RINOSINUSITIS
Oleh:
Indah Paradifa Sari 1010312108
Rezi Amalia Putri 1110312003
PRESEPTOR:
dr. Nirza Warto, Sp.THT-KL
dan sinus paranasal yang menjadi masalah kesehatan yang meningkat secara
nyata. Dari data DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung
dan sinus berada dalam urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau
sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit. Sinus yang paling sering
terkena adalah sinus etmoid dan maksila. Rinosinusitis memiliki gejala minor dan
gejala mayor, pasien dicurigai kuat menderita rinosinusitis jika memenuhi dua
kriteria gejala mayor atau satu gejala mayor dan dua gejala minor atau jika ada
sekret purulen pada pemeriksaan endoskopi nasal. Faktor predisposisi yang paling
umum adalah infeksi saluran pernafasan atas oleh virus maupun alergi. Akibat
terdapatnya infeksi saluran nafas atas akan menimbulkan tekanan negatif di dalam
menetap akan menjadi media yang baik untuk berkembangnya bakteri di dalam
sinus. Untuk terapi pilihan untuk penderita rinosinusitis adalah antibiotik dan
pada bakteri yang menghasilkan betalaktam dapat diberikan antibiotik lini 2 atau
kronis yang tidak membaik setelah diterapi adekuat. Komplikasi yang dapat
2
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Hidung terdiri dari hidung bagian luar berbentuk piramid dengan bagian-
4. Ala nasi.
5. Kolumela.
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi
oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi melebarkan atau
sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang
3
Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke
belakang, dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi
kanan dan kiri. Pintu masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan
Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di
belakang nares anterior disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit
4
Gambar 2. Anatomi Hidung Luar
Tiap kavum nasi mempunyai empat buah dinding, yaitu dinding medial,
lateral, inferior, dan superior. Dinding medial adalah septum nasi yang dibentuk
oleh tulang dan tulang rawan. Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian
tulang rawan dan periostium pada bagian tulang, sedangkan di luarnya dilapisi
Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan letaknya
paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media,
lebih kecil lagi ialah konka superior, sedangkan yang terkecil disebut konka
meatus inferior, medius, dan superior. Pada meatus inferior terdapat muara
(ostium) duktus nasolakrimalis. Pada meatus medius terdapat muara sinus frontal,
sinus maksila dan sinus etmoid anterior. Pada meatus superior terdapat muara
Fisiologi Hidung:1
5
Berdasarkan teori struktural, teori evolusioner dan teori fungsional,
imunologik lokal,
3. Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses bicara
4. Fungsi statik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap
menyebabkan refleks bersin dan napas berhenti, rangsang bau tertentu akan
bentuk bervariasi dan terdiri dari empat pasang sinus, yaitu sinus maksilaris, sinus
a. Sinus maksila
Sinus maksilaris merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus
ini bervolume 6-8 ml, sinus kemudian berkembang dengan cepat dan
etmoid.2
6
b. Sinus frontal
fetus. Sesudah lahir, sinus frontal mulai berkembang pada usia 8-10 tahun
dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20 tahun. Ukuran sinus
frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebar 2,4 cm dan dalamnya 2 cm. Sinus
c. Sinus etmoid
Pada orang dewasa bentuk sinus etmoid seperti piramid dengan dasarnya
di bagi posterior. Ukurannya dari anterior ke posterior 4-5 cm, tinggi 2,4
d. Sinus sfenoid
Sinus ini dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersfenoid. Ukuran
sinus sfenoid, tinggi 2 cm, dalamya 2,3 cm, dan lebarnya 1,7 cm. Volume
7
Gambar 3. Anatomi Sinus Paranasal
Kompleks ostio-meatal
Pada sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu di meatus medius, ada
muara-muara saluran dari sinus maksila, sinus frontal dan sinus etmoid anterior.
Daerah ini rumit dan sempit, dan dinamakan komplek ostio-meatal (KOM), terdiri
dari infundibulum etmoid, resesus frontalis, bula etmoid dan sel-sel etmoid
8
sanggahan, sebab ternyata tidak didapati pertukaran udara yang defenitif
volume sinus pada tiap kali bernafas, sehingga dibutuhkan beberapa jam
untuk pertukaran udara total dalam sinus, lagi pula mukosa sinus tidak
melindungi orbita dan fosa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-
tulang muka. Akan tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan tulang,
resonator yang efektif, lagipula tidak ada korelasi antara resonansi suara
9
Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan
karena mukus ini keluar dari meatus medius, tempat yang paling strategis.
1.2 Definisi
dengan adanya dua atau lebih gejala, salah satunya termasuk hidung
wajah.3
berlangsung lebih dari 12 minggu dimana terdapatnya dua gejala mayor atau satu
1.3 Epidemiologi
dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit tersebut berada pada
urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita
USU/ RSUP H. Adam Malik tahun 2008 didapatkan 296 penderita rinosinusitis
kronis dari 783 pasien yang datang ke Divisi Rinologi RSUP H. Adam Malik
Medan.5 Data dari Divisi Rinologi Departemen THT RSCM Januari-Agustus 2005
10
menyebutkan jumlah pasien rinologi pada kurun waktu tersebut adalah 435
pasien, 69%nya adalah sinusitis. Data dari RSUD Raden Mattaher Jambi tahun
2011, tercatat sebanyak 301 pasien dan tahun 2012 sebanyak 374 pasien yang
menderita rhinosinusitis.6
paranasal, terutama sinus maksila dan sinus etmoid. Secara jelas proses terjadinya
dapat ditentukan secara pasti dan biasanya disebabkan oleh infeksi berbagai
mikroba.8
disebabkan oleh bebagai faktor lokal maupun sistemik, diantaranya infeksi saluran
napas atas, alegi, paparan bahan iritan, kelainan anatomi dan defisiensi imun.
faktor yang dihubungkan dengan kejadian rinosinusitis kronik tanpa polip nasi
11
Manifestasi klinis dari rinosinusitis dibagi dalam gejala mayor dan minor.
Pasien dicurigai kuat menderita rinosinusitis jika memenuhi dua kriteria gejala
mayor atau satu gejala mayor dan dua gejala minor atau jika ada sekret purulen
Gejala Mayor:
2. Hidung tersumbat
3. Ingus kental
5. Gangguan penghidu
6. Demam
Gejala minor:
1. Sakit kepala
2. Napas berbau
3. Batuk
4. Nyeri telinga
1.6 Patofisiologi
12
pada organ tersebut akan terjadi udem sehingga silia tidak dapat bergerak dan
ostium tersumbat. Sehingga pada rongga sinus terjadi tekanan negatif yang
pengobatan. Bila kondisi menetap, rongga sinus yang terisi oleh transudat
merupakan media yang baik untuk tempat tumbuh dan multiplikasi bakteri. Pada
sehingga terjadi obstruksi atau blockade ostium sinus. Obstruksi pada ostium yang
nantinya akan menyebabkan gangguan ventilasi dan dan drainase, resopsi oksigen
yang ada di rongga sinus dan terjadi hipoksia. Permeabilitas kapiler dan sekresi
mengganggu fungsi silia. Silia pada hidung dan sinus merupakan sistem yang
berfungsi untuk proteksi dan melembabkan udara inspirasi dan disebut sebagai
lender untuk dibuang dari hidung kearah posterior dan dari sinus-sinus menuju
ostium dengan jalur yang sudah ditentukan. Dengan terjadinya gangguan fungsi
silia akan terjadi retensi sekresi di sinus yang merupakan suatu media yang baik
13
menjadi aktif dan melepaskan sejumlah sitokin yang berefek aktivasi sel mast, sel
B dan eusinofil. Berbagai sel ini kemudian melanjutkan respon inflamasi dengan
melepaskan lebih banyak mediator kimia yang menyebabkan udem mukosa dan
obstruksi ostium sinus. Rangkaian reaksi bakteri sekunder seperti halnya infeksi
mukosa disertai keusakan silia sehingga ostium sinus menjadi buntu. Mukosa
yang tidak dapat kembali normal setelah inflamasi akut dapat menyebabkan
Secara umum dalam klinis, rinosinusitis dibagi atas rinosinusitis akut dan
rinosinusitis kronik.
kemampatan atau sekret pada hidung (anterior/posterior nasal drip) yang diikuti
oleh nyeri pada wajah/ nyeri tekan dan berkurang atau hilangnya penciuman.
gejala jika keluhan berulang. Jumlah episode serangan akut pada dewasa adalah
<4 kali/tahun dan anak <6 kali/tahun, minimal serangan berlangsung selama 10
hari. Pada penderita rinosinusitis akut dapat ditanyakan gejala alergi seperti
bersin-bersin, rinore, hidung gatal, dan mata gatal dan berair. Rinosinusitis akut
dapat terjadi sekali atau lebih dalam kurun waktu tertentu. Hal ini menunjukkan
14
episode dalam setahun tetapi harus bebas gejala antar episode yang disebut
adanya halangan pada hidung/ sumbatan/ kemampatan atau sekret pada hidung
(anterior/posterior nasal drip) yang diikuti oleh nyeri pada wajah/ nyeri tekan dan
lebih dari 12 minggu. Jumlah episode serangan pada dewasa adalah >4 kali/tahun
dan anak >6 kali/tahun, minimal serangan berlangsung selama 10 hari . Pada
rinosinusitis kronik dapat juga ditanyakan gejala alergi pada penderita. 4,10
1.8 Diagnosis
Pada rhinosinusitis akut terdapat gejala dengan onset yang tiba-tiba. Gejala
yang ditimbulkan dapat berupa hidung tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau pilek
(sekret hidung anterior/ posterior) yang disertai nyeri wajah/ rasa tertekan di
wajah atau penurunan/ hilangnya penghidu, dengan interval bebas gejala bila
dianjurkan. Tanda khas yang ditemukan pada pemeriksaan fisik yaitu adanya pus
di meatus medius (pada sinusitis maksila dan etmoid anterior dan frontal) atau di
meatus superior (pada sinusitis etmoid posterior dan sphenoid). Mukosa udem dan
kantus medius.3,11
15
1.8.2 Rhinosinusitis Kronik
Pada rhinosinusitis kronis terdapat gejala dua atau lebih gejala hidung
tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau pilek (sekret hidung anterior/ posterior) yang
disertai nyeri wajah/ rasa tertekan di wajah atau penurunan/ hilangnya penghidu.
didapatkan udem atau eritem pada meatus media dan jaringan cavum nasi atau
nasal endoskopi, terdapatnya secret nasal atau polip atau pembengkakan polipoid
sinusitis. Kekurangan dari foto polos adalah sering ditemukan hasil positif
16
CT scan dapat dilakukan pada potongan melintang (tanpa kontras) saja.
sehingga MRI tidak dapat mengevaluasi sinusitis pada anak dan kronis.
1.9 Terapi
sinus-sinus pulih secara alami. Ada beberapa obat yang digunakan untuk terapi
rinosinusitis, yaitu
a. Antibiotik
17
Antibiotik merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut bakterial.
ke-2, yaitu cefuroxime 250 mg dua kali perhari, cefaclor 250 mg tiga kali
perhari, cefixime 400mg dua kali perhari, dan cefradine, cefprozil, dan
dosis 500 mg atau 125 mg tiga kali perhari atau ampisilin betalaktam.
b. Dekongestan
14 hari. 4,13
18
c. Anihistamin
d. Kortikosteroid
ditimbulkannya. 4,13
Sinusitis kronik yang tidak sembuh setelah pengobatan yang adekuat dan
frontal dan bedah sinus endoskopi fungsional. Bedah sinus endoskopi fungsional
menjadi pilihan karena memberikan hasil yang lebih memuaskan dan tindakan
lebih ringan dan tidak radikal.14,12 Indikasi untuk dilakukannya FESS adalah
19
Sinusitis kronik disertai kista atau kelainan yang irreversible
Polip ekstensif
Sinusitis jamur
20
Gambar 7. Skema penatalaksanaan rinosinusitis akut pada anak
21
Gambar 9. Skema penatalaksanaan rinosinusitis kronis pada anak
1.10 Komplikasi
antibiotik, komplikasi biasanya terjadi pada kasus sinusitis akut atau sinusitis
kurang gizi dan tidak terjangkau oleh fasilitas kesehatan juga sering terjadi
22
a. Komplikasi intraorbita
di seluruh orbita atau gangguan gerak mata dan gangguan visus hinga
b. Komplikasi intrakranial
Komplikasi intrakranial juga dapat melalui sistem vena, infeksi gigi yang
meluas hingga sinus maksila dan erosi pada tulang yang memisahkan sinus
kejang-kejang.14,12
d. Mukosil (Kista)
23
Sering terjadi pada sinus frontal dan dapat juga terjadi pada sinus maksila,
sekitarnya seperti orbita. Gejala yang dapat timbul adalah sakit kepala dan
BAB II
LAPORAN KASUS
24
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. R
• Umur : 28 tahun
ANAMNESIS
Keluhan Utama: hidung yang makin tersumbat sejak 2 hari yang lalu
25
- Pernah menderita penyakit yang sama dan pernah melakukan
operasi tonsil pada tahun 2008
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Pemeriksaan sistemik
26
Telinga
Membran Timpani
27
Gambar Membran Timpani
Rinne + +
Kesimpulan Normal
Hidung
Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra
Deformitas Tidak ada Tidak ada
Sinus Paranasal
Pemeriksaan Dextra Sinistra
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Rinoskopi Anterior
Vestibulum Vibrise Ada Ada
28
Radang Tidak ada Tidak ada
Edema + +
Konka media Ukuran Sulit dinilai Sulit dinilai
Warna Sulit dinilai Sulit dinilai
Permukaan Sulit dinilai Sulit dinilai
Edema Sulit dinilai Sulit dinilai
Cukup lurus/deviasi Tidak ada deviasi
Permukaan Licin Licin
Warna Merah muda Merah muda
Septum Spina Tidak ada Tidak ada
29
Cukup lapang (N)
Koana Sempit
Lapang
Warna
Mukosa Edema
Jaringan granulasi
Ukuran
Warna
Konka superior
Permukaan
Edema
Adenoid Ada/tidak
Tertutup secret
Muara tuba
eustachius Edema mukosa
Lokasi
Ukuran
Massa
Bentuk
Permukaan
Ada/tidak
Post Nasal Drip
Jenis
30
Permukaan
Muara kripti
Detritus
Eksudat
Peritonsil Warna
Edema
Abses
Karies/radiks +
Gigi
Kesan Higiene oral kurang
Warna Merah muda Merah muda
Bentuk Normal Normal
Lidah Deviasi Tidak ada Tidak ada
Epiglotis
Aritenoid
Ventrikular Band
31
PlikaVokalis
Sinus piriformis
Valekulae
RESUME
(DASAR DIAGNOSIS)
Anamnesis :
- Hidung tersumbat hilang timbul kiri dan kanan sejak 3 tahun yang
lalu. Hidung dirasakan tersumbat terutama pada saat cuaca dingin
- Sering bersin-bersin pada pagi hari atau terkena debu sejak kecil
- Hidung berair, jernih dan tidak berbau sejak 8 tahun yang lalu,
kadang disertai darah apabila pasien mengorek hidung.
- Nyeri di sekitar tulang pipi apabila sujud (+)
- Terasa dahak yang mengalir ke tenggorok (+)
- Nyeri kepala (+)
- Suara sengau (+)
- Riwayat alergi ikan dan antalgin (+)
32
PemeriksaanFisik :
Hidung :
Diagnosis Banding :-
Pemeriksaan Anjuran :
Nasoendoskopi
Terapi :
Prognosis :
Quo ad Vitam : Bonam
33
Quo ad Sanam : Dubia ad Bonam
BAB III
DISKUSI
utama hidung yang makin tersumbat sejak 2 hari yang lalu. Awalnya hidung
tersumbat dirasakan hilang timbul kiri dan kanan sejak 3 tahun yang lalu. Hidung
dirasakan tersumbat terutama pada saat cuaca dingin. Pasien sering bersin-bersin
pada pagi hari atau terkena debu sejak kecil. Hidung berair, jernih dan tidak
berbau sejak 8 tahun yang lalu. Kadang disertai darah apabila pasien mengorek
hidung. Nyeri disekitar tulang pipi apabila pasien sujud. Terasa dahak yang
menglir ke belakang teggorok. Pasien mengelukan sakit kepala dan suara sengau.
34
Pasien memiliki riwayat alergi ikan dan alergi obat Metamphyron. Pasien tidak
memiliki riwayat trauma pada hidung, telinga berdenging, dan nyeri menelan.
dan kanan, terdapat sekret serousa dengan jumlah sedikit dan tidak berbau.
Konka inferior didapatkan eutrofi, permukaan licin, dan tidak terdapat udem.
Konka media sulit dinilai karena terdapat udem pada konka inferior.
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah Cotrimoksazol 480 mg 2 kali
perhari dan Pseudoephedrine hydrochloride spray selama 3-5 hari. Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyebutkan bahwa terapi yang diberikan adalah antibiotik
DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. 6th ed. FKUI. Jakarta: 2011. 145-149.
Rinosinusitis Kronik Tanpa Polip Nasi Pada Orang Dewasa. Dep/smf Ilmu
35
Kesehatan Hidung Tenggorong-Bedah Kepala Dan Leher. Fakultas
Sumatera Utara/ Rumah Sakit H. Adam Malik Medan. ORLI, Vol. 42(2):
2012.
ajar respirologi anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI Hal 303-315: 2010.
Jakarta. 2000
36
13. Rinaldi, Lubis MH, Daulay RM, Panggabean G. Sinusitis pada Anak. Sari
37