Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hiperlipidemia merupakan suatu kelainan metabolisme lipid yang ditandai

dengan peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida, LDL, dan penurunan HDL

di dalam serum (Departemen Kesehatan, 2013). Kenaikan trigliserida dan LDL

dalam darah dapat menginduksi resistensi insulin (Prahastusti, 2011). Resistensi

insulin dapat menyebabkan hiperglikemia karena adanya gangguan sintesis

glikogen di hepar dan gangguan glukosa ke dalam sel otot dan lemak (Asdie,

1987).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (2013), prevalensi kadar LDL serum

tinggi (160-189 mg/dl) di Indonesia adalah 11,1%. Prevalensi di perkotaan lebih

tinggi dibandingkan di perdesaan yaitu 5,5%, sedangkan di perdesaan adalah

4,1%. Prevalensi penduduk Indonesia yang memiliki kadar trigliserida tinggi

(200-499 mg/dl) adalah 11,4%. Prevalensi di perkotaan sebesar 12,5%, dan di

perdesaan adalah 10,3%. Prevalensi terjadinya hiperglikemia di daerah

perkotaan adalah 6,8% dan di perdesaan sebesar 7%. Seseorang dengan kadar

glukosa darah diatas normal, tetapi belum memenuhi kriteria diabetes dianggap

mengalami keadaan pra-diabetes yang berisiko berkembang menjadi diabetes

mellitus tipe 2.

Diabetes mellitus adalah suatu keadaan yang menggambarkan sebuah

gangguan metabolisme dari beberapa etiologi yang ditandai dengan

hiperglikemia kronis serta gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein

yang disebabkan oleh kerusakan insulin, kerja insulin, atau keduanya (WHO,

 
1999). Kerusakan insulin dapat terjadi karena adanya faktor genetik, lingkungan

serta gaya hidup (Kasper, 2005). Resistensi insulin juga dapat disebabkan oleh

asupan diet tinggi lemak dan fruktosa (Andriawan et al., 2014). Menurut data

statistik American Diabetes Association (2010), jumlah penderita diabetes

mellitus di Indonesia menempati urutan keempat terbanyak di dunia setelah

India, Cina, dan Amerika Serikat. Pada tahun 2000 jumlah penderita diabetes di

Indonesia adalah 8,4 juta orang dan diperkirakan akan meningkat mencapai 21,3

juta orang pada tahun 2030 (Wild et al., 2004). Prevalensi diabetes di seluruh

dunia mencapai angka 194 juta orang, dan diabetes tipe 2 menyumbang

presentase sebanyak 90-95% dari penderita diabetes di Amerika Serikat dan

negara maju lainnya (Stote et al., 2008). Penelitian yang dilakukan di India

tentang prevalensi hiperlipidemia, menunjukkan bahwa 85,5 % pasien diabetes

pria menderita hiperlipidemia, sementara pada pasien wanita sebesar 97,8 %

(Parikh et al., 2010)

Silva et al. (2012) mengemukakan bahwa pada penyakit yang melibatkan

penyerapan lipid dan gangguan metabolisme, seperti diabetes mellitus,

ditemukan bahwa vitamin A serum menurun. Penurunan ini disebabkan karena

vitamin A berperan mengkoordinasi metabolisme lipid melalui enzim retinaldehid

dehidrogenase-1 sehingga jika terjadi hiperlipidemia maka kebutuhan vitamin A

meningkat. Beta karoten adalah karotenoid provitamin A yang paling banyak kita

temui di dalam makanan (Shete et al., 2012). Beta karoten dalam makanan

adalah prekursor vitamin A yang paling penting (Tang, 2012). Beberapa beta

karoten berperan sebagai antioksidan, yang dapat melindungi tubuh melawan

penyakit (Rolfes et al., 2009). Di dalam tubuh, terdapat tiga bentuk vitamin A

yang aktif yaitu retinol, retinal, dan asam retinoat. Setiap bentuk vitamin A,

 
mempunyai peran yang berbeda – beda. Retinol mempunyai peran dalam

reproduksi, dan juga sebagai tranportasi utama dan bentuk simpanan dari

vitamin A. Retinal mempunyai peran dalam penglihatan dan juga sebagai

senyawa antara dalam perubahan retinol menjadi asam retinoat. Asam retinoat

berperan seperti hormon, mengatur diferensiasi sel, pertumbuhan, dan

perkembangan embrio (Rolfes et al., 2009).

Vitamin A mempunyai peran dalam mengurangi risiko penyakit

kardiovaskuler, kanker, dan penyakit mata yaitu melalui peningkatan fungsi imun,

mengurangi oksidasi sel, mengatur hormon pertumbuhan, mengatur ekspresi

gen, memelihara fungsi visual (Preedy, 2012). Menurut Garcia et al. (2013),

konsentrasi seng, vitamin A, dan vitamin E yang rendah pada anak dengan

berat badan berlebihan (overweight) dan obesitas berhubungan dengan lipid,

peradangan, dan resistensi insulin. Konsentrasi lipid yang lebih tinggi akan

membutuhkan konsentrasi vitamin A dan vitamin E yang lebih tinggi, sehingga

defisiensi vitamin tersebut akan menaikkan resiko penyakit kardiovaskuler pada

usia dini.

Menurut Gibney et al. (2008), buah – buahan yang berwarna kuning

seperti pepaya, mangga, serta jeruk, dan sayuran seperti wortel, labu kuning, ubi

yang berwarna jingga, serta singkong kuning memiliki karotenoid provitamin A

dengan jumlah yang cukup signifikan. Buah labu kuning (per 100 gram) di dalam

Tabel Komposisi Pangan Indonesia mengandung beta karoten yang cukup tinggi

yaitu 1569 µg. Oleh karena itu, labu berpotensi sebagai beta karoten, yang

penting untuk penderita pra-diabetes, diabetes, dan pasien dengan kerusakan

vaskular (Kim et al., 2012)

 
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pemberian tepung labu kuning

terhadap kadar vitamin A tikus Sprague Dawley yang diinduksi diet tinggi lemak

dan fruktosa ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui pengaruh pemberian tepung labu kuning terhadap

kadar vitamin A serum tikus Sprague Dawley yang diinduksi diet tinggi

lemak dan fruktosa.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui kadar vitamin A serum tikus Sprague Dawley setelah

pemberian tepung labu kuning.

b. Mengetahui asupan pakan tikus selama pemberian tepung labu

kuning.

c. Mengetahui berat badan tikus selama pemberian tepung labu

kuning.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Memberikan pengalaman dan sebagai wujud aplikasi ilmu pengetahuan

dan ketrampilan selama kuliah.

 
2. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang adanya pengaruh

pemberian tepung labu kuning sebagai sumber vitamin A pada penderita

hiperglikemia dan hiperlipidemia.

3. Bagi Program Studi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.

 
E. Keaslian Penelitian

Tabel 1. Keaslian penelitian

No Penulis, tahun, judul Hasil Persamaan Perbedaan


1. Yoshinari et al.(2009) Hasil dari percobaan pertama yaitu kadar Persamaan dengan Perbedaannya yaitu jenis
dengan judul glukosa darah pada kelompok labu kuning penelitian yang akan tikus yang digunakan, dosis
lebih rendah secara signifikan dibanding dilakukan adalah labu kuning yang diberikan,
“Anti-Diabetic Effects kelompok kontrol. Total kolesterol serum , variabel bebas yaitu perlakukan yang diberikan,
of Pumpkin and Its index atherogenik, dan kadar NEVA secara labu kuning. dan tidak mengukur status
Components, signifikan lebih rendah pada kelompok labu vitamin A.
Trigonelline and kuning dibanding kelompok kontrol.Pada
Nicotinic Acid, on percobaan kedua, kadar fed blood glucose
Goto-Kakizaki Rats setelah 3 dan 5 minggu cenderung lebih
rendah dan secara signifikan lebih rendah
pada kelompok TRG dibanding kelompok
kontrol. Kadar insulin serum setelah 43 hari
diberi pakan lebih rendah pada kelompok
TRG daripada kelompok NA dan kontrol.
Kadar kolesterol total, trigliserida dan NEFA
pada kelompok TRG dan NA lebih rendah
dibanding kelompok kontrol. Aktivitas fatty
acid synthase (FAS) hati lebih rendah , dan
aktivitas carnitine palmitoyl transferase
(CPT) dan glukokinase lebih tinggi pada
kelompok TRG dan NA dibandingkan
kelompok kontrol.

 
No Penulis, tahun, judul Hasil Persamaan Perbedaan
2. Sedigheh, Asgary et Hasil : Kadar glukosa serum pada tikus Persamaan dengan Perbedaannya yaitu jenis
al.(2011) dengan judul diabetes yang diberikan intervensi dosis penelitian yang akan tikus yang digunakan,dosis
tepung labu kuning 1 g/kg dan 2 g/kg dilakukan adalah labu kuning yang diberikan,
“ Hypoglycaemic and secara signifikan lebih rendah dibandingkan variabel bebas yaitu perlakuan yang diberikan,
Hypolipidemic Effects dengan tkus diabetes yang tidak labu kuning. dan variabel terikat yang
of Pumpkin (Cucurbita mendapatkan perlakuan tepung labu diteliti.
kuning.Kadar kolesterol pada tikus diabetes
pepo L.) on Alloxan-
dengan perlakuan tepung labu kuning dosis
Induced Diabetic Rat” 2 g/kg secara signifikan lebih rendah
dibandingkan dengan tikus diabetes yang
tidak mendapatkan intervensi tepung labu
kuning.Kadar trigliserida tikus diabetes
dengan intervensi labu tepung labu kuning,
untuk kedua dosis, secara signifikan lebih
rendah daripada tikus diabetes yang tidak
diberikan intervensi tepung labu kuning.

 
No Penulis, tahun, judul Hasil Persamaan Perbedaan
3. Ambrose et al.(2012) Hasil : Rata – rata retinol serum meningkat Persamaan dengan Perbedaannya yaitu subjek
dengan judul dari 1,428 µmol/L sampai 1,659 µmol/L penelitian yang akan yang digunakan adalah
dalam waktu 30 hari intervensi,dan dilakukan adalah manusia, dan dosis yang
“Dehydrated meningkat menjadi 1,928 µmol/L setelah 90 variabel bebas yaitu diberikan berbeda.
Pumpkin Flakes in hari. labu kuning dan
the Prevention of variabel terikatnya
adalah kadar retinol
Vitamin A Deficiency
serum.
Among Preschool
Children In Day
Care”

Anda mungkin juga menyukai