak jarang dari anak-anak kadang tidak mengenal Kristus
Dalam hal ini peranan orang tua sangat penting dalam memperhatikan serta
anak-anak mereka untuk selalu pergi ke Gereja, serta rajin mengikuti kegiatan PIA.
mencintai Kristus secara lebih dekat, sehingga sangat penting sekali pengaruh orang
tua bagi perkembangan iman setiap anak lewat kehidupan doa serta lewat kegiatan-
kegiatan Gereja, dan mendorong anak agar mau terlibat di dalam kegiatan PIA.
Salah satu faktor lain yang menyebabkan anak menjadi malas ikut kegiatan
PIA adalah dana yang disediakan untuk melaksanakan pendampingan PIA masih
pendampingan PIA terbatas. Ditambah lagi dari pendamping sendiri kurang memiliki
pendampingan PIA adalah muda-mudi katolik, ada juga sebagian yang sudah
pendidikan dan kemampuan yang berbeda-beda dan banyak juga dari antara para
pedamping PIA yang belum memahami tentang PIA, sehingga dalam melaksanakan
terlebih dahulu sehingga proses pelaksanaan PIA menjadi tidak berkualitas dan
berjalan asal-asalan.
sarana-sarana seperti teks cerita, gambar, kertas gambar, kertas lipat (Origami),
anak PIA. Adapun yang dimaksud dengan Pola Naratif Eksperiensial adalah cerita
yang bersifat pengalaman, selain itu Pola Naratif Eksperiensial juga dapat diartikan
sebagai suatu pendekatan yang mengutamakan cerita. Cerita sangat efektif dan begitu
membangkitkan daya khayal dan rasa ingin tahu yang mereka miliki untuk
menangkap hal yang positif dari cerita yang disampaikan. Selain itu lewat imajinasi
yang mereka miliki, akan memberikan inspirasi yang menyegarkan. Hal ini
dilakukan, agar anak-anak PIA dibentuk supaya mengenal dan mencintai Kristus
secara lebih dekat dengan cara yang menyenangkan. Selain itu juga dimaksudkan
agar dapat membantu orang tua Kristiani untuk mendampingi serta membina dalam
harapkan hidup beriman anak menjadi lebih baik dan penghayatan iman anak akan
mereka terhadap suatu peristiwa yang sedang didengarnya. Mengingat anak memiliki
rasa ingin tahu yang sangat besar, dengan mendengarkan cerita, anak mendapatkan
pengalaman belajar dan tidak menutup kemungkinan untuk tumbuhnya minat dalam
diri anak terutama untuk mengenal Kristus secara lebih dekat lagi. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Bertitik tolak dari apa yang ditemukan di atas, maka penulis mengambil
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Penulisan
PIA.
F. Manfaat Penulisan
Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi mata kuliah Pendampingan Iman
Anak (PIA).
a. Pendamping
b. Orang tua
Skripsi ini dapat dijadikan informasi bagi orang tua tentang visi dan misi
Pendampingan Iman Anak (PIA) sehingga orang tua semakin bertanggung jawab
c. Gereja
d. Penulis
BAB II
A. Pendampingan
Bahasa Indonesia, kata damping mempunyai arti dekat, karib atau akrab. Sedangkan
dekat-dekat: istri yang setia selalu terhadap suaminya” (Kamus Besar Bahasa
suatu usaha untuk membantu orang lain agar dapat tumbuh dan mengembangkan
dirinya.
ciri khas bahwa sang lain merupakan pribadi yang bebas dan berdiri sendiri. Peserta
bukan merupakan penerima yang pasif yang dapat menerima materi dan menelan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
dapat menciptakan suasana yang menyenangkan yang membuat mereka berada pada
posisi sejajar dengan pendamping artinya tidak ada batasan antara peserta dan
3. Tujuan Pendampingan
sikap, perbuatan, dan prilaku hidup, sehingga dapat menyesuaikan diri melalui hidup
bersama orang lain di dalam masyarakat, bangsa dan dunia (Mangunhardjana, 1986:
26). Tujuan dari pendampingan sangat penting bagi pendamping maupun yang
bukan sekedar untuk mengerti tentang teori, tetapi juga dapat menerapkan teori
memahami anak dengan baik sehingga seorang pendamping dapat membantu anak
Secara psikologis, usia antara 5-13 tahun adalah masa peka bagi anak yang
menyebabkan gampang sekali kena pengaruh dari luar bagi perkembangan anak.
Segala sesuatu yang diterima dari luar oleh anak akan di rekam dan tersimpan di
dalam memori bawah sadar anak. Sehingga hal ini sanggat menentukan untuk
Usia anak antara 5-13 tahun adalah usia yang biasa juga dikatakan usia
masa sekolah. Maka dengan usia mereka, pendamping perlu memahami anak-anak
1. Perkembangan Psikomotorik
jasmaniah melalui kegiatan pusat urat syaraf dan otak yang terkoordinasi (Hurlock,
1991: 150). Secara fisik anak usia 5-13 tahun sudah dianggap sudah matang untuk
bersekolah dan bergaul bersama teman-temannya. Hal ini dapat dilihat melalui fisik
dimasyarakat, anak harus memiliki suatu keterampilan tertentu yang membuat anak
karna dengan berbicara, anak dapat berkomunikasi dengan baik dan menyampaikan
apa yang diinginkan oleh anak. Ciri yang paling terlihat adalah anak senang
menggunakan kata-kata yang tidak biasa atau pantang dan kata-kata rahasia untuk
menarik perhatian, senang bercerita dan dapat mencapai prestasi akademik (Hurlock,
berkomunikasi dengan baik, artinya anak siap didampingi dan bersosialisasi di dalam
lingkungannya.
Keterampilan yang lain yang dibutuhkan anak pada usia sekolah adalah
keterampilan menolong diri sendiri. Bentuk fisik yang semakin sempurna dan kuat
serta mulai berfungsi dengan baik, memungkinkan anak membiasakan diri untuk
dan keperluan lainnya (Hurlock, 1991: 163). Dengan masuknya anak ke dunia
sekolah dan kelompok teman sebaya, mereka dituntut mandiri dan bertanggung
jawab.
sosial baik di dalam keluarga, sekolah dan teman sebaya. Anak harus siap menjadi
anggota yang siap memberi bantuan baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat
pada umumnya, khususnya pada teman sebayanya. Tentunya hal ini mempersiapkan
anak masuk dalam suasana kerja sama, kekeluargaan dan rasa saling membantu.
Keterampilan lain yang harus dimiliki anak pada usia sekolah adalah
terbentuk dalam kelompok bermain. Maka anak dituntut siap secara fisik dan mental
untuk terlibat dalam permainan kelompok (Hurlock, 1991: 163,322). Anak dituntut
menguasai permainan seperti naik sepeda, berenang, main sepak bola, main sepatu
roda dan lain-lain. Dengan bermain dan bergabung bersama teman-temannya, anak
sosial dan memperoleh pengakuan yang pada akhirnya mendorong anak berkembang
ke tahap berikutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
membantu anak menyadari hidup serta tanggung jawabnya sebagai bagian dari
keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam kelompok anak memahami bahwa dalam
hidup harus saling membantu, bekerja sama, jujur, disiplin dan saling menghormati.
2. Perkembangan Emosi
Sejak lahir setiap orang memiliki emosi yang ada pada dirinya. Hal ini sudah terlihat
sejak bayi, di mana bayi mampu mengungkapkan emosinya apabila ia lapar, lelah,
dingin dan lainnya lewat ekspresi wajah, tangisan, tidak mau tidur, bahkan sakit.
Tapi ketika bertambahnya usia mulai tampak ekspresi yang berbeda dari emosi
pengendalian emosi.
Masa kanak-kanak dikenal sebagai masa ingin tahu dan pada akhirnya
mereka dapat meniru apa yang mereka lihat dan mereka dengar, tentunya hal ini
berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya, hal ini disebabkan adanya
proses belajar melalui lingkungan sekitar. Tentunya emosi masa kanak-kanak dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
orang dewasa.
Ada beberapa unsur emosi yang terlihat pada usia anak antara 5-13 tahun.
Di mana unsur emosi itu menjadi sarana bagi anak untuk mengungkapkan kehendak
dan keinginannya. Rasa takut adalah salah satu unsur emosi yang nampak pada diri
anak usia ini. Rasa takut dipengaruhi oleh daya khayalan mereka dan fantasi anak. Di
satu sisi anak mendapat masukan yang baik untuk perkembangannya. Namun disisi
lain kesukaan mereka akan cerita-cerita mistis menciptakan perasaan takut dan ngeri.
Perasaan takut ini disebut rasa takut fantasi (Hurlock, 1991: 215-217). Rasa takut
pada anak dapat muncul secara mendadak namun pertambahan usia dan kematangan
menimbulkan rasa khawatir, rasa canggung, rasa cemas, rasa malu dan juga rasa
takut yang bersifat traumatis yaitu rasa takut yang ditimbulkan oleh suatu
pengalaman pahit dalam diri anak. Berhadapan dengan anak yang memiliki rasa
takut dan traumatis yang berlebih, tentunya seorang pendamping dituntut untuk
Unsur emosi lain adalah emosi rasa marah. Di mana ketika anak marah,
merupakan salah satu cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Dalam
pergaulan segari-hari, anak mencoba mencari perhatian dan pengakuan sosial, namun
negatif, maka sebagai protes muncul berbagai ekspresi marah seperti memukul,
menangis ataupun menarik dan mengasingkan diri. Emosi marah setiap anak
Unsur emosi yang lain adalah rasa cemburu. Rasa cemburu ini muncul dari
ketakutan anak karena merasa akan kehilangan kasih sayang dari orang tuanya ketika
anak mulai melihat perubahan pada sikap orang tua mereka. Orang tua mencoba
menganggap orang tuanya pilih kasih dan tidak sayang lagi. Rasa cemburu itu
terkadang muncul dari rasa iri terhadap sesuatu hal yang mereka lihat. Pada usia ini
anak cenderung memiliki sifat tamak, mereka ingin memiliki sesuatu yang lebih dari
pada anak yang lainnya khususnya pada anak yang lebih kecil. Sehingga muncul
dicintainya, tentunya hal ini dapat menjadi trauma bagi anak. Namun ingatan anak
akan sesuatu yang berkaitan dengan emosi tidak dapat bertahan lama. Perasaan sedih
yang dialami anak, hendaknya segera diatasi oleh pendamping dengan cara
memberikan perhatian lebih banyak. Sehingga anak akan merasa aman dan bahagia
di masa kanak-kanaknya.
Unsur emosi selanjutnya adalah rasa ingin tahu. Hal ini terlihat dari
banyaknya pertanyaan yang mereka ajukan, terutama ketika mereka melihat hal baru,
aneh dan hebat. Tentunya hal ini membuat anak menjadi lebih kritis dan kreatif.
pada anak dengan cara memberi penjelasan yang dapat diterima anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Dunia anak adalah dunia gembira, maka unsur kegembiraan adalah unsur
terbesar dalam emosi anak. Hal ini terlihat dari mudahnya beralih dari perasaan sedih
ke perasaan senang dengan tanpa ada beban. Pertemuan bersama teman sebaya
bersikap jantan dan sportif (Hurlock, 1991: 215-229). Yaitu belajar memahami
untuk bersikap luwes kreatif dan selalu mengembangkan diri, sehingga dalam
yang didampingi.
Unsur emosi lain yang tampak pada anak usia sekolah adalah rasa kasih
sayang. Pemberian rasa kasih sayang pada anak dapat menyingkirkan rasa takut,
kecemburuan dan rasa sedih pada anak. Selain itu dapat membangun emosi yang
positif pada anak seperti: rasa aman, rasa gembira, rasa tenang, rasa damai dan
keberanian. Pemberian rasa kasih sayang ini bisa melalui perhatian dan sikap yang
Rasa kasih sayang pada anak usia ini muncul karena hubungan pribadi,
semakin erat dan hangat hubungan pribadi yang ada, anak semakin merasa disayang.
Maka anak pun akan membalas dengan rasa sayang dan tingkah laku yang positif
3. Perkembangan Sosialitas
Perkembangan anak pada saat mereka masuk Sekolah Dasar (SD) adalah
anak mulai mengenal dan merasakan kehadiran orang baru di Sekolahnya. Keinginan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
anak untuk bergabung menjadi anggota kelompok dan diterima oleh kelompok teman
sebaya makin meningkat. Anak tidak puas lagi bermain sendiri di rumah bersama
orang tua dan saudara-sauradanya. Anak mulai mencari teman sebaya di luar dan
melihat bahwa kelompok teman sebaya sebagai dunianya. Dan kehidupan anak mulai
ditentukan oleh kelompok itu. Pada usia ini anak mulai merasa nyaman bersama
biasanya mereka membentuk ”gang” yang bertujuan agar mereka diterima oleh
kelompoknya. Pada usia mereka anak mulai mengerti tentang peraturan, kewajiban
Lingkungan sosial dan sekolah menjadi tempat bagi anak untuk belajar di
potensi anak, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri serta mencapai kemandirian
diri (Gunarsa, 1978: 252-258). Semua pengalaman hidup anak dalam hubungannya
dengan orang lain, membantu anak memahami hubungannya dengan Allah. Anak
hadir di tengah orang lain, agar dapat menjalin relasi dan menemukan dirinya.
Pendamping Iman Anak (PIA) dapat membatu anak untuk mengetahui kehadiran
4. Perkembangan Moralitas
tentang nilai-nilai moral yang berlaku. Mereka juga tidak mengerti akan akibat-
akibat dari pelanggaran, yang pada akhirnya akan dikenakan sanksi di dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
kehidupan masyarakat. Maka sangat jelas bahwa dari segi moral anak, adalah suatu
yang berkembang dan kemungkinan besar datang dari orang lain serta lingkungan
sekitar di mana anak tinggal. Tentunya dalam hal ini penghayatan nilai moral dalam
bahkan akan membawa dampak yang sangat besar terhadap anak pada
perpindahan dari moralitas kosong menuju moralitas yang berdasar. Pada masa
menyebabkan anak melakukan tindakan tersebut, selain itu mereka juga lebih bersifat
egosentris. Sifat egosentris ini terlihat jelas dari tujuan menghindari hukuman atau
karena anak ingin mendapat pujian dan hadiah. Namun memasuki usia ini, anak
sedikit demi sedikit sudah mulai memahami adanya nilai-nilai tertentu atas tindakan
yang mereka lakukan. Selai itu mereka mulai memahami akan pentingnya beberapa
peraturan dan akibat dari pelanggaran tersebut. Pendampingan yang baik bagi anak
sangat membantu mengarahkan anak untuk membedakam situasi yang ada, sehingga
dapat diterapkan suatu nilai secara tepat. Artinya moralitas anak mulai bersifat sosial,
di mana anak melakukan tindakan agar anak diakui, bahwa tindakannya benar
Dalam hal ini yang dilakukan seorang pendamping untuk mengajarkan anak
Tetapi dengan kasih dan kesabaran untuk membuka hati anak serta mengajarkan
mereka untuk memahami tentang nilai-nilai tersebut. Di sini anak mulai ditantang
untuk berkembang, dalam hal ini pendamping juga diajak untuk menyadari bahwa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
anak usia ini memerlukan suatu bentuk teladan dalam bertingkah laku. Dengan kata
lain anak tidak hanya diberi nasehat dan teori tentang moral saja, tetapi dari pihak
pendamping juga perlu menyadari bahwa, tindakan yang di lakukan harus menjadi
teladan bagi anak-anak agar dapat menjadi contoh bagi kehidupan mereka. Maka
sehingga dapat menjadi teladan yang baik bagi anak-anak (Hurlock, 1991: 78-82).
5. Perkembangan Religiositas
Sifat yang sangat menonjol dari seorang anak adalah bahwa mereka
memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar, mereka berkembang melalui sebuah
proses yang terjadi secara bertahap. Pada tahap perkembangan anak usia 5-13 tahun,
anak mulai sadar dan masuk dalam kelompok atau jemaat terdekat. Anak mulai
memiliki semangat yang tinggi untuk mempelajari adat istiadat, kebiasaan, bahasa,
cerita-cerita dari lingkungan di mana dia hidup dan menjadikannya milik pribadi. Hal
ini disebabkan karena anak mulai dapat membedakan dirinya dari kelompok. Cerita
tentang lingkungan dimengerti melalui apa yang dilihatnya. Anak memandang hidup
dengan cara apa yang terlihat olehnya, dan mereka akan sangat terkesan dengan
sesuatu yang indah yang tampak dari permukaannya yang berkilau, bersinar serta
dipandang sebagai raja atas aturan-aturan terhadap tindakan seseorang. Oleh karena
itu maka pada tahap ini, iman bagi anak adalah iman afiliasi, yaitu anak dengan sadar
dilihat oleh anak. Perkataan orang dewasa yang dikenalnya lebih berpengaruh dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
pada teman sebayanya. Sesuatu yang baru mulai muncul pada tahap ini, yaitu
sangat terbatas pada pengalaman hidup bersama, maka dapat timbul sikap terlalu
pahlawan, tokoh petualangan. Cerita bukan sekedar hiburan tetapi sudah berubah
Perkembangan iman seorang anak tidak dapat diukur, karena iman adalah
rahasia Allah. Pada kenyataanya iman bersifat pribadi, namun perkembangan iman
anak dapat dilihat melalui tahap-tahap psikologisnya, karena kehidupan agama pada
egosentris” di mana ciri ini terlihat dari perilaku anak yang selalu berpusat pada diri
serta menginginkan perhatian dari pihak lain. Hal ini terlihat dari kesediaan anak
untuk menghafal doa yang diajarkan agar memperoleh pujian dan hadiah. Lewat
pengalaman yang ada, mereka mulai memahami gambaran Allah (Crapps1993: 14-
18).
Dalam hal ini orang tua merupakan gambaran Allah dalam kehidupan anak
dalam rangka pemenuhan kebutuhan. Melihat ciri dari orientasi egosentris tersebut,
maka seorang pendamping dapat mengusahakan suasana dan sikap yang dapat
memberikan rasa aman kepada anak, sehingga gambaran Allah dapat terlihat dengan
jelas dan tersimpan dalam diri mereka sebagai Allah Yang Maha Pengasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Ciri ini mau melihat dari pengalaman hidup anak dalam menjalin hubungan relasi
dengan orang lain. Dari pengalaman tersebut, Allah dipahami sebagai manusia biasa
seperti ayah atau kakek mereka yang punya tangan, kaki, bisa marah dan bisa juga
bersikap baik. Maka sosok ayah atau kakek menunjukkan gambaran Allah dalam diri
anak, apabilah seorang ayah atau kakek yang dilihatnya selalu bersikap baik, maka
bagi anak-anak Allah adalah sosok yang penuh kasih dan kebaikan, demikian juga
sebaliknya jika mereka menjadi sesuatu yang menakutkan dan ancaman serta suka
menghukum, maka bagi mereka Allah adalah sosok yang menakutkan, mengancam
dan suka menghukum. Dengan cara tersebut pendamping, khususnya orang tua
mempersiapkan anak sejak dini dengan memperkuat iman mereka akan gambaran
inisiatif, dan spontanitas”. Ciri ini muncul saat sosialisasi anak mulai berkembang.
Anak usia sekolah mulai bergabung dengan kelompok teman sebayanya maupun
134-135).
Saat anak berusia antara sembilan tahun, kebanyakan dari mereka mulai
menyukai cerita serta dongeng, terutama yang berbau mistis dan hebat, kesukan
mereka akan hal tersebut pun mulai menghilang saat mereka memasuki usia tiga
belas tahun. Rasa senang pada mereka akan cerita dan dongeng tersebut merupakan
pengaruh dari hayalan mereka yang besar sehingga hidup agama mereka memiliki
ciri “mistis lateral”. Pengertian mereka akan cerita tersebut membawa mereka pada
dua sisi, yaitu gaib-religius dan gaib-aneh (mustahil) oleh karena itu diperlukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
134-135).
Ciri ketiga dari agama masa kanak-kanak yang lain adalah daya fantasi anak
yang berkembang pesat, Ciri ketiga dari agama masa kanak-kanak ini dipengaruhi
oleh rasa ingin tahu yang besar. Hal itu terlihat dari kesenangan mereka melakukan
pemahaman yang lebih jelas tentang gambaran Allah ataupun ajaran tentang agama
perkembangan anak. Selain itu harus ada kesadaran dari pendamping bahwa mereka
bukan hanya menghantar anak-anak, tapi harus ada tindakan yang menjadi teladan
C. Iman
Iman adalah hubungan antara manusia dengan Allah yang menuju pada
keselamatan manusia. Bagi manusia iman menjadi sesuatu yang penting dalam
hidupnya yang dapat menuntun ke arah yang lebih baik, Sehingga dibutuhkan
pertama lewat sejarah Adam dan Hawa yang terus berkembang lewat perkembangan
sejarah manusia sampai sekarang. Allah mewahyukan diri-Nya dalam alam semesta,
wahyu tersebut yang sering juga kita sebut dengan iman. Beriman berarti
mengadakan hubungan pribadi dengan Allah lewat tindakan atau perbuatan yang
berasal dari hatinya. Manusia memiliki hubungan relasi dengan Allah bukan hanya
kehendak Allah yang membawanya datang kepada Allah itu sendiri. Kepercayaan
tersebut diyakini akan kehadiran Allah dalam hidup manusia, oleh karena itu
manusia menyadari bahwa Allah adalah sumber ”kebaikan”. Allah telah hadir untuk
manusia, sehingga manusia percaya bahwa tidak mungkin manusia dapat datang
kepada Allah dengan cara menguasai Allah, tetapi hanya dengan menyerahkan diri
seutuhnya pada Allah, maka manusia dapat bertemu Allah secara lebih dekat.
kristiani telah dinyatakan lewat pewahyuan Allah dalam diri Yesus Kristus, maka
keselamatan bagi umat manusia. Dalam hal ini Allah menentukan manusia untuk
datang kepada Allah sebagai jawaban tawaran untuk memperoleh keselamatan dari
sehingga terbentuk suatu sikap yang lebih baik, lebih adil dan damai. Dengan
(DV: art 6). Kebaikan yang telah diberikan Allah kepada umat manusia tampak
dalam diri Yesus Kristus sebagai pemenuhan janji Allah. Yesus Kristus merupakan
pewahyuan Allah yang adalah perantara agar manusia dapat bersatu dengan Allah.
Allah telah begitu baik kepada manusia sehingga rela memberikan Putra tunggal-Nya
untuk menebus dosa manusia, oleh karna itu, manusia wajib membalas kebaikan
yang datang dari Allah melalui ketaatan iman dengan menyerahkan diri sepenuhnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
kepada Allah (DV: art 4). Hendaknya segala tindakan dan perilaku yang dilakukan
Manusia yang dengan suka rela memberikan dirinya kepda Allah sebagai
sebagai pernyataan iman dan kepercayaannya. Konsili Suci sendiri telah menegaskan
arti iman tersebut yang terungkap dalam Dokumen Konsili Vatikan II, yaitu
Dari artikel diatas terlihat dengan jelas bahwa iman menurut agama katolik
memiliki arti yaitu ”persaudaraan yang erat dan mesra antara manusia dengan
Allah”, yang secara jelas tergambar dalam pribadi Yesus Kristus. Dengan
persaudaraan yang erat dan mesra antara manusia dengan Allah tersebut, manusia
dianggap menjadi bagian dari Kerajaan Allah, sehingga manusia dapat merasakan
Yang dimaksud dengan hal ikhwal Pendampingan Iman Anak (PIA) adalah
PIA merupakan singkatan dari Pendampingan Iman Anak yang juga biasa
disebut Sekolah Minggu. Asal kata Sekolah Minggu berasal dari bahasa Inggris
Sunday School yang berarti Sunday adalah hari pertama dalam minggu yang juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
merupakan hari istirahat dan hari ibadah bagi orang Kristen, sedangkan School
artinya suatu lembaga formal yang menangani soal pendidikan Sunday school dan
Sekolah Minggu yang pertama dilakukan oleh Robert Raikes yang lahir di
untuk menolong orang-orang yang ada di penjara bagi peningkatan kondisi kesehatan
dan perlakuan yang lebih manusiawi serta mengadakan pembinaan bagi mereka
semua yang ada di dalam penjara. Robert melihat bahwa tindak kejahatan yang
terjadi dikarnakan rendahnya pendidikan. Saat itu Sekolah yang tersedia hanya
diperuntukkan bagi mereka yang mempunyai dana untuk biaya sekolah, sehingga
anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan menjadi liar, bertindak semaunya dan
melakukan tindakan kejahatan. Sedangkan orang tua harus bekerja 6 hari dalam
seminggu, dan hanya memiliki waktu libur pada hari Minggu sehingga perhatian
serta pendidikan bagi anak-anak kurang begitu diperhatikan. melihat kondisi yang
terjadi, Robert merasa prihatin dan mencoba untuk mengumpulkan anak-anak miskin
satunya adalah pelajaran agama, selain itu robert juga mjengajarkan anak-anak
menulis dan membaca. Dengan apa yang dilakukan oleh Robert, Banyak orang
tertarik dan mendukung usahanya. Selain itu Robert juga menggunakan rumahnya
sebagai tempat belajar dan Robert juga mencari seorang guru wanita untuk mengajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
anak-anak itu pada hari Minggu. Sekolah Minggu terus berjalan dan tiga tahun
kemudian di berbagai tempat juga diadakan Sekolah Minggu lain dengan model yang
sama seperti yang dilakukan oleh Robert Raikes. Bertahun-tahun kemudian, kegiatan
ini berkembang menjadi sekolah yang dilakukan setiap hari dengan cuma-cuma bagi
berusia 4 tahun sudah mulai dibawa orang tuanya ke Sinagoga untuk belajar dan
mereka amatlah penting dan harus dimulai sejak dini. Mereka mempersiapkan anak-
anak mereka agar pada usia 5 sampai 6 tahun dapat mengikuti pelajaran agama
mengenai Kitab Suci. Selain itu setiap anak yang sudah lancar berbicara, maka anak
tersebut harus menghafal bagian pertama kalimat Shema dari Kitab Ulangan. Bangsa
umat Israel, mengajarkan pendidikan agama untuk anak-anak mereka sedini mungkin
amatlah penting, karna secara religius anak adalah pewaris perjanjian, Taurad dan
tanah perjanjian dari Tuhan. Kegiatan Pendampingan Iman Anak (PIA) pertama kali
pun sudah ada sejak zaman kehidupan Yesus, namun belum bisa disebut sebagai
Bagi Yesus anak-anak memiliki nilai yang sama dengan para orang dewasa
(Mark, 10:13-16). Yesus justru memanggil anak-anak itu ketika orang
dewasa melarang anak-anak datang pada Yesus, dan Ia berkata: ”Biarkan
anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab
orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa yang tidak menyambut Kerajaan
Allah seperti seorang anak kecil ia tidak akan masuk ke dalamnya”
melarang anak-anak untuk datang kepada-Nya. Pada zaman penganiayaan tidak ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
cerita mengenai keberadaan Pendampingan Iman Anak (PIA), tetapi Gereja tetap
bertahan selama ± 300 tahun dan menunjukkan bahwa generasi penerus Gereja terus
Anak (PIA). Dan setelah perjanjian Milan umat Kristen mulai memperoleh
kebebasan beragama, perhatian terhadap pendidikan iman anak mulai nampak dan
dilaksanakan secara terbuka. Hak dalam mendidika anak dipegang penuh oleh
keluarga sekitar abad pertengahan (VI-XVI). Hal ini dikarnakan keluarga merupakan
tempat pertama dan utama dalam tumbuh dan kembangnya iman anak dalam hal ini
Gereja juga tidak lepas tangan. Pada tahun 1536 Gereja mulai mendirikan sekolah-
memperhatikan perkembangan iman anak. Dan pada tahun 1905 Paus Pius X dengan
Surat Anjuran Acerbo Nimis meminta perhatian Gereja kepada anak-anak secara
khusus minimal satu jam per minggu. Begitu pentingnya pembinaan iman anak
sampai anjuran ini dipertegas menjadi sebuah syarat untuk menerima Sakramen
Pengampunan. Pada akhir tahun 1981, Paus Yohanes II menulis Surat Anjuran
dengan nama Sekolah Minggu. Kegiatan ini dilakukan untuk membina iman anak
yang sudah berlangsung sejak sebelum tahun 1965 yaitu sebagai lembaga resmi
seperti sekolah yang lain, peserta juga tidak terbatas pada anak yang belum di baptis.
Usaha Gereja Kristen ini menggelitik Gereja Katolik Malang untuk memulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
pelayanan iman bagi anak-anak yang dikenal dengan sebutan Sekolah Minggu,
Sekarang dengan berbagai keadaan yang ada kegiatan PIA dalam Gereja
Katolik telah berkembang di seluruh Indonesia dengan berbagai nama pula: Sekolah
Minggu, Bina Iman Anak, Minggu Gembira, Temu Minggu, Taman Tunas Iman dan
mempunyai beberapa hal yang perlu diperhatikan. Adapun beberapa hal tersebut
Anak merupakan pribadi yang memiliki ciri khusus dan tentunya sangat
berbeda dengan orang dewasa. Anak juga merupakan anggota Gereja yang
diselamatkan oleh Allah. Anak menerima rahmat Allah yang adalah iman pada saat
anak dibaptis. ”Maka anak-anak sudah sejak dini harus diajar mengenal Allah serta
berbakti kepada-Nya dan mengasihi sesama, seturut iman yang telah mereka terima
manusia yang sehat serta Gereja” (GE, art.3) oleh karena itu meskipun anak masih
kecil, namun mereka memiliki hak yang sama dengan kaum muda untuk bersama-
sama mengembangkan iman. Dalam hal ini maka, gereja mengusahakan dan mulai
bagi anak-anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
beriman. Anak-anak yang mengikuti kegiatan Pendampinga Iman Anak (PIA) pada
umumnya berusia antara 5-13 tahun, yang diikuti oleh anak-anak yang beragama
katolik yang tentunya sudah dibaptis. Pelaksanaan Pendampingan Iman Anak (PIA)
dilakukan di luar kegiatan jam Sekolah, kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada hari
Minggu dengan lama waktu pendampingan antara satu sampai dengan dua jam.
mengembangkan dirinya, selain itu dalam suasana yang menggembirakan anak juga
dapat belajar menjalin hubungan yang baik dengan teman-teman sebayanya. Satu hal
yang perlu disadari oleh seorang pendamping adalah bahwa pendamping PIA
hanyalah berperan sebagai pembantu orang tua, di mana orang tua merupakan
pendidik utama dan pertama yang bertanggung jawab penuh terhadap perkembangan
anak mereka. Dengan demikian perlu ada hubungan relasi serta kerja sama yang baik
mengembangkan iman anak, yang pada dasarnya merupakan tanggung jawab orang
tua sebagai pendidik utama dan pertama, tetapi orang tua juga membutuhkan bantuan
dari orang lain untuk mendidik anak-anak mereka. Gereja sendiri melihat bahwa
kehidupan kaum muda dan anak-anak sangat memprihatinkan, hal ini mendorong
antara lain:
sendiri yang telah dituliskan dalam kitab suci. Antara lain seperti kita temukan dalam
Teks tersebut di atas mau mengatakan suatu permintaan yang Yesus katakan
Dari apa yang telah diperintahkan Yesus tersebut. Gereja yang di pimpin
oleh Paus meneruskan tugas Petrus, yaitu mengembalakan umat beriman Kristiani
melalui berbagai karya pastoral. Dan salah satu karya tersebut adalah katekese, yaitu
pewartaan tentang kabar gembira bagi semua orang agar mendapatkan keselamatan
Pendampingan Iman Anak (PIA) merupakan salah satu karya katekese yang
imannya. Gereja secara khusus memberi perhatian bagi perkembangan iman anak-
anak, karena hal ini sesuai dengan kehendak Kristus sendiri yang juga tertulis di
mereka sebagai empunya Kerajaan Allah. Perhatian yang diberikan Yesus terhadap
anak-anak seperti inilah yang menjadi dasar bagi pelaksanaan pendampingan iman
anak (PIA) sebagai suatu kegiatan yang memang diperuntukkan bagi anak-anak
untuk membina dan mengembangkan iman mereka. Dengan kata lain teks ini
Pendampingan Iman Anak (PIA) merupakan salah satu cara Gereja untuk
pentingnya pendampingan iman bagi anak-anak, hal tersebut dapat kita temukan
dalam Ajaran Gereja tentang Pendidikan Kristen dalam Dokumen Konsili Vatikan II.
beriman anak-anak dan kaum muda terhadap perkembangan zaman yang terus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
menghargai dan mendengar suara hatinya. Dalam hal ini umat Kristen diajak untuk
mengusahakan dengan berbagai macam cara dan sarana dalam mendampingi anak-
Dalam pedoman umum katekese (DCG art. 79) menegaskan bahwa masa
kanak-kanak merupakan masa dimana mereka pertama kali masuk dalam lingkungan
khusus bagi perkembangan iman mereka. Keluarga merupakan tempat pertama untuk
Pada masa sekolah, anak mulai bersikap kritis terhadap sesuatu yang baru,
(DCG, 1971: art 79), maka dalam Pendampingan Iman Anak (PIA), seorang
pendamping perlu memiliki sikap yang menjadi teladan bagi kehidupan anak yang
didampingi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
3) Dasar Teologis
Pendampingan Iman Anak (PIA) dalam Gereja Katolik selain didasari pada
perintahYesus yang juga terdapat di dalam injil, juga didasarkan pada ajaran-ajaran
gereja yang mendasari iman Kristiani. Secara dogmatis iman Kristiani mengakui
bahwa beriman merupakan hubungan relasi secara pribadi dengan Allah. Relasi
pribadi tersebut merupakan tanggapan manusia terhadap wahyu Allah yang telah
dilaksanakan oleh Allah sendiri lewat sejarah. Karya pewahyuan Allah ini diwujud
nyatakan melalui Pribadi Yesus yang menjelma menjadi manusia sebagai pemenuhan
Iman Anak (PIA). Secara dokmatis gereja dalam iman Kristiani diakui sebagai tubuh
mistik Kristus. Kristus hadir untuk menebus dan menyelamatkan manusia sehingga
beriman. Hal tersebut mendasari proses kegiatan Pendampingan Iman Anak (PIA)
dengan didampingi oleh seorang pendamping yang berperan sebagai penolong dan
4) Dasar Psikologis
kepribadiannya. Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar sehingga hal-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
hal baru yang datang dari luar, dengan gampang dapat mempengaruhi kehidupan
mereka. Namun disisi lain anak belum cukup kuat dan mandiri, anak masih perlu
didampingi oleh seseorang yang sudah dewasa untuk mengembangkan diri dan
sehingga anak dengan senang hati mau dibimbing dan menghormati seorang
Pendampingan Iman Anak (PIA) merupakan suatu kegiatan yang ada dalam
Gereja Katolik sebagai yang merupakan bentuk katekese yang diperuntukkan bagi
tentang misteri Kristus dalam cahaya firman Allah (CT,1979: art. 20). Agar iman
Tujuan PIA adalah agar anak-anak memiliki sikap iman Kristiani dan
bangga atas iman mereka, memiliki wawasan yang luas akan iman sesuai umur
mereka sehingga mereka dapat mengungkapkan dan mewujudkan imannya itu dalam
hidup sehari-hari sesuai umur mereka pula (Kursus PIA, 2001: 9).
dalam rangka membantu orang tua Kristiani dalam usaha menciptakan dan
mempunyai sikap baru dan bertingkah laku sesuai dengan imannya (Goretti, 1999:
17).
Peserta Pendampingan Iman Anak (PIA) biasanya berusia antara 5-13 tahun
(TK-SLTP Kelas I). Kegiatan Pendampingan Iman Anak (PIA) ini mempunyai ciri
khusus yang berbeda dari sekolah formal. Perbedaan ini lebih cenderung pada
suasana yang diciptakan dalam kegiatan Pendampingan Iman Anak (PIA). Oleh
karena itu seorang Pendamping PIA perlu memperhatikan ciri-ciri yang khas yaitu:
Santai-Santai – Mendalam.
a. Santai
1) Gembira
identik dengan anak-anak, dimana ada anak-anak maka disitu ada suasana gembira.
temannya, maka kegembiraan ini tidak boleh diabaikan dalam pendampingan, agar
kegiatan tersebut tidak ditinggalkan oleh peserta Pendampingan Iman Anak PIA.
Seorang pendamping yang memiliki pribadi yang menarik akan dapat membawa
suasana gembira bagi anak-anak peserta PIA sehingga anak-anak dapat merasakan
kegembiraan itu. Suasana hati dan pribadi pendamping serta acara yang menarik
yang disajikan dalam pendampingan PIA akan sangat membantu untuk menimbulkan
minat aktif anak datang pada kegiatan Pendampingan Iman Anak (Goretti, 1999: 19).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
2) Bebas
yang dimaksut bukan berarti anak-anak menjadi bebas tanpa kendali dan melakukan
apa saja yang mereka mau lakukan, akan tetapi anak-anak dapat secara bebas ikut
kegiatan Pendampingan Iman Anak (PIA) tanpa merasa ada paksaan ataupun ikatan
Pendampingan Iman Anak (PIA) ingin menjauhkan anak-anak dari rasa terpaksa dan
takut seperti absen, tes, nilai dan sanksi dalam pendampingan Iman Anak (PIA).
Justru dengan kemauan yang muncul secara bebas dari anak Pendampingan Iman
Anak (PIA) dapat berjalan terarah pada tujuannya yaitu membina iman anak.
Kehadiran anak dalam Pendampingan Iman Anak (PIA) harus dirasakan oleh setiap
anak, karena senang dan rindu untuk berjumpa dan berkumpul bersama taman-teman
yang ada di dalam Pendampinga Iman Anak (PIA). Pendamping PIA juga perlu
menciptakan suasana kasih yang penuh persaudaraan agar anak-anak selalu ingin
hadir dalam pertemuan Pendampingan Iman Anak (PIA) sehingga kebebasan tercipta
3) Bermain
Bagi anak, bermain adalah suatu kegiatan yang serius, namun mengasyikan.
Bermain adalah aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak, karena
menyenangkan bukan karena akan memperoleh hadiah atau pujian. Bermain
adalah salah satu alat utama yang menjadi latihan untuk pertumbuhannya.
Bermain adalah medium, di mana si anak mencobakan diri, bukan saja
dalam fantasinya tetapi juga benar nyata secara aktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Kegiatan bermain tidak dapat dipisahkan dari anak-anak. Anak usia 5-13
kreatifitas dan memperluas wawasan anak. Ada kepuasan yang mereka rasakan lewat
bermain. Oleh karena itu dalam Pendampingan Iman Anak (PIA) permainan yang
mengembirakan harus ada. Dengan bermain dan melalui suatu bentuk permainan
b. Mendalam
Yesus Kristus merupakan pusat kehidupan bagi orang Kristiani. Oleh karna
itu dalam usaha pembinaan iman dan pengembangan iman harus bersumber pada-
Nya. Artinya kegiatan Pendampingan Iman Anak (PIA) sebagai kegiatan bina iman
anak haruslah dilaksanakan atas dasar Yesus Kristus dan mengajak semua anak yang
2). Menjemaat
seorang diri, karena iman akan tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bersama
orang lain. Yang artinya seseorang perlu menggabungkan diri dengan kelompok
jemaat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
demikian, anak terbiasa hidup bersama dengan jemaat. Pengalaman ini diharapkan
3). Terbuka
Keterbukaan dalam Pendampingan Iman Anak (PIA) nampak dari situasi pesertanya.
Bahwa peserta Pendampingan Iman Anak (PIA) tidak hanya terbatas pada anak yang
sudah dibaptis, melainkan terbuka bagi anak-anak yang belum dibaptis pula (Kursus
Kata Spiritualitas berhubungan dengan kata spirit yang berarti roh atau
bertindak demi mewujudkan cita-cita yang luhur, dalam hal ini cita-cita untuk
a. Kerendahan Hati
Kerendahan hati atau dengan kata lain merasul¸dalam arti bahwa sebagai
seorang pendamping PIA hendaknya memiliki sikap rendah hati di hadapan anak-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
anak, tidak bersikap menggurui menguasai, tetapi bersikap seperti teladan Yesus
b. Beriman Dewasa
Allah yang menyelamatkan manusia melalui Yesus Kristus, dan mampu menghayati
imannya dalam situasi apapun juga serta mampu memberikan seluruh hidupnya demi
c. Kristosentris
seorang pendamping hendaknya terus menerus menimba kekuatan inspirasi dan nilai-
nilai hidup Kristus untuk ditularkan pada anak-anak yang didampingi (Panduan
d. Keterbukaan
diperhatikan, dimanja, dan seterusnya.) (Panduan Calon Pendamping PIA, 2003: 28).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
lain (sesama pendamping) agar dapat saling melengkapi dalam usaha mencapai
tujuan yang diharapkan Gereja (Panduan Calon Pendamping PIA, 2003: 28).
pengalaman iman dalam Kitab Suci sunggu mempengaruhi hidup pendamping dalam
pengetahuan tentang kitab Suci (Panduan Calon Pendamping PIA, 2003: 28)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB III
waktu (tanggal, bulan dan tahun) dimulainya. Pada zaman dahulu disaat orang belum
cerita mulai tergeser dengan tumbuh dan berkembangnya budaya tulis (Komkat KWI
,1994: 2).
daerah Galilea dan sekitarnya. Hal ini ditegaskan dalam Injil Matius “Semuanya itu
pendengar dapat dengan mudah menangkap pesan yang hendak di sampaikan Yesus
tentang Rahasia Kerajaan Allah. Di dalam Injil Markus juga menjelaskan tentang
Firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka dan tanpa perumpaman Ia
berharap, agar apa yang telah disampaikan-Nya diingat secara keseluruhan oleh
yang di sampaikan Yesus. Pola Naratif Eksperiensial yang digunakan Yesus dalam
dalam bentuk cerita yang tentunya tidak secara langsung didapat begitu saja.
Kehidupan Yesus pada masa kecil tentunya tidak jauh berbeda dengan kehidupan
anak-anak pada umumnya, dibesarkan dengan cerita dongeng dari orang tua-Nya.
Cerita-cerita itu ada hubungannya dengan cerita tentang kasih sayang bapak kepada
anaknya yang terdapat dalam injil Luk 15: 11-23 yaitu “Perumpamaan tentang anak
yang hilang”, cerita tentang sepuluh gadis – lima yang bijak dan lima yang bodoh –
disuatu pesta perkawinan yang terdapat di dalam Injil Mat 25:1-13. Perumpamaan
tentang Perjamuan perkawinan terdapat di dalam Injil Mat 22: 1-14 dan lain
sebagainya. Selain itu perumpamaan tentang alam sekitar tidak lepas dari perhatian
Yesus antara lain dijelaskan di dalam Mat 13:1-23 yaitu perumpamaan tentang
injil Mat 13:31-35, “Perumpamaan tentang pohon ara yang sudah kering” terdapat di
dalam injil Mrk 11: 20-26 dan masih banyak lagi perumpamaan yang diceritakan
alam sekitar. Yesus begitu pandai mengolah cerita dan bercerita. Cerita yang pernah
yang disampaikan Yesus bahkan kehidupan Yesus sendiri adalah cerita (Song,
1989:X).
satu bentuk komunikasi iman. Yaitu pengalaman iman yang diungkapkan lewat
perbuatan dan tindakan secara khusus dan eksplisit yang bertujuan untuk
mengekspresikan dan menyatakan iman. Tentunya hal ini adalah bagian dari
bahan. Bahan ini bukan bahan mati dalam komunikasi iman, banah menjadi partner
dialog yang bersaksi. Agar bahan menjadi partner dialog yang hidup, menarik dan
tidak memaksa, maka bahan perlu diolah dalam bentuk cerita. Melalui cerita, anak
Dengan demikian, dalam menyampaikan cerita dibutuhkan pola yaitu pola yang
adalah pola cerita pengalaman. Naratif berarti bahan yang diceritakan (narasi)
Istilah naratif eksperiensial berasal dari dua kata bahasa asing dengan
memiliki arti yang berbeda. Narrative berasal dari kata “narration” yang berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
cerita dan eksperiensial berasal dari kata “experience” yang berarti pengalaman.
Dalam hal ini naratif eksperiensial dimaksudkan sebagai yang bersifat cerita dan
sesuatu peristiwa yang sudah pernah terjadi dalam kehidupan nyata. (Tim Penyusun
pengalaman hidup, cerita sejarah, kisah, tradisi. Menurut Tom Jacob, dkk (1992: 12)
KOMUNIKASI
NARATIF-
EKSPERIENSIAL
Guru
Obyektif
Subyektif
Murid Murid
Cerita sebagai bahan untuk didalami dan diolah bersama, cerita tersebut bisa
berasal dari cerita Kitab Suci, Cerita rakyat maupun cerita kehidupan.
sehari-hari.
dengan melibatkan seluruh peserta PIA. Dalam proses penemuan makna cerita
Dalam hal komunikasi hendaknya selalu diingat juga segi onyektif dan
sebuah bahan (cerita) dilihat dari segi obyektif: berbicara mengenai tradisi dan
situasi dalan sejarah Italia pada abad 12, dan segi subyektifnya: mengenai
Tujuan dari cerita adalah agar setiap orang yang mendengarkan cerita dapat
pikirannya untuk memikirkannya lalu terdorong untuk bertindak yang lebih baik
(Komkat KWI, 1994:39). Pada umumnya cerita mempunyai maksud dan tujuan yang
senang karena pendengar merasa terhibur oleh cerita yang disampaikan. Cerita juga
mendengarkan cerita mereka tidak merasa digurui, didikte dengan suatu ajaran-
ajaran yang baru, justru pendengar diberi kebebasan untuk menarik kesimpulan
Pendampingan Iman Anak (PIA) mendengarkan sebuah cerita sudah tidak asing lagi
tentunya mereka dapat menarik makna yang terkandung di dalam sebuah cerita.
Cerita merupakan salah satu cara yang sangat baik untuk mengajak anak-anak
bahkan mereka tidak merasa bosan meskipun cerita tersebut sudah didengar atau
Manfaat dari cerita disesuaikan dengan fungsi dari cerita tersebut. Fungsi
dari cerita antara lain: Fungsi edukasi, fungsi afeksi, fungsi rekreasi dan fungsi
sosialisasi (Anwar Efendi, 2006: 334). Dalam sebuah cerita fungsi edukasi adalah
afeksi berfungsi agar ketika mendengarkan cerita anak diharapkan dapat memiliki
emosi yang lebih stabil. Fungsi rekreasi bertujuan untuk ketika anak mendengarkan
cerita mereka akan merasa terhibur dan fungsi sosialisasi adalah penghubung antara
bentuk-bentuk hanya akan disajikan cerita, dongeng, drama dan nyanyian saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
1. Cerita
Ciri khas dari carita adalah komunikasih yang baik. Ketika cerita di
sampaikan dengan benar, maka pesan dari cerita itu pun akan ditangkap dengan
benar oleh pendengar. Di dalam Kitab Suci juga tersimpan berbagai cerita dan Yesus
adalah salah satu pencerita terbaik yang banyak menyampaikan cerita sebagai
perumpamaan. Bahkan cerita tersebut masih dapat kita dengar sampai sekarang.
Dalam pengajaran Pola Naratif Eksperiensial terdapat tiga jenis cerita yang dapat
digunakan yaitu: cerita kanonik (Kitab Suci), cerita rakyat, dan cerita kehidupan.
suatu peristiwa yang pernah terjadi dan di sampaikan secara lisan, kemudian
cerita yang diambil dari Perjanjian Baru, dalam mendampingi anak-anak (PIA)
misteri. Allah Bapa telah mengutus putra-Nya untuk menyelematkan umat manusia.
Selain itu hendaknya seorang pendamping dalam menyampaikan cerita kepada anak-
anak harus sesuai dengan bahasa dan usia perkembangannya. Karna cerita Kanonis
adalah cerita yang sangat penting bagi Gereja. Maka semua cerita terdapat dalam
b. Cerita Rakyat
Cerita rakyat merupakan cerita peninggalan dari nenek moyang dari masa
ke masa. Pada umumnya orang-orang yang sudah tua yang masih hidup sampai
zaman Yesus yaitu cerita rakyat dari Galilea menggambarkan bagaimana Yesus
berkomunikasi melalui cerita, hal ini dimaksudkan agar mudah di mengerti oleh
rakyat (Komkat KWI, 1994:17). Ketika menyampaikan cerita rakyat kepada anak-
anak. Selain itu pendamping juga harus mempersiapkan diri agar dapat menjadi
pencerita yang baik dan mampu menyampaikan pesan dari sebuah cerita.
c. Cerita Pengalaman/Kehidupan
Cerita pengalaman adalah cerita yang berasal dari pengalaman hidup nyata
maknanya oleh pendengar. Di dalam Kitab Suci juga terdapat beberapa cerita
kehidupan, salah satunya adalah cerita tentang seorang janda yang memasukkan dua
peser ke dalam peti persembahan (Luk 21:1-2). Tujuan dari cerita pengalaman atau
kehidupan dalam pendampingan PIA adalah agar setiap setiap anak yang didampingi
semakin mampu bercerita tentang pengalaman mereka pribadi, keluarga mereka, juga
Kanonis. Sehingga melalui cerita tersebut anak semakin merasakan dan melihat
disampaikan kepada anak-anak PIA, akan lebih baik ketika cerita disampaikan secara
cerita. Selain itu cerita yang disampaikan dalam pertemuan Pendampigan Iman Anak
(PIA) harus sesuai dengan materi PIA yang tentunya disesuaikan dengan usia anak.
2. Nyanyian
Menurut Prier Edmund SJ, “Nyanyian biasanya berarti lagu berbentuk bait”
(Prier Edmund SJ, 1993: 620). Di dalam Kamus besar Bahasa Indonesia nyanyian
merupakan; “...komponen musik pendek yang terdiri atas lirik dan lagu” (Tim
Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988: 620). Hampir semua orang dari
berbagai kalangan, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. pasti pernah
mendengarkan sebuah lagu dan bernyanyi, ada begitu banyak cara dalam
mengekspresikan dan menyanyikan sebuah lagu, begitu juga dengan alat musik yang
dapat digunakan untuk memainkan sebuah lagu. Di dalam Ensiklopedi Alkitab Masa
dalam Pendampingan Iman Anak (PIA) musik memiliki arti dan peran yang sangat
Pendampingan Iman Anak (PIA) yang berisikan cerita yang bagus. Tentunya
anak-anak untuk belajar sekaligus mengingat cerita yang didengarnya. Lewat lagu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
yang didengarnya anak dapat dibantu untuk menghayati kesetiaannya kepada Tuhan
secara lebih baik. Lewat lagu anak juga dapat mengembangkan pemahamannya akan
Salah satu contoh lagu yang memiliki unsur Pola Naratif Eksperiensial
yaitu lagu yang ditulis oleh K.E. Prier. SJ tentang (2006) “Domba Yang Hilang”
3. Drama
Ada banyak pengertian dari drama yang kita ketahui, salah satunya terdapat
di dalam Kamus Istilah Sastra di mana kata “Drama” merupakan istilah lain dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
“Teater” yang menyebutkan “Sedangkan drama berarti karya sastra yang bertujuan
dan dialog yang lazim dirancangkan untuk pementasan pangung (Panuti, 1986: 28).
Menyaksikan drama pada umumnya sangat disukai banyak orang dari berbagai
kalangan, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Dan ketika suatu drama
dimainkan oleh anak-anak maka akan lebih menarik untuk dinikmati. Dengan
keluguan dan sifat riang yang dimiliki anak-anak, akan menjadikan drama atau teater
menarik dan hidup. Di dalam pementasan drama, aktifitas yang paling banyak
dan berdrama. Tentunya hal ini sesuai dengan situasi anak. Pada umumnya anak usia
antara 5-13 tahun memiliki sifat aktif, mereka suka bergerak yang dilakukan secara
terus menerus. Dengan jiwa dramatik pada anak, terkadang mereka lebih senang
untuk memerankan dari pada menjadi penonton saja. Drama atau teater adalah
bentuk seni yang merupakan bagian dari kehidupan manusia. Melalui drama atau
teater anak-anak diajak untuk belajar dari kehidupan, untuk memahami hidup dan
menjadikan hidup lebih berarti. Hal itu merupakan inti dari kehidupan untuk
mendidik kepribadian anak (Taylor, 1981:46). Dengan adanya drama atau teater
yang mereka perankan, anak-anak telah belajar banyak dari pengalaman kehidupan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
dapat mereka pelajari melalui pendidikan formal misalnya di sekolah maupun non-
formal misalnya di dalam Pendampingan Iman Anak (PIA), drama atau teater sudah
Salah satu contoh drama atau teater yang dapat diperankan oleh anak-anak
adalah cerita yang diambil dari injil Luk 10:25-37 yaitu perumpamaan tentang
“Orang Samaria Yang Baik Hati” di mana diceritakan adalah seseorang yang turun
bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulinya dan yang
sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam
turun melalui jalan itu; ia melewati orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang
jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ketempat itu; ketika ia melihat orang itu,
ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam
perjalanan, ketempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh
menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaiki orang itu ke atas
penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kau belanjakan lebih dari ini, aku
Lewat drama yang mereka mainkan, mereka belajar peduli akan kesusahan
orang lain dan saling membantu satu sama lain, membentuk kepribadian sekaligus
4. Dongeng
Sebagian besar dari masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi dengan
yang namanya cerita rakyat lisan. Seperti kita ketahui cerita rakyat lisan terdiri atas
mite, legenda dan dongeng. Dongeng juga merupakan dalam salah satu dari cerita
rakyat lisan yang merupakan cerita rakyat yang oleh si pencerita di anggap tidak
sesungguhnya terjadi. Dongeng tidak terikat waktu dan tempat karena dongeng
melukiskan tentang kebenaran yang berisikan ajaran tentang moral bahkan sindiran.
Anti Aarne dan Stith Thompson mengelompokkan dongeng menjadi empat golongan
besar, yaitu: Dongeng binatang, dongeng biasa, lelucon atau anekdot dan dongeng
berumus.
binatang peliharaan maupun binatang liar. Biasanya tokoh binatang dalam dongeng
dapat berbicara dan berakal budi sama seperti manusia. Dongeng binatang di negara-
negara Eropa, yang sering menjadi tokoh adalah rubah. Di Amerika Serikat yang
menjadi tokoh dalam dongeng adalah Kelinci. Dan Negara Filipina tokoh dalam
dongeng adalah kera. Sedangkan untuk Indonesia sendiri binatang yang menjadi
tokoh adalah Kancil. Biasanya semua tokoh memiliki sifat yang sangat cerdik, licik
dan jenaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Lumut, dongeng Joko Kendil, dongeng Joko Tarub, dongeng Joko Tingkir, dongeng
Sang kuriang, dongeng Malin Kundang, Dongeng Bawang Merah Bawang Putih dan
Lelucon atau anekdot adalah dongeng yang dapat menimbulkan tawa bagi si
ataupun orang yang menjadi sasaran dari dongeng yang disampaikan, mungkin dapat
pengulangan. Dongeng ini ada tiga macam yaitu dongeng bertimbun banyak
kepada anak. Lewat dongeng yang diceritakan kepada anak, nilai-nilai keutamaan
tentang moral, budi pekerti, kejujuran, kebaikan, kemandirian, atau keagamaan dapat
pesan yang tersirat di balik sebuah dongeng. Selain itu, melalui dongeng, anak juga
diajak untuk belajar berkomunikasi. Ketika dongeng disampaikan kepada anak, anak
dongeng. Dengan kata lain mendongeng juga merupakan salah satu cara untuk
mendengarkan dongeng, anak akan menceritakannya kembali kepada orang lain atau
Ceritera ini berfungsi membuka wawasan anak terhadap situasi yang ada
memahami dan mendalami isi cerita serta nilai-nilai yang terkandung di dalam
cerita tersebut.
sekitarnya. Anak perlu diberi arah pemahaman yang benar sebagai seorang
Dalam proses ini anak yang sudah memiliki konsep atau pengalaman dari cerita
Rangkuman dibuat dengan melibatkan anak, dalam hal ini pendamping berperan
aktif sebagai fasilitator dalam merumuskan kalimat dan rangkuman ini hanya
BAB IV
Berpikir Abstrak.
Tidak hanya sebagai sarana komunikasi yang efektif, tetapi juga memberikan
manfaat yang sangat positif bagi anak. Karena itulah, agar cerita memberikan
dampak positif dalam penyampaian moral, maka para pendidik, orang tua atau siapa
saja harus mampu mengembangkan cerita yang hidup agar mudah dipahami dan
daya imaginasi anak. Dan dengan daya imajinasinya anak akan mencerna cerita serta
maka ia akan merasakan seperti sedang berayun dengan gelombang air. Ketika ia
melayang. Ia mengenakan pakaian astronot sekenanya, yaitu jas hujan ayahnya dan
helem kakaknya.
merasakan dirinya sebagai Supermen atau Gatotkaca yang bisa terbang. Kain sarung
dan taplak dijadikan sarana untuk terbang meyerupai tokoh cerita. Ia tidak terbang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
tetapi berlari di halaman, kamar tamu dan meloncat di kasur kamar tidurnya. Artinya
pada tahap tertentu kemampuan imaginasi dan abstraksi yang baik dapat berkembang
muncul seiring dengan mengikatkan sarung atau taplak meja di lehernya. Selanjutnya
anak akan beraksi, sama seperti yang dilihatnya di televisi (Agus, 2009: 53-54).
Pencerita
dialogal. Mengapa demikian? Karena melalui media bercerita, guru atau orang tua
dapat menjajaki pemahaman anak tentang suatu hal. Saat bercerita, sebelum
berhadapan dengan anak, kita tidak tahu kondisi dan pikiran mereka. Akan tetapi,
begitu mamasuki suasana bercerita, setidaknya kita akan tahu keadaan si anak, baik
dari perhatian, sikap, sifat, bahkan sampai ke tabiatnya. Kita bisa melihat langsung
bercerita, dari sejumlah anak yang kita hadapi, akan muncul pula anak-anak yang
Atau bisa juga sebaliknya, dari anak yang tadinya tidak punya rasa percaya
diri, maka pada saat itu akan berubah menjadi anak yang bisa memiliki kepercayaan
diri, walau tidak secara langsung 100 persen. Hal ini disebabkan oleh emosi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
spontan muncul saat mendengarkan cerita, juga keadaan si anak itu sendiri. Pada
umumnya, hal-hal yang terjadi merupakan peristiwa spontan dan tentu bukan hal
akan bisa dan terbiasa serta berani mengungkapkapkan pendapatnya. Dalam hal ini,
tentu guru atau orang tua dapat lebih memahami apa saja yang dipikirkan, dirasakan,
dan diinginkan anak. Artinya melalui kegiatan bercerita, secara disadari atau tidak,
kita dapat meningkatkan interaksi dengan anak dan menjadikan suasana lebih akrab
dan hidup.
Dalam konteks ini jelas, bercerita menjadi sarana yang ampuh untuk
tokoh yang bermurah hati, dan pencerita menekankan isinya secara akrab, maka anak
belajar berempati pada orang lain. Anak juga belajar untuk bersikap optimis dalam
menghadapi masalah. Oleh karena itu pencerita atau penutur cerita diharapkan tidak
hanya sekedar menjadi penghibur semata dalam menyajikan cerita, tetapi juga
dan tanpa sadar, sesungguhnya anak sedang belajar dan dibiasakan memahami situasi
sosialnya. Ia belajar mengerti dan berusaha tenang dalam menghadapi dan menerima
berbagai situasi lingkungan sosialnya. Dengan kata lain melalui cerita dan kejelian
pencerita anak belajar mengasah kepekaannya terhadap kepentingan sosial yang ada
kehabisan akal. Melalui cerita kita dapat menggelar begitu banyak nilai moral, agar
berhubungan dengan nilai moral masih sangat abstrak bagi anak, misalnya soal
moral.
Oleh karena itu, bercerita dapat menjadi salah satu cara untuk mengajarkan
hal tersebut. Saat bercerita, kita bisa memilih tema tentan kebaikan yang dialami
atau terkena musibah. Dengan cara itu pencerita diharapkan dapat menjelaskan dan
mengajak si anak untuk lebih bersikap peduli dengan sesama secara lebih mudah.
Dengan menampilkan tokoh-tokoh yang disukai anak, maka anak pun akan lebih
pula mengapa kita harus menolong dan saling menghormati. Sebisa mungkin
pencerita harus mampu membahasakan ha-hal yang abstrak menjadi lebih mudah
kepada anak-anak, kita berharap adanya suatu perubahan dalam diri anak. Anak-anak
dapat meniru keteladanan dari tokoh-tokoh cerita yang disampaikan. Dengan sifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
teladan si tokoh diharapkan anak akan lebih mudah meniru dan memotivasi dirinya.
Untuk mewujudkan semua itu, guru atau orang tua yang bercerita dituntut untuk
selektif dan mengerti akan kepentingan pendidikan pada anak-anak. Oleh karena itu
penokohan dalam sebuah cerita sangat diperlukan suatu isi cerita yang dapat
anak, pasti akan menjadikan sebuah proses identifikasi yang positif. Misalnya si anak
menokohkan Krisna, Bima, Pangeran Diponegoro atau lebih dikenal dengan sebutan
Pangeran dari Gua Selarong, Ksatria Garuda Perkasa. Dengan mengidolakan tokoh
kesanyanagnnya, secara tidak langsung si anak pun akan meniru segala yang ada
pada diri si tokoh tersebut. Mulai dari kostumnya, cara bicaranya, tingkah lakunya
Perkembangan anak berada pada fase mitis harafiah. Mitis harafiah berarti
iman mereka hayati seperti dalam cerita, cerita mereka pahami secara harafiah,
demikian cerita relefan atau sesuai dengan perkembangan iman anak dalam hal
dengan cerita anak mengenal tokoh-tokoh iman, dengan cerita anak akrab dengan
teman sebaya dan lain-lain. Bercerita dapat membangun dan mengembangkan iman
santo santa. Sebuah cerita merupakan refleksi kehidupan nyata, sehingga memiliki
daya tarik tersendiri bagi pendengar dan pembacanya, termasuk anak-anak. Alur dan
tutur cerita memberikan sentuhan emosi yang luar biasa dalam kesehariaan anak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
anak.
pencerita. Prinsip yang utama dalam bercerita ialah sebuah cerita harus memiliki
anak. Dalam hal ini, pencerita harus cerdas untuk memilah cerita yang mengandung
pesan dan nilai positif bagi perkembangan iman anak. Sebagai sebuah metode dan
media komunikasi, cerita yang di bacakan juga harus memberikan efek fun and
learning bagi anak agar pesan dan nilai-nilai yang terkandung mudah diserap anak.
Selain itu, kemampuan bercerita juga merupakan hal penting dalam menunjang
Dengan bercerita merupakan salah satu cara untuk mengajak anak belajar
yang memiliki kekuatan immaginatif, aktif dan kognitif. Cerita menjadi sarana yang
efektis untuk menstranfer dan menanamkan nilai-nilai dalam diri anak. Apakah kalau
cerita itu tentang kitab suci, anak dituntut untuk mengenal Tuhannya. Menumbuhkan
d. Waktu : 60’
e. Metode : - Cerita
- Tanya Jawab
- Penguasaan informasi
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
h. Pemikiran Dasar
Ketika pulang dari sekolah dengan badan penuh keringat, Andi berlari dan
mendekati adiknya yang sedang menikmati sebungkus es krim. Tanpa sepatah kata,
adiknya langsung munyuapi es krim itu ke mulut Andi. Kenyataan seperti ini sudah
sangat jarang kita temui di dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kenyataan hidup
lingkungan keluarga bahkan juga dalam lingkungan Gereja yang sering terjadi justru
sebaliknya.
Banyak dari sebagian anak tidak mau berbagi, mereka lebih senang
menikmati apa yang dimilikinya sendiri, terlebih lagi jika sesuatu itu sungguh
berharga baginya. Anak mulai tidak perduli dengan keadaan sekitarnya. Kenyataan
lain di mana pada saat anak sedang tertarik akan sesuatu, atau ada anak yang merasa
lebih baik dari temannya, maka anak akan senang melakukan sendirian saja. Anak
Tentu saja Yesus tidak menginginkan hal ini. Dalam bacaan Injil
Matius.13:24-43 yang akan diolah dalam pertemuan ini. Yesus telah memberikan
teladan bagai mana cara bersikap kepada sesama, Yesus mengajarkan melalui sikap
dan tingkah lakunya untuk berbuat baik kepada sesama. Betapa sedih hati Yesus
Yesus kecil adalah Yesus yang baik hati, ramah dan suka menolong, maka
kepada sesama sehingga kini Ia begitu dicintai karena cinta-Nya yang tidak terbatas
kepada kita.
sesama mau mengajak anak-anak peserta Pendampinga Iman Anak (PIA) untuk
memiliki sikap peduli pada orang lain, sehingga dalam sikap dan tingkah laku
dalam pendampingan. Sebuah cerita singkat yang mengisahkan tentang Tikus Dan
Singa, di mana seekor Tikus yang pada awalnya diremehkan bahkan hampir dimakan
oleh seekor Singa, pada akhirnya justru Tikuslah yang menjadi penolong bagi Singa
saat Singa terperangkap di dalam jaring yang dipasang oleh pemburu. Tikus tidak
kebaikan yang pada akhirnya berdampak bagi penghuni hutan yang lain. Peserta
Pendampingan Iman Anak (PIA) diharapkan memiliki sikap yang mau mengasihi
diberikan beberapa lagu. Selain membawa suasana yang segar, syair lagu juga ada
hubungannya dengan isi tema dari Pendampingan Iman Anak (PIA) sehingga
Anak (PIA). Dengan demikian setelah peserta mengikuti Pendampingan Iman Anak
(PIA) peserta semakin memiliki sikap kasih dengan cara menabur kebaikan kepada
sesama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
i. Pengembangan langkah-langkah
Anak (PIA) menyapa anak-anak. Sapaan ini selain bertujuan untuk membawa peserta
Pendampingan Iman Anak (PIA) pada kegiatan yang akan segera dimulai. Misalnya:
Selamat pagi adik-adik! bagaimana kabarnya hari ini? siapa yang hari mau
berangkat ikut PIA berdoa dulu? Siapa yang hari ini mau makan berdoa dulu? Kalau
kita berdoa bertemu dengan siapa? Ya, kalau kita berdoa kita bertemu dengan Tuhan.
Adik-adik, sebelum kita memulai kegiatan hari ini, maka marilah kita berdoa terlebih
dahulu. Siapa yang berani memimpin doa pembukaan? (Bila para peserta tidak ada
yang berani, maka pendampinga PIA bisa memimpin. Doa pembukaan yang diikuti
oleh semua peserta harus jelas dalam pengucapannya dan jelas cara
pemenggalannya)
“Tuhan Yesus yang baik hati.., kami bersyukur dan berterimakasih kepada-
Mu.., karena Tuhan Yesus.., telah memberikan kemi kesehatan.., Tuhan Yesus..,
kami mohon bimbingan Mu.., agar kami dapat mengikuti.., kegiatan hari dengan
baik.., Tuhan Yesus yang baik.., terimakasih atas semua ini. Amin”
Pada Sesion ini, lagu yang digunakan sebaiknya lagu-lagu yang sudah biasa
dan mudah dinyanyikan oleh peserta. Lagu yang mudah ini dengan harapan agar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
suasana menjadi riang dan tidak membawa suasana yang bagi peserta menjadi beban.
Dalam hal ini bisa menggunakan lagu “Bila Kau Suka Hati”
buta, menyembuhkan orang lumpuh, member makan lima ribu orang, mengajar
Di suatu hutan yang lebat, tinggalah seekor Singa yang besar dan gagah
perkasa. Semua binatang yang ada di dalam hutan takut padanya. Pada suatu siang
saat Singa sedang tidur pulas, tiba-tiba saja seekor Tikus kecil berlari melintasi
hutan itu dan menginjak tubuhnya. Di saat yang bersamaan Seekor Burung kecil
yang sedang bertengger di sebuah ranting pohon memperingatkan Tikus dan berkata:
“hati-hati loh . . . . binatang besar tidak pernah ramah pada binatang kecil.” Memang
Tikus tidak sengaja menginjak tubuh Singa, tetapi hal itu membuat Singa terbangun.
Secara tiba-tiba, si Singa itu langsung menerkam si Tikus dengan tangan besarnya
yang mengerikan lalu dengan suaranya yang keras, Singa itu berteriak. “Kurang ajar .
Singa . . . . Maaf, saya tidak sengaja. Jangan marah pada saya, tolong izinkan saya
pergi, Tuan. Ampuni saya. Bila Tuan Singan melepaskan saya, saya berjanji apabila
ada kesempatan, maka saya akan menolong Tuan” Setelah mendengar si Tikus kecil
itu lalu berkata: “Kamu adalah binatang yang kecil . . . . !!!!. apa yang dapat kamu
perbuat kepada ku . . . ??? saya adalah raja di seluruh hutan ini . . . .pergilah, saya
Pada suatu hari Singa terperangkap dalam jaring-jaring pemburu dan ia pun
di ikat dengan tali-tali besar yang amat kuat. Singa berusaha melepaskan diri, tapi si
Singa tidak dapat melepaskan diri dari ikatan tali-tali tersebut, karna semakin ia
bergerak, ikatan itu semakin melilit tubuhnya. Singa amat ketakutan karena khawatir
pemburu segera datang dan mengangkapnya. Singa merasa lelah setelah meronta-
ronta dan menarik-narik jaring sekuat tenaga. Jaring itu memang terlalu kuat. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
putus asa Singa itu mengaung sekeras-kerasnya hingga terdengarlah aumannya oleh
si Tikus yang pada saat itu sedang asyik menikmati perjalanannya mengelilingi
hutan, si Tikus kecil segera bergegas mencari suara auman si Singa dan akhirnya ia
menemukan si Singa yang sedang terlilit oleh tali-tali. Kemudian si Tikus mendekati
Singa dan berkata: “engkau besar dan kuku-kuku mu sangat kuat . . . tetapi saya
memiliki gigi mungil, dan dengan gigi-gigi ku yang mungil ini, aku akan
tubuh singa dan akhirnya tali-tali itu terlepas. Melihat hal itu, si Singa tidak lagi
bersikap garang. Ia hanya bertanya dalam hati: mengapa Tikus itu menolong dia?
Dan Singa berterima kasih karena ia telah di tolong oleh Tikus yang sebelumnya ia
remehkan. Sejak peristiwa itu, mereka menjadi sahabat dan hukum baru berlaku di
hutan itu yakni: semua binatang sama-sama mempunyai hak dan kewenangan satu
terhadap yang lain untuk saling menghargai, menghormati dan saling membantu.
a) Siapakah yang merasa paling kuat dan paling lemah dalam cerita ini?
binatang yang lemah. Di antara Singa dan Tikus ada perbedaan yang sangat
mencolok. Singa yang kuat merasa Tikus tidak dapat menolong dirinya karena Tikus
adalah binatang yang lemah. Namun apa yang terjadi setelah singa masuk
perangkap? Ternyata Tikus yang di anggap lemah oleh Singa justru menjadi
penolong bagi Singa yang terperangkap. Tikus yang lemah mampu merubah keadaan
dengan melakukan sesuatu tindakan yang membuat Singa dan binatang lain turut
merasakan hasilnya. Kesombongan Singa mampu diluluhkan oleh Tikus kecil dan
lemah itu. Sejak kejadian itu, Singa menjadi binatang yang mau menghargai dan
menolong. Dan pada akhirnya antara Tikus dan Singa terjadi persahabat yang erat.
Adik-adik, siapa yang disini tidak mengenal Tuhan Yesus..? adik-adik pasti
sudah mengenal Tuhan Yesus lewat gambar yang dipasang di rumah adik-adik. Siapa
yang di rumahnya tidak ada gambar Tuhan Yesus? Kalau belum ada, bilang bapak
setelah selesai bercerita, kakak juga akan bertanya kepada adik-adik. Maka kakak
mohon adik-adik jangan rebut dan semua harus mendengarkan. Kalau adik-adik
(Mat 13:24-43) dengan kata-katanya sendiri yang sederhana dan dapat dimengerti
oleh anak-anak. Setelah selesai, anak-anak diajak mendalami cerita Injil itu dengan
bantuan pertanyaan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
a) Apa saja sifat-sifat Yesus yang kamu dengar melalui kisah tadi?
Yesus memiliki sifat yang baik hati, ramah, suka menolong dan tanpa
pamrih. Yesus mau menolong orang lain bahkan terhadap musuh-Nya sekalipun dan
ia tidak mengharapkan balasan dan imbalan. Kita semua tahu bahwa Yesus
menghendaki agar kita juga dapat berbuat baik terhadap semua orang dan mencontoh
apa yang telah Yesus lakukan. Cara-cara agar kita dapat berbuat baik kepada sesama
adalah: patuh terhadap nasehat orang tua, bersikap manis dan sopan terhadap orang
lain, suka menolong, menghargai dan menghormati orang yang berbeda keyakinan
dengan kita, dll. Dengan demikian kita pun akan mendapatkan banyak teman dan
saudara, karena banyak orang yang ingin berteman dan merasa damai dan bahagia
Nah adik-adik, kegiatan kita sudah selesai. Kakak sarankan agar adik-adik
rajin ikut PIA. Biar nanti kakak akan ceritakan cerita yang baru lagi. Sebelum kita
tutup dengan doa, mari kita bernyanyi agar kita tetap semngat. Lagunya: “Aku
diberkati”
AKU DIBERKATI
Aku diberkati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
aku diberkati
pemudanya, pemudinya
Baik adik-adik, marilah sebelum kita pulang, kita mempersiapkan diri untuk
berdoa bersama. Kita berdoa seperti pembukaan tadi, adik-adik tirukan doa kakak:
Tuhan Yesus.., kami bersyukur kepada Mu.., karena Tuhan Yesus.., telah
membimbing kami.., dalam pertemuan kami hari ini.., berkatilah kami.., agar kami
dapat saling mengasihi.., trimakasih Yesus.., atas segala kebaikan Mu.., Amin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
BAB V
PENUTUP
Pada bagian ini disampaikan dua bagian pokok yaitu kesimpulan dan saran
A. Kesimpulan
Pada bagian ini akan disampaikan beberapa pokok pikiran dari uraian
sebelumnya bahwa Pendampingan Iman Anak (PIA) adalah salah satu bentuk karya
katekese yang diperuntukkan bagi anak-anak yang berusia antara 5-13 tahun yang
sudah dibaptis secara Katolik, di mana pada usia tersebut anak sudah mulai
dalam hidup beriman. Gereja secara khusus memberi perhatian bagi perkembangan
iman anak, karena hal ini sesuai dengan kehendak Kristus sendiri. Tujuan
Pendampingan Iman Anak (PIA) sendiri adalah agar anak-anak memiliki sikap iman
Kristiani dan bangga atas iman mereka, memiliki wawasan yang luas akan iman
sesuai umur mereka sehingga dapat mengungkapkan dan mewujudkan imannya itu
sebagai partner dialog dalam pengalaman hidup anak yang dialami bersama sebagai
merupakan salah satu bentuk komunikasi atau interaksi iman yang mengandung
unsur pengetahuan iman, pergumulan iman, dan unsur penghayatan iman dalam
berbagai bentuk. Dalam pola komunikasi, bahan diharapkan menjadi partner dialog
yang hidup, menarik, dan tidak memaksa bagi peserta, maka bahan dialog diberikan
dalam bentuk cerita. Cerita dapat membantu anak dalam membuka dan menyapa
Iman Anak (PIA). Seorang pendamping PIA dapat menggunakan Pola Naratif
B. Saran
penulis menyarankan agar Gereja menyediakan fasilitas yang dapat menunjang atau
dan kesempatan kepada para pendamping PIA untuk menggunakan Pola Naratif
pengalaman anak melalui kehidupan sehari-hari yang nyata dialami oleh anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
yang sangat berharga bagi Gereja. Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada
pendamping PIA agar selalu membuka diri teradap perkembangan zaman dan
perkembangan anak-anak PIA agar terjadi komunikasi iman antara pendamping dan
anak-anak PIA. Penulis juga menyarankan agar para pendamping PIA bisa
menggunakan cara baru dalam proses kegiatan PIA sehingga anak-anak memiliki
DAFTAR PUSTAKA
Agus, DS. (2008). Mendongeng Bareng Kak Agus Yuk... Yogyakarta: Kanisius.
_______. (2009). Tips Jitu Mendongeng. Yogyakarta: Kanisius.
Anwar, Efendi. (2006). Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak (Insania, Vol.
II. No. 3). Purwokerto: P3M STAIN.
Crapps, Roberth, W. (1993). Perkembangan Kepribadian Dan Keagamaan.
Yogyakarta: Kanisius.
Douglas, J.D. (1996). Ensiklopedi Alkitab Masa Kini. Jakarta Yayasan Komunikasi
Bina Kasih/OMF.
Elizabeth B Hurlock. (1991). Psikologi Perkembangan Anak: cetakan I. Terj. Med
Meitasari Tjadrasa. Jakarta: Erlangga.
Fowler, Jemes W. (1995). Tahap-Tahap Perkembangan Kepercayaan. Editor: A.
Supratiknya. Yogyakarta: Kanisius.
Goretti, Sr. Maria AK. Ed. (1999). ”Pendampingan Iman Anak”. Diktat Mata Kuliah
Pendampingan Iman Anak bagi mahasiswa semester IV. Fakultas Ilmu
Pendidikan Agama, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Gunarsa. Singgih. (1983). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:
Gunung Mulia.
Hofmann, Ruedi. (1994). Pola Naratif Eksperiensial dalam Pendidikan Agama.
Ekawarta. No. 4/XIV. Hal. 10-13.
Huijbers, Theo. (1985). Manusia Mencari Allah Suatu Filsafat Ketuhanan.
Yogyakarta: Kanisius.
Jacobs, Tom. (1992). Silabus Pendidikan Agama Katolik. Yogyakarta: Kanisius.
Kadarmanto, Ruth S. (2004). Tuntunlah ke Jalan Yang Benar, Panduan Mengajar
Anak di Jemaat. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Komkat KWI. (1994). Naratif Eksperiensial. Yogyakarta: Puskat.
_______. (2004). Persekutuan Murid-Murid Yesus: Pendidikan Agama Katolik
Untuk SMP, Buku Guru 3. Yogyakarta: Kanisius.
Konggergasi Suci Para Klerus. (1993). Directorium Catechisticum Generale. Terj.
J.S. Setyakarjana. SJ, Yogyakarta: Pradnyawidya.
Konsili Vatikan II. (1993). Dei Verbum Dalam Dokumen Konsili Vatikan II. Terj R.
Hardawiryana. SJ, Jakarta: Obor.
_______. (1993). Gravisium Edukation. Terj R. Hardawiryana. SJ, Jakarta: Obor.
Krisantus Kwen dkk. (2001). PPL Pendidikan Kader Kaderisasi Pendampingan
Para Pembina PIA Paroki Karang Anyar Stasi Juma Polo-Solo.
Yogyakarta: IPPAK.
Lembaga Alkitab Indonesia. (2009). Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Jakarta.
Mangunhardjana, A.M. SJ. (1986). Pendampingan Kaum Muda. Yogyakarta:
Kanisius.
Mayeroff, Milton. (1993). Mendapingi Untuk Menumbuhkan. Yogyakarta: Kanisius.
Pendampingan Calon Pendamping PIA. (2003). Menjadi Pendamping PIA Yang
Berkualitas. Dalam Diktat Mata Kuliah Pendidikan Kader Fakultas Ilmu
Pendidikan Agama, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (1988). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79