Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PROGRAM ASISTENSI MENGAJAR

MBKM

Peningkatan Motivasi Belajar Siswa dengan Menerapkan Model


Pembelajaran Think Pair Square pada Mata Pelajaran Bimbingan
dan Konseling

Dosen Pembimbing :
Lailatuzzahro A. Aulia S.Psi., M.Psi

Oleh :
Putri Mar’atus Solichah
NIM : 201869110021

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Telah Dipertahankan di Depan Penguji Laporan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka, Fakultas
Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan, pada:

Hari :

Tanggal :

Nama Mahasiswa : PUTRI MAR’ATUS SOLICHAH

NIM : 201869110021

Program Studi : PSIKOLOGI

JUDUL :

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL


PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE PADA MATA PELAJARAN BIMBINGAN DAN
KONSELING

DINYATAKAN LULUS DENGAN NILAI…………..

Penguji

…………………………
NIP.Y………………….

Mengesahkan
Dekan Fakultas Psikologi

…………………………
NIP.Y………………….

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas limpahan
rahmat, ridha, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Merdeka
Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) yang berjudul “Peningkatan Motivasi Belajar Siswa
dengan Menerapkan Model Pembelajaran Think Pair Square pada Mata Pelajaran Bimbingan
dan Konseling”.

Dalam penyusunan laporang MBKM ini banyak pihak yang telah membantu,
membimbing dan memberikan motivasi bagi penulis. Oleh karena itu tidak lupa penulis
mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kepada kedua orang tua dan keluarga yang telah banyak memberikan dukungan dan
motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan MBKM ini.
2. Kepada Ibu Lailatuzzahro Al-Akhda Aulia S.Psi., M.Psi sebagai dosen pembimbing yang
telah bersedia meluangkan waktudan memberikan saran serta mengarahkan penulisan
hingga selesai.
3. Kepada Bapak Lutfi S.Pdi., S.E., MM selaku kepala sekolah di SMA Darut Taqwa yang
telah mengizinkan penulis untuk melakukan kegiatan MBKM di lembaga tersebut.
4. Kepada Bapak Drs. Abdul Muhaimin, Bapak Badrus Salam S.Psi, dan Ibu Firgiatiningsih
S.Psi., M.Psi sebagai guru pembimbing lapangan yang membantu proses pembuatan
laporan MBKM ini dengan baik.
5. Kepada teman-teman asistensi mengajar yang telah memberikan semangat serta membantu
kelancaran dalam kegiatan MBKM
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penyelesaian laporan ini, terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif dari pembaca agar dapat menjadi perbaikan untuk laporan selanjutnya.
Penulis,

Putri Mar’atus Solichah

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................................

KATA PENGANTAR............................................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................
1.2 Tujuan.........................................................................................................................
1.3 Sasaran dan Ruang Lingkup.......................................................................................

BAB II KAJIAN TEORI......................................................................................................


2.1 Motivasi Belajar.........................................................................................................
a. Pengertian Motivasi Belajar
b. Fungsi Motivasi Belajar
c. Indikator Motivasi Belajar
d. Peran Motivasi Belajar
e. Jenis-Jenis Motivasi Belajar
f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

2.2 Think Pair Square


a. Pengertian TipeThink Pair Square
b. Manfaat Think Pair Square
c. Kelebihan danKekurangan Model Pembelajaran
d. Tipe Think Pair Square

BAB III PELAKSANAAN


3.1 Deskripsi Tempat Pelaksanaan
3.2 Struktur Organisasi Lembaga
3.3 Kegiatan Asistensi Mengajar
3.4 Sasaran Kompetensi/Fokus Asistensi Mengajar
3.5 Prosedur Pelaksanaan

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Program Merdeka Belajar - Kampus Merdeka sebagai kebijakan secara umum bertujuan
untuk mempersiapkan lulusan yang tangguh dalam menghadapi perubahan sosial, budaya,
dunia kerja, dan teknologi yang semakin berkembang dengan pesat di era revolusi industri4.0.
Kesiapan lulusan berkaitan erat dengan proses membangun kompetensi mahasiswa sesuai
dengan wawasan keilmuan yang dibarengi dengan keterampilan. Demikian pula halnya dengan
kegiatan Mahasiswa Asistensi Mengajar pada program MBKM ditawarkan sebagai salah satu
kegiatan yang dianggap mampu membentuk kompetensi mahasiswa (lulusan) khususnya
sebagai calon guru.
Asistensi mengajar merupakan bentuk kegiatan pembelajaran yang dilakukan
mahasiswa secara kolaboratif di bawah bimbingan dosen pembimbing dan guru di satuan
pendidikan formal. Aktivitas mengajar di satuan pendidikan ini dilaksanakan selama 1 semester
(setara dengan 20 SKS). Tujuannya agar dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa
yang memiliki minat dalam bidang pendidikan untuk turut serta menyalurkan dan
memperdalam ilmunya dengan cara menjadi asistensi mengajar, tujuannya untuk memperluas
wawasan, pelatihan dan pengembangan kompetensi mahasiswa yang diperlukan dalam
bidangnya, peningkatan keterampilan, kemandirian, tanggung jawab dan kemampuan dalam
memecahkan masalah khususnya bagi calon guru.
Terkait dengan hal tersebut, maka Program Studi Pskologi, Fakultas Psikologi,
Universitas Yudharta Pasuruan memilih mahasiswa mengajar dalam bentuk program MBKM
yang dilaksanakan oleh mahasiswa asistensi mengajar. Salah satu sasaran sekolah tempat
mahasiswa asistensi mengajar yaitu di SMA Darut Taqwa Sengonagung, Purwosari, Pasuruan.
SMA Darut Taqwa adalah salah satu lembaga pendidikan formal yang berada di naungan
Yayasan Darut Taqwa yang dipimpin oleh KH. Sholeh Bahruddin (Pengasuh Pondok Pesantren
Ngalah).
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, mahasiswa asistensi mengajar
memilih SMA Darut Taqwa sebagai tempat sasaran, salah satunya dikarenakan kurangnya
motivasi belajar siswa yang ada di lembaga tersebut, khususnya pada kelas X IIS 1. Hal

4
tersebut dapat dilihat dari respons siswa saat proses pembelajaran di kelas, dimana kurangnya
semangat siswa ketika belajar, suka tidur dalam kelas, keluar masuk ketika guru mengajar.
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan menunjukkan bahwa 65% siswa
cenderung memiliki motivasi belajar rendah.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan kegiatan Asistensi Mengajar pada Program MBKM secara umum antara
lain :
a. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa yang memiliki minat dalam bidang pendidikan
untuk turut serta mengajarkan dan memperdalam ilmunya dengan cara menjadi guru di
satuan pendidikan.
b. Membantu meningkatkan pemeratan kualitas pendidikan, serta relevansi pendidikan dasar
dan menengah dengan pendidikan tinggi dan perkembangan zaman.

Adapun manfaat Kegiatan Asistensi Mengajar pada Program MBKM secara khusus
antara lain :
a. Mahasiswa mengaplikasikan dan meningkatkan ilmu yang diperoleh di bangku
perkuliahan.
b. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menguasai kompetensi guru secara gradual.
c. Kesempatan membentuk kepercayaan diri, karena dapat menambah dan meningkatkan
keterampilan serta keahlian profesi guru.
d. Mendapatkan pemahaman, penghayatan, dan pengalaman di bidang manajemen dan kultur
sekolah.
e. Mendapatkan pengalaman melalui pengamatan terhadap proses pembentukan kompetensi
pedagogik, kepribagian, dan sosial di sekolah.
f. Mendapatkan pengalaman dan penghayatan melalui pengamatan terhadap proses
pembelajaran di kelas.
g. Memperoleh pengalaman tentang cara berfikir dan bekerja secara interdisipliner, sehingga
dapat memahami adanya keterkaitan ilmu dalam mengatasi permasalahan pendidikan yang
ada di sekolah.

5
1.3 Sasaran dan Ruang Lingkup
Sasaran dalam pelaksanaan mahasiswa asistensi mengajar di SMA Darut Taqwa
berorientasi pada motivasi belajar. Tujuannya meningkatkan motivasi belajar siswa di SMA
ketika proses pembelajaran di kelas. Kegiatan mengajar ini dilakukan pada siswa-siswi kelas X
IIS 1pada mata pelajaran Bimbingan dan Konseling.

6
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata latin, yaitu “movere” yang artinya dorongan atau daya
penggerak. Menurut Fillore H. Standford dalam buku Mangkunegara (2017) mengatakan
bahwa “motivation as an anergizing condition of the organism that services to direct that
organism toward the goal of a certain class” (motivasi sebagai suatu kondisi yang
menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu). Menurut Sardiman (2018), motif dapat
dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan untuk membangkitkan gairah
belajar siswa sehingga kegiatan belajar dapat berjalan dengan baik. Adapun pengertian
motivasi belajar menurut Sardiman (2018) adalah “Keseluruhan daya penggerak didalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek
belajar itu dapat tercapai”
Uno (2017), mengatakan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan internal dan
eksternal pada siswa-siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku,
pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.
Dari beberapa pengertian motivasi belajar menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa motivasi belajar merupakan dorongan yang timbul baik dari dalam maupun dari luar diri
siswa, yang mampu menimbulkan semangat dan kegairahan belajar serta memberikan arah
pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.

b. Fungsi Motivasi Belajar


Menurut Sardiman A.M (2018), “Hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada
motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi
motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa”. Sehubungan
dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi yang dikemukakan oleh Sardiman A.M (2018),
yaitu:

7
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan
energi. Motivasi dalan hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan
dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian
motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan
rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan
yang serasi guna mencapai tujuan. Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan
harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan
waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

Selanjutnya, Sukmadinata (2011), mengatakan bahwa motivasi memiliki 2 fungsi,


yaitu :
1. Mengarahkan (directional function)
Dalam mengarahkan kegiatan, motivasi berperan mendekatkan atau menjauhkan
individu dari sasaran yang akan dicapai. Apabila sasaran atau tujuan merupakan sesuatu
yang diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan mendekatkan. Sedangkan bila
sasaran tidak diingingkan oleh individu, maka motivasi berperan menjauhi sasaran.
2. Mengaktifkan dan Meningkatkan Kegiatan (activating and energizing function)
Suatu perbuatan atau kegiatan yang tidak bermotif atau motifnya sangat lemah, akan
dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh, tidak terarah dan kemungkinan besar tidak akan
membawa hasil. Sebaliknya apabila motivasinya besar atau kuat, maka akan dilakukan
dengan sungguh-sungguh, terarah dan penuh semangat, sehingga kemungkinan akan
berhasil lebih besar.
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi berfungsi sebagai
pendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan dan mencapai prestasi. Dengan adanya
usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang melakukan
kegiatan itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik dan sasaran akan tercapai.

c. Indikator Motivasi Belajar

8
Motivasi yang bekerja dalam diri individu mempunyai kekuatan yang berbeda-beda.
Ada motif yang begitu kuat sehingga menguasai motif-motif lainnya. Adapun motif yang
paling kuat adalah motif menjadi sebab utama tingkah laku individu saat tertentu. Sementara
motif yang lemah hamper tidak mempunyai pengaruh pada tingkah laku individu. Motif yang
kuat pada suatu saat akan menjadi sangat lemah karena ada motif yang lebih kuat pada saat itu.
Adapun indikator motivasi belajar menurut Sardiman (dalam Susanto, 2018) adalah
sebagai berikut:
1. Tekun menghadapi tugas, artinya siswa dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu
yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai.
2. Ulet menghadapi kesulitan, artinya siswa tidak lekas putus asa dalam menghadapi
kesulitan. Siswa bertanggung jawab terhadap keberhasilan dalam belajar dan
melaksanakan kegiatan belajar.
3. Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah, artinya berani menghadapi
masalah dan mencari jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi. Misalnya masalah
ekonomi, pemberantasan korupsi dan lain sebagainya.
4. Lebih senang bekerja mandiri, artinya tanpa harus disuruh pun, ia akan mengerjakan apa
yang menjadi tugasnya.
5. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin atau hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang
begitu saja, sehingga kurang kreatif.
6. Dapat mempertahankan pendapatnya dengan rasional, artinya sudah yakin akan sesuatu.
7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya, artinya ia percaya dengan apa yang
dikerjakannya.
8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Apabila seseorang telah memiliki karakteristik sebagaimana telah disebutkan di atas,


maka berarti seseorang itu telah memiliki motivasi belajar yang tinggi.Mempunyai motivasi
belajar sesuai dengan karakteristik ini menjadi sangat perlu di dalam kegiatan belajar apabila
ingin berhasil dengan baik. Aktivitas belajar yang dilakukan siswa dengan serius, tekun, ulet,
dan melekat untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugas dapat membantu siswa memecahkan
berbagai masalah dan hambatan secara mandiri, siswa yang belajar dengan baik tidak akan
terjebak pada sesuatu yang terjadi secara terus-menerus.

9
Uno (2017) menyebutkan bahwa indikator motivasi belajar adalah sebagai berikut:
1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
Hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar pada umumnya disebut motif
berprestasi. Dimana motif berprestasi merupakan motif untuk berhasil dalam melakukan
suatu tugas atau pekerjaan. Seorang siswa mempunyai motivasi berprestasi tinggi
cenderung untuk menyelesaikan tugasnya dengan cepat tanpa menunda-nunda pekerjaan.
2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
Penyelesaian suatu tugas tidak selamanya dilatar belakangi oleh hasrat dan keinginan
berhasil. Kadang seseorang dalam menyelesaikan tugasnya karena adanya dorongan
menghindari kegagalan. Siswa dalam mengerjakan tugasnya dengan tekun karena apabila
tidak dikerjakan atau tidak dapat menyelesaikan tugasnya, maka tidak akan mendapatkan
nilai dari gurunya atau di olok-olok oleh temannya bahkan akan dimarahi oleh orang
tuanya.
3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan
Siswa yang ingin mendapatkan nilai pelajarannya tinggi atau ingin mendapatkan
ranking di kelas, maka akan belajar dengan tekun dan menyelesaikan setiap tugas yang
diberikan oleh guru dengan tuntas.
4. Adanya penghargaan dalam belajar
Adanya pernyaataan verbal seperti pujian atau penghargaan lainnya terhadap perilaku
yang baik dan hasil belajar siswa yang baik merupakan cara yang mudah dan efektif dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa.
5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
Simulasi maupun permainan merupakan salah satu kegiatan yang menarik dalam
belajar. Suasana yang menarik menyebabkan proses belajar menjadi bermakna, dimana
akan selalu diingat dan dipahami. Dengan adanya kegiatan yang menarik tersebut juga
dapat memotivasi dan menggairahkan siswa untuk belajar sehingga siswa menjadi aktif di
kelas.
6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat
belajar dengan baik
Lingkungan belajar yang kondusif yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan
tempat proses pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dan mendukung keberlangsungan

10
proses pembelajaran. Dengan adanya lingkungan belajar yang kondusif seperti keadaan
kelas yang bersih, tertata rapi, tidak bising, suasana kelas yang nyaman dan sebagainya
dapat membangkitkan motivasi belajar siswa dan menjaga siswa tetap fokus dalam belajar.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa indikator motivasi
belajar yaitu ketekunan dalam mengerjakan tugas, tertarik terhadap bermacam masalah dan
memecahkannya. Motivasi belajar juga dapat didorong dengan adanya penghargaan, kegiatan
yang menarik, dan lingkungan belajar yang kondusif. Seorang siswa yang senantiasa memiliki
motivasi belajar yang tinggi, akan melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan belajar.

d. Peran Motivasi Belajar


Menurut Uno (2013), peran motivasi dalam belajar dan pembelajaran ada 3, yaitu:
1. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar Motivasi dapat berperan dalam
penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang
memerlukan pemecahan, dan hanya dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah
dilaluinya.
2. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar Peran motivasi dalam memperjelas
tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar
sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati
manfaatnya bagi anak.
3. Motivasi menentukan ketekunan belajar Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar
sesuatu, akan berusaha mempelajarinya degan baik dan tekun, dengan harapan
memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi untuk belajar
menyebabkan seseorang tekun belajar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran motivasi belajar dalam
pembelajaran yaitu peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar, peran motivasi dalam
memperjelas tujuan belajar, Motivasi menentukan ketekunan belajar.

e. Jenis-Jenis Motivasi Belajar


Menurut Sardiman (2014) jenis Motivasi Belajar yaitu:

11
1. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu.
2. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat dua jenis Motivasi
Belajar yaitu motivasi intrinsik (dalam diri siswa) dan motivasi ekstrinsik (luar diri siswa).

f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar


Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembanga, artinya
terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa. Menurut Syamsu Yusuf
dalam skripsi Rima Rahmawati (2016), motivasi belajar dapat timbul karena beberapa faktor,
yaitu :
1. Faktor Internal
(a) Faktor fisik
Faktor fisik merupakan faktor yang mempengaruhi dari tubuh dan penampilan
individu. Faktor fisik meliputi nutrisi (gizi), kesehatan dan fungsi-fungsi fisik terutama
panca indera.
(b) Faktor Psikologis
Faktor psikologis merupakan faktor intrinsik yang berhubungan dengan aspek-
aspek yang mendorong atau menghambat aktifitas belajar pada siswa. Faktor ini
menyangkut kondisi rohani siswa.
2. Faktor Eksternal
(a) Faktor Sosial
Faktor sosial merupakan faktor yang berasal dari manusia disekitar lingkungan
siswa. Meliputi guru, teman sebaya, orang tua, tetangga dan lain sebagainya.
(b) Faktor Non Sosial
Faktor non sosial merupakan faktor yang berasal dari kondisi fisik disekitar siswa.
Meliputi keadaan udara (cuaca panas atau dingin), waktu (pagi, siang atau malam),
tempat (sepi, bising atau kualitas sekolah tempat belajar siswa), dan fasilitas belajar.

12
Adapunmenurut Dimyati dan Mudjiono (2015), unsur yang mempengaruhi motivasi
belajar, yaitu :
1. Cita-cita dan aspirasi siswa
Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik. Sebab
tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.
2. Kemampuan siswa
Keinginan seorang siswa perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan
mencapainya. Seacra ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat
notivasi siswa untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangannya.
3. Kondisi siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi
belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar atau marah-marah akan mengganggu
perhatian belajar. Sebaiknya, seorang siswa yang sehat, kenyang dan gembira akan
memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran. Dengan demikian, kondisi jasmani dan
rohani siswa berpengaruh pada motivasi belajar.
4. Kondisi lingkungan siswa
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan
sebaya dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat, maka siswa dapat
terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh,
perkelahian antar siswa akan mengganggu kesungguhan belajar. Sebaliknya, kampus
sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun akan memperkuat motivasi belajar.
Dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib dan indah, maka semangat dan motivasi
belajar mudah diperkuat.
5. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
Lingkungan belajar dan pergaulan siswa mengalami perubahan. Lingkungan budaya
siswa yang berupa televisi dan film semakin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan
tersebut mendinamiskan motivasi belajar. Guru professional diharapkan mampu
memanfaatkan sumber belajar di sekitar sekolah untuk memotivasi belajar siswa.
6. Upaya guru membelajarkan siswa

13
Upaya guru dalam mempersiapkan diri untuk membelajarkan siswa mulai dari
penguasaan materi, cara menyampaikan materi, menarik perhatian siswa dan mengevaluasi
hasil belajar siswa. Bila upaya guru hanya sekedar mengajar, artinya keberhasilan guru
yang menjadi titik tolak, besar kemungkinan siswa tidak tertarik untuk belajar sehingga
motivasi belajar siswa menjadi lemah atau kurang.

2.2 Think Pair Square


a. Pengertian TipeThink Pair Square
Pembelajaran think pair square(Rahmi, 2018)merupakan tipe pembelajaran kooperatif
yang bertujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berinteraksi dengan siswa
lainnya, sehingga memacu siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran
inimemberikan siswa kesempatan untuk berdiskusi bersama teman sebangkunya. Apabila
dalam diskusi tersebut belum menemukan solusi yang relevan, maka diskusi dapat dilakukan
penggabungan 2 kelompok diskusi untuk menyampaikan pendapat masing-masing. Namun,
jika 2 kelompok tersebut belum menemukan solusi yang tepat, mereka dapat menggabungkan
pendapat mereka untuk mendapatkan solusi yang tepat dan relevan. Melalui tahap think
(berpikir)
Ada berbagai tipe model pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah pembelajaran
kooperatif tipe think pair square. Model pembelajaran kooperatif tipe think pair square ini
merupakan modifikasi dari model pembelajaran kooperatif tipe tink pair share dan
dikembangkan oleh Frank Lyman pada tahun 1981.
Metode ini memperkenalkan gagasan tentang waktu tunggu atau berfikir (wait of think
time) pada elemen interaksi pembelajaran kooperatif yang saat ini menjadi salah satu faktor
ampuh dalam meningkatkan respon siswa terhadap pertanyaan.

b. Manfaat Think Pair Square


Adapun beberapa manfaat think pair square, yaitu :
1. Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain.
2. Mengoptimalkan partisipasi siswa.
3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada
orang lain.

14
Model pembelajaran tipe think pair squareterjadi pengelompokkan dua kali. Menurut
(Lie, 2008) ada 4prosedur utama pada pembelajaran kooperatif tipe think pair square, yaitu:
1. Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua
kelompok.
2. Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas itu sendiri.
3. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan
pasangannya
4. Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat; Siswa mempunyai
kesempatan membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat.

Pengelompokan dua kali pada model pembelajaran think pair square bertujuan untuk
mengoptimalkan lebih banyak ide yang dikeluarkan oleh siswa baik saat berpasangan maupun
saat berkelompok berempat dan siswa menjadi lebih mudah dalam merekontruksi
pengetahuannya. Pada saat pair siswa berdiskusi secara berpasangan berdua sehingga interaksi
antar kedua peserta menjadi lebih dekat. Bagi siswa yang masih pemalu untuk berkontribusi
menjadi lebih terdorong dalam mengeluarkan pemikirannya karena hanya berdiskusi dengan
seorang teman yang lain. Sehingga berbagi pemahaman antar teman menjadi lebih efektif.
Namun jika diskusi hanya dilakukan dua orang maka pengetahuan yang terbentuk masih
kurang atau terbatas. Sehingga dilakukanlah pengelompokan lagi dengan 4 orang anggota
(square). Pengelompokkan ini bertujuan agar pemahaman siswa mengenai materi yang
dipelajari menjadi lebih luas dan ide yang didapatkan untuk menyelesaikan permasalahan
menjadi lebih banyak.
Berikut ini merupakan penjelasan tentang empat tahapan model think pair square
menurut (Lie, 2008) yaitu:
1. Tahapan pendahuluan Guru memberikan motivasi, penggalian pengetahuan awal, dan cara
pelaksanaan model pembelajaran, kemudian guru membagi siswa dalam kelompok
berempat dan membuat pasangan diskusi dalam setiap kelompok.
2. Tahap think (berfikir) Setiap siswa diberikan kesempatan untuk membaca, memahami,
memikirkan kemungkinan jawaban dan membuat catatan kecil tentang hal- hal yang tidak
dipahami atau informasi yang berhubungan dengan tugas. Tahap ini siswa diberikan
kesempatan terlebih dahulu secara individual untuk mengungkapkan ide pikirannya sendiri

15
terhadap suatu permasalahan.Kegiatan ini bertujuan untuk memacu siswa untuk
memberikan respon terhadap ide-ide yang ada di dalam LKS dengan bahasanya sendiri.
3. Tahap pair (berpasangan) Siswa berpasangan dengan teman yang sudah ditentukan untuk
menjadi pasangannya. Dalam tahap ini siswa mendidkusikan kemungkinan jawaban atau
hal-hal yang diperoleh dari tahap think. Dengan berpasangan keaktifan siswa bisa lebih
dioptimalkan, sehingga kemampuan siswa bisa lebih ditingkatkan.
4. Tahap square Pasangan bergabung dengan pasangan yaang lain dalam satu kelompoknya
sehingga membentuk kelompok berempat. Kemudian kelompok ini mendiskusikan tugas-
tugas yang belum diselesaikan atau yang belum dipahami. Tahap ini bertujuan agar konsep
yang didapat lebih kuat dan dapat menetapkan hasil akhir jawaban kelompoknya.

Berdasarkanuraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe


think pair square merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang melibatkan kerja
sama antar siswa dalam kelompok kecil yang heterogen dengan melakukan beberapa tahapan
pengelompokan yaitu think, pair dan square guna mencapai tujuan bersama dalam menemukan
secara komprehensif konsep-konsep yang sulit. Model pembelajaraan kooperatif tipe think pair
square ini digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep, komunikasi dan mendorong
siswa untuk berbagi informasi dengan siswa lain.

c. Kelebihan danKekurangan Model Pembelajaran Tipe Think Pair Square


1. Kelebihan Model Pembelajaran Tipe Think Pair Square (Menurut Lie, 2008), antara lain:
(a) Meningkatkan partisipasi siswa.
(b) Mudah dipecah menjadi pasangan.
(c) Lebih banyak ide yang muncul.
(d) Guru lebih mudah memonitor.
(e) Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok.
(f) Interaksi lebih mudah.
2. Kekurangan Model Pembelajaran Tipe Think Pair Square (Menurut Hamdayama, 2014),
antara lain :
(a) Siswa tidak selamanya mudah untuk mengatur cara berpikir yang sistematis.
(b) Bergantung pada pasangan.

16
(c) Kelas akan menjadi rebut dan tidak teratur apabila terjadi perselisihan dalam
kelompok yang tidak terkontrol oleh guru.
(d) Apabila jumlah murid ganjil akan sulit untuk membentuk kelompok karena ada satu
orang yang tidak mempunyai pasangan.

17
BAB III
PELAKSANAAN
3.1 Deskripsi Tempat Pelaksanaan
SMA Darut Taqwa Sengonagung, Purwosari, Pasuruan merupakan salah satu lembaga
pendidikan formal di tingkat SLTA yang berada di bawah naungan Yayasan Darut Taqwayang
dipimpin oleh KH. Sholeh Bahruddin (Pengasuh Pondok Pesantren Ngalah). SMA Darut
Taqwa berdiri sejak tahun 1999 hingga saat ini. Awal mula berdirinya SMA Darut Taqwa ini
dilatar belakangi oleh kurang optimalnya sekolah SMA swasta di Kecamatan Purwosari, karena
dari beberapa sekolah yang ada jika dilihat menejemen dan administrasinya tahun demi tahun
merosot dan bahkan banyak SMA yang bubar. SMA Darut Taqwa memiliki tiga program
jurusan yaitu, IBB (Ilmu Bahasa dan Budaya), MIA (Matematika dan Ilmu Alam), dan IIS
(Ilmu-Ilmu Sosial). SMA Darut Taqwa terdapat 807 siswa dan 24 kelas. Berikut merupakan
pembagian siswa berdasarkan kelas dan jurusan masing-masing :
No. Kelas Program Jurusan Jumlah Siswa Jumlah Kelas
1. X IBB 23 1
2. X MIA 159 4
3. X IIS 117 3
4. XI IBB 26 1
5. XI MIA 138 4
6. XI IIS 122 4
7. XII IBB 20 1
8. XII MIA 107 3
9. XII IIS 95 3
Tabel 1. Tabel Pembagian Siswa Berdasarkan Kelas dan Tiap Jurusan
Ada beberapa kegiatan yang ada di SMA Darut Taqwa, yaitu :
a. Jenis kegiatan umum :
1. Kegiatan akademik di sekolah. Meliputi: cara guru mengajar dan identifikasi masalah
dalam pembelajaran.
2. Kegiatan administrasi sekolah. Meliputi: administrasi guru, pengelolaan daftar hadir
guru dan pegawai, pengelolaan daftar hadir siswa, dan lain-lain.
3. Kegiatan non-akademik, seperti ekstrakulikuler.
a. Jenis kegiatan Bimbingan dan Konseling :
1. Struktur organisai personil Bimbingan dan Konseling disertai uraian tugas pokok dan
fungsinya.
2. Menangani siswa-siswi yang sering melanggar, seperti bolos sekolah, datang

18
terlambat, merokok dilingkungan sekolah, dan lain-lain.
3. Satuan layanan yang dibuat oleh guru Bimbingan dan Konseling di sekolah.
4. Sarana dan prasarana kegiatan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah.

Adapun Visi dan Misi yang dimiliki oleh SMA Darut Taqwa :
Visi :
a. Kualitas dalam Prestasi.
b. Luhur dalam budi pekerti berlandaskan Iman dan Taqwa.
c. Berpedoman pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Misi :
a. Meningkatkan kegiatan pembelajaran secara Kreatif, Inovatif dan Profesional.
b. Mengembangkan semua potensi peserta didik dalam hal olahraga dan olah pikir serta olah
rohani.
c. Mengembangkan sarana dan prasarana pembelajaran.
d. Meningkatkan manajemen organisasi pembelajaran.
e. Meningkatkan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan nasionalisme berbangsa.

19
3.2 Struktur Organisasi Lembaga
Struktur Organisasi lembaga di SMA Darut Taqwa adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Struktur Organisasi Lembaga di SMA Darut Taqwa

Ketua Yayasan Darut Taqwa

H. Sholihudin

Dinas Pendidikan Komite

Kepala Sekolah

Lutfi,S.Pdi.,S.E.,MM

Bendahara Kepala Tata Usaha

Hidayatul Fitria,S.Pdi Abrori,S.Kom

Waka Kurikulum Waka Humas

Arif Yuwono,S.Pd Nur Qomari,S.Sos

Waka Kesiswaan Waka Sarpras

Abdul Ghofur, M.Pd Sholehudin,S.Pd

WALI KELAS DEWAN GURU BP / BK TATIB

SISWA

Gambar 1. Struktur Organisasi Lembaga di SMA Darut Taqwa

20
Struktur unit asistensi mengajar di SMA Darut Taqwa adalah sebagai berikut :

Kepala Sekolah

Lutfi,S.Pdi.,S.E.,MM

Guru BK Kelas X Guru BK Kelas XI Guru BK Kelas XII

Badrus Firgiantiningsih,S.Psi.,M.Psi Drs. Abdul Muhaimin

Fa’idatul Ma’rufah Serly Amria Putri Mar’atus Solichah

(Kelas X MIA 2, kelas (Kelas X IBB, kelas X


(Kelas X IIS 2, Kelas
X MIA 3, kelas XI IIS MIA 1, kelas X MIA 4,
X IIS 2, Kelas XI IIS
3, kelas XI IIS 2, kelas kelas X IIS 1, kelas XI
1 , Kelas XI MIA 2,
XI IBB, kelas XI MIA MIA 3 , kelas XI IIS 4)
Kelas XI MIA 4)
1)

SISWA

Gambar 2. Struktur Unit Asistensi Mengajar di Satuan Pendidikan

21
3.3 Kegiatan Asistensi Mengajar
Dalam program praktik asistensi mengajar di lembaga satuan pendidikan terdapat
beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh asistensi mengajar untuk membantu kinerja
lembaga, yaitu :
a. Menyusun Perangkat Pembelajaran (media, metode, bahan ajar sesuai dari panduan RPP)
Kegiatan ini memiliki deskripsi bahwa mahasiswa asistensi mengajar dapat menyusun
perangkat pembelajaran. Perangkat tersebut adalah penyusunan RPP, penentuan media, bahan
ajar dan evaluasi penilaian yang akan digunakan pada pelaksanaan pembelajaran. Mahasiswa
asistensi mengajar juga dibekali dalam bentuk kemampuan merancang persiapan pembelajaran
yang akan dilaksanakan dengan matang.
b. Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan ini memiliki deskripsi bahwa mahasiswa mempraktikan pembelajaran yang
berkualitas. Kualitas pembelajaran dilihat dari proses pembelajaran dan output pembelajaran.
Mahasiswa asistensi mengajar juga dibekali tentang praktik pelaksanaan mengajar yang
berkualitas sesuai dengan kompetensi bidang studinya. Dalam hal ini, mahasiswa asistensi
mengajar menggunakan model pembelajaranthink pair square. Tujuannya agar memudahkan
siswa untuk meningkatkan motivasi belajar
c. Administrasi Sekolah
Kegiatan ini memiliki deskripsi bahwa mahasiswa asistensi mengajar membantu dalam
administrasi sekolah yaitu input data siswa-siswi di satuan pendidikan tersebut. Kegiatan
tersebut dilakukan ketika mahasiswa asistensi mengajar tidak ada jam untuk mengisi ke kelas.
d. Pelayanan Siswa dalam Bimbingan Konseling
Kegiatan ini memiliki deskripsi bahwa mahasiswa asistensi mengajar dapat melayani
siswa dalam bimbingan konseling. Bimbingan konseling disini dapat berupa curhat tentang
broken home, kebingungan memilih jurusan untuk kuliah, konflik dengan orang tua dan lain
sebagainya.
e. Menjaga Ujian PTS
Kegiatan ini memiliki deskripsi bahwa mahasiswa asistensi mengajar ditugaskan untuk
menjaga ujian PTS ketika ada pengawas yang berhalangan hadir.
f. Menangani Alpha Siswa

22
Kegiatan ini memiliki deskripsi bahwa asistensi mengajar menangani siswa-siswi yang
sudah melebihi poin ketentuan sekolah, maka akan diklarifikasi di ruang BK untuk
menjelaskan alasan tidak masuk dan terlambat itu karena apa.

3.4 Sasaran Kompetensi/Fokus Asistensi Mengajar


Sasaran dalam kompetensi mengajar di satuan pendidikan yakni berfokus pada
meningkatkan motivasi belajar siswa pada saat kegiatan belajar mengajar di dalam kelas
dengan menggunakan metode Think Pair Square.

3.5 Prosedur Pelaksanaan


Pelaksanaan kegiatan MBKM asistensi mengajar ini melalui beberapa tahap,
diantaranya sebagai berikut :
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, asistensi mengajar menyiapkan perizinan ke lembaga serta mengantar
surat izin yang telah disiapkan. Selanjutnya, melakukan pengenalan lapangan atau observasi ke
lembaga yang dilakukan oleh mahasiswa asistensi mengajar. Tujuan dari pengenalan lapangan
agar mahasiswa asistensi mengajar mampu menyesuaikan diri secara baik dengan lingkungan
sekolah yang menjadi lokasi MBKM mahasiswa asistensi mengajar. Pelaksanaan pengenalan
lapangan atau observasi dimulai sejak dosen pembimbing lapangan memberikan intruksi
kepada mahasiswa asistensi mengajar untuk segera melaksanakan tugas yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Hal utama yang harus dikenali oleh mahasiswa asistensi mengajar yaitu
bagaimana guru mata pelajaran di sekolah dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Dalam kegiatan pengenalan lapangan ini mahasiswa asistensi mengajar dibimbing untuk
mengenali kondisi lapangan sekolah dengan berpatokan pada hal-hal yang harus diobservasi
seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Dalam mendapatkan data-data yang dibutuhkan
dalam pengenalan lapangan, mahasiswa asistensi mengajar mendapatkannya dari hasil
pengamatan langsung dan wawancara dengan guru di sekolah. Pengenalan lapangan penting
bagi mahasiswa asistensi mengajar agar dapat menyesuaikan diri dengan baik selama
melaksanakan kegiatan MBKM di SMA Darut Taqwa.
b. Tahap Pelaksanaan

23
Pada tahap ini, mahasiswa asistensi mengajar diberikan kepercayaan untuk mengajar
pada mata pelajaran Bimbingan dan Konseling. Dalam kegiatan ini, mahasiswa asistensi
mengajar melakukan observasi di setiap masing-masing kelas yang sudah ditentukan, dalam hal
ini mahasiswa asistensi mengajar melakukan kegiatan MBKM di kelas X IIS 1.
c. Tahap Penutupan
Pada tahap ini, mahasiswa asistensi mengajar pamit undur diridari lembaga bahwa
selesai melaksanakan tugas. Dalam kegiatan ini, mahasiswa asistensi memberikan cindera mata
yang diberikan ke sekolah sebagai tanda kenang-kenangan kegiatan MBKM. Kegiatan ini
melibatkan dosen pembimbing, guru pembimbing lapangan, dan kepala sekolah SMA Darut
Taqwa.

Selanjutnya, pelaksanaan kegiatan asistensi mengajar berikut adalah tahapan kegiatan


yang dilakukan :
a. Tahap Persiapan
Dalam kegiatan MBKM ini mahasiswa asistensi mengajar harus menyiapkan beberapa
perencanaan sebelum memasuki kelas, yaitu :
1. Persiapan Mental
Dalam hal ini, mahasiswa asistensi mengajar harus mempersiapkan mental yang kuat
agar ketika menyampaikan materi di dalaqm kelas bisa tenang, tidak gugup dan dapat
menguasai kelas dengan baik.
2. Persiapan Materi
Dalam hal ini, mahasiswa asistensi mengajar harus mempersiapkan materi sebelum
memasuki kelas. Tujuannya untuk mempermudah saat proses pembelajaran di dalam kelas
serta proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar ketika bahan ajar sudah
dipersiapkan sebelumnya.
3. Menyiapkan absensi kelas.
Dalam hal ini, mahasiswa asistensi mengajar harus mempersiapkan absensensi
karena ketika awal masuk kelas, mahasiswa asistensi mengjar harus mengabsen siswa yang
masuk dan tidak masuk dengan keterangan yang jelas.
4. Belajar merangkai kalimat.

24
Dalam hal ini, mahasiswa asistensi mengajar juga dituntut untuk belajar merangkai
kosakata agar menghasilkan kalimat yang baik. Tujuannya supaya siswa lebih mudah
memahami dengan apa yang telah dijelaskan oleh mahasiswa asistesi mengajar. Sehingga
proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

b. Tahap Pelaksanaan
1. Kegiatan Awal
Pada tahap ini, kegiatan awal di dalam kelas dimana mahasiswa asistensi mengajar
memberikan salam dan siswa dipersilahkan untuk berdoa terlebih dahulu sebelum dimulai
KBM yang dipimpin oleh ketua kelas. Selain itu, mahasiswa asistensi mengajar juga
menyapa siswa dengan menanyakan kabar serta mengabsen siswa yang masuk atau tidak
masuk dikarenakan izin, sakit atau tanpa keterangan. Mahasiswa asistensi mengajar juga
mereview materi yang sudah didapatkan pada pertemuan sebelumnya.
2. Kegiatan Inti
Pada tahap ini, mahasiswa asistensi mengajar memberikan beberapa materi
Bimbingan dan Konseling dengan menggunakan metode think pair square. Tujuannya
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa saat di dalam kelas. Oleh karena itu sebelum
mengukur motivasi belajar siswa, mahasiswa asistensi mengajar memberikan sebuah pree-
test untuk mengukur seberapa besar motivasi belajar siswa dalam kelas tersebut.
Pembelajaran think pair square merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang
bertujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berinteraksi dengan siswa
lainnya, sehingga memacu siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran
inimemberikan siswa kesempatan untuk berdiskusi bersama teman sebangkunya. Apabila
dalam diskusi tersebut belum menemukan solusi yang relevan, maka diskusi dapat
dilakukan penggabungan 2 kelompok diskusi untuk menyampaikan pendapat masing-
masing. Namun, jika 2 kelompok tersebut belum menemukan solusi yang tepat, mereka
dapat menggabungkan pendapat mereka untuk mendapatkan solusi yang tepat dan relevan.
Melalui tahap think (berpikir) siswa didorong untuk berpikir secara individu, kemudian
pair (berpasangan) siswa didorong untuk mengungkapkan pendapat dan square (berbagi
berempat) gabungan dari 2 pasang kelompok berdiskusi serta berbagi pendapat bersama.

25
Untuk lebih jelasnya, urutan dari pelaksanaan pembelajaran think pair square
(menurut Lie, 2007), yakni :
Langkah- Kegiatan Pembelajaran
langkah
Tahap 1 Mahasiswa asistensi mengajar memotivasi siswa untuk
Pendahuluan mengikuti pembelajaran
Siswa memperhatikan penjelasan mengenai tujuan
pembelajaran
Mahasiswa asistensi mengajar memberikan topik diskusi
kepada siswa
Tahap 2 Mahasiswa asistensi mengajar mengarahkan siswa untuk
Think berpikir mengenai topik yang telah dibagikan
Mahasiswa asistensi mengajar membatasi waktu siswa
untuk berpikir mengenai kemungkinan solusi yang akan
diberikan
Tahap 3 Mahasiswa asistensi mengajar mengarahkan siswa untuk
Pair berpasangan dengan teman sebangku
Siswa diminta berdiskusi mengenai solusi yang telah dibuat
pada tahap akhir
Tahap 4 Mahasiswa asistensi mengajar menggabungkan 2 kelompok
Square (4 siswa) untuk berdiskusi mengenai topik yang telah
dibagikan sebelumnya
Masing-masing siswa didorong untuk menyampaikan
pendapatya
Di akhir tahap square siswa menentukan solusi atau
jawaban dari permasalahan yang diberikan oleh mahasiswa
asistensi mengajar
Tahap 5 Mahasiswa asistensi mengajar menunjuk beberapa
Diskusi Kelas kelompok untuk memaparkan hasil diskusi didepan kelas
untuk ditanggapi oleh teman yang lain.
Tahap 6 Mahasiswa asistensi mengajar melakukan penilaian kepada
Penghargaan siswa secara individu maupun kelompok

Tabel 2. Tabel Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Think Pair Square


Pembelajaran think pair square memiliki tujuan memotivasi siswa untuk berinteraksi
dalam kegiatan diskusi kelompok. Selain itu, model pembelajaran ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan akademis serta tingkat kefahaman siswa tentang konsep-konsep
pembelajaran. Tujuan khusus untuk metode pembelajaran ini yaitu meningkatkan motivasi
siswa pada saat kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
3. KegiatanAkhir

26
Mahasiswa asistensi mengajar menyampaikan kesimpulan dari materi yang sudah
didiskusikan oleh masing-masing kelompok. Selain itu, tidak lupa untuk tetap memotivasi
siswa agar selalu semangat dalam belajar.serta ditutup dengan do’a dan salam.
c. Tahap Penutupan
Pada tahap ini, mahasiswa asistensi mengajar mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan
berdo’a dan memberikan salam sebagai penutup.

27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Proses pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data dilakukan di SMA Darut Taqwa
Sengonagung Purwosari Pasuruan. Metode pembelajaran yang digunakan yaitu model
pembelajaran Think Pair Square, khususnya pada mata pelajaran Bimbingan dan Konseling di
kelas X IIS 1 yang terdiri dari 39 siswa.
Sebelum melaksanakan penelitian, mahasiswa asistensi mengajar telah melakukan
observasi langsung ke sekolah untuk melihat situasi dan kondisi sekolah. Selain itu, mahasiswa
asistensi mengajar juga melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran Bimbingan dan
Konseling tentang kelas yang akan dilakukan penelitian. Kemudian, mahasiswa asistensi
mengajar mempersiapkan instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data yang
terdiri dari membuat metode pembelajaran, pretest, memberikan treatment, posttest, serta
membuat lembar observasi aktivitas siswa ketika di dalam kelas.
b. Deskripsi Hasil Penelitian
Mahasiswa asistensi mengajar menyusun beberapa rancangan yang akan digunakan
untuk penelitian, pada mata pelajaran Bimbingan Konseling dengan menggunakan model
pembelajaran Think Pair Square. Kemudian mahasiswa asistensi mengajar juga
mempersiapkan beberapa materi untuk bahan diskusi kelompok, serta menyiapkan lembar
observasi aktivitas siswa pada setiap pertemuan. Setelah semua instrumen penelitian disusun,
kemudian mahasiswa asistensi mengajar melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing
serta dikonsultasikan kepada guru Bimbingan Konseling kelas X IIS 1.
1. Hasil Pretest
Berdasarkan hasil pretest, dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa di kelas X IIS 1
rendah. Dapat di persentasekan dalam diagram berikut ini :

Motivasi Belajar
Motivasi
Belajar Tinggi Motivasi Belajar Tinggi
Motivasi 38% Motivasi Belajar
Belajar
Rendah Rendah
62% 28
Gambar 1. Diagram PieMotivasi Belajar Siswa dari Hasil Pretest
Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar di kelas X IIS 1 lebih
banyak motivasi belajar rendah daripada motivasi belajar tinggi. Sebagian siswa, memiliki
motivasi yang rendah karena ketika KBM banyak yang keluar masuk kelas dengan alasan ke
kamar mandi. Selain itu, banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan materi yang
disampaikan, sehingga siswa lebih banyak ngobrol dengan temannya. Hal tersebut juga dapat
dilihat dari hasil observasi yang telah dilakukan pada setiap pemberian treatment ketika proses
pembelajaran.
2. Hasil Obsevasi pada saat Pemberian Treatment
Berikut hasil dari beberapa observasi yang dilakukan terkait peningkatan motivasi
belajar siswa :
(a) Pemberian treatment pertama
Pada pemberian treatment pertama ini, siswa masih banyak yang masih keluar masuk
kelas, tidak bisa mengikuti pelajaran dengan tenang, banyak yang ngobrol dengan
temannya, banyak yang mengantuk meskipun dalam forum diskusi. Jika dipersentasekan
hampir 63% siswa yang melakukan kegiatan yang tidak mendukung motivasi belajar.
(b) Pemberian treatment kedua
Pada pemberian treatment kedua ini, masih 45% siswa yang melakukan kegiatan yang
tidak mendukung motivasi belajar. Kondisi kelas belum bisa kondusif, karena dari
beberapa siswa ada yang masih tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Beberapa
siswa masih ada yang melakukan pelanggaran, seperti keluar kelas alasan ke kamar mandi,
ketika diberi tugas diskusi ada beberapa yang tidak mau berdiskusi dan mengandalkan
anggota lainnya.
(c) Pemberian treatment ketiga

29
Pada pemberian treatment ketiga ini, 20% siswa yang masih melakukan kegiatan yang
tidak mendukung motivasi belajar. Dalam hal ini, siswa sudah ada penurunan, dan
motivasi belajar siswa mulai meningkat meskipun tidak semuanya, tetapi sudah ada
perubahan pada setiap pemberian treatment.
(d) Pemberian treatment keempat
Pada pemberian treatment keempat ini, menyisakan 1 anak yang masih keluar masuk
kelas, serta terdapat 3 anak yang pasif di dalam kelas. Dalam hal ini, dapat disimpulkan
bahwa peningkatan motivasi belajar siswa yang mulai tinggi. Siswa dapat mendengarkan
penjelasan materi yang disampaikan, ketika berdiskusi hampir semua menyampaikan
pendapatnya, siswa tidak ada yang tidur dalam kelas.

3. Hasil Posttest
Setelah diberikan beberapa treatment, siswa diberikan lembaran posttest. Dalam
posttest tersebut juga melampirkan beberapa pertanyaan terbuka terkait model pembelajaran
yang dilakukan. Dari hasilposttest yang telah diisi oleh siswa, dapat dipersentasekan dalam
diagram berikut :

Motivasi Belajar

Motivasi
Belajar Motivasi Belajar Tinggi
Rendah Motivasi Belajar
23% Motivasi Rendah
Belajar
Tinggi
77%

Gambar 2. Diagram Pie Motivasi Belajar Siswa dari Hasil Posttest

4.2 Pembahasan
Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk
belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran.
Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi. Jadi pendidikan

30
dan pengajaran akan sangat kesulitan untuk mencapai tujuannya dengan maksimal tanpa
adanya motivasi atau dorongan pada masing-masing individu yang memiliki hubungan dengan
kegiatan pendidikan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sardiman (2018)
yang menyatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek
belajar itu dapat tercapai.
Tingkat motivasi belajar setiap orang berbeda-beda, ada yang memiliki motivasi belajar
tinggi, motivasi belajar yang sedang-sedang saja, adapula tingkat motivasi yang sangat rendah.
Semua itu tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, menurut
Syamsu Yusuf dalam skripsi Rima Rahmawati (2016) yaitu :
3. Faktor Internal
4. Faktor fisik
Faktor fisik merupakan faktor yang mempengaruhi dari tubuh dan penampilan
individu. Faktor fisik meliputi nutrisi (gizi), kesehatan dan fungsi-fungsi fisik terutama
panca indera.
5. Faktor Psikologis
Faktor psikologis merupakan faktor intrinsik yang berhubungan dengan aspek-aspek
yang mendorong atau menghambat aktifitas belajar pada siswa. Faktor ini menyangkut
kondisi rohani siswa.
6. Faktor Eksternal
1. Faktor Sosial
Faktor sosial merupakan faktor yang berasal dari manusia disekitar lingkungan
siswa. Meliputi guru, teman sebaya, orang tua, tetangga dan lain sebagainya.
2. Faktor Non Sosial
Faktor non sosial merupakan faktor yang berasal dari kondisi fisik disekitar siswa.
Meliputi keadaan udara (cuaca panas atau dingin), waktu (pagi, siang atau malam),
tempat (sepi, bising atau kualitas sekolah tempat belajar siswa), dan fasilitas belajar.

Dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, maka ketika proses pembelajaran dapat
dilakukan dengan berbagai macam model pembelajaran, salah satunya yaitu dengan

31
menggunakan model pembelajaran Think Pair Square. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Rahmi, (2018) yang menyatakan bahwaThink Pair Squaremerupakan tipe
pembelajaran kooperatif yang bertujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
berinteraksi dengan siswa lainnya, sehingga memacu siswa untuk aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Berikut manfaat model pembelajaran dengan menggunakan Think Pair Square :
a. Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain.
b. Mengoptimalkan partisipasi siswa.
c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada
orang lain.

32
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa asistensi mengajar yang
dilakukan di SMA Darut Taqwa menunjukkan bahwa banyak siswa yang memiliki motivasi
belajar rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana respon siswa terhadap proses
pembelajaran di kelas. Selain itu, hasil dari observasi pada saat pembelajaran dikelas serta
wawancara dari guru mata pelajaran Bimbingan dan Konselig.
1.2 Saran
a. Bagi Guru
Dari hasil penelitian ini, khususnya bagi guru Bimbingan dan Konseling diharapkan
untuk memilih model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan dalam proses pembelajaran di
kelas. Model pembelajaran yang membangun semangat motivasi belajar siswa, bukan hanya
guru saja yang menjelaskan materi, siswa juga bisa diberi tugas untuk bisa tampil di depan
kelas, supaya siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
b. Bagi Siswa
Dari hasil penelitian ini, khususnya bagi siswa kelas X IIS 1 diharapkan untuk lebih
semangat lagi dalam belajar. Siswa juga diharapkan bisa mengikuti proses pembelajaran aktif
di kelas tanpa keluar masuk dengan alasan apapun.

33
DAFTAR PUSTAKA
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,
2007).

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2012).

Perpustakaan.uns.ac.id, Teori Model Pembelajaran Think pair Square (Diakses pada 26


November 2021), dari file:///C:/Users/ASUS/Downloads/2_BAB%20II.pdf

Perpustakaan Fakultas Psikologi, 2021. Modul Pembelajaran Mengajar di Sekolah. Pasuruan:


Tidak Diterbitkan.

34
LAMPIRAN

35

Anda mungkin juga menyukai