Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1. Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikan ini adalah :
1. Membuat dan mengoprasikan rangkaian astable multivibrator
2. Memahami dan menghitung “waktu pulsa”. “waktu interval pulsa”.
Perbandingan antara waktu pulsa dan interval pulsa, dan frekuensi.
3. Memperbaiki “rise time” gelombang kotak, dengan rangkaian modifikasi,
dibandingkan dengan bentuk gelombang yang dibangkitkan oleh rangkaian
dasar.
4. Memperlihatkan bentuk gelombang tegangan keluaran (VQ1, VQ2) dan
masukan (VBE1, VBE2).
5. Menyebutkan hubungan fasa antara bentuk gelombong keluaran.
BAB II
TUGAS PENDAHULUAN

Tugas Pendahuluan Multivbrator Astable


Gambarlah gelombang tegangan keluaran (VQ1, VQ2) dan masukan
(VBE1, VBE2) dari Gambar 18 dan 19 pada kotak di bawah ini berdasarkan
pada analisis menggunakan simulasi software.

Gambar 2.1 Gelombang Keluaran VQ1 Rangkaian Dasar

Gambar 2.2 Gelombang Keluaran VQ2 Rangkaian Dasar


Gambar2.3 Gelombang Keluaran VBE1 Rangkaian Dasar

Gambar 2.4 Gelombang Keluaran VBE2 Rangkaian Dasar


Gambar 2.5 Gelombang Keluaran VQ1 Rangkaian Modifikasi

Gambar 2.6 Gelombang Keluaran VQ2 Rangkaian Modifikasi


Gambar 2.7 Gelombang Keluaran VBE1 Rangkaian Modifikasi

Gambar 2.8 Gelombang Keluaran VBE2 Rangkaian Modifikasi


BAB III
TEORI DASAR

Multivibrator adalah rangkaian osilator yang membangkitkan gelomabng bentuk


tegengan yang tidak sinusoidal. Dalam hal ini bias gelombang kotak atau gelombang gigi
gergaji. Karena keistimewaan multivibrator membangkitkan sinyal keluaran tersebut,
maka multivibrator amatlah diperlukan baik dalam teknik digital untuk pemnagkitan
pulsa-pulsa, maupun dalam teknik audio untuk generator.

Dalam hal ini yang akan dibahas adalah astable multivibrator atau free running,
yang berarti bahwa multivibrator berisolasi dengan sendirinyadan tidak memerlukan
suatu sinyal untuk mengubah keadaan. Multivibrator dikatakan tidak stabil karena
mengalami kondisi tidak stabil ketika salah satu stagenya mati (cut-off).

Rangkaian dasar AMV terdiri dari dua transistor yang koduksi penuh ketika yang
lainnya mati (off), dan sebaliknya. Keadaan ini karena adanya hubungan silang pada
rangkaian kolektor dua transistor. Penyambungan silang resistor dan kapasitor biasanya
pada harga yang sama menghubungkan keluaran transistor yang satu kemasukan
transistor yang lain.

Multivibrator adalah suatu rangkaian elektronika yang pada waktu tertentu hanya
mempunyai satu dari dua tingkat tegangan keluaran, kecuali selama masa transisi.
Peralihan (switching) di antara kedua tingkat tegangan keluaran tersebut terjadi secara
cepat. Dua keadaan tingkat tegangan keluaran multivibrator tersebut, yaitu stabil (stable)
dan Quasistable.

Disebut stabil apabila rangkaian multivibrator tidak akan mengubah tingkat


tegangan keluarannya ke tingkat lain jika tidak ada pemicu (trigger) dari luar rangkaian.
Disebut quasistable apabila rangkaian multivibrator membentuk suatu pulsa tegangan
keluaran sebelum terjadi peralihan tingkat tegangan keluaran ke tingkat lainnya tanpa
satupun pemicu dari luar. Pulsa tegangan itu terjadi selama 1 periode (T 1), yang lamanya
ditentukan oleh komponen-komponen penyusun rangkaian multivibrator tersebut. Ketika
rangkaian multivibrator mengalami peralihan di antara dua tingkat keadaan tegangan
keluarannya maka keadaan tersebut disebut sebagai keadaan unstable atau kondisi
transisi.

Selain definisi-definisi tentang tingkat keadaan atau kondisi tegangan keluaran


rangkaian multivibrator, juga terdapat definisi-definisi tentang rangkaian multivibrator itu
sendiri, yaitu:

a. Multivibrator bistable (flip-flop).

Disebut sebagai multivibrator bistable apabila kedua tingkat tegangan keluaran


yang dihasilkan oleh rangkaian multivibrator tersebut adalah stabil dan rangkaian
multivibrator hanya akan mengubah kondisi tingkat tegangan keluarannya pada saat
dipicu. Tegangan keluarannya ditunjukkan dalam Gambar 1a.

b. Multivibrator monostable (one-shot).

Disebut sebagai multivibrator monostable apabila satu tingkat tegangan keluaran-


nya (V1 dalam Gambar 1b) adalah stabil sedangkan tingkat tegangan keluaran yang lain
(V2 dalam Gambar 1b) adalah quasistable. Rangkaian tersebut akan beristirahat pada saat
tingkat tegangan keluarannya dalam keadaan stabil sampai dipicu menjadi keadaan
quasistable. Keadaan quasistable dibentuk oleh rangkaian multivibrator untuk suatu
periode T1 yang telah ditentukan sebelum berubah kembali ke keadaan stabil. Sebagai
catatan bahwa selama periode T1 adalah tetap, waktu antara pulsa-pulsa tersebut
tergantung pada pemicu. Tegangan keluaran multivibrator ini ditunjukkan dalam gambar
1b.

c. Multivibrator astable.

Disebut sebagai multivibrator astable apabila kedua tingkat tegangan keluaran


yang dihasilkan oleh rangkaian multivibrator tersebut adalah quasistable. Rangkaian
tersebut hanya mengubah keadaan tingkat tegangan keluarannya di antara 2 keadaan,
masing-masing keadaan memiliki periode yang tetap. Rangkaian multivibrator tersebut
akan bekerja secara bebas dan tidak lagi memerlukan pemicu. Tegangan keluaran
multivibrator ini ditunjukkan dalam Gambar 1c. Periode waktu masing-masing level
tegangan keluarannya ditentukan oleh komponen-komponen penyusun rangkaian
tersebut. Banyak metode digunakan untuk membentuk rangkaian multivibrator astabil, di
antaranya adalah dengan menggunakan Operational Amplifier, menggunakan IC 555,
atau transistor NPN.

Gambar 3.1 Bentuk Gelombang Keluaran Multivibrator


Multivibrator merupakan jenis osilator relaksasi yang sangat penting. Rangkaian
osilator ini menggunakan jaringan RC dan menghasilkan gelombang kotak pada
keluarannya. Astabel multivibrator biasa digunakan pada penerima TV untuk mengontrol
berkas elektron pada tabung gambar. Pada komputer rangkaian ini digunakan untuk
mengembangkan pulsa waktu.

Multivibrator difungsikan sebagai piranti pemicu (trigerred device) atau


freerunning. Multivibrator pemicu memerlukan isyarat masukan atau pulsa. Keluaran
multivibrator dikontrol atau disinkronkan (sincronized) oleh isyarat masukan. Astable
multivibrator termasuk jenis free-running.

Sebuah multivibrator terdiri atas dua penguat yang digandeng secara silang.
Keluaran penguat yang satu dihubungkan dengan masukan penguat yang lain. Karena
masing-masing penguat membalik isyarat masukan, efek dari gabungan ini adalah berupa
balikan positif. Dengan adanya (positif) balikan, osilator akan “regenerative” (selalu
mendapatkan tambahan energi) dan menghasilkan keluaran.
Gambar 1 memperlihatkan rangkaian multivibrator menggunakan dua buah transitor
bipolar dengan konfigurasi emitor bersama.
1 R dan 2 R memberikan tegangan panjar maju pada basis masing-masing transistor.
Kapasitor 1 C menggandeng kolektor 1 Q ke basis 2 Q.
Kapasitor 2 C menggandeng kolektor 2 Q ke basis 1 Q.

Akibat adanya gandengan silang, satu transistor akan konduktif dan yang
lainnya cutoff. Kedua transistor secara bergantian akan hidup dan mati sehingga keluaran
diberi label Q atau Q. Ini menunjukkan bahwa keluaran mempunyai polaritas
berkebalikan. Saat daya diberikan pada multivibrator pada gambar, satu transistor
misalnya 1 Q berkonduksi terlebih dahulu. Dengan 1 Q berkonduksi terjadi penurunan
tegangan pada 1 R dan C V menjadi berharga lebih rendah dari CC V.
Ini mengakibatkan terjadinya tegangan ke arah negatif pada 1 C dan tegangan
basis positif 1 Q akan berkurang. Konduksi 2 Q akan berkurang dan tegangan
kolektornya akan naik ke harga CC V. Tegangan ke arah positif dikenakan pada 2 C .
Tegangan ini akan ditambahkan pada basis 1 Q dan membuatnya lebih berkonduksi.
Proses ini berlanjut sampai 1 Q mencapai titik jenuh dan 2 Q mencapai cutoff. Saat
tegangan keluaran masing-masing transistor mencapai kestabilan, maka tidak terdapat
tegangan balikan. 2 Q akan kembali berpanjar maju melalui 2 R.

Konduksi pada 2 Q akan mengakibatkan penurunan pada C V. Tegangan ke arah


negatif ini akan akan diberikan pada basis 1 Q melalui 2 C. Konduksi 1 Q menjadi
berkurang. C V pada 1 Q naik ke harga CC V. Ini akan tergandeng ke basis 2 Q melalui 1
C. Proses ini berlangsung terus sampai 2 Q mencapai titik jenuh dan 1 Q mencapai cutoff.
Tegangan keluaran kemudian menjadi stabil dan proses akan berulang. Frekuensi osilasi
dari multivibrator ditentukan oleh konstanta waktu 2 R dan 1 C dan 3 R dan 2 C.

Nilai 2 R dan 3 R dipilih sedemikian sehingga masing-masing transistor dapat


mencapai titik jenuh. 1 C dan 2 C dipilih untuk mendapatkan frekuensi pengoperasian
yang dikehendaki.
Jika 1 C sama dengan 2 C dan 2 R sama dengan 3 R maka keluaran akan simeteris.

Sebuah multivibrator astable sederhana (atau free-running oscillator) dapat dibuat dari
inverter Schmitt trigger 74HC14 dan rangkaian RC seperti gambar 3.
Sedangkan bentuk gelombang yang dihasilkan dari rangkaian pada gambar 3
ditunjukkan pada gambar 4.

Nilai dari tHI dan tLO dapat dicari dari persamaan:


t HI = RC ln 1
1 - ∆v / E
dimana:
∆v = Vr- - Vr- dan E = VOH - Vr-
dan
t LO = RC ln 1
1 - ∆v / E
dimana:
∆v = Vr- - Vr- dan E = Vr+ - VOL
Duty Cycle adalah rasio perbandingan antara panjang gelombang kotak pada nilai HIGH
terhadap periode totalnya, dimana:
D = t HI x 100%
t HI + t LO
Sedangkan frekuensi yang dihasilkan oleh multivibrator astable tersebut adalah:
f=1
t HI + t LO
BAB IV
GAMBAR RANGKAIAN

4.1 Gambar Rangkaian Dasar Percobaan Pertama


Gambar 4.1 Gambar Rangkaian Dasar Percobaan Pertama

R4(2)

C
R1 R2 R3 R4
1k 10k 10k 10k D

C1 C2

100uF 100uF

Q1
Q2
BC108BP

BC108BP

Gambar 4.2 Gambar Rangkaian Dasar Percobaan Pertama

R4(2)

R1 R2 R3 R4
1k 10k 10k 10k

A
C1 C2
B

C
100uF 100uF
D
Q1
Q2
BC108BP

BC108BP
4.2 Gambar Rangkaian Modifikasi Percobaan Kedua
Gambar 4.3 Rangkaian Modifikasi Percobaan Kedua

R5(2)

A
R1 R2 R3 R4 R5
1k 10k 10k 1k 1k B
C2
C1 D1 C

D
1N4007
100uF
100uF

Q1
Q2
BC108BP

BC108BP

Gambar 4.4 Rangkaian Modifikasi Percobaan Kedua

R5(2)

A
R1 R2 R3 R4 R5
1k 10k 10k 1k 1k B
C2
C1 D1 C

D
1N4007
100uF
100uF

Q1
Q2
BC108BP

BC108BP
BAB V
LANGKAH PERCOBAAN

A. Alat Dan Bahan


Tabel 5.1 Alat dan Bahan

No Nama Alat dan Bahan


Jumlah
1 Osiloscope 2 chanel 1 buah
- Resistor 1 kΩ 2 buah
2 - Resistor 4,7 kΩ 2 buah
- Resistor 10 kΩ 2 buah
3 Papan Percobaan 1 buah
4 Dioda 1 N 4007 2 buah
6 Jumper 20 buah
7 Kapasitor 0,1 µF 2 buah
8 Sumber DC variable 1 buah
9 Transistor BC 108 B 2 buah

B. Langkah kerja
a. Rangkaian Dasar
1. Pastikanlah semua komponen dalam keadaan baik.
2. Rangkaialah sesuai dengan gambar 4.1
3. Mintalah kepada pengawas untuk memeriksa hasil rangkaian yang anda buat.
4. Nyalakan sumber tegangan.
5. Perlihatkan bentuk gelombang keluaran, VQ1,VQ2 dan gambarkan.
6. Ukur dan hitunglah parameter dibawah ini:
Waktu pulsa, t1 = 0,7 RB1 c1
Waktu interval pulsa, t2 = 0,7 RB2 c2
Waktu periode, T = t1 + t2
Frekuensi, f = 1/T
Rasio antara t1 dan t2
Rise-time
7. Tampilkan dan gambarkan bentuk gelombang tegangan VQ dan juga pada
tegangan base VBE.
8. Matikan sumber tegangan.
b. Rangkaian Modifikasi
1. Ulangilah langkah-langkah seperti pada rangkaian dasar sebelumnya dengan
menggunakan gambar 4.2
2. Rapikan alat.
BAB VI
ANALISIS DATA

7.1 Percobaan Pertama Rangkaian Dasar

Gambar 7.1 Gelombang Keluaran VQ1 dan VQ2 Rangkaian Dasar

Gambar 7.2 Gelombang Keluaran VBE1 dan VBE2 Rangkaian Dasar

Pada percobaan pertama merupakan rangkaian dasar astable multivibrator,


dimana rangkaian tersebur terdiri atas dua output yaitu V Q1 dan VQ2 dan dua tegangan
basis yaitu VBE1 dan VBE2. Rangkaian tersebut pada prinsipnya bekerja secara bergantian
artinya apabila VQ1 menyala maka VQ2 mati dan begitupun sebaliknya. Pada rangkaian
tersebut terdapat tegangan sumber (V cc) 15 V yang mana akan ada arus yang menagalir
dan terbagi kesetiap resistor. Pertama arus mengalir pada resistor 1K dan arus akan
mengisi kapasitor C1 kemudian pada resistor 10 k arus juga mengalir turun dan masuk ke
transistor maka terjadi konduksi dengan tegangan 0,7 V dimana hal ini berada pada
kondisi saturasi, jadi VQ1 menyala, kondisi ini sama halnya dengan saklar tetutup. Disisi
lain arus juga akan mengisi pada C 2 dan arus juga akan mengisi pada transistor tapi
arusnya kecil jadi tidak bisa konduksi, jadi V Q2 mati. Pada saat VQ1 ON maka garisnya
tidak naik karena tegangannya = 0 karena terjadi hubung singkat, pengisian kapasitor
kemudian pada saat konduksi tegangan di V BE 0,7 V. Setelah pengisian maka VQ1 dalam
kondisi OFF dan tegangan VB1 = tegangan sumber maka gaeisnya akan naik mengikuti
tegangan kapasitor tapi posisinya terbalik. Setelah pengisian pada kapasitor telah penuh
maka arus pada kapasitor tidak bisa lagi mengalir karena tegangannya sama dengan
tegangan sumber, maka dari itu arus akan terbalik atau dengan kata lain kebalikan dari
keadaan semula. Adapun waktu hidup sama dengan waktu matinya karena nilai R 1 dan C1
sama dengan nilai R2 dan C2.

7.2 Percobaan Kedua Rangkaian Modifikasi


Gambar 7.3 Gelombang Keluaran VQ1 dan VQ2 Rangkaian Modifikasi

Gambar 7.4 Gelombang Keluaran VBE1 dan VBE2 Rangkaian Modifikasi

Untuk percobaan kedua yang menggunakan dioda rangkaian VQ1 sama akan tetapi
rangkaian VQ2 yang berubah, tetapi yang berubah hanya keluaran output V Q2 karena dioda
meghalangi arus yang masuk ke 1 k dioda mengikui pengisian dimana saat pengisian
tidak ada arus yang mengalir maka gelombangnya akan lebih tajam disebabkan oleh
dioda. Maka untuk melakukan pengisian pada kapasitor arus hanya mengalir pada resistor
4,7 K. Dan pada rangkaian ini juga terjadi pergantian kedudukan ON dan OFF, dimana
saat ON tegangannya 0,7 V dan saat OFF berarti gelombangnya mines mengikuti
tegangan pada kapasitor, tanda mines menandakan polaritas terbalik.

BAB VII
KESIMPULAN

Dari Hasil praktik yang dilakukan tentang Astable Multivibrator, dapat kami
simpulkan:

1. Dapat membuat dan mengoprasikan rangkaian multivibrator, dan astable


multivibrator adalah rangkaian yang berisolasi sendiri tanpa bantuan sinyal luar.
2. Dengan melihat gelombang pada osiloskop, kita dapat menghitung frekuensi dari
rangkaian astable multivibrator.
3. Rangkaian dasar astable multivibrator umumnya bisa dimodifikasi, salah satunya
dengan menggunakan bantuan dioda, dan dioda yang digunakan dalam percobaan
kali ini adalah dioda IN 4007.
4. Gelombang Ch2 pada rangkaian dasar dan modifiikasi berbeda dari Ch1, hal
tersebut dikarenakan rangkaian modifikasi menggunakan dioda yang berfungsi
menyearahkan arus.
5. Astable bekerja secara bebas, karena tidak memerlukan sinyal input tersendiri
dan memproduksi deretan gelombang siku yang kontinyu pada output.

Anda mungkin juga menyukai