Anda di halaman 1dari 15

PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI

(P4K) DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan III
Dosen Pengampu : Dr. Franky, SpOG

Disusun oleh :
SIFA NUR FAUZI SOPWAN
NPM 314221148

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN LINTAS JALUR STIKES


JENDERAL ACHMAD YANI
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan

ridhonya Sholawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi kita tercinta

Rasulullah SAW, kepada keluarga-Nya, kepada sahabat-Nya dan kepada kita semua selaku

umat-Nya.Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas Penulis menyadari bahwa

dalam penyusunan laporan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga masih terdapat

kekurangan baik dari penyusunan materi ataupun sistematikanya. Dalam Penyusunan laporan

tugas ini penulis menemukan berbagai hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikannya, untuk itu penulis

ucapkan terimakasih.

Cianjur, November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

C. Tujuan............................................................................................................................3

D. Manfaat..........................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4

A. Pengertian Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

A. Tujuan............................................................................................................................6

C. Manfaat penerapan P4K..............................................................................................6

D. Kegiatan penerapan P4K.............................................................................................7

E. Keberhasilan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi


(P4K)......................................................................................................................................8

BAB III PENUTUP................................................................................................................11

A. Kesimpulan..................................................................................................................11

B. Saran.............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini masih jauh dari target Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs) yakni 70 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2030. Meskipun telah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah,
AKI belum turun secara signifikan. Tulisan ini membahas faktor penyebab tingginya
AKI dan upaya untuk mengatasinya. Penyebab AKI dapat dibedakan atas determinan
dekat, determinan antara, dan determinan jauh. Untuk menurunkan AKI, determinan
dekat, determinan antara, dan determinan jauh yang terkait dengan AKI harus dapat
diatasi. Determinan dekat dapat diminimalisasi apabila determinan antara seperti status
kesehatan ibu dan akses terhadap pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan.

Meningkatkan kesehatan ibu adalah tujuan kelima Millenium Development


Goals (MDGs) yang harus dicapai oleh 191 negara anggota PBB pada tahun 2015,
termasuk Indonesia. Mengurangi 2/3 AKI saat melahirkan (1990- 2015) menjadi salah
satu target meningkatkan kesehatan ibu, selain akses terhadap pelayanan kesehatan
standar hingga tahun 2015. AKI ditargetkan turun dari 390 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 1990 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Hingga
tahun 2015, ternyata target MDGs 5 tersebut tidak dapat dicapai. Hal ini memang sudah
diprediksi sebelumnya. Dengan prediksi linier AKI, Kementerian Kesehatan telah
memperkirakan pada tahun 2015 Indonesia baru akan mencapai angka 161 per100.000
kelahiran hidup. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012 menunjukkan AKI
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan hasil Survei Penduduk Antar
Sensus (SUPAS) 2015 menunjukkan AKI sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup,
masih sangat tinggi dibandingkan perkiraan Kementerian Kesehatan. Data lain
ditunjukkan oleh Bank Dunia yang menyatakan bahwa sejak 2000, AKI di Indonesia
menunjukkan tren menurun, dengan menyebutkan bahwa rasio AKI di Indonesia sebesar
177 per 100.000 kelahiran hidup pada 2017.

Dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals


(SDGs), target AKI adalah 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Untuk
mencapai target tersebut diperlukan kerja keras, terlebih jika dibandingkan dengan

1
beberapa negara ASEAN, AKI di Indonesia relatif masih sangat tinggi. AKI di negara-
negara ASEAN rata-rata sebesar 40-60 per 100.000 kelahiran hidup. Bahkan, AKI di
Singapura sebesar 2-3 per 100.000 kelahiran hidup.

ngan kehamilan dan persalinan, termasuk AKI tidak dapat dilepaskan dari berbagai
faktor yang mempengaruhinya, antara lain status kesehatan ibu dan kesiapan untuk
hamil, pemeriksaan antenatal (masa kehamilan), pertolongan persalinan dan perawatan
segera setelah persalinan, serta faktor sosial budaya.
Penyebab kematian ibu terbesar secara berurutan disebabkan karena perdarahan,
eklampsia, infeksi, persalinan lama, dan keguguran. Upaya penurunan kematian ibu dan
bayi dapat dilakukan dengan peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu
dan bayi. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mendekatkan jangkauan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat melalui program, perencanaan, dan persalinan dan
pencegahan komplikasi (P4K).
Kondisi kematian ibu tersebut secara keseluruhan juga diperberat oleh keadaan “3
terlambat” yaitu terlambat dalam pengambilan keputusan, terlambat mencapai tempat
rujukan, serta terlambat dalam mendapatkan pertolongan yang tepat di fasilitas
kesehatan. Kondisi keterlambatan ini menjadi faktor risiko sekaligus penyebab tidak
langsung dari kematian ibu. Keterlambatan tersebut bila ditelusuri lebih mendalam
adalah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari diri individu masyarakat
antara lain adalah faktor pengetahuan dan sikap masyarakat. Masih rendahnya
pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya kesehatan ibu hamil serta faktor-faktor
risiko gangguan kehamilan, menyebabkan masyarakat tidak bisa mengenali sejak dini
tanda-tanda dan gejala kehamilan berisiko.
Selain itu ada juga ibu hamil beresiko yang disebabkan oleh penyakit/komplikasi
seperti hipertensi, KEK, anemia dan lain-lain. Sebagian ibu hamil tidak pernah
memeriksakan kehamilan karena beberapa alasan. Mereka perlu dikunjungi ke
rumahnya sejak kehamilan muda dan terutama sejak umur kehamilannya 34-36 minggu.
Oleh karena itu, banyak ibu hamil resiko tinggi yang tidak terdeteksi oleh tenaga
kesehatan. Selain itu adapun ibu hamil resiko tinggi yang telah memeiksakan diri ke
bidan tetap perlu untuk dipantau melalui kunjungan rumah. Karena perlu dilakukan
pendekatan dan konseling terhadap suami dan keluarga tentang ibu hamil terutama
berkaitan dengan ibu hamil resiko tinggi. Kondisi ini sangatlah berisiko terjadinya
komplikasi yang tidak sedikit berdampak pada kematian ibu. Berbagai upaya harus

2
dilakukan untuk menurunkan sekaligus mencegah terjadinya kasus kematian ibu
melahirkan baik oleh pemerintah bersama-sama dengan masyarakat.
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) merupakan
upaya pemerintah dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia. Upaya
program P4K sudah dimulai sekitar tahun 2010, namun hingga saat ini tujuan untuk
menurunkan AKI yang tertuang dalam MDGs sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2015 belum tercapai. Menurut SDKI tahun 2012 AKI di Indonesia justru
mengalami peningkatan sebesar 359 per 100.000 KH. P4K merupakan tanggung jawab
bidan, ibu hamil, suami, dan keluarga. Masih tingginya kematian neonatal, diduga
karena kurangnya peran aktif ibu, suami, dan keluarga dalam penerapan P4K.
B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah: “Bagaimana Penerapan Program perencanaan
persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) dalam menurunkan angka kematian Ibu
dan Bayi saat ini?”

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian penerapan program perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi (P4K)
2. Mengetahui Evaluasi keberhasilan penerapan program perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi (P4K)

D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
a Memberikan informasi mengenai ruang lingkup program perencanaan
persalinan dan pencegakan komplikasi (P4K)
b Memberikan gambaran P4K dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi
2. Manfaat praktisi
Bagi penulis Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung dalam
mengimplentasikan P4K pada ibu hamil dalam menurunkan anka kematian ibu dan
bayi.

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
merupakan salah satu upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi
Baru Lahir melalui peningkatan akses dan mutu pelayanan antenatal, pertolongan
persalinan, pencegahan komplikasi dan keluarga berencana oleh bidan.
(Kemenkes,2019)
Menurut Depkes RI tahun 2019 Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi P4K merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di
desa kelurahan dalam rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat
dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi
bagi ibu hamil; termasuk perencanaan penggunaan Keluarga Berencana pasca
persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka
meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir.
Upaya program P4K sudah dimulai sekitar tahun 2010, namun hingga saat ini
tujuan untuk menurunkan AKI yang tertuang dalam Millenium Development Goals
(MDGs) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 belum tercapai
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) mengenai status kesehatan
nasional pada capaian target Sustainable Development Goals (SDGs) menyatakan
secara global sekitar 830 wanita meninggal setiap hari karena komplikasi selama
kehamilan dan persalinan, dengan tingkat AKI sebanyak 216 per 100.000 kelahiran
hidup (WHO, 2018).

Salah satu program kesehatan yang telah dicanangkan pemerintah sejak tahun
2007 adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
dengan stiker. Program ini merupakan upaya terobosan pemerintah dalam percepatan
penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Melalui P4K dengan stiker yang
ditempel di rumah ibu hamil, maka setiap ibu hamil akan tercatat, terdata dan
terpantau secara tepat. Stiker P4K berisi data tentang nama ibu hamil, taksiran
persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping persalinan, transport
yang digunakan dan calon donor darah. Dengan data dalam stiker, maka suami,
keluarga, kader, dukun bersama bidan di desa dapat memantau secara intensif

4
keadaan dan perkembangan ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai
standar pada saat antenatal, persalinan dan nifas, sehingga proses persalinan sampai
nifas termasuk.

rujukannya dapat berjalan dengan aman dan selamat, tidak terjadi kesakitan
dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan selamat dan sehat. Dengan demikian
manfaat P4K yaitu meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan
masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi
komplikasi dan tanda bahaya kebidanan dan bayi baru lahir bagi ibu sehingga
melahirkan bayi yang sehat, dapat tercapai. Peran bidan dalam pelaksanaan P4K yaitu
bidan mendata ibu hamil, bidan bersama kader atau dukun melakukan kontak dengan
ibu hamil,suami dan keluarga untuk sepakat dalam pengisian stiker termasuk
pemakaian KB pasca persalinan, bidan memberikan konseling pada ibu hamil, suami
dan keluarga tentang P4K terutama dalam menyepakati isi dalam stiker sampai
dengan alat kontrasepsi pasca persalinan yang harus tercatat dalam amanah persalinan
yang dilakukan secara bertahap yang dipegang oleh petugas tenaga kesehatan dan
buku KIA yang dipegang langsung oleh ibu hamil. Peran ibu hamil dalam dalam
pelaksanaan (P4K) yaitu adanya persalinan yang aman, adanya rencana untuk
menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan yang disepakati antara ibu hamil,
suami, keluarga dan bidan. Ibu hamil dan keluarganya mempunyai rencana persalinan
dan keluarga berencana yang dibuat bersama dengan penolong persalinan. Keluarga
mempersiapkan persalinan baik secara material, dan persiapan lingkungan
(sosial,budaya). Suami yang dalam masa kehamilan sampai persalinan istrinya selalu
berperan aktif dalam meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi persalinan.
Suami juga memiliki peran serta yang besar seperti menentukan persalinan ditolong
oleh bidan atau dokter, menabung untuk biaya persalinan, menanyakan kepada bidan,
dokter kapan perkiraan tanggal persalinan, meminta penjelasan dalam inisiasi
menyusui dini dan ASI Eksklusif, menyiapkan kendaraan jika sewaktu-waktu ibu dan
bayi perlu segera ke Rumah Sakit (Rohmatin, 2018).

Standart operating Procedure (SOP) P4K, seharusnya stiker diisi / ditulis serta
ditempel sendiri oleh bidan dan bidan juga harus selalu memantau stiker tersebut
sesuai kebutuhan serta data data perubahan yang mungkin terjadi pada ibu hamil
terkait rencana persalinannya. Bidan diharapkan mengisi semua kolom kolom yang

5
ada pada stiker P4K, hal tersebut bertujuan agar persalinan dapat terencana dengan
baik, sehingga kemungkinan komplikasi dan kasus resiko dalam kehamilan serta
persalinan dapat dideteksi dan ditangani sedini mungkin.

A. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu
hamil dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan
masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi
komplikasi dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang
sehat.
2. Tujuan khusus
a Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya stiker P4K di setiap rumah ibu
hamil yang memuat informasi tentang lokasi tempat tinggal ibu hamil, identitas
ibu hamil, taksiran persalinan, penolong persalinan, pendamping persalinan dan
fasilitas tempat persalinan, calon donor darah, transportasi yang akan
digunakan serta pembiayaan.
b Adanya perencanaan persalinan, termasuk pemakaian metode KB pasca
persalinan yang sesuai dan disepakati ibu hamil, suami, keluarga dan bidan.
c Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi
komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.
d Meningkatnya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non formal,
dukun bayi, kader/pendamping persalinan dan kelompok masyarakat dalam
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi dengan stiker, dan KB
pasca salin sesuai dengan perannya masing-masing.

C. Manfaat penerapan P4K


3. Mempercepat berfungsinya Desa Siaga.
4. Meningkatnya cakupan pelayanan ANC sesuai standar.
5. Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil.
6. Meningkatnya kemitraan bidan dan dukun.
7. Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini.
8. Meningkatnya peserta KB pasca persalinan.
9. Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi.
10. Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi.

6
D. Kegiatan penerapan P4K
1. Pendataan Ibu Hamil Dengan Stiker Pendataan
ibu hamil dengan stiker adalah suatu kegiatan pendataan, pencatatan dan
pelaporan keadaan ibu hamil dan bersalin di wilayah kerja bidan melalui
penempelan stiker di setiap rumah ibu hamil dengan melibatkan peran aktif unsur-
unsur masyarakat di wilayahnya (kader, forum peduli KIA/Pokja Posyandu dan
dukun). Kegiatan ini dilakukan melalui kunjungan rumah, yaitu kunjungan
bidan/kader ke rumah ibu hamil dalam rangka untuk membantu ibu, suami dan
keluarganya membuat perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi;
disamping itu untuk memfasilitasi ibu nifas dan suaminya dalam memutuskan
penggunaan alat/obat kontrasepsi setelah persalinan sesuai dengan rencana yang
telah disepakati bersama oleh pasangan tersebut oleh bidan, kemudian stiker
tersebut ditempel di rumah ibu hamil (sebaiknya di depan rumah) dan ibu hamil
diberikan buku KIA untuk dipahami isinya.
2. Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin) dan Dasolin (Dana Sosial Ibu Bersalin)
Tabulin adalah dana/barang yang disimpan oleh keluarga atau pengelola
tabulin secara bertahap sesuai dengan kemampuannya, yang pengelolaannya
sesuai dengan kesepakatan serta penggunaannya untuk segala bentuk pembiayaan,
saat antenatal, persalinan dan kegawatdaruratan. Besar simpanan / nominal,
tergantung dari perkiraan biaya persalinan normal atau sesuai dengan kesepakatan.
Dasolin adalah dana yang dihimpun dari masyarakat secara sukarela dengan
prinsip gotong-royong sesuai dengan kesepakatan bersama dengan tujuan
membantu pembiayaan mulai antenatal, persalinan, dan kegawatdaruratan.
Sumber dana dan cara pengumpulannya ditentukan dengan kesepakatan.
Pengelolaan dan pemanfaatannya ditentukan dengan kesepakatan.
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan pertemuanpertemuan
bersama dengan masyarakat untuk membahas mekanisme pengumpulan dan
penyimpanan dana, penggunaan dana, pengawasan dan pelaporan dana
3. Calon Donor Darah
Calon donor darah adalah orang-orang yang dipersiapkan oleh ibu, suami,
keluarga dan masyarakat yang sewaktu-waktu bersedia menyumbangkan darahnya
untuk keselamatan ibu melahirkan.

Syarat donor darah sukarela adalah:

7
a Usia 17 sampai 60 tahun.
b Berat badan minimal 49 kg untuk laki-laki dan 40 kg untuk perempuan.
c Tekanan darah antara 100/60-140/90 mmHg.
d Kadar Haemoglobin (Hb) >12 gr%.
e Tidak sedang menderita penyakit (Hepatitis, TBC,dll).
f Tidak sedang menjalani pengobatan suatu penyakit.
g Tidak mempunyai luka/infeksi.
h Tidak sedang hamil/ menyusui/ menstruasi dan mengisi informed consent
Warga menyumbang darah melalui Palang Merah Indonesia (PMI) yang dapat
dipakai untuk semua kebutuhan kegawatdaruratan. Warga akan didaftar dan
diperiksa golongan darahnya. Ada 2 (dua) jenis donor darah yaitu :
1) Pendonor darah tetap, rutin tiap 3 bulan donor darah di PMI.
2) Bank darah desa, yaitu daftar relawan yang bersedia donor darah sewaktu-
waktu, utamanya untuk kegawatan ibu hamil dan melahirkan. Kebutuhan
untuk keadaan ini harus cepat dipenuhi sementara waktu yang diperlukan
PMI untuk menyediakan darah bersih adalah 2-3 jam.
4. Ambulan Desa /Transportasi
Ambulan desa / transportasi adalah alat transportasi dari masyarakat sesuai
kesepakatan bersama yang dapat dipergunakan untuk mengantar calon ibu bersalin
ke tempat persalinan termasuk tempat rujukan, terutama yang kesulitan angkutan
atau ibu mengalami kegawatan perlu dirujuk segera ke Puskesmas atau Rumah
Sakit agar selamat. Bentuk ambulan desa bermacam-macam, tergantung jenis
yang dimiliki oleh warga dan mengikhlaskan kendaraannya dipinjam warga
bergiliran (dibuat jadwal kendaraan, pengemudi, BBM, dsb). Bisa berupa mobil,
ojek, becak, sepeda motor, tandu, perahu, dll. Penanggungjawab Pokja Ambulan
Desa yang mengatur jadwal sesuai kesepakatan warga.

E. Keberhasilan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi


(P4K)
Menurut Khoeroh tahun 2019 ditulis dalam penelitiannya mengenai Evaluasi
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Sebagai Upaya
Menurunkan Angka Kematian Ibu, P4K sudah dilaksanakan dengan cukup baik,
didukung dengan 100% pendataan ibu hamil dan pertolongan persalinan oleh tenaga

8
kesehatan. Bidan juga mensosialisasikan manfaat P4K serta tujuan dipasangnya stiker
di kelas ibu hamil maupun di posyandu, namun hasil observasi stiker P4K tidak
semuannya terpasang, hanya 50% itupun notifikasi pemasangan kurang benar karena
didalam rumah dimana stikernya tidak bisa dilihat secara umum oleh masyarakat
lainnya. Hasil wawancara pada ibu hamil, diperoleh informasi bahwa bidan hanya
mensosialisasikan saja tentang P4K dan memeberikan stiker pada ibu hamil pada saat
periksa untuk ditempel dirumah, akan tetapi tidak menempelkan langsung dengan
kunjungan rumah pada ibu hamil. Sebagian bidan sudah melaksanakan program P4K
dengan cukup baik, didukung dengan cakupan 100% pendataan ibu hamil dan
persalinan di pelayanan kesehatan, prevalensi AKI hanya satu kasus, namun demikian
target penempelan stiker P4K masih 50% serta notifikasi penempelan stiker yang
kurang tepat karena didalam rumah yang tidak bisa dilihat oleh masyarakat umum

Dalam penelitiannya diperoleh informasi juga, bahwa belum semua stiker


ditulis oleh Bidan Desa dan tidak semua kolom stiker tersebut di isi dengan benar,
terutama adalah kolom calon pendonor darah, dengan alasan ibu hamil masih bingung
untuk menentukan siapa pendonor yang sama dalam golongan darahnya serta ibu
hamil belum ada usaha untuk betul-betul mencari minimal empa orang sebagai calon
pendonor. Menurut bidan, sebenarnya sebagian bidan sudah memberikan upaya
dengan menganjurkan ibu hamil mencari calon pendonor, selanjutnya bidan desa
mendata untuk di kolaborasikan dengan Palang Merah Indonesia (PMI) untuk
pengambilan darah, namun hingga saat ini belum terealisasi, masih dalam proses
untuk pelaksanaannya.

Didukung oleh penelitian Hidayati tahun 2018 dalam penelitian mengenai


Analisis implementasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
dalam menyiapkan calon pendonor darah siap pakai oleh bidan desa di Kabupaten
Pekalongan. Kontribusi berjalannya pelaksanaan persiapan calon pendonor darah bagi
ibu bersalin salah satu tergantung pada sumber daya manusia (Bidan Desa). Bidan
desa di wilayah Puskesmas Paguyangan sudah cukup, hal ini membuktikan bahwa
jumlah bidan sudah memadai, akan tetapi program belum terealisasi karena kesadaran
ibu hamil yang kurang dengan pentingnya persiapan pendonor sehingga ketika
disosialisasikan hal tersebut, tidak sedikit ibu hamil yang mau melakukannya.

9
Didukung juga oleh Sokhiyatun dkk,tahun 2013 dalam penelitiannya
mengenai Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) ditinjau dari aspek Bidan Desa sebagai pelaksana di Kabupaten Jepara. Salah
satu aspek keberhasilan P4K, bidan diharapkan sebagai pelaksana dan fasilitator serta
dapat membangun komunikasi persuasif di wilayah kerjanya agar terwujudnya
kerjasama yang baik dengan ibu, keluarga dan masyarakat sehingga kesadaran dan
perilaku masyarakat dapat berubah ke arah yang lebih baik. Pengadaan ambulan desa
dalam program P4K, di informasikan oleh Bidan Koordinator Puskesmas
Paguyangan, bahwa dari sebelas dukuh hanya dua saja yang mempunyai ambulan
desa yaitu dukuh Ragatunjung dan Cipetung, namun bidan juga mengatakan untuk
ambulan desa sudah dikondisikan dengan disetiap dukuh sudah ada rental mobil yang
siap siaga memfasilitasi bila diperlukan. Berdasarkan unsur output, sebagian bidan
sudah melaksanakan program P4K dengan cukup baik, didukung dengan cakupan
100% pendataan ibu hamil dan persalinan di pelayanan kesehatan, prevalensi AKI
hanya satu kasus, namun demikian target penempelan stiker P4K masih 50% serta
notifikasi penempelan stiker yang kurang tepat karena didalam rumah yang tidak bisa
dilihat oleh masyarakat umum.

10
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) merupakan
salah satu upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir melalui
peningkatan akses dan mutu pelayanan antenatal, pertolongan persalinan, pencegahan
komplikasi dan keluarga berencana oleh bidan. Upaya program P4K sudah terlaksana
cukup baik. Bidan desa sebagai pelaksana dari segi kualitas dan kuantitas sudah
memenuhi. Ditinjau dari aspek dana, tidak ada dana husus untuk program tersebut, tapi
sarana prasaran termasuk buku KIA dan stiker P4K sudah terpenuhi. Berdasarkan unsur
proses, sebagian program P4K sudah terlaksana dengan baik termasuk pendataan ibu
hamil dan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Bidan mensosialisasikan manfaat
dan pentingnya P4K di kelas ibu hamil dan posyandu, transportasi ambulan desa sebagai
sarana dirasa sudah cukup walaupun cuma dua dukuh yang sudah ada, tapi rental mobil
disetiap dukuh siap siaga memfasilitasi, namun demikian masih ada kendala terkait
kurangnya keterlibatan langsung bidan desa sebagai pelaksana dalam mengisi kolom
stiker P4K dan kunjungan rumah untuk menempelkan stiker dirumah ibu hamil serta
belum berjalannya program calon pendonor darah.

B. Saran
Peran petugas kesehatan dan masyarakat sangat diperlukan dalam pencapaian
P4K, diharapkan bidan desa setempat lebih memperhatikan mengenai penerapan P4K
untuk membatu menurunkan angka kematian ibu dan bayi, dan juga ibu hamil dapat
meningkatkan kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kehamilan minimal empat kali
kunjungan ke bidan dan 2 kali kunjungan ke dokter serta melakukan persalinan dengan
ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih untuk menjamin keselamatan ibu dan anak.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat, 2019

diakses di : https://promkes.kemkes.go.id/p4k-persalinan-anak

Rohmatin, Homsiatur dkk (2019). Pengaruh Penerapan Program Perencanaan Persalinan


Dan Pencegahan Komplikasi (P4k) Terhadap Kematian Neonatal. Jurnal Ilmu Kesehatan.
Vol 2, No 1, 11.

Sarli, Desi (2018). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Penerapan Program


Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi (P4k) Di Kelurahan Balai Gadang
Padang. Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK). Vol2, No 1.

Khoeroh, Himatul. (2019) Evaluasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan


Komplikasi (P4K) Sebagai Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu di Puskesmas
Paguyangan Kab. Brebes. Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia. Vol. 4 No.2.

Anda mungkin juga menyukai