Tumor Otak
Tumor Otak
Oleh :
Santy Wisito
9801169
Pembimbing :
Prof. dr. Max Mantik, SpA (K)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2009
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing
Tumor otak pada anak yang tdak jarang dijumpai, meliputi kira-kira 18% dari semua penyakit
keganasan pada anak di bawah umur 15 tahun1,2. Insidensi terbanyak pada usia 5-9 tahun,
sedangkan pada orang dewasa 50-60 tahun. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan
perempuanl,3. Keganasan pada susunan saraf pusat meliputi tumor primer dan tumor metastasis
yang berasal dari tempat lain. Tumor otak anak dibandingkan dengan orang dewasa berbeda
dalam hal sifat biologik, distribusi, gambaran histologik dan klinik. Pengobatan utama terhadap
tumor otak ialah tindakan pembedahan dan terapi sinar 2. Tidak selalu dipakai obat-obat
antineoplastik/kemot erapeutik. Prognosis pada umumnya kurang baik. Setelah leukemia, tumor
ETIOLOGI
Penyebab tumor otak sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor yang
1. genetik
Beberapa tumor otak tertentu dapat dijumpai pada beberapa anggota keluarga, seperti
2. kongenital
Beberapa tumor otak tertentu seperti kraniofaringioma, teratoma, berasal dari sisa-sisa
3. radiasi
Radiasi dapat merangsang pertumbuhan sel-sel tertentu seperti sel-sel jaringan mesenkim2
4. virus
Telah banyak penyelidikan dilakukan mengenai hubungan infeksi virus dengan proses
keganasan. Saat ini baru dapat dibuktikan adanya infeksi virus pada limfoma Burkitt6
5. zat karsinogen
Zat-zat kimia tertentu mempunyai sifat karsinogenik seperti metil kolantren, nitroso etil urea2,6
Menurut lokalisasi, tumor intrakranial dibagi dalam tumor supratentorial dan tumor
infratentorial. Berbeda dengan orang dewasa, 60-70% tumor otak pada anak terdapat
infratentorial (difosa posterior kranium) walaupun ruangan ini hanya meliputi 1/10 seluruh
Pada orang dewasa tumor infratentorial hanya 25-30%. Berdasarkan kenyataan ini, dapat
dimengerti mengapa pada anak lebih banyak ditemukan gejala-gejala peninggian tekanan
intrakranial sebagai gejala dini tumor otak. Di samping itu, tumor otak pada anak lebih
cenderung menempati posisi pada sumbu panjang susunan saraf pusat di sekitar garis tengah
KLASIFIKASI
1. menurut asalnya:
nervus optikus. kraniofaringioma, papiloma pleksus koroideus, pinealoma tumor lain seperti
supratentorial:
GAMBARAN KLINIK
Gambaran klinik tumor otak pada anak dan bayi lebih sulit diketahui, sebab anak tidak
komunikatif serta keluh kesah sering tidak jelas, dan tidak jarang dikacaukan dengan gejala-
1. Gejala-gejala umum:
· muntah: merupakan gejala tetap dan sering sebagai gejala pertama. Timbulnya terutama pagi
hari tanpa didahului rasa mual. Pada tingkat lanjut, muntah menjadi proyektil.
· sakit kepala:
dijumpai pada 70% penderita yang bersifat serangan berulang-ulang, nyeri berdenyut, paling
hebat pagi hari, dapat timbul akibat batuk, bersin dan mengejan. Lokasi nyeri
-- edema papil pada funduskopi merupakan petunjuk yang sangat penting untuk tumor
intrakranial. Bailey menemukan gejala ini path 80% tumor otak anak3,5
· pembesaran kepala: terutama pada anak di bawah umur 2 tahun yang fontanelnya belum
tertutup. Gejala ini tidak khas untuk tumor otak, hanya menunjukkan adanya peninggian
tekanan intrakranial.
· kejang: sangat jarang, kira-kira 15% pada anak dengan tumor supratentorial; pada tumor
· gangguan mental: lebih sering ditemukan pada orang dewasa, terutama bila tumor berlokasi
· tumor infratentorial: karena letaknya di fosa posterior, maka gejala lokal yang ditemukan
ialahl,7
-- gejala serebelar berupa ataksia, gangguan koordinasi, nistagmus dan gangguan tonus otot.
-- gejala batang otak: pada umumnya berat karena pada batang otak terdapat pusat-pusat vital
-- gejala nervi kranialis: akibat peregangan atau penekanan tumor terutama N.VI, juga N.V, VII,
IX dan X2
.· tumor supratentorial:
-- tumor supraselar memberikan gejala utama berupa gangguan penglihatan dan gangguan
endokrin/metabolik.
-- tumor hemisfer serebri: gejala yang timbul bergantung pada lokalisasi tumor di area/lobus
1. astrositoma serebelar: merupakan kira-kira 11-30% tumor intrakranial, insidensi umur 3-8
tahun. Lokalisasi pada hemisfer kiri atau kanan, berbentuk kista, tidak invasif dan tidak
memberikan metastasis5
2. meduloblastoma: kira-kira 15-25% pada bayi dan anak, insidensi 3-5 tahun, lebih sering pada
laki-laki daripada perempuan2. Lokasi pada vermis serebelum. Paling ganas, sering bermetastasis
ke luar susunan saraf pusat. Gejala ataksia pada tumor ini tidak menunjukkan lateralisasi.
3. ependimoma: kira-kira 8% tumor otak; berasal dari ependim dasar ventrikel, bertumbuh ke arah
rongga ventrikel yang mengakibatkan obstruksi dini aliran likuor. Sering mengalami kalsifikasi.
4. glioma batang otak: kira-kira 8-20% tumor otak pada anak, dan 75% di antaranya pada umur
7-10 tahun
5. kraniofaringioma: jarang (hanya 4%) tetapi paling sering menyebabkan kerusakan pada sela
tursika dan supraselar berupa disfungsi hipotalamus, hipofisis serta gangguan penglihatan. 80%
7. papiloma pleksus koroideus: ditemukan di bawah usia 3 tahun, lokalisasi terutama pada
8. tumor hemisfer serebri: jarang pada anak dan sulit didiagnosis sebab tingkat dini tidak
memberikan gejala. Manifestasi pada tingkat lanjut berupa edema papil 80%, sakit kepala dan
kadang-kadang kejang.
DIAGNOSIS
1. Klinik.
· foto polos kepala: Pemeriksaan ini penting untuk mendiagnosis dan evaluasi suatu tumor otak.
Pemeriksaan ini meliputi anteroposterior, lateral dan basiler. Dapat dilihat tanda-tanda
· angiografi: sukar dilakukan pada anak, dapat dilihat adanya perubahan arsitektur vaskular otak.
· Brain Scan: makan waktu 15-30 menit, sukar dipakai pada anak. Digunakan untuk mendeteksi
adanya tumor supratentorial, sedangkan tumor infratentorial agak kurang memuaskan hasilnya2,5
. CT scan: paling diandalkan masa kini karena prakis, tidak makan waktu lama dan juga tidak
invasif, hanya mahal. Dapat mendeteksi baik tumor supratentorial maupun infratentorial.
· pemeriksaan cairan likuor: tidak dianjurkan pada tumor intrakranial, hanya dapat dilakukan bila
tidak ada tanda-tanda peninggian tekanan intrakranial. Cairan likuor dapat diperoleh dengan
pungsi ventrikel. Adanya tumor dapat dibuktikan dengan peninggian protein dan adanya sel-sel
ganas3,5
PENGOBATAN
1. Tindakan pembedahan
Bila tidak akan menimbulkan defisit nerologik yang terlalumengganggu, reseksi total merupakan
treatment of choice. Tindakan ini bergantung pada sifat, lokalisasi, perluasan dan lamanya
jaringan sekitarnya terutama pada daerah vital. Bila reseksi total tidak mungkin, dilakukan
reseksi parsial yang bertujuan mengurangi tekanan intrakranial dan memperbaiki aliran likuor.
mempunyai prognosis yang baik hanya dengan tindakan pembedahan 2,5. Glioma batang otak
karena sifat dan lokasinya, biasanya tidak dibedah, demikian pula tumor-tumor supratentorial
sebab pada saat diagnosis ditegakkan, tumor tersebut sudah ada dalam stadium lanjut. Pada
kraniofaringioma, walaupun operasi berhasil namun selalu dengan defisit metabolik dan
endokrin1
Jenis pembedahan lain yang biasa dilakukan ialah bypass (shunt), untuk melancarkan sirkulasi
likuor supaya tekanan intrakranial berkurang. Ini dapat dilakukan bergantung pada lokasi
obstruksi likuor. Ada bypass internal (dari ventrikel kesisterna magna/ruangan subaraknoidea)
2. Radioterapi
Diberikan pada tumor yang radiosensitif, dan biasanya dilakukan setelah reseksi total atau
parsial. Menurut Ewing, tumor radiosensitif ialah tumor yang sel undifferentiated dengan banyak
mitosis serta banyak vaskularisasi kapiler9. Astrositoma derajat HI dan IV, yakni glioma batang
otak dan glioblastoma hemisfer serebri kurang efektif terhadap penyinaran. Kraniofaringioma
dan papiloma pleksus koroideus yang telah mengalami degenerasi maligna harus diradioterapi.
Pada tumor-tumor daerah pineal seperti pinealoma dan pnieoblastoma, karena lokasinya di
3. Kemoterapi
Hasilnya masih kurang memuaskan, dan tidak semua obat anti-tumor dapat meliwati sawar darah
otak. Titik tangkap kerja obat anti-tumor ialah pada sintesis DNA (replikasi), sintesis RNA dari
· Vinkristin: suatu vinka alkaloid, terutama efektif terhadap leukemia. Hasil baik juga pada
meduloblastoma dan glioblastoma. Efek samping ialah toksis terhadap saraf perifer.
· Sitosin arabinosid: juga dipakai pada tumor otak tetapi hasilnya masih belum diketahui.
4. Tindakan suportif
Agar terapi tumor otak berhasil baik, perlu tindakan suportif sebelum, selama dan sesudah
operasi.
PROGNOSIS
Dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: sifat keganasan (jinak/ganas), jenis dan lokasi
tumor serta umur penderita.Pengalaman serta ketrampilan ahli bedah saraf turut menentukan
basil operasi. Tumor meskipun jinak tetapi bila menempati fungsi-fungsi vital, prognosisnya
jelek. Astrositoma selebelar dengan pembedahan, 90% akan selamat2. Meduloblastoma yang
dikenal sangat ganas dan dahulu biasanya meninggal pada umur 1-2 tahun pertama kehidupan,
dengan perbaikan teknik operasi, radioterapi dan tindakan paliatif, pada saat ini kemungkinan
untuk hidup 5 tahun: 40% dan 10 tahun: 25% Glioma batang otak dan glioblastoma
5
supratentorial merupakan tumor otak yang paling sulit untuk diobati. Pembedahan tidak dapat
lamanya hidup biasanya sudah kurang 1 tahun. Tumor kraniofaringioma dengan operasi
(Matson) maupun dengan radioterapi (Kramer) mempunyai prognosis baik. Prognosis secara
keseluruhan tumor otak pada anak yang telah dibedah pada umumnya baik. Perbaikan teknik
radioterapi dan kemoterapi, serta tindakan suportif telah banyak menurunkan angka kematian
tumor otak pada kasus-kasus yang sebelumnya dianggap ganas dan fatal2,3,6
KEPUSTAKAAN
1. Matson DD. Intracranial Tumors. In: Farmer TW. Pediatric Neurology. New York and
2. Walker MD. Diagnosis and Treatment of Brain Tumors. Pediatr Clin North Am. 1976 ; 23:
131-145.
3. Menkes JH. Textbook of Child Neurology, 1st ed. Philadelphia: Lea& Febiger. 1975; 380 414.
5. Sutow WW, Vielti TJ, Ferbach DJ. Clinical Pediatric Oncology. Saint Louis: The CV Mosby
6. Mahar Marjono, Priguna Sidharta. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: PT Dian Rakyat. 1978;
337-389.
9. Sudiharto. Tumor Intrakranium. Kursus Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran VIII.
10. Kempe CH, Silver AK, Obrien D. Current Pediatric Diagnosis and Treatment, 4t ed. Los
11. Barlow CT. Headaches and Brain Tumor. Am J Dis Child. 1982; 136: 99-100.
12. Honig PJ, Charney EB. Children with Brain Tumor Headaches. Am J Dis Child. 1982;136:
121-124.
13. Jusuf M. Tinjauan Klinik Tentang Sefalgia. Medika. 1976;I: 15-16