Anda di halaman 1dari 11

Kebebasan Berpendapat di Media Sosial

Sejak Era Reformasi

Sandy Djuda Pratama

20191510032

Sistem Komunikasi Indonesia (B)

Ilmu Komunikasi
Universitas Kebangsaan Republik Indonesia

Jl Terusan Halimun No 37 Bandung

2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Saya panjatkan puji dan syukur kehadirat Nya yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah serta Inayah Nya kepada kami sehingga saya bisa
menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “Kebebasan Berpendapat di Media
Sosial sejak Era Reformasi”

Adapun untuk isi makalah disesuaikan dengan gambaran kondisi di Indonesia


saat ini, dengan mengemukakan pendapat pribadi dan pendapat yang disampaikan
oleh para ahli sesuai dengan bidangnya. saya ucapkan sampaikan terima kasih
kepada dosen mata kuliah “Sistem Komunikasi Indonesia”, Bapak Hasim, S.Sos,
M.I.Kom yang memberikan tugas ini untuk membuat saya terbuka untuk lebih
mengenal pentingnya aturan dalam berpendapat di medisa sosial saat ini di
Indonesia.

Akhir kata kami berharap semoga artikel dalam mata kuliah, Sistem
Komunikasi Indonesia ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk
pembaca.

Bandung , 07 Agustus 2021

i
Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................iii
PENDAHULUAN........................................................................................................iii
1.1 Latar Belakang....................................................................................................iii
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................iv
1.3 Tujuan Penelitan..................................................................................................iv
BAB II............................................................................................................................v
PEMBAHASAN............................................................................................................v
2.1 Pengertian Reformasi............................................................................................v
2.2 Kebebasan Berpendapat pada Era Reformasi.......................................................v
2.3 Sistem Komunikasi yang dibangun oleh Pemerintah Pusat...............................vii
BAB II...........................................................................................................................ix
PENUTUP.....................................................................................................................ix
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................ix
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................ix

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Era reformasi ini merupakan tonggak awal lompatan demokrasi Indonesia menuju
kesempurnaan. Pada awal era tersebut, sistem ketatanegaraan Indonesia ditata ulang
kembali melalui amandemen UUD 1945. Salah satunya, pemilihan Presiden RI. Era
reformasi atau era pasca-Suharto di Indonesia dimulai pada tahun 1998, tepatnya saat
Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 dan digantikan oleh wakil
presiden saat itu, B.J. Habibie.

Sebelum Era Reformasi, rakyat Indonesia tidak dapat mengungkapkan


pendapatnya karena saat itu sistem pemerintah yang masih otoriter sangat ditentukan
di Indonesia. Sekarang Indonesia telah menjadi negara dengan sistem pemerintaha
Demokrasi, yaitu sistem pemerintahan dimana diselenggarakan oleh rakyar ditujukan
oleh rakyar dan untuk rakyat. Kebebasan berpendapat dan berekspresi merupakan
salah satu aspek penting demokrasi. Negara yang demokratis tercermin dari adanya
perlindungan terhadap kebebasan berkumpul, mengemukakan pendapat, dan diskusi
terbuka.

Sistem Pemerintahan inilah yang mendukung kebebasan rakyat untuk


mengungkapkan pendapatnya. Kebebasan berekspresi terdapat dalam Pasal 28, dan
kini dipertegas dalam Pasal 28 dan pasal 28E ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), yang menyatakan “setiap orang berhak
atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat”. Ini bermakna
sejak awal pengakuan atas kebebasan tersebut memiliki sejarah yang sama
panjangnya dengan negara ini lahir.

iii
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Era Reformasi?

2. Apa itu Media Sosial?

3. Bagaimana Kebebasan Berpendapat di media sosial sejak era reformasi?

4. Bagaimana Sistem Komunikasi yang dibangun oleh Pemerintah Pusat?

1.3 Tujuan Penelitan


1. Mengetahui pengertian Era Reformasi

2. Mengetahui pengertian Media Sosial

3. Mengetahui cara mengemukakan Pendapat di media sosial pada Era Reformasi

4. Mengemukakan pendapat perihal Sistem Komunikasi yang di bangun oleh


Pemerintah pusat Indonesia

iv
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Reformasi


Reformasi berasal dari bahasa inggris, yaitu re form “mem-perbaiki” yang berarti
perubahan suatu sistem yang sudah ada pada suatu masa”. Kata-kata reformasi dalam
pemerintahan yang dapat diartikan perubahan/perbaikan suatu sistem dalam
pemerintahan, Dilakukannya reformasi dalam suatu sistem jika dianggap sistem yang
digunakan itu sudah tidak efisien lagi dalam mencapai suatu tujuan. Salah satu tanda
reformasi yang telah dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa di seluruh Indonesia
dalam pemerintahan presiden soeharto adalah runtuhnya rezim orde baru pada tahun
1998
Menurut Samonte dalam (Ismiyarto, 2016: 4) memberikan pemahaman tentang
reformasi “sebagai perubahan-perubahan atau inovasiinovasi dengan penggunaan
perencanaan dan adopsi untuk untuk membuat sistem administrasi sebagai badan atau
agen yang lebih efektif untuk perubahan sosial, sebagai instrument yang baik untuk
membawa persamaan politik, sosial, dan perubahan ekonomi”

2.2 Pengertian Media Sosial


Ardianto dalam buku Komunikasi 2.0 mengungkapkan, bahwa media sosial
online, disebut jejaring sosial online bukan media massa online karena media sosial
memiliki kekuatan sosial yang sangat mempengaruhi opini publik yang berkembang
di masyarakat. Penggalangan dukungan atau gerakan massa bisa terbentuk karena
kekuatan media online karena apa yang ada di dalam media sosial, terbukti mampu
membentuk opini, sikap dan perilaku publik atau masyarakat.

v
2.3 Kebebasan Berpendapat di Media Sosial sejak Era Reformasi
Sebagai  generasi milenial berpendapat adalah merupakan hal yang melekat di
zaman sekarang, di mana kebebasan berpendapat semakin di permudah, mengingat
kita hidup di era teknologi  yang maju dan berkembang  maka semua bisa dengan
mudah untuk disampaikan dengan menggunakan banyak media, dan jika kita
perhatikan hal ini menjadi penting, masyarakat terutama remaja harus sadar
pentingnya kebebasan berpendapat dengan bebas tanpa adanya Batasan dengan tetap
memperhatian pendapat tersebut tidak menyebarkan kebencian dan SARA (Suku Ras
dan Agama).

Sebelum Era Reformasi, rakyat Indonesia tidak dapat mengungkapkan


pendapatnya karena saat itu sistem pemerintah yang masih otoriter sangat ditentukan
di Indonesia. Sekarang Indonesia telah menjadi negara dengan sistem pemerintaha
Demokrasi, yaitu sistem pemerintahan dimana diselenggarakan oleh rakyar ditujukan
oleh rakyar dan untuk rakyat. Sistem pemerintahan inilah yang mendukung kebebasan
rakyat untuk mengungkapkan pendapatnya.

Sistem Pemerintahan inilah yang mendukung kebebasan rakyat untuk


mengungkapkan pendapatnya. Rakyat dapat mengungkapkan pendapatnya melalui
berbagai media, antara laun berbicara di depan public secara langsung, melalui
Lembaga, perwakilan rakyat, surat, dan yang paling modern di era sekarang melalui
media massa atau media sosial yaitu kebebasan pers dalam berpendapat.

Kebebasan berpendapat tentu harus dilakukan dengan cara yang smart atau tepat.


Jangan sampai kebebasan berpendapat ini membuat kita mengemukakan opini
seenaknya sehingga menimbulkan konflik. Perlu diingat juga kita harus beropini
sesuai kapasitas diri dan sesuai fakta dan data yang ada. Melihat hal itu, pada era
reformasi saat ini pemerintah membebaskan masyarakat untuk mengeluarkan
suaranya, dalam bentuk saran, kritik, dan aspirasi dari rakyat untuk pemerintah.
Media sosial sebagai tempat untuk mengeluarkan ekspresi dan pendapat masyarakat.

vi
Bahkan saking dinamisnya, sedikit banyak media sosial juga mempengaruhi
perkembangan media di Tanah Air, khususnya media online.
Hanya dengan menggunakan jari dan gadget mereka, semua ekspresi dan
pendapat bisa dengan mudah didengarkan oleh pemerintah, yang nantinya adalah
menjadi tugas pemerintah untuk mengimplementasikan pendapat yang baik dan
mengontrol pendapat yang buruk untuk kesejahteraan masyarakat. karena hal tersebut
media sosial menjadi tempat paling optimal karena bersifat dua arah, Namun tak
jarang masyarakat saat ini lebih banyak mengeluarkan pendapat “kritik negatif dan
unjaran kebencian” dari pada memuji seseorang atau pemerintah terhadap sesuatu
yang sudah dicapai.
Contoh saat ini yang terjadi di masyarakat, ialah mengeluarkan pendapat negatif
terhadap sistem pemerintah dalam mengurangi kasus positif covid-19 di media sosial,
baik itu dengan postingan ataupun mengisi kolom komentar. masyarakat terus
mencerca upaya pemerintah dengan banyak kebijakan yang dikeluarkan kurang baik
tanpa adanya solusi untuk masyarakat. bahkan tak jarang memberi pendapat secara
langsung dengan gamplang saat sebuah siaran perpajangan PPKM yang
diinformasikan oleh presiden.
Maka dari itu, Kebebasan berpendapat harus memikirkan banyak faktor, apakah
menyinggung masyarakat? Apakah opini kita mengandung sara? Atau rasisme? Hal
ini perlu di pertimbangkan, karna jika salah, bukannya menjadi sesuatu yang positif,
tetapi memicu kontra apalagi di media sosial, semua dapat tersebar dengan cepat.
Maka dari itu ada baiknya kita meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan yaitu
dengan menghindari beropini yang menyulut perpecahan, mengetahui isu secara
detail, menyampaikan pendapat dengan sopan dan santun dan berpendapatlah sesuai
dengan aturan yang sudah ditentukan pemerintah

Sebagai orang yang mempunyai etika dalam berpendapat kita dapat


meminimalisirkan risiko tersebut dengan cara-cara di atas. Jadi, untuk itu tidak ada
yang perlu ditakutkan dalam kebebasan berpendapat namun tetap perlu hati-hati,
obyektif, dan santun agar tidak kelewatan dalam berpendapat. 

2.3 Sistem Komunikasi yang dibangun oleh Pemerintah Pusat

“Komunikasi adalah seni menyampaikan informasi, ide dan sikap seseorang


kepada orang lain” (Edwin Emery). Berdasarkan pendapat tersebut adalah tujuan

vii
komunikasi ialah mendapatkan hasil akhir yang baik dengan melakukan komunikasi
secara dua arah.

Saat ini pemerintah Indonesia dalam melangsukan komunikasi sudah cukup


terbuka dan gamblang, yaitu setiap lapisan masyarakat bisa memberikan apresiasi
mereka terhadap semua sistem pemerintahan yang dilakukan. Tak hanya itu
pemerintah menginformasikan semua kebijakan dalam berkomunikasi yang terjadi
dalam UUD ITE, yang diatur kementerian komunikasi dan informatika.

Dengan berbagai wadah yang disediakan, setiap individu bisa menginformasikan


setiap persoalan dan kendala yang dirasakan saat suatu kebijakan pemerintahan
diimplementasikan. Bisa bersifat positif karena kebijakan yang dilakukan cukup baik,
atau bahkan negatif untuk memberikan masukan kepada pemerintah.

Komunikasi yang dibangun oleh pemerintah yaitu memiliki sistem komunikasi


vertikal. Dimana komunikasi dilakukan secara bertahap dari tingkat tertinggi sampai
masyarakat, begitupun sebaliknya. yaitu pemerintah pusat melakukan rapat koordinasi
terhadap suatu hal dengan jajaran terkait baik salah satunya yaitu DPR sebagai badan
penampung apresiasi masyarakat, yang akhirnya didapatlah sebuah notulen yang
berisikan hasil rapat kordinasi baik itu, tindakan dan plan yang bisa di
implementasikan untuk kesejahteraan masyarakat. Hasil tersebut kemudian
diinformasikan oleh pemerintah pusat ke daerah, dan dikaji serta dipelajari terlebih
dahulu sampai akhirnya bisa diinformasikan kepada masyarakat. begitupun jika
masyarakat mengeluarkan sebuah apresiasi kepada pemerintah daerah kemudian
dikordinasikan dengan pemerintah pusat untuk mengambilan keputusan.

Beda kasusnya dalam kondisi saat ini, semua informasi disampaikan dengan
menggunakan teknologi digital. Sehingga dalam pelaksanaannya pemerintah pusat
dan daerah terus melakukan resume secara berkala, agar seluruh informasi yang
disampaikan bisa diterima oleh masyarakat dengan baik, terutama pada Kawasan
yang masih kekurangan infrastruktur teknologi dan komunikasi dengan jaringan

viii
internet.

BAB II

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam pelaksanakan komunikasi saat ini penggunaan teknologi komunikasi


dan internet sangat berpengaruh, untuk keberhasilan dalam komunikasi. komunikasi
yang dilakukan haruslah secara dua arah dan dilakukan resume secara berkala.

Dalam setiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, masyarakat saat ini


dibebaskan untuk mengapresiakan pendapat mereka baik secara langsung maupun
online. Dengan tetap mengikuti setiap peraturan yang telah dibuat pemerintah dalam
UUD ITE, yang diatur kementerian komunikasi dan informatika.

DAFTAR PUSTAKA

Ismiyarto, 2016, Budaya Organisasi dan Reformasi Birokrasi pada Organisasi Publik
(Teori, Kebijakan, dan Aplikasinya). Alfabeta, Bandung.

Aspikom, Komunikasi 2.0, Yogyakarya: Mata Padi Pressindo, 2011.

Apriyani, Tri. 2020. “kebebasan berpendapat harus disampaikan dengan pandai”

ix

Anda mungkin juga menyukai