Dengue Fever
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan
Anak RS PKU Muhammadiyah Gamping
Disusun oleh :
Nurul Arafah
20174011095
Diajukan kepada :
dr. Hj. Muriana Novariani Sp.A, M.Kes
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Demam 4 hari
Tanda Vital :
Frekuensi nadi : 117 x/menit
Tekanan darah :-
Frekuensi nafas : 32 x/menit, regular
Suhu : 37,9 º C
Antopometri : BB : 12 kg
Kepala
Mata : konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), mata cekung (-), edema (-)
Hidung : sekret (-), pernafasan cuping hidung (-) darah (-)
Mulut : faring hiperemis (+), stomatitis (-), lidah kotor (-), mukosa kering (-)
perdarahan gusi (+)
Telinga : kelainan bentuk (-), discharge (-), nyeri tragus (-)
Leher : pembesaran limfonodi (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thoraks
bentuk dada simetris (+), ketertinggalan gerak (-), retraksi dada (-)
Cor : S1-S2 reguler, bising (-)
Pulmo : vesikuler (+/+), wheezing (-/-),
rhonki (-/-)
Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani, asites (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), turgor kulit < 2 detik, organomegali (-)
Ekstremitas : akral hangat (+), nadi kuat (+), edema (-)
Ekstremitas
Inspeksi : Tak tampak petechie, eritema (-)
Palpasi : Akral hangat, nadi kuat, crt<2dtk
HEMATOLOGI 13/02/19
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
Trombosit 136 150-400
Hematokrit 37 37-54
V. DIAGNOSIS
- Dengue Fever
- Dehidrasi ringan
VII. PENATALAKSANAAN
- Infus RL 20 tpm
- Injeksi Ondansetron 2 mg/8 jam
- Sanmol 5 ml prn
- Salbuvent syr
- Domperidon
- Candistatin
- Alco
DENGUE FEVER
A. DEFINISI
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic
fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis, seperti demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai
lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada DBD
terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh (Suhendro dkk., 2014).
B. EPIDEMIOLOGI
Indonesia adalah salah 1 daerah endemis DBD. Dari data tahun 1968-2007
diperoleh kecenderungan peningkatan insidens DBD. Sejak tahun 2004, Indonesia
merupakan negara dengan laporan kasus infeksi virus dengue terbanyak. Berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar 2007, prevalensi kasus DBD tersebar di Indonesia dengan nilai
0,6%. Prevalensi tertinggi diperoleh pada kelompok umur dewasa muda (25-34 tahun)
sebanyak 0,7% dan terendah pada bayi (0,2%).
C. ETIOLOGI
Penyebab DD/DBD adalah virus dengue yang merupakan anggota genus
Flavivirus dan terdiri dari 4 serotipe, yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.
DEN-3 merupakan serotipe terbanyak di Indonesia. Virus tersebut ditularkan oleh
gigitan vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus ke tubuh manusia dengan
masa inkubasi 4-10 hari. Tempat berkembangnya vektor nyamuk adalah air, terutama
pada penampungan, seperti ember, ban bekas, bak mandi. Biasanya nyamuk Aedes
menggigit pada siang hari.
D. PATOFISIOLOGI
Patogenesis DD/DBD belum diketahui dengan pasti. Namun ada beberapa
teori yang diperkirakan berperan dalam munculnya tanda dan gejala. Terdapat 3
sistem organ yang diperkirakan berperan penting dalam patogenesis DD/DBD, yakni
sistem imun, hati dan sel endotel pembuluh darah. Selain itu, respon imun pejamu
yang diturunkan (faktor genetik) juga berperan dalam manifestasi klinis yang
ditimbulkan.
Virus dengue diinjeksikan oleh nyamuk Aedes ke aliran darah. Virus ini secara
tidak langsung mengenai sel epidermis dan dermis sehingga menyebabkan sel
langerhans dan keratinosit terinfeksi. Sel yang terinfeksi bermigrasi ke nodus limfe, di
mana makrofag dan monosit kemudian direkrut dan menjadi target infeksi berikutnya.
Selanjutnya terjadi amplifikasi virus dan tersebar melalui darah (viremia primer).
Viremia primer menginfeksi makrofag jaringan beberapa organ, seperti limpa, sel
hati, sel stromal, sel endotel dan sumsum tulang. Infeksi makrofag, hepatosit dan sel
endotel mempengaruhi hemostasis dan respon imun pejamu terhadaop virus dengue.
Sel yang terinfeksi kebanyakan mati melalui apoptosis dan hanya sedikit yang
melalui nekrosis. Nekrosis mengakibatkan pelepasan produk toksik yang
mengaktivasi sistem fibrinolitik dan koagulasi. Bergantung pada luasnya infeksi pada
sumsum tulang dan kadar IL-6, IL-8, IL-10, IL-18, hemopoiesis ditekan sehingga
menyebabkan penurunan trombogenisitas darah. Produk toksik juga menyebabkan
peningkatan koagulasi dan konsumsi trombosit sehingga terjadi trombositopenia.
Trombositopenia juga terjadi akibat supresi sumsum tulang, destruksi dan
pemendekan masa hidup trombosit akibat pragmen C3g, terdapatnya antibodi dan
sekuestrasi di perifer.
Trombosit memiliki interaksi dekat dengan sel endotel. Sejumlah trombosit
fungsional diperlukan untuk mempertahankan stabilitas vaskular. Gangguan fungsi
trombosit terjadi melalui mekanisme ADP, peningkatan kadar b-tromboglobulin dan
PF4 (trombosit factor 4). Koagulopati terjadi karena interaksi virus dengan endotel
yang memicu disfungsi endotel (jalur ekstrinsik) dan aktivasi faktor Xia (jalur
intrinsik). Bersama dengan tingginya kadar virus dalam darah, trombositopenia,
difungsi trombosit menyebabkan kerapuhan kapiler (petekie, memar dan perdarahan
mukosa saluran cerna).
Pada waktu yang bersamaan, infeksi menstimulasi berkembangnya antibodi
spesifik dan respon imun seluler terhadap virus dengue. Antibodi spesifik (IgM)
bereaksi silang dengan endoteliosit, plasmin dan trombosit memperkuat peningkatan
permeabilitas vaskular dan koagulopati dan antibodi IgG berperan meningkatkan
jumlah titer virus infeksi sekunder.
Respon imun seluler yang timbul berupa stimulasi sel T yang dapat bereaksi
silang dan sel T regulator. Sel T yang bereaksi silang memperlambat bersihan virus
dan memproduksi sitokin proinflamasi dan mediator lain. Tingginya jumlah mediator
menginduksi perubahan pada sel endostel sehingga menyebabkan koagulopati dan
kebocoran plasma.
E. PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis didapati:
Keluhan
1. Demam tinggi, mendadak, terus menerus selama 2-7 hari.
2. Manifestasi perdarahan, seperti: bintik merah di kulit, mimisan, gusi
berdarah, muntah berdarah atau BAB berdarah.
3. Gejala nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital.
4. Gejala gastrointestinal, seperti mual, muntah, nyeri perut.
5. Kadang juga disertai gejala lokal, seperti nyeri menelan, batuk, pilek.
6. Pada kondisi syok, anak merasa lemah, gelisah, penurunan kesadaran.
7. Pada bayi, demam yang tinggi menimbulkan kejang.
Faktor Risiko
1. Sanitasi lingkungan yang kurang baik, misal timbunan sampah, timbunan
barang bekas, genangan air.
2. Adanya jentik nyamuk Aedes Aegypti pada genangan air di tempat tinggal
pasien sehari-hari.
3. Adanya penderita DBD di sekitar pasien.
Pemeriksaan fisik didapati:
1. Suhu 37,5C.
2. Petekie, ekimosis, purpura.
3. Perdarahan mukosa.
4. Rumple Leed (+).
5. Hepatomegali, splenomegali.
6. Hematemesis, melena.
7. Efusi pleura, asites (tanda kebocoran plasma).
Pemeriksaan penunjang didapati:
1. Darah perifer lengkap menunjukkan:
a. Trombositopenia (≤100.000/mm3).
b. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:
- Peningkatan nilai hematokrit >20% dari pemeriksaan awal atau
dari data populasi menurut umur.
- Adanya efusi pleura, asites.
- Hipoalbuminemia, hipoproteinemia.
c. Leukopenia <4000/mm3.
2. Serologi dengue, yaitu IgM, IgG Anti Dengue yang titernya terdeteksi
setelah hari ke 5.
Apabila demam disertai dengan 2 atau lebih manifestasi klinis di bawah,
ditambah bukti perembesan plasma dan trombositopenia cukup untuk
menegakkan diagnosis demam berdarah dengue.
1. Demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus menerus.
2. Adanya manifestasi perdarahan spontan, seperti petekie, purpura,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena maupun
berupa uji tourniquette yang positif.
3. Sakit kepala, mialgia, atralgia, nyeri retroorbital.
4. Adanya kasus demam berdarah dengue di sekolah, rumah, lingkungan.
5. Hepatomegali.
6. Adanya kebocoran plasma yang ditandai dengan salah 1:
a. Peningkatan nilai hematokrit >20% dari pemeriksaan awal atau
dari data populasi menurut umur.
b. Adanya efusi pleura, asites.
c. Hipoalbuminemia, hipoproteinemia.
7. Trombositopenia <100.000/mm3.
G. TERAPI