579 3704 1 PB
579 3704 1 PB
(Andry Indrady)
ABSTRAK
Rencana penerapan asas domisili sebagai salah satu kebijakan berkaitan dengan dokumen
perjalanan Republik Indonesia yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian
Hukum dan HAM RI diproyeksi akan menjadi sorotan masyarakat luas. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengkaji dengan beberapa pendekatan ilmiah terhadap rencana kebijakan asas domisili
dalam permohonan paspor dengan perspektif normatif, sosiologis dan pelayanan publik dengan
metode penelitian triangulasi yang menggabungkan komponen data primer, sekunder dan observasi
partisipan. Pembahasan dalam tulisan ini akan menggunakan kombinasi pendekatan teoritis,
normatif maupun data wawancara dengan beberapa pemangku kepentingan untuk mendapatkan
gambaran umum terhadap permasalahan rencana penerapan kebijakan paspor berbasis domisili.
Dari hasil pembahasan disimpulkan bahwa penerapan paspor berbasis domisili secara teoritis,
normatif maupun pendapat dari beberapa pemangku kepentingan dinilai positif terutama dalam
aspek pengawasan keimigrasian yang juga secara pararel diikuti dengan peningkatan pelayanan
kepada masyarakat. Saran yang diusulkan adalah penerapan kebijakan paspor berbasis domisili
dengan menyeimbangkan aspek penegakan hukum maupun pelayanan keimigrasian.
Kata kunci: asas domisili; paspor; analisa kebijakan
ABSTRACT
The proposal to implement domicile basis on the Indonesian travel document policy as the policy
output of the Directorate General of the Republic of Indonesia of the Ministry of the Republic of
Indonesia is projected to attract public attention. The purpose of this paper is to examine such
proposal by using a number of theoretical accounts: legal-normative, sociology and also public
service and utilising triangulation method derived from primary, secondary and participant observation
components. The discussion held in this paper concentrating on the combining theoretical, normative
and opinions from relevant stakeholders to gain multidimensions perpectives vis a vis the initiative to
implement passport service based on domicile. It is concluded that from theoretical, normative and
stakeholders’ point of views, the policy is a positive tool especially in enhancing security approach.
In the recommendations components it is recommended that along with the implementation of
passport service based on domicile, such policy has to be complimented by stricking the balance
between immigration law enforcement and better service quality improvement to reach the policy
goals effectively and efficiently.
Keywords: domicile basis; passport; policy analysis
265
Volume 13, Nomor 3, November 2019 : 265-282
266
Analisis Kebijakan Penerapan Kembali Asas Domisili:………. (Andry Indrady)
267
Volume 13, Nomor 3, November 2019 : 265-282
268
Analisis Kebijakan Penerapan Kembali Asas Domisili:………. (Andry Indrady)
paspor sudah mengatur tata-laksana mulai mengemudi, nomor pokok wajib pajak,
dari proses permohonan sampai dengan polis asuransi, sertifikat ahak atas tanah,
pencabutan maupun penarikan dokumen dan penerbitan dokumen identitas
paspor beserta sanksi-sanksi pidana lainnya”
maupun administratif yang ditimbulkan dari Dengan demikian, menilik kepada
penyalahgunaan tata-laksana paspor. ketentuan perundang-undangan di bidang
Lebih lanjut dari sisi politik paspor, Administrasi Kependudukan bahwa secara
dapat dikatakan bahwa penerbitan paspor yuridis, ketentuan terkait dengan permohonan
kepada Warga Negara bukan dalam rangka paspor harus berdasar kepada kepada
untuk “memiliki” (owner) paspor akan tetapi informasi yang terkandung di dalam NIK. Oleh
dipercaya oleh negara untuk memegang karena itu dapat dikatakan bahwa setiap WNI
paspor yang diterbitkan oleh negara (bearer) wajib memiliki Nomor Induk Kependudukan
dalam rangka untuk melakukan perlintasan yang juga artinya wajib memiliki dokumen
ke luar wilayah Indonesia dan selanjutnya kependudukan sebagai bentuk perlindungan
bertindak sebagai identitas pribadi dan status negara atas pemenuhan hak-hak sebagai
kewarganegaraan sebagai identitas Warga warga negara dalam memberikan status
Negara di luar negeri (Torpey, 2000). pribadi dan status hukum yang dialami oleh
Penduduk Indonesia.
Jika berbicara dalam konteks domisili,
maka sangat relevan apabila mengaitkan Kedua, jika melihat lebih mendalam
hal ini dengan pengaturan Administrasi lagi kepada Peraturan Pemerintah
Kependudukan (Adminduk) di Indonesia. Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2007
Dalam konteks ini terdapat irisan yang antara sebagaimana diubah dengan Peraturan
kebijakan Adminduk dan kebijakan paspor Pemerintah Republik Indonesia Nomor 102
dengan beberapa alasan. Tahun 2012 tentang tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006
Pertama, sesuai dengan Undang-
tentang Administrasi Kependudukan Pasal
Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
38 ayat (1), (2) dan (3) menyatakan bahwa:
Administrasi Kependudukan dan Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Ayat (1): “NIK sebagaimana dimaksud
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor dalam Pasal 36 diterbitkan oleh Instansi
Pelaksana
23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan, terutama Bab IV tentang Ayat (2): NIK sebagaimana dimaksud
Nomor Induk Kependudukan (NIK) Pasal 13 pada ayat (1), berlaku seumur hidup
dan selamanya, tidak berubah dan tidak
ayat (1), (2) dan (3), yang berbunyi:
mengikuti perubahan domisili
Ayat (1): “Setiap Penduduk wajib memiliki
Ayat (3): NIK sebagaimana dimaksud
NIK”
pada ayat (1) diterbitkan setelah
Ayat (2): “NIK sebagaimana dimaksud dilakukan pencatatan biodata penduduk
pada ayat (1) berlaku seumur hidup sebagai dasar penerbitan KK dan KTP
dan selamanya, yang diberikan oleh pada instansi Pelaksana tempat domisili
Pemerintah dan diterbitkan oleh instansi yang bersangkutan”
Pelaksana kepada setiap penduduk
setelah dilakukan pencatatan biodata” Dari elaborasi ketentuan diatas, dapat
memberikan pemahaman bahwa NIK
Ayat (3): “NIK sebagaimana dimaksud
merupakan produk kebijakan kependudukan
pada ayat (1) dicantumkan dalam setiap
Dokumen Kependudukan dan dijadikan yang menjadi dasar penerbitan KTP dan
dasar penerbitan paspor, surat izin KK dan NIK tidak akan berubah, berlaku
269
Volume 13, Nomor 3, November 2019 : 265-282
seumur hidup dan tidak terpengaruh yang memiliki NIK sebagai basis persyaratan
dengan perubahan domisili. Sehingga dapat paspor.
dikatakan NIK melekat kepada setiap WNI Seiring dengan perkembangan
dari mulai tercatat sebagai penduduk sampai kebijakan Adminduk, Pemerintah mulai
dengan kematian. melakukan pengembangan KTP Elektronik
Ketiga, jika dibuat irisan dengan (disingkat KTP-el) bagi Penduduk Indonesia
ketentuan keimigrasian di bidang paspor, yang dilengkapi dengan “chip” yang berisi
kebijakan Adminduk sudah selaras dengan identitas resmi penduduk sebagai bukti
diberlakukannya persyaratan paspor diri sesuai dengan Peraturan Presiden
yang diatur di dalam Pasal 49 Peraturan Nomor 112 tahun 2013 tentang Perubahan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Keempat Atas Peraturan Presien Nomor 26
Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Tahun 2006 tentang Penerapan Kartu Tanda
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011 Tentang Penduduk Secara Nasional. Berikutnya perlu
Keimigrasian yang berbunyi: mendapatkan perhatian di Pasal 10 B ayat
Bagi Warga Negara Indonesia yang (1), (2) dan (3) yang berbunyi:
berdomisili atau berada di Wilayah (1) “KTP-el sebagaimana dimaksud dalam
Indonesia, permohonan Paspor Pasal 10A merupakan:
biasa diajukan kepada Menteri atau
a. Identitas resmi bukti domisili
Pejabat Imigrasi yang ditunjuk dengan
penduduk;
mengisi aplikasi data dan melampirkan
persyaratan: b. Bukti diri penduduk untuk
pengurusan kepentingan yang
a. kartu tanda penduduk yang masih
berkaitan dengan administrasi
berlaku
pemerintahan;
b. kartu keluarga
c. Buktidiripendudukuntukpengurusan
c. akta kelahiran, akta perkawinan kepentingan pelayanan publik di
atau buku nikah, ijazah, surat baptis Instansi Pemerintah, Pemerintah
d. surat pewarganegaraan Indonesia Daerah, Lembaga Perbankan, dan
bagi Orang Asing yang memperoleh Swasta yang berkaitan dengan
kewarganegaraan Indonesia dan tidak terbatas pada Perizinan,
melalui pewarganegaraan atau Usaha, Perdagangan, Jasa
penyampaian pernyataan untuk Perbankan, Asuransi, Perpajakan
memilih kewarganegaraan sesuai dan Pertanahan.
dengan ketentuan perundang- (2) Instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah,
undangan Lembaga Perbankan, dan Swasta wajib
e. surat penetapan ganti nama dari memberikan pelayanan bagi penduduk
pejabat yang berwenang bagi yang dengan dasar KTP-el dengan tidak
telah mengganti nama; dan mempertimbangkan tempat penerbitan
f. paspor lama bagi yang telah KTP-el.
memiliki paspor” (3) Instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Dalam hal ini, ketentuan yang Lembaga Perbankan, dan Swasta
terkait dengan persyaratan permohonan tetap memberikan pelayanan kepada
paspor sudah mengacu dan berbasis penduduk yang KTP Non Elektronik
dengan lingkup kabupaten/kota tempat
kepada penggunaan dokumen-dokumen
penerbitan KTP Non Elektronik sampai
kependudukan yang diatur di dalam ketentuan
dengan tanggal 31 Desember 2014.”
perundang-undangan di bidang Adminduk
270
Analisis Kebijakan Penerapan Kembali Asas Domisili:………. (Andry Indrady)
271
Volume 13, Nomor 3, November 2019 : 265-282
adanya pemalsuan terhadap data pemegang masyakarat lainnya selain subyek Pekerja
paspor baik dalam proses penebitan dan Migran Indonesia, perlu dikaji tidak hanya
penggunaan paspor yang melawan hukum. berdasar kepada asas yuridis-normatif, namun
Dalam hal ini, dengan adanya penerapan karena keputusan apapun yang nantinya akan
prinsip pengawasan keimigrasian terhadap menjadi produk kebijakan yang diambil oleh
pengajuan permohonan paspor dengan pejabat administrasi pemerintahan, maka
penerapan asas domisili, maka diharapkan perlu juga dilandasi dengan pendekatan
secara keimigrasian dapat dilakukan sosiologis dan filosofis8. Oleh karena itu,
upaya filterisasi dalam menekan jumlah dalam rangka penajaman analisis yang
korban TPPO dengan melakukan penelitian lebih komprehensif, pembahasan berikut ini
secara mendalam terhadap bukti-bukti akan memberikan kajian penerapan asas
formil maupun materiil terhadap dokumen- domisili dalam permohonan paspor dari sudut
dokumen pendukung persyaratan paspor pandang sosiologis.
maupun maksud dan tujuan penggunaannya
Pendekatan Sosiologis
sebagaimana diamanatkan di dalam Pasal 89
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011. Dikarenakan paspor adalah salah satu
bentuk kebijakan pemerintah yang langsung
Oleh karena itu, memperhatikan
bersentuhan dengan llega, maka kiranya
ketentuan di atas jika disandingkan dengan
perlu juga dilakukan kajian dari dimensi
ketentuan Administrasi Kependudukan,
sosiologis dan memperhatikan dimensi
terdapat perbedaan perlakuan pelayanan
pelayanan publik.
pemberian paspor khususnya bagi Pekerja
Migran Indonesia. Hal ini jika ditilik dari Secara historis, penerapan asas non-
perspektif yudiris-normatif merupakan domisili pada tahun 2006 melalui Keputusan
sebuah kewenangan atribusi7 yang dimiliki Menteri Nomor: M.08-IZ.03.10 tahun 2006
oleh Direktorat Jenderal Imigrasi sebagai tanggal 31 Agustus 2006 dan juga
pelaksana tugas dan fungsi keimigrasian dipertegas dengan Peraturan Dirjen
dalam mengimplementasikan kebijakan Imigrasi Nomor: F-960.IZ.03.02 tahun 2006
paspor yang tidak hanya melihat dari satu telah menetapkan bahwa pemberian paspor
sudut pandang saja (ketentuan adminduk) di wilayah Indonesia dapat dilaksanakan
namun juga memperhatikan ketentuan yang tanpa mempertimbangkan bukti domisili
diatur terkait dengan perlindungan WNI pemohon yang tertera di dalam Kartu Tanda
khususnya bagi PMI yang akan bekerja di luar Penduduk. Hal ini dilatarbelakangi dengan
negeri, yang dinilai oleh Pemerintah sebagai diterapkannya sistem penerbitan paspor
kelompok rentan sebagaimana diamanatkan berbasis biometrik yang terintegrasi dengan
di dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian
2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran (SIMKIM) pada tahun 2006. Dengan sistem
Indonesia. ini, diharapkan dengan adanya penggunaan
sidik jari (fingerprint) dalam proses penerbitan
Di sisi yang lain, penerapan asas
paspor dapat menutup celah kepemilikan
domisili secara menyeluruh kepada lapisan
paspor ganda yang tidak diperbolehkan
272
Analisis Kebijakan Penerapan Kembali Asas Domisili:………. (Andry Indrady)
dalam ketentuan paspor. Secara persepsi a. Bukti formil dan materiil persyaratan
publik, kebijakan non-domisili ini sangat paspor;
diapresiasi oleh publik. Hal ini dikarenakan b. Tujuan pemohon paspor ke luar negeri.
kebijakan tersebut memberikan kemudahan Terkait dengan bukti formil dan materiil,
bagi pemohon paspor yang sedang berada ditemukan kasus-kasus di lapangan adanya
di luar wilayah domisilinya yang sedang pemalsuan identitas pemohon paspor yang
bekerja, belajar, penyatuan keluarga dan lain terdiri dari KTP, KK ataupunAkta Lahir maupun
sebagainya. dokumen-dokumen identitas lainnya10. Dan
Dengan demikian, rasional utama isu kedua yang terkait dengan tujuan pemohon
diterapkan kebijakan non domisili dalam ke luar negeri adalah banyaknya pemohon
permohonan paspor di tahun 2006 adalah yang memberikan tujuan yang secara hukum
untuk mengedepankan aspek pelayanan tidak diperbolehkan, seperti bekerja sebagai
publik kepada masyarakat dan di sisi lain, dari Pekerja Migran Indonesia secara ilegal melalui
sudut pandang pengawasan keimigrasian modus kunjungan wisata, ibadah umroh/
sudah difasilitasi dengan penerapan sistem haji, magang, beasiswa, dan duta budaya.
penerbitan paspor berbasis biometrik. Kedua hal tersebut di atas nantinya akan
Namun demikian, seiring dengan bermuara menjadi persoalan perlindungan
diterapkannya asas non-domisili dalam WNI di luar negeri. Hal ini dikarenakan bahwa
paspor, terdapat beberapa temuan di lapangan dengan tidak adanya instrumen data maupun
terutama kasus-kasus paspor ganda maupun filter yang dilakukan dalam proses bisnis
penyalahgunaan kewenangan dalam proses pengiriman PMI ke luar negeri, maka akan
penerbitan paspor. Hal ini dapat dilihat dari rentan terjadi Tindak Pidana Perdagangan
beberapa Peraturan maupun Surat Edaran Orang maupun tindakan-tindakan lainnya
Direktur Jenderal Imigrasi9 yang memberikan yang melawan hukum maupun menciderai
perintah kepada Unit Pelaksana Teknis citra Indonesia di luar negeri.
(UPT) untuk meningkatkan kewaspadaan Jika ditilik dari akar persoalan
dan pemantauan keimigrasian terhadap sebagaimana dijelaskan di atas, secara
permohonan paspor. Beberapa instruksi sosiologis terdapat sebuah rangkaian proses
tersebut merupakan refleksi dari beberapa masalah dari hulu yang pada akhirnya sampai
permasalahan yang terjadi akibat adanya ke sisi keimigrasian sebagai pemangku
penyalahgunaan paspor oleh pemegangnya, fungsi pengawasan keimigrasian di bagian
misalnya untuk bekerja sebagai PMI secara hilir. Dalam konteks pengiriman PMI ke luar
llegal di luar negeri (Harahap, 2018). negeri, hulu dimulai dari individual calon PMI,
Dari beberapa produk kebijakan keluarga,kepaladesa, Dinas Ketenagakerjaan
tersebut, dapat dilihat bahwa yang menjadi di daerah, BP3TKI (kantor BNP2TKI di
isu persoalan utama adalah terkait 2 (dua) daerah), dinas kependudukan dan catatan
hal yaitu: sipil, Imigrasi sampai dengan Perwakilan RI
di luar negeri sebagai lini hilirnya. Skema
hulu-hilir tersebut secara pendahuluan
dapat dilihat dari sebuah fenomena migrasi
9 Lihat misalnya: SE Dirjenim Nomor IMI-1562. antar-negara yang dalam hal ini, terkait
GR.01.01 tahun 2014 tentang Peningkatan dengan “push and pull theory”. Teori yang
Kewaspadaan Dalam Penerbitan Paspor; SE digagas oleh Ernest-George Ravenstein ini
Dirjenim Nomor F-IZ.03.10-801 tahun tentang
Pelayanan Paspor dan SE Dirjenim Nomor IMI-
0277.GR.02.06 tahun 2007 tentang Pencegahan 10 Lihat misalnya: Pencegahan Pengiriman TKI Non
Tenaga Kerja Indonesia Non Prosedural; Prosedural ke Luar Negeri, (Ditjenim, 2017)
273
Volume 13, Nomor 3, November 2019 : 265-282
dilandasi oleh sebuah landasan ekonomi dari PMI yang akan bekerja ke luar negeri. Oleh
individu untuk bermigrasi antar negara untuk karena itu, motivasi individual saja tidak cukup
mendapatkan penghidupan atau pendapatan untuk menjelaskan persoalan PMI. Dalam hal
yang lebih baik11. ini, secara ontologis14 pemikiran yang ada
Teori “push and pull” ini lalu di dalam keluarga PMI adalah mengirimkan
dikembangkan lagi dengan adanya teori anggota keluarga mereka mencari cara
Neo-Classical Economics (Massey et al., dalam rangka “survival” untuk meningkatkan
1993) yang berargumen bahwa pergerakan taraf hidup keluarga yang mayoritas berasal
manusia antar negara didominasi oleh motif dari kelompok masyarakat tidak mampu dan
untuk mencari pendapatan dari negara yang berpendidikan rendah15.
sistem pendapatannya rendah ke negara Dengan kondisi demikian, terciptalah
yang sistem pendapatannya pendapatannya sebuah “mindset” untuk mengangkat derajat
lebih baik. Teori ini didasarkan atas sistem keluarga dengan cara bekerja di luar negeri
ekonomi pembangunan yang melihat bahwa sebagai Pekerja Migran Indonesia yang
migrasi internasional adalah salah satu alat akhirnya menjadi sebuah budaya dan
(tools) untuk mewujudkan kesejahteraan akhirnya menjadi kebiasaan di tengah-
umat manusia (common welfare). Dengan tengah masyarakat setempat (custom)16.
pendekatan ekonomi pembangunan ini, Oleh karena itu, determinan “custom” ini
dapat digambarkan bahwa pergerakan juga patut menjadi pertimbangan utama
manusia didominasi oleh keinginan yang kuat dalam menentukan kebijakan yang berkaitan
untuk memperbaiki taraf kehidupan di negara dengan Pekerja Migran Indonesia. Karena
asalnya dengan cara bekerja di negara lain secara umum, faktor ontologis yang didasari
yang membutuhkan tenaga kerja di beberapa atas “mindset” budaya inilah yang akan lebih
sektor tertentu12. dominan dalam melihat perilaku masyarakat
Dari perspektif sosiologis-migrasi terhadap kepatuhan terhadap hukum maupun
internasional, terutama dalam kasus Pekerja kebijakan pemerintah lainnya17.
Migran Indonesia, perlu diketahui bahwa dari
14 Ontologis adalah sebuah konsep di dalam filosofi
beberapa penelitian yang telah dilakukan13 dalam melakukan “problem-solving” terhadap
didapatkan fakta bahwa pengaruh keluarga sebuah isu kebijakan publik yang mendasari
(family) menjadi sangat dominan dalam “mindset” seseorang atau sebuah kelompok
masyarakat terhadap sebuah fenomena sosial;
proses migrasi internasional bagi para calon 15 Lihat juga di, (The World Bank, 2017), “Pekerja
Global Indonesia, Antara Peluang dan Risiko”,
World Bank Group Washington;
11 Ernest-George Ravenstein (1885-1889) 16 Pada saat penulis bertugas sebagai Konsul
merupakan ilmuwan Geografi dari Inggris Imigrasi pada KJRI Hong Kong tahun 2014-
yang pertama kalinya mengembangkan teori 2018, penulis mengamati sebuah persoalan
yang menjelaskan hubungan antara individu yang dihadapi oleh para PMI di Hong Kong yang
dengan fenomena migrasi antar-negara dengan mayoritas memiliki masalah ekonomi di kampung
menggunakan landasan dasar teori ekonomi halamannya. Pilihan untuk menjadi PMI adalah
dan statistic dalam “The Laws of Migration” yang pilihan pragmatis yang didasari kebutuhan yang
disampaikan pada the Royal Statistical Society di mendesak. Dan kebutuhan ini akhirnya menjadi
Inggris pada tanggal 17 Maret 1885 (Ravenstein, proses keputusan bagi mereka untuk menjadi PMI
1885); di luar negeri (obervasi partisipan 2014-2018);
12 Ibid; 17 Lihat misalnya, penelitian yang dilakukan oleh
13 Lihat misalnya, (Rianto, 1996), “the Impact of (Shamir, 2012) “The Legal Culture and Migration:
International Labour Migration in Indonesia”, Structure, Antecedents and Consequences”, Ph.D
Ph.D Dissertation, Departement of Geography Dissertation , School of Law, Graduate Studies,
University of Adelaide, Australia dan (Hugo, Stanford University USA. Dalam hal ini Shamir
2002), “ The Effects of International Migration melakukan penelitian di sebuah komunitas di
on the Family in Indonesia”, Asian and Pacific Israel, bahwa hukum akan ditaati oleh masyarakat
Migration Journal, Vol. 11, No. 1; apabila terdapat persepsi yang positif terhadap
274
Analisis Kebijakan Penerapan Kembali Asas Domisili:………. (Andry Indrady)
Hal lainnya yang perlu diperhatikan level kemampuan: skilled dan unskilled),
adalah peranan individu dan keluarga dalam perkawinan lintas negara, pendidikan luar
konteks migrasi internasional para pekerja negeri, pekerja hiburan difasilitasi dengan
migran, hal yang patut menjadi perhatian dominasi peranan para “intermediary/brokers”
adalah adanya peranan pihak perantara atau dengan memanfaatkan situasi lingkungan
dalam istilah sosiologis-migrasi internasional dengan tingkat pendidikan dan perekonomian
disebut sebagai “intermediary/brokers” masyarakat yang rendah19. Peranan mereka
yang berperan disamping keluarga dalam mulai dari menyiapkan dokumen-dokumen
proses migrasi internasional para PMI ke pendukung, seperti identitas diri (KTP) sampai
luar negeri. Dalam beberapa kasus, peranan dengan dokumen perjalanan (paspor) dengan
“intermediary/brokers” dalam migrasi- segala modusnya, termasuk memalsukan
internasional dapat menjadi positif ketika identitas data pribadi seseorang (Lindquist,
proses keberangkatan PMI melalui prosedur Xiang, & Yeoh, 2012).
yang sesuai dengan ketentuan. Namun Dengan demikian, dari sisi sosiologis,
demikian di beberapa kasus keberadaan dapat disimpulkan bahwa secara umum,
“intermediary/brokers” juga dapat membawa kelompok masyarakat yang rentan terhadap
malapetaka bagi para pelintas batas negara penyalahgunaan paspor baik dari sisi
yang melenceng dari tujuan awalnya. Para ahli permohonannya maupun penggunaannya
migrasi internasional18 terutama melihat gejala adalah para Pekerja Migran Indonesia
di Asia, termasuk Indonesia menyimpulkan dikarenakan adanya adanya titik pertemuan
bahwa proses migrasi internasional yang (nexus) antara motivasi individu dan
melibatkan pekerja migran (dalam semua dominasi keluarga atas kebutuhan mendasar
untuk memperbaiki taraf kehidupan dengan
hukum dan aparatur penegak hukumnya. Namun bekerja di luar negeri ditambah lagi dengan
apabila sebaliknya, persepsi yang muncul adalah keberadaan dan peranan para perantara
negatif, maka penegakan hukum akan sulit untuk
(intermedediary/brokers) dalam memfasilitasi
mencapai titik optimum;
18 Lihat misalnya beberapa literatur dalam (Lindquist serta mendorong adanya mobilitas para
et al., 2012) dan (Riwanto Tirtosudarmo, 1996) pekerja migran itu baik melalui jalur yang
problems and constraints / Azizah Kassim -- The
social situation of migrant workers in Asia, special sesuai prosedur maupun jalur non prosedural.
focus on the Philippines / Arnel F. De Guzman Memperhatikan keadaan sosiologis
-- The situation of overseas Thai workers: past
and present / Sureeporn Punpuing, Kritaya yang demikian, diperlukan pendekatan yang
Archavanitkul -- Socio-demographic aspects of lebih struktural, yaitu melalui edukasi kepada
international labour migration from Indonesia /
masyarakat terutama bagi individu maupun
Aswatini Raharto -- The politics of population
mobility in Southeast Asia: the case of Indonesian keluarga dari calon PMI yang akan bekerja
migrantworkersinMalaysia/RiwantoTirtosudarmo. di luar negeri yang terkait dengan hak dan
”,”author”:[{“dropping-particle”:””,”family”:”Riwanto
Ti r t o s u d a r m o ” , ” g i v e n ” : ” ” , ” n o n - d r o p p i n g - kewajibannya sebagai warga negara. Dan
particle”:””,”parse-names”:false,”suffix”:””}],”co
ntainer-title”:”Movement of people within and 19 Dalam observasi penulis sebagai Konsul Imigrasi
from the East and Southeast Asian countries : di KJRI Hong Kong, banyak dijumpai kasus-
trends, causes, and consequences”,”id”:”ITEM- kasus hutang yang melibatkan PMI yang karena
1”,”issued”:{“date-parts”:[[“1996”]]},”title”:”The keterbatasan ekonomi tidak bisa membayar
Politics of Population Mobility in Southeast Asia: biaya penempatan PMI ke luar negeri. Akibatnya
The Case of Indonesian Migrant Workers in Malays mereka diperdaya oleh para “calo” untuk
ia”,”type”:”chapter”},”uris”:[“http://www.mendeley. dipinjamkan uang dengan bunga yang sangat
com/documents/?uuid=41a623ea-a9fe-4dae- tinggi. Dan akhirnya merugikan PMI pada saat
924c-258dea7e3888”,”http://www.mendeley.com/ mereka bekerja di Hong Kong dikarenakan uang
documents/?uuid=25888b0c-9677-41ba-844f-e8 gaji yang mereka terima dari majikan habis untuk
9e536c98d9”]}],”mendeley”:{“formattedCitation”:”( membayar hutang yang semakin membengkak
Riwanto Tirtosudarmo, 1996; (Observasi partisipan 2014-2018);
275
Volume 13, Nomor 3, November 2019 : 265-282
mengingat proses pengiriman PMI menganut oleh pemerintah yang diselaraskan engan
sistem domisili sebagaimana diatur di dalam perkembangan dinamika yang terjadi di
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2017 tengah-tengah masyarakat. Konsep tata-
(Indonesia, 2017) tentang Perlindungan pemerintahan saat ini sesuai dengan
Pekerja Migran Indonesia dan ketentuan- perkembangan zaman telah bergeser ke arah
ketentuan keimigrasian tentang permohonan “goveranance” dimana ketelibatan pemangku
paspor bagi PMI maka bentuk pengawasan kepentingan (stakeholders) lainnya, seperti
keimigrasian sekaligus edukasinya sudah pihak swasta (private) dan masyarakat
sesuai dan selaras dengan kebijakan sipil (civil society) turut serta dalam proses
nasional apabila permohonan paspor bagi pengambilan kebijakan.
PMI diharuskan mengikuti asas domisili. Pada kesempatan awal, penulis bertemu
Meskpiun demikian, supaya memberikan dengan salah satu Anggota Ombudsman
persepsi yang positif dari masyarakat Republik Indonesia (ORI), yaitu Bapak Dadan
terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi S. Suharmawijaya20. Poin pertama yang
keimigrasian dalam hal permohonan paspor disampaikan oleh ORI adalah perlu adanya
maka dalam tataran implementasinya penegasan di dalam kebijakan penerapan
diperlukan keseragaman proses bisnis dan Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang
konsistensi. terkoneksi dengan sistem pelayanan paspor,
Disamping tinjauan yurisis-normatif dan sehingga terdapat kemudahan dalam
sosiologis, dalam rangka memperdalam melakukan verifikasi data identitas yang
penerapan asas domisili dalam persyaratan menjadi persyaratan permohonan paspor.
permohonan paspor, di bawah ini akan ORI berpendapat penerapan asas domisili
disampaikan beberapa pembahasan dari yang saat ini sudah diterapkan di kantor
perspektif pelayanan publik. imigrasi dalam hal pelayanan paspor sudah
selaras dan memberikan kemudahan bagi
Pendekatan Pelayanan Publik masyarakat yang menjadi pemohon paspor.
Tidak dapat dipungkiri bahwa sampai Poin kedua, terkait dengan perlindungan
dengan saat ini banyak prestasi yang telah kepada PMI yang akan bekerja di luar
diukir oleh jajaran Direktorat Jenderal negeri, ORI sepakat untuk mendukung
Imigrasi dalam hal pelayanan paspor pelayanan satu atap dalam hal persiapan
kepada masyarakat maupun penyelenggara keberangkatan calon PMI secara prosedural
pelayanan publik lainnya yang memiliki (melalui mekanisme Layanan Terpadu Satu
irisan tugas dan fungsi dalam hal pelayanan Atap/LTSA) yang melibatkan unsur-unsur
paspor (Republika, 2018). Kemudahan pemerintah pemangku kepentingan dalam
pelayanan mulai dari persyaratan, tata hal perlindungan PMI termasuk Imigrasi.
cara pendaftaran antrian, kemudahan
Di sisi lain, terdapat permasalahan yang
prosedur dan persyaratan sampai dengan
sudah dijelaskan sebelumnya bahwa ada
kenyamanan ruang pelayanan paspor patut
beberapa segmen masyarakat yang tidak
diakui telah mendapatkan apresiasi dari
memenuhi persyaratan untuk bekerja di luar
publik (Republika, 2018).
negeri. Namun melakukan berbagai macam
Sejalan dengan perkembangan cara agar bisa mendapatkan paspor dengan
hubungan antara pemerintah dan masyarakat modus-modus tertentu untuk bekerja ke luar
yang lebih demoktratis dan terbuka (open negeri secara non prosedural.
and democratic society), maka dibutuhkan
keselarasan antara kebijakan yang dibuat 20 Wawancara dilakukan di Gedung ORI Jakarta,
tanggal 23 Oktober 2018.
276
Analisis Kebijakan Penerapan Kembali Asas Domisili:………. (Andry Indrady)
Dalam hal ini menurut ORI, yang keimigrasian. Untuk paspor penggantian
harus dilakukan oleh Imigrasi adalah dapat dilakukan tanpa mempertimbangkan
dengan memperkuat mekanisme kontrol aspek domisili dari pemohon agar masyarakat
pengawasannya, termasuk menjaga dapat lebih mudah mendapatkan pelayanan
integritas pegawai serta melakukan paspor mengingat NIK sudah diterapkan
intensifikasi kerjasama dengan instansi secara nasional dan memperhatikan aspek-
lain yang berkepentingan. Menurut ORI, aspek mobilitas penduduk Indonesia yang
peningkatan mekanisme kontrol ini akan cukup dinamis dari waktu ke waktu.
menjadi salah satu alat mengurangi jumlah Selain itu, ORI memberikan masukan
penyalahgunaan paspor untuk tujuan- agar pelayanan paspor tidak didasarkan
tujuan yang tidak semestinya. Persoalan- atas kuota atau batasan jumlah pelayanan
persoalan yang sering ditemui di lapangan dikarenakan kebutuhan masyarakat terhadap
menurut ORI adalah percaloan dalam hal jasa layanan paspor merupakan kebutuhan
permohonan paspor. Persoalan ini menurut yang tergolong sangat penting. Apabila tidak
ORI juga menuntut perhatian yang serius didukung manajemen pelayanan yang baik
terutama untuk mengurangi dampak resiko maka persepsi publik terhadap pelayanan
dari terjadinya penyalahgunaan paspor. keimigrasian tidak akan memuaskan. ORI
Dengan mekanisme pengawasan yang mengharapkan apapun inovasi maupun
ditingkatkan, dari sisi penguatan integritas terobosan kebijakan yang akan dilakukan
pegawai dan juga pengendalian lingkungan oleh jajaran Imigrasi diharapkan dapat
eksternal di sekitar tempat pelayanan paspor memberikan nilai kemudahan dan juga
maka diharapkan kualitas pelayanan maupun mengurangi dampak penyalahgunaan
pengawasan keimigrasian di bidang paspor kebjakan tersbut dengan meningkatkan
dapat dioptimalkan secara sinergis. mekanisme pengawasan yang baik.
Terkait dengan penerapan asas domisili Penulis juga melakukan wawancara
dalam permohonan paspor, ORI tidak dengan perwakilan dari organisasi penggiat
keberatan apabila akan ditetapkan sebagai perlindungan Pekerja Migran Indonesia,
kebijakan nasional. Meskipun demikian, Direktur Eksekutif Migrant CARE, Bapak
catatan utama ORI dalam konteks ini adalah Wahyu Susilo21. Migrant CARE memberikan
kebijakan pelayanan publik menciptakan dukungan penuh terhadap penerapan asas
kemudahan bagi masyarakat dan di sisi lain domisili bagi permohonan paspor PMI yang
juga mengurangi celah penyalahgunaan dilakukan terutama di beberapa Layanan
dalam penerapannya. Kedua aspek nilai Terpadu Satu Pintu (LTSP) di daerah. Menurut
pelayanan publik menurut ORI adalah hal Migrant Care penerapan asas domisili
utama yang harus dijunjung tinggi dalam diharapkan pengawasan melekat yang tidak
penerapan kebijakan pelayanan publik hanya dilakukan oleh aparatur Imigrasi,
apapun. Fokus bagi Imigrasi menurut namun juga peran aktif pengawasan yang
ORI adalah kepada tataran implementasi dilakukan oleh pemerintah daerah setempat,
kebijakan untuk mendukung kedua tata nilai mulai dari pembuatan dokumen catatan sipil
pelayanan publik tersebut. sampai dengan proses rekruitmen di daerah
ORI memberikan masukan apabila yang harus melindungi kepentingan PMI.
asas domisili diterapkan dalam permohonan Lebih lanjut, diutarakan dengan adanya
paspor, kriterianya adalah bagi pemohon kehadiran unit ini akan terdapat tanggung-
paspor untuk pertama kalinya, utamanya
untuk mendukung dari sisi pengawasan 21 Wawancara dilakukan di Kantor Migrant Care,
pada tanggal 26 Oktober 2018.
277
Volume 13, Nomor 3, November 2019 : 265-282
jawab bersama dari seluruh pemangku prosedural, ditambah lagi dengan adanya
kepentingan yang berwenang dalam keterlibatan beberapa perantara sebagai
pelaksanaan program perlindungan PMI. “intermediary” (calo) dalam proses tersebut
Migrant Care mengkritisi kebijakan sehingga secara struktural menyebabkan
sentralisasi pengurusan paspor bagi PMI adanya proses migrasi internasional PMI
melalui Unit Khusus TKI yang sempat yang tidak dilengkapi dengan prosedur yang
diberlakukan untuk pengiriman TKI ke diatur oleh ketentuan yang berlaku.
Timur Tengah. Menurutnya, dengan adanya Oleh karena itu, menurut Migrant Care
kebijakan tersebut terjadi pemalsuan KTP senada dengan yang diungkapkan oleh ORI
calon PMI di sekitar wilayah Jakarta dan dalam hal penerapan kebijakan apapun yang
Jawa Barat. Artinya PMI yang bermasalah terkait dengan paspor diperlukan sistem
akan menjadi alat eksploitasi bagi pihak- pengawasan yang sistemik, berjenjang dan
pihak yang tidak bertanggung-jawab dengan dilakukan berlapis dari seluruh pemangku
dibuatkan KTP yang palsu agar tetap bisa kepentingan yang terlibat di dalam proses
diberangkatkan ke luar negeri. Pemalsuan perlindungan PMI termasuk melibatkan
identitas ini berjalan secara sistematis komponen pengawasan dari publik. Dari
sehingga PMI menjadi objek yang rentan kacamata masyarakat, ditambahkan oleh
untuk dimanipulasi dan akhirnya rentan Migrant Care bahwa yang diinginkan adalah
menjadi korban tindak pidana perdagangan adanya kepastian layanan dan penurunan
manusia. dampak penyalahgunaan kewenangan
Menurut Migrant Care keseriusan dari oknum aparatur pemerintah sehingga
pemerintah dalam melakukan perlindungan diharapkan masyarakat dapat menikmati
bagi PMI masih harus ditingkatkan, pelayanan yang profesional dan bersih dari
terutama dengan mencuatnya kasus-kasus praktik percaloan.
perdagangan orang melalui pemberangkatan Pandangan terakhir disampaikan oleh
PMI yang masih di bawah umur dan tidak Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
melalui prosedur yang berlaku. Kasus Adelina (YLKI)22. Dalam hal ini disampaikan oleh
Lisao dari Nusa Tenggara Timur (NTT) Ketua Harian YLKI, Bapak Tulus Abadi. YLKI
merupakan salah satu contoh masih adanya berterima kasih atas partisipasi masukan
distorsi sistem perlindungan PMI yang terjadi kebijakan yang diberikan agar nantinya jika
di lapangan dan berdampak serius bagi upaya kebijakan asas domisili ini diterapkan dapat
perlindungan WNI di luar negeri (Christiastuti, memberikan penjelasan kepada publik. Hal
2018). Dari sisi struktural, Migrant Care ini penting mengingat kondisi sosiologis
mengungkapkan bahwa masalah kemiskinan masyarakat saat ini yang makin kian kritis
adalah sebuah persoalan yang mendasar terhadap kinerja Pemerintah, utamanya
yang dialami oleh para calon PMI yang dalam hal pelayanan publik.
menjadi korban perdagangan manusia, Secara umum YLKI menyambut positif
diperparah lagi dengan adanya kasus-kasus kebijakan asas domisili dalam permohonan
korupsi yang merebak di beberapa daerah. paspor dengan beberapa pandangan sebagai
Dalam hal ini, dengan mengaitkan teori berikut:
“push and pull” yang dijelaskan sebelumnya YLKI memberikan contoh kebijakan yang
dari pendekatan sosiologis pada kajian ini, diterapkan oleh instansi Perbankan (contoh:
kemiskinan merupakan “push factor” (faktor
pendorong) yang mengakibatkan adanya
proses pemberangkatan PMI secara non 22 Wawancara di Kantor YLKI Jakarta, tanggal 5
November 2018.
278
Analisis Kebijakan Penerapan Kembali Asas Domisili:………. (Andry Indrady)
Bank Mandiri, Bank BRI dan Bank BNI) yang kebijakan antrian paspor yang sempat
semula menerapkan kebijakan non-asas bermasalah yang mengakibatkan publik
domisili bagi pemohon pembukaan rekening tidak mendapatkan porsi pelayanan yang
Bank untuk pertama kalinya. Saat ini kebijakan semestinya. Dengan adanya peningkatan
tersebut telah diubah kembali menggunakan kualitas dan keterjangkauan masyarakat
instrumen kebijakan asas domisili. Hal terhadap pelayanan paspor, maka penerapan
tersebut dilakukan karena perbankan asas domisili paling tidak sudah memberikan
juga melihat fenomena penyalahgunaan kompensasi porsi pelayanan publik di satu
identitas untuk membuka nomor rekening sisi dengan porsi penegakan hukum di sisi
di Bank. Penerapan asas domisili dapat yang lain.
lebih mempermudah pengecekan lapangan Oleh karena itu, secara umum senada
terhadap pemohon-pemohon pembukaan dengan pendapat yang disampaikan oleh ORI
rekening Bank yang dicurigai; dan Migrant Care, penerapan asas domisili
Pihak YLKI juga memberikan masukan dalam permohonan paspor dapat diterapkan
bahwa prinsip “Know Your Customer” dalam permohonan paspor untuk pertama
(Ketahuilah Pelanggan Anda) yang diterapkan kalinya. YLKI berargumen kebijakan ini
oleh perbankan dalam hal pengecekan dapat diterapkan secara menyeluruh dengan
terhadap para pemohon pembukaan menggunakan asas domisili meskipun untuk
rekening Bank untuk pertama kalinya penggantian paspor dengan ketentuan
juga dapat diterapkan dalam permohonan prinsip-prinsip kualitas dan keterjangkauan
paspor sehingga pihak Imigrasi dapat betul- terhadap pelayanan paspor terpenuhi.
betul yakin paspor yang diberikan kepada Dengan demikian dari hasil wawancara
publik sudah memenuhi persyaratan yang dengan ketiga lembaga tersebut secara
ditentukan. Dalam hal ini YLKI mencontohkan umum menyambut positif rencana penerapan
kebijakan pemberikan visa yang diterapkan kebijakan asas domisili dalam permohonan
oleh beberapa negara anggota “Schengen paspor, terutama dengan menggunakan
Countries”, seperti Imigrasi Jerman yang perspektif pengawasan keimigrasian,
melakukan pengecekan ke alamat domisili yang bertujuan untuk mengurangi celah
sponsor pemohon visa sebelum permohonan penyalahgunaan paspor.
visa dapat disetujui oleh Kedutaan Jerman di
Meskipun aturan Adminduk memberikan
Jakarta;
amanat untuk tidak melihat asas domisili
Kebijakan asas domisili merupakan sebagai pijakan dalam pemberian pelayanan
pengejewantahan dari pendekatan pe- publik, namun ketiga lembaga tersebut menilai
negakan hukum (control) maka seyogyanya bahwa aspek pengawasan keimigrasian
perlu dilakukan kompensasi perimbangan menjadi prioritas dalam penerapan asas
terhadap aspek pelayanan publiknya. YLKI domisili. Terutama bagi PMI yang rentan
memberikan rekomendasi agar unit-unit dimanipulasi oleh pihak-pihak tertentu,
yang memberikan pelayanan paspor kepada maka diperlukan upaya perlindungan
masyarakat ditingkatkan kualitas maupun secara pencegahan bagi proses pengajuan
kapasitasnya, agar pada saat kebijakan ini paspor oleh PMI yang dilakukan di tempat
diterapkan para pemohon yang mengajukan domisili masing-masing dengan melibatkan
permohonan paspor di unit-unit yang komponen pemerintah daerah setempat.
berada di wilayah domisilinya dapat dengan
Disamping hal tersebut, kebijakan
mudah menjangkaunya dan mendapatkan
domisili ini juga harus diimbangi dengan
pelayanan yang profesional. YLKI mengkritisi
komitmen terhadap peningkatan pelayanan
279
Volume 13, Nomor 3, November 2019 : 265-282
280
Analisis Kebijakan Penerapan Kembali Asas Domisili:………. (Andry Indrady)
281
Volume 13, Nomor 3, November 2019 : 265-282
282