Anda di halaman 1dari 12

Tugas Terjemahan Bedah Anak

Nama: Pingkan Kotha


Gel: I / 16 Agustus – 24 Oktober 2010

NEFROLOGI DAN PERKEMBANGAN DAN GANGGUAN GENETIK


TRAKTUS UROGENITAL
Alexander J. Howi

Tujuan pembelajaran
- Untuk mengetahui hal – hal yang utama dari perkembangan ginjal dan traktus urinarius
- Untuk dapat mendefinisikan dan mengerti klinis yang terpenting dari oogenesis, hipoplasia
renal, displasia renal, aplasia renal, ektopia renal dan fusi renal
- Untuk mengetahui pentingnya tipe – tipe gen dalam perkembangan traktus urinarius dan
gangguan genetik terpenting yang berkaitan dengan kelainan traktus urinarius

NEFROGENESIS
Pada tiap bagian tubuh terdapat dua jaringan embrionik yang berperan pada ginjal manusia,
tunas ureter dan blastema metanefrik.
Tunas ureter merupakan perkembangan tubular dari ujung kaudal duktus mesonefrik yang
juga disebut duktus wolffian, dekat dengan jalan masuk ke kloaka. Bagian kaudal dari duktus
mesonefrik sampai ke tunas ureter tergabung dalam bagian dinding ventral kloaka, sinus urogenital,
yang kemudian akan menjadi buli – buli dan urethra. Duktus mesonefrik dan ureter pada akhirnya
mempunyai lubang terpisah, dengan lubang kranial ureterik dan lateral ke duktus mesonefrik.
Duktus mesonefrik kemudian menjadi epididimis, vas deferens, vesika seminalis dan duktus
ejakulatorius pada pria tapi berdegenerasi pada wanita. Traktus genital wanita berkembang dari
duktus paramesonefrik, yang disebut juga duktus mullerian yang tumbuh bersamaan dengan duktus
mesonefrik tapi kemudian berdegenerasi pada pria.
Tunas ureter bertumbuh menjadi sebuah massa dari sel – sel mesodermal yang tidak
berdiferensiasi dengan blastema metanefrik, pada dinding abdominal posterior dari fetus. Tunas
ureter ini merupakan bagian kaudal dari nefrogenik cord yang berasal dari ujung kranial yang

1
berkembang lebih awal dengan baik menjadi pronefros dan mesonefros, keduanya melalui duktus
mesonefrik.
Untuk perkembangan ginjal, terdapat induksi timbal balik antara dua jaringan embrionik.
Hal ini berarti bahwa tunas ureter diinduksi untuk berproliferasi dan bercabang oleh blastema
mesonefrik dan ujung dari cabang tersebut menginduksi sel – sel dari blastema metanefrik untuk
berproliferasi, beragregasi dan membentuk sebuah vesikel yang memanjang menjadi S-shaped
body. Salah satu akhir dari perkembangan ini terletak pada cabang dari tunas ureter dan lumen yang
terus membentang diantara dua struktur. Bagian dari ‘S’ ini bertumbuh kearah bawah medula untuk
kemudian menjadi lengkung Henle dan tubulus proksimal. Bagian lain dari ‘S’ berkembang
menjadi glomerulus dan selalu mempertahankan ikatannya pada lengkung Henle di makula densa.
Tunas ureter membentuk duktus kolengetes, kalises, pelvis dan ureter. Sel – sel dari blastema
metanefrik yang tidak diinduksi untuk berdiferensiasi menjadi S-shaped body, mengalami kematian
sel terprogram yang dikenal sebagai apotosis.
Tunas ureter berkembang selama minggu kelima kehamilan. Nefron – nefron mulai
terbentuk pada minggu ke-8 dan nefron yang baru ditambahkan diluarnya sebagai cabang – cabang
dari tunas ureter yang meluas ke perifer ginjal disebut dengan zone nefrogenik. Pada minggu ke-36,
semua nefron yang terbentuk telah muncul. Ginjal yang telah berkembang mempunyai permukaan
yang berlobul yang biasanya menjadi permukaan yang halus pada tahun pertama kelahiran.
Kadangkala, lobulasi tebal dapat menetap selama bertahun – tahun setelah lahir.
Selama perkembangan, ginjal tetap di retroperitoneal, tetapi naik dari posisi awal sakral ke
posis yang lebih sulit antara vertebra – thorakal 12 dan vertebra – lumbal 3, mencapai posis ini pada
kehamilan minggu ke-8. Suplai arterial berasal dari aorta yang kian meningkat levelnya sesuai
dengan naiknya ginjal ke posisnya. Hilum merupakan tempat dimana sistem pelvik ureterik muncul
dari ginjal, awalnya dianterior tetapi berotasi selama perkembangannya ke posisi yang lebih medial.

GANGGUAN PERKEMBANGAN GINJAL


Pendahuluan
Perkembangan traktus urinarius bersifat kompleks. Akibatnya, gangguan perkembangan umum
terjadi, akan terdapat pada satu dari 10 neonatus. Kebanyakan dari kelainan ini kurang signifikan,
akan tetapi malformasi traktus urinarius tetap menjadi penyebab tersering dari gagal ginjal kronik
pada anak – anak. Malformasi ginjal hampir selalu berkaitan dengan gangguan yang terdapat pada
traktus urinarius.

2
Pembedahan jarang dilakukan pada gangguan perkembangan ginjal, kecuali jika terdapat
komplikasi seperti refluks nefropati atau terjadi hidronefrosis, tetapi gangguan perkembangan bisa
didapatkan selama penelitian pada masalah yang lain, seperti kelainan kongenital, terutama pada
traktus urinarius bagian bawah dan traktus genital.

Agenesis Renal, Hipoplasia, Displasia dan Aplasia


Agenesis. Kegagalan perkembangan ginjal komplit, disebabkan oleh kegagalan dari perkembangan
tunas ureter, sehingga ureter dan juga ginjal tidak ada. Seringkali disertai gangguan perkembangan
pada struktur lain, terutama traktus genital.
Agenesis unilateral lebih sering terjadi daripada agenesia bilateral. Biasanya terjadi pada
sekitar satu dari 1000 kelahiran, kejadiannya umumnya sama pada pria dan wanita dan biasanya
asimtomatik dan hanya ditemukan pada penelitian dan kelainan kongenital lain yang seringkali
berkaitan dengan agenesia unilateral. Pada pria sering mempunyai kelainan seperti maldesensus
testis atau tidak adanya vas deferens pada sisi yang sama dengan tidak adanya ginjal. Pada wanita
seringkali mempunyai uterus unikornis dan bikornis. Ginjal yang satunya bertahan dengan
berkompensasi menjadi besar, kecuali jika terdapat kelainan lain dan traktus urinarius, terutama
refluks vesikoureterik.
Agenesia bilateral terjadi pada kira – kira satu dari 7000 kelahiran. Lebih sering pada laki –
laki daripada perempuan. Kondisi ini mematikan dan menyebabkan bayi lahir mati atau kematian
postnatal awal. Biasanya terdapat gangguan perkembangan yang luas, terutama traktus urinarius
bawah dan traktus genital, seperti hipoplastik atau atresia buli – buli dan tidak adanya epididimis
bilateral, vas deferens dan vesikel seminalis.
Tidak ada produksi urine pada fetus bila terdapat gangguan perkembangan renal yang berat
seperti agenesia bilateral, sehingga hanya ada sedikit volume cairan amnion (oligihidramnion). Paru
– paru gagal berkembang secara normal. Hal ini karena normalnya cairan amnion memasuki paru –
paru dan berguna untuk perkembangannya. Olighidramnion juga memungkinkan terjadi kompresi
pada fetus dan menghasilkan deformitas pada wajah, disebut facies potter, setelah Edith L. Potter
menjelaskan kelainan tersebut. Kelainan termasuk hidung datar, jarak antara kedua mata jauh,
telinga letak rendah dan dagu tertarik kebelakang. Ada juga kelainan pada anggota gerak dan
retardasi pertumbuhan.
Hipoplasia renal merupakan kondisi dimana ginjal yang kecil, tidak dikarenakan oleh
penyakit yang didapat seperti refluks nefropati dan tanpa bukti adanya displasia renal. Sekalipun
kecil, ginjal tersebut berdiferensiasi normal. Ketika definisi yang tepat dipakai, hipoplasia renal

3
jarang, biasanya bilateral dan biasanya tidak berkaitan dengan kelainan lain pada traktus urinarius,
namun mungkin berkaitan dengan pembesaran glomeruli dan tubuli. Jika terdapat lebih sedikit
glomeruli dan tubuli daripada normalnya, dimana pada kasus ini digunakan istilah
‘oligomeganefronia’.
Pada displasia renal, terdapat diferensiasi abnormal dari blastema metanefrik, biasanya
disebabkan gangguan pada tunas ureter. Pengertian perkembangan dari kata ‘displasia’ berlawanan
dengan penggunaanya yang sering dalam patologi untuk mengartikan gangguan preneoplastik dari
jaringan. Displasia renal bisa terjadi unilateral atau bilateral, bisa mempengaruhi sebagain atau
seluruh ginjal, mungkin berkaitan dengan pembentukan kista renal (kontras berisi cairan) dapat
menghasilkan ginjal berukuran besar, keci atau normal dan bisa member perubahan pada bentuk
ginjal. Displasia renal hampir selalu berkaitan dengan kelainan lain pada traktus urinarius pada
ureter, buli – buli atau urethra.
Pada ginjal yang memiliki kelainan, medulanya terbentuk abnormal dan hanya terdiri dari
sedikit duktus primitif yang dilapisi oleh sel – sel kolumnar, kadang bersilia dan dikelilingi oleh
cincin jarinagn ikat, termasuk sel – sel otot polos. Korteksnya juga abnormal dan terdiri dari
glomeruli dan tubuli yang imatur, kadang – kadang dengan nodul – nodul kartilago.
Displasia renal biasanya akibat dari obstruksi dari perkembangan tunas ureter dan
percabangannya atau refluks vesikoureterik ke struktur yang berasal dari blastema metanefrik.
Contoh – contoh dari kondisi yang sering berkaitan dengan displasia renal adalah ureter dupleks,
dimana pada akhirnya satu dari double ureter mempunyai tempat masuk yang ektopik ke buli – buli
(selalu pada bangian atas ureter) dan mungkin obstruksi atau mempunayai refluks vesikoureterik
(selalu pada bagian bawah ureter) dan katup urethral posterior, dimana refluks vesikoureterik
umumnya terjadi (baik uni maupun bilateral). Terdapat pula kemungkinan bahwa ada sedikit contoh
dari displasia renal yang dikarenakan gangguan primer dari blastema metanefrik daripada yang
dikarenakan tunas ureter.
Displasia renal dengan beberapa tingkatan umum terjadi, didapatkan sekitar satu dari lima
puluh otopsi pada anak – anak. Bentuk yang paling parah, diplasia bilateral dengan atau tanpa kista
terlihat pada sekitar satu dari 7000 kelahiran. Seperti agenesia renal bilateral. Kelainan ini
menghasilkan kelainan eksternal pada fetus, seperti facies potter. Area – area dari dysplasia renal
umumnya terlihat pada ginjal yang dipindahkan dari anak dengan refluks nefropati.
Aplasia renal berarti ginjal yang sangat kecil dengan sebuah ureter. Berbeda dengan
agenesia renal yang tidak memiliki ureter. Kelainan ini merupakan bentuk displasia renal yang lebih
parah daripada hipoplasia renal.

4
Ektopia Renal dan Fusi
Ektopia adalah kondisi dimana ginjal secara permanen posisinya jauh dari tempatnya yang normal.
Hal ini bisa berbentuk sederhana dimana ginjal dan ureter berada pada sisi tubuh yang sama sesuai
dengan tempat masuknya ureter ke buli – buli, atau menyilang dimana ureter menyilang midline
dan ginjal berada pada sisi yang berlawanan dari tempat masuknya ureter ke buli – buli. Fusi adalah
kondisi dimana terdapat pertemuan antara dua ginjal yang ureternya masuk pada dua sisi yang
berbeda pada buli – buli.
Fusi renal tidak sama dengan duplikasi renal, dimana terdapat duplikasi ureter dan pelvis
renal pada tingkatan berbeda dan bisa terdapat ginjal tunggal atau dupleks atau terdapat dua ginjal
yang terpisah pada satu sisi tubuh yang sama. Pada duplikasi renal, jika terdapat dua ureter, maka
keduanya masuk ke buli – buli disisi yang sama, walaupun pada akhirnya salah satu ureter
mempunyai tempat ektopik. Duplikasi dengan beberapa tingkatan umum terjadi dan berpengaruh
pada satu dari 20 orang, tetapi klinisnya tidak begitu jelas pada kebanyakan orang.
Ginjal ektopik yang sederhana biasanya dipelvis, mempunyai malrotasi dengan hilum
anterior, biasanya tidak memiliki bentuk ginjal yang tipikal dan mempunyai anomali pada suplai
darahnya. Hal ini ditemukan pada satu dalam 1000 kelahiran dan sering berkaitan dengan kelainan
skeletal. Ginjal ektopik menyilang hampir selalu terjadi fusi dengan ginjal yang lainnya. Hal ini
didapatkan pada satu dari 8000 kelahiran. Seringkali juga terdapat displasia renal pada ginjal
ektopik baik yang simpel maupun menyilang.
Tipe fusi renal yang paling sering adalah ginjal tapal kuda, dimana terjadi fusi melewati
midline melalui kutub bawah ginjal. Ginjal tapal kuda hampir selalu ektopik, berada dipelvis dan
terjadi malrotasi terhadap hilum anterior pada kedua sisi. Pada pasien – pasien ini seringkali terjadi
hidronefrosis. Ginjal tapal kuda ditemukan pada satu dari 2000 anak saat otopsi, namum ini karena
sering dikaitkan dengan kelainan tertentu dan prevalensinya lebih sedikit pada sisa populasi yang
ada.

KELAINAN GENETIK TRAKTUS URINARIUS


Pendahuluan
Banyak gen – gen yang mempunyai peranan dalam perkembangan normal dari traktus urinarius,
dalam fungsinya seperti pengkodean, proliferasi, apoptosis, pertahanan diri sel dengan proteksi
melawan apoptosis, diferensiasi dan morfogenesis (pembentukan struktur tiga dimensi). Kelompok

5
utama ini terdiri dari gen – gen untuk faktor transkripsi, faktor pertumbuhan dan molekul – molekul
adhesi.

Faktor Transkripsi Gen


Faktor transkripsi adalah protein yang berikatan ke deoxyribonucleic acid (DNA) dan mengontrol
ekspresi dari gen – gen lainnya, menyebabkan peningkatan ekspresi. Pentingnya faktor transkripsi
gen pada awal perkembangan renal adalah gen supresor tumor pada Wilms, WT1. Gen ini
mengekspresikan sel – sel blastema metanefrik terutama setelah induksi oleh tunas ureter. WT1
bermutasi dan tidak efektif pada sedikit contoh dari nefroblastoma yang jarang (tumor Wilms) dan
pada semua nefroblstoma pada sindrom Denys – Drash, dimana terjadi gangguan glomerular dan
perkembangan abnormal dari gonad. Nefroblastoma adalah neoplasma dari blastema metanefrik
dengan diferensiasi yang tidak sempurna hanya pada nefron.
WT1 mengontrol faktor transkripsi gen yang disebut Pax2. Blastema metanefrik yang
terinduksi dan ujung dari percabangan tunas ureter mengekspresikan Pax2 dan ini mungkin
mencegah apoptosis. Hal ini kemudian dibawah pengaturan dari WT1. Jadi ekspresi Pax2 menurun
pada S-shaped body, memungkinkan terjadinya formasi tubular oleh apoptosis.

Faktor Pertumbuhan dan Reseptor Gen


Faktor pertumbuhan adalah protein – protein yang berikatan ke reseptor sel permukaan dan
mengakibatkan peristiwa seperti ploriferasi. Banyak faktor pertumbuhan dan reseptornya yang
penting dalam perkembangan dari blastema metanefrik dan tunas ureter dan dalam interaksi
keduanya.
Gen yang dikontrol oleh WT1 adalah insulin – like growth factor 2 (IGF-2). IGF-2
menyebabkan terjadinya proliferasi dan diekpresikan pada blastema metanefrik yang tidak
diinduksi, tetapi ini dibawah pengaturan saat WT1 benar – benar diekspresikan. Kurangnya supresi
oleh faktor pertumbuhan mungkin menjadi salah satu penjelasan bagi terjadinya transformasi
blastema metanefrik ke nefroblastoma.
Beberapa faktor pertumbuhan diproduksi oleh sel – sel blastema metanefrik yang terinduksi
dan beraksi pada reseptor di ujung tunas ureter untuk menstimulasi percabagan. Beberapa faktor
pertumbuhan ini termasuk hepatocyte growth factor (HGF) yang reseptornya adalah tirosine kinase
Met, yang disandikan oleh gen c- met dan glial cell-derived neurotropic factor (GDNF) yang
reseptornya adalah tirosine kinase Ret, disandikan oleh gen c-ret.

6
Molekul – Molekul Adhesi dan Protein – Protein Jaringan Ikat
Molekul – molekul adhesi adalah protein – protein yang memungkinkan sel untuk melekat satu
sama lain ataupun melekat pada matriks. Neural cell-adhession molecule (NCAM) diekspresikan
pada sel – sel blastema metanefrik yang tidak diinduksi dan ditempatkan oleh E-cadherin sebagai
struktus epithelial dari nefron yang berkembang. Filamen – filamen intraseluler intermediet juga
berubah dari vimetin ke sitokeratin selama proses ini.
Beberapa protein struktural tampak pada matriks jaringan ikat disekitar sel – sel nefron
yang berkembang, termasuk kolagen tipe-4, fibronektin, laminins dan proteoglikan. Protein
struktural ini berkontribusi terhadap pembentukan membran – membran didasar. Enzim – enzim
yang mendegradasi komponen jaringan ikat juga penting untuk perkembangan normal dari ginjal.
Enzim – enzim ini termasuk matriks metalloproteinase dan aktivator plasminogen.
Integrin adalah protein – protein transmembran yang berikatan pada ligand pada sel – sel
atau komponen matriks, seperti laminin dan kolagen tipe – 4. Bagian intrositoplasmik dari integrin
berinteraksi dengan protein – protein sitoskeletal dan juga bisa beraksi sebagai alat transduksi sinyal
yang sama dengan fungsi dari bagian intrasitoplasmik dari reseptor faktor pertumbuhan. Integrin
yang berbeda diekspresikan pada beragam tingkatan dalam perkembangan ginjal dan mempunyai
peranan penting dalam nefrogenesis.

Sindrom – Sindrom Yang Penting


Dasar genetik pada kebanyakan kelainan traktus urinarius tidak diketahui. Hal ini berarti
bahwa satu gangguan genetik rupanya dapat menghasilkan perubahan struktural yang identik.
Sebaiknya gangguan genetik tunggal dapat berakibat pada lebih dari satu malformasi dan beberapa
kelainan perkembangan yang berbeda pada ginjal dapat ditemukan pada satu keluarga. Contohnya,
agenesis renal unilateral, agenesis renal bilateral dan agenesis renal unilateral dengan displasia pada
ginjal tunggal (kadang – kadang disebut adisplasia renal) mungkin ditemukan pada anggota
keluarga yang berbeda dalam satu keluarga, ketika kondisi ini diketahui sebagai ‘adiplasia renal
herediter’.
Malformasi renal tidak semuanya disebabkan oleh gangguan genetik. Teratogen, termasuk
vitamin A, glukosa, angiotensin-converting enzyme inhibitor, etanol dan talidamid bisa
berpengaruh pada perkembangan ginjal. Perkembangan bisa abnormal dikarenakan gangguan
mekanis dari drainase urine disebut refluks dan obstruksi, meskipun kadangkala kelainan – kelainan

7
ini bisa terjadi genetik, misalnya refluks vesikouretrik sering kali familial, dengan turunan
autosomal dominan.
Malformasi renal umumnya pada sindrom – sindrom dan malformasi organ multipel,
walaupun sindrom – sindrom ini jarang dan kelainan genetik hanya diketahui pada sedikit dari
sindrom – sindrom ini. Penemuan paling sering adalah displasia renal, seringkali dengan kista.
Banyak sindrom seperti ini telah dijelaskan dan beberapa yang dimengerti dengan baik telah
disebutkan disini.
Ada suatu kelainan yang disebabkan mutasi heterogen dari Pax 2, faktor transkripsi yang
penting dalam nefrogenesis. Pada sindrom renal – colobama, ada refluks vesikouretrik dengan
kelainan perkembangan renal, berkaitan dengan kebutaan.
Gen KAL terletak pada kromosom X dan mengkode adhesi protein. Hemizigot pria dengan
mutasi KAL berkembang menjadi sindrom Kallman, dimana terjadi anosmia, hipogonadisme
disebabkan kekurangan gonadotropin dan agenesis renal unilateral.
Kelainan – kelainan, termasuk agenesis renal, displasia renal dan refluks vesikoureterik,
umumnya pada sindrom bronkhia-oto-renal, gangguan autosomal dominan dengan ketulian, kista
pada leher dan lubang preaurikuler. Hali ini disebabkan oleh mutasi gen EYA 1, yang mungkin
penting dalam proteksi sel – sel melawan apoptosis.
Pada sindrom Apert terdapat kelainan reseptor untuk fibroblast growth factor 2 (FGF-2),
gangguan autosomal dominan dengan kelainan kranial, sindakhtili dan dysplasia renal kistik.
Pada sindrom Zellweger, otosomal resesif dan protein peroksimal, terdapat kelaina kranial,
skeletal, malformasi sistem saraf, fibrosis hepatik dan ginjal kistik displastik.
Pada asphyxiating thoracic dystrophy of jeune, autosomal resesif, terdapat kelainan skeletal
disebabkan kondrodistrofi dengan displasia atau kelainan renal lainnya.
Pada sindrom Beckwith-Wiedemann sindrom, sering kali jarang terjadi, terdapat
pembesaran organ – organ, termasuk makroglosi dan ginjal membesar, hemi-hipertrofi dan hernia
umbilikalis. Bermacam – macam kelainan renal lainnya ditemukan seperti medullary sponge kidney
dan nefroblastoma.

PENYAKIT RENAL KISTIK


Kista sering terdapat pada ginjal. Ada banyak penyebabnya, tetapi mekanisme pembentukan kista
hampir selalu oleh proliferasi lapisan sel – sel dengan sekresi cairan lumen, sering karena pompa
sodium, sodium-potassium-adenosin trifosfatase. Terletak diatas permukaan apikal dari sel – sel
yang melapisi kista. Lebih daripada permukaan basolateral sebagaimana pada sel – sel normal.

8
Teori mekanisme lainnya adalah obstruksi tubulus, namun ini menyebabkan perengangan,
penebalan dan disrupsi dari lapisan sel dan hampir tidak pernah terlihat. Tekanan pada kebanyakan
kista tidak lebih tinggi dari tekanan pada tubulus normal. Pembedahan jarang diperlukan pada anak
– anak dengan kelainan kistik.

Autosomal Dominant Polycystic Kidney Disease (ADPKD) / Autosomal Dominan Penyakit


Polikistik Ginjal
Autosomal dominan penyakit polikistik ginjal (ADPKD) merupakan kelainan kistik ginjal
terpenting, karena umumnya menyebabkan gagal ginjal kronik, walaupun ini terjadi pada orang
dewasa, bukan pada anak – anak. Penyakit ini berpengaruh pada satu dari 1000 orang, namun
menyebabkan gagal ginjal pada satu dari 10000 orang dengan terapi pengantian ginjal, tergantung
dari kelompok umur yang dipelajari. Hampir selalu, ketika istilah ‘ginjal polikistik’ digunakan
tanpa kualifikasi, maka yang dimaksudkan disini adalah ADPKD.
Ada dua bentuk genetik yang dikenal, dengan yang lainnya belum dapat dikenali
bentuknya. Bentuk paling sering, terlihat pada 85% kasus adalah ADPKD 1. Lokus genetiknya pada
kromosom 16 dan mengkode protein yang disebut polikistin-1. Ini adalah protein transmembran
pada silia primer dan mengatur level kalsium intraseluler. Bentuk genetik lainnya yang dikenal
adalah ADPKD 2, yang memiliki lokus genetik pada kromosom 4.
Biasanya, ginjal terlihat normal pada waktu lahir dan masa kanak – kanak, tetapi ada
perkembangan progresif dari kista dan pembesaran ginjal dengan pertambahan umur. Ginjal
bentuknya simetris, dengan terlihat perubahan oleh kista dengan beragam ukuran pada semua
bagian ginjal, termasuk glomeruli. Keduanya baik korteks dan medula dipengaruhi. Ureternya
normal. Nefrektomi mungkin bermanfaat pada orang dewasa, jika ginjal sangat besar dan organ
lainya mengalami kompresi atau penekanan.
Beberapa kelainan yang dapat dikaitkan dengan gangguan renal, terutama pada orang
dewasa, yakni termasuk kista pada hati dan pankreas, aneurisme berry pada arteri serebral, penyakit
diverikular kolon dan prolaps katub mitral.

Autosomal Recessive Polycyctic Kidney Disease (ARPKD) / Autosomal Resesif Penyakit


Polikistik Ginjal
Autosomal resesif penyakit polikistik ginjal (ARPKD) terjadi 10 kali lebih jarang daripada
ADPKD. Berkaitan erat dengan fibrosis hepatik kongenital, gangguan fibrosis progresif dari saluran
portal berkaitan dengan malformasi intrahepatik duktus bilier. Beratnya penyakit ginjal kira – kira

9
berbanding terbalik dengan penyakit hati tersebut. Penyakit ginjal yang berat biasanya
menyebabkan bayi lahir mati atau kematian saat bayi, sementara penyakit ginjal sedang berkaitan
dengan presentasi pada masa anak – anak atau orang dewasa dengan hipertensi portal sebagai
komplikasi dari fibrosis saluran portal. Anak – anak yang lahir mati mempunyai gambaran
ekstermal yang sama termasuk facies potter, juga dengan agenesia renal bilateral dan gangguan
perkembangan ginjal yang berat lainnya. Mereka yang bersaudara kandung dengan ARPKD tidak
berarti mempunyai kelainan ginjal yang sama beratnya atau terjadi pada usia yang sama dengan
gambaran klinis yang sama.
Gen yang relevan pada penyakit ini adalah kromosom 6 dan mengkode protein yang disebut
poliduktin (atau fibrokistin), yang dimasukkan dalam membrane sel.
Pada bentuk yang parah, ginjal membesar dan simetris tapi tidak seperti ginjal pada
ADPKD, ginjal ini mempertahankan bentuknya dan tidak mempunyai kista yang besar. Duktus
kolengetes berdilatasi secara keseluruhan dan tampak sebagai struktur tubular yang mengelilingi
korteks. Ureternya normal. Pembedahan ginjal hampir tidak berguna pada ARPKD.

Nefronophtisis Juvenil dan Penyakit Kistik Meduler


Kedua kondisi ini sangat mirip sehingga dianggap sebagai aspek penyakit kompleks yang sama,
yang kadangkala disebut penyakit uremik kistik meduler. Kedua penyakit ini dapat disebabkan oleh
lebih dari satu kelainan genetik. Ginjal simetris dan kecil dan mempunyai kista – kista kecil dengan
jumlah tak menentu pada sambungan kortikomedular yang berasal dari duktus kolengetes.
Korteksnya mengalami kerusakan kronis yang progresif. Kelompok penyakit ini salah satu
penyebab tersering dari gagal ginjal kronik pada masa anak – anak, terhitung pada sekitar satu dari
6 anak dengan gagal ginjal. Pada pria dan wanita sama angka kejadiannya.
Ada jenis autosomal resesif (biasanya pada anak – anak disebut nefrophtisis juvenil) dan
jenis autosomal dominan (biasanya pada orang dewasa disebut penyakit ginjal kistik meduler) dan
jenis yang bentuknya jarang pada anak – anak tanpa riwayat penyakit ginjal dalam keluarga. Jenis
autosomal dominan adalah kelainan uromedular (Tamm Horsfall protein).

Medullary Sponge Kidney


Penyakit ini berbeda dengan nefronophtisis juvenil atau penyakit kista meduler kompleks dalam
beberapa hal. Kistanya adalah duktus kolengetes yang berdilatasi lebih sering pada papilla meduler
daripada sambungan kortikomedular. Perkembangan kerusakan kronis pada korteks renal biasanya

10
tidak ada dan penyakit ini biasanya asimtomatik, kecuali bila terdapat komplikasi obstruksi atau
infektif dari batu yang sering terbentuk pada duktus yang sering berdilatasi.
Medullary sponge kidney terjadi sekitar satu dari 5000 orang. Penyakit ini kebanyakan
jarang terjadi tetapi berkaitan dengan sindrom Beckwith-Wiedemann dan hemihipertropi
kongenital. Pembedahan mungkin dibutuhkan untuk pengobatan batu dan komplikasinya.

Displasia Renal Multikistik


Ginjal displastik kadangkala mempunyai kista multipel, terkadang dengan terlihat pembesaran kista
bisa berubah menurut waktu dan bisa menghilang, bahkan pada fetus. Ureter ada tapi mengalami
atresia, yang berarti lumennya berobliterasi sampai dengan panjangnya yang tidak menentu. Sistem
pelviskalises biasanya tidak ada. Displasia renal multikistik unilateral ditemukan sekitar satu dari
5000 kelahiran.
Displasia kistik difus selalu mempunayi persamaan dengan displasia renal multikistik yang
bilateral biasanya mempunyai banyak kista kecil, disertai ureter yang jelas tanpa obstruksi traktus
urinarius dan bagian dari sindrom yang diturunkan dengan kelainan multipel. Bentuk yang paling
sering adalah sindrom Meckel, sebuah kondisi autsomal resesif dengan polidaktili, mikrosefali,
disgenosis bilier dan banyak kelainan lainnya.

Tipe – tipe Kista Renal Lainnya


Dilatasi kistik kapsul Bowman glomeruli dapat disebut penyakit glomerulokistik, jika tidak ada
kelainan lain. Kondisi ini tidak berdiri sendiri. Kebanyakan anak – anak ini memiliki ADPKD.
Yang lainnya mempunyai kelainan luas yang dikenali dan yang tidak dikenali atau yang jarang
terjadi.
Kista renal multipel terjadi pada skelosis tuberus dalam kaitannya dengan angiomyolipoma
multipel ginjal, seringkali terjadi pada masa anak – anak dan pada sindrom Von Hippel-Lindau
yang berkaitan dengan karsinoma sel renal multipel, walaupun kista dan karsinoma biasanya tidak
terdeteksi sampai dewasa.
Kista multipel biasanya berkembang pada ginjal manusia termasuk anak. Pada beberapa
tipe dialisis selama sedikitnya beberapa tahun, terlepas dari penyebab gagal ginjal. Penyakit renal
kistik yang didapat ini mungkin berhubungan dengan perkembangan karsinoma sel renal.
Nefrektomi mungkin bermanfaat bila ada perdarahan dari kista atau bila dicurigai karsinoma atau
diketahui kistanya mengalami perkembangan.

11
Kista multilokular adalah neoplasma kistik yang jarang pada ginjal. Biasanya jinak,
walaupun sedikitnya terdiri dari area jaringan nefroblastomotus yang malignan. Nefroblastoma atau
tumor wilms, dapat berbentuk kistik.
Divertikula sistem pelvikalises mungkin kongenital dan dapat dikarenakan kelainan
perkembangan dari percabangan tunas ureter atau obstruksi yang didapat atau refluks setelah pelvis
terbentuk. Penyakit ini dapat muncul sebagai kista pelvikalises atau pielokaliseal, biasanya tunggal
dan sering kebetulan ditemukan. Akan tetapi, penyakit ini bisa simptomatik bila berkomplikasi
karena perkembangan infeksi oleh batu.
Kista non-neoplastik pada ginjal, biasanya disebut kista simpel. Umumnya terjadi pada
orang dewasa, tapi jarang pada anak – anak.

12

Anda mungkin juga menyukai